Anda di halaman 1dari 30

MODAL SAHAM

8.1 Pengertian Modal Saham

Modal Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut.
Saham yang merupakan bukti pemilikan PT mempunyai beberapa hak yaitu:

1. Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan yaitu melalui
hak suara dalam rapat pemegang saham.
2. Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh
perusahaan.
3. Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi pemilikan
saham masing – masing pemegang saham dapat tidak berubah.
4. Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan dilikuidasi.
Jenis-Jenis Saham

a Saham biasa (Common Stock)


Saham biasa adalah saham yang melunasinya dilakukan dalam urutan yang paling
akhir dalam hal perusahaan dilikuidasi, sehingga risikonya adalah yang paling besar.
Karena risikonya besar, biasanya jika usaha perusahaan berjalan dengan baik maka
dividen saham biasa akan lebih besar daripada saham prioritas.
b. Sertifikat Saham
Sertifikat saham ini dikeluarkan oleh PT Danareksa, yaitu suatu PT yang didirikan oleh
pemerintah Republik Indonesia untuk membeli saham perusahaan-perusahaan yang “go
public” melalui pasar modal dan menjualnya kembali kepada masyarakat umum dalam
bentuk sertifikat saham
c. Saham prioritas
Saham yang mempunyai beberapa kelebihan, biasanya dihubungkan dengan
pembagian deviden dan pembagian aktiva pada saat perusahaan
dilikuidasi. Dalam hal pembagian deviden adalah bahwa deviden yang
dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham prioritas, kalau ada
kelebihan baru dibagikan kepada pemegang saham biasa.
8.2 Menghitung Akuntansi untuk Penerbitan Saham

a. Saham dengan nilai pari


Nilai pari saham tidak memiliki hubungan dengan nilai pasar wajarnya.
Nilai pari yang rendah membantu perusahaan menghindari kewajiban yang
berkaitan dengan saham yang dijual dibawah nilai pari.

Misalkan PT. JLIANI menjual 1000 lembar saham biasa yang memiliki nilai pari
Rp.1.000,- per lembar, dengan harga sama dengan nilai parinya. Jurnal yang harus dibuat
adalah sebagai berikut :
Kas ……………………………………..Rp. 1.000.000,-
Saham Biasa …………………………… Rp. 1.000.000,-

Asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 2.500,- per lembar. Jurnal yang harus dibuat adalah :
Kas (1000 x Rp. 2.500) …………….. … Rp. 2.500.000,-
Saham Biasa (1000 x Rp. 1.000,-) …………. Rp. 1.000.000,-
Tambahan Modal Disetor …..….................... 1.500.000,-

Dan asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 950,- per lembar,* maka jurnal penerbitan saham
adalah sebagai berikut :
Kas (Rp. 950 x 1000) …………………… Rp. 950.000,-
Tambahan Modal Disetor (50 x 1000) …… 50.000,-
Saham Biasa (Rp. 1.000 x 1000) ………….. Rp. 1.000.000,-
Catatan : * perusahaan jarang sekali, atau tidak pernah menerbitkan saham dengan nilai di bawah harga pari. Jika
menerbitkan saham di bawah harga pari, perusahaan mencatat disagio itu sebagai debit pada Tambahan Modal Disetor.
b. Saham Tanpa Nilai Pari
Alasan untuk penerbitan saham tanpa nilai pari adalah penerbitan saham
tanpa nilai pari menghindari kewajiban kontinjen yang mungkin terjadi bila saham
dengan nilai pari diterbitkan pada disagio dan masih ada kerancuan dalam hubungan
antara nilai pari dan nilai pasar wajar. Jika saham tidak memiliki nilai pari, maka
perlakuan yang dapat dipertanyakan dalam menggunakan nilai pari sebagai dasar
untuk nilai wajar tidak akan muncul.

Misalkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai yang ditetapkan Rp. 1.500,- per
lembar diterbitkan dengan harga Rp. 2.000,- maka jurnal penerbitannya adalah sebagai
berikut :
Kas (2000 x 1000) ………………… Rp. 2.000.000,-

Saham Biasa (1500 x 1000) …………................... Rp. 1.500.000,-

Modal Disetor Melebihi Nilai Ditetapkan (500 x 1000).. 500.000,-

Asumsikan dalam soal diatas saham dengan nilai ditetapkan dijual / diterbitkan dengan
harga Rp. 1.500,- per lembar, maka jurnalnya adalah sebagai berikut :

Kas (1500 x 1000) . …….…………… Rp. 1.500.000,-

Saham Biasa (1500 x 1000) …………………. Rp. 1.500.000,-


c. Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya
Dalam penjualan lump sum adalah mengalokasikan hasil di antara beberapa kelompok
sekuritas. Perusahaan mengunakan dua metode alokasi yang tersedia yaitu metode proporsional
dan metode inkremental.
1. Metode Proporsional. Jika nilai pasar wajar, maka nilai lump sum yang diterima dialokasikan di
antara kelompok-kelompok sekuritas atas dasar proporsional.
2. Metode Inkremental. Jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak dapat
ditentukan maka metode inkremental dapat dipergunakan.
Metode Proporsional
Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah perusahaan menerbitkan 1.000 lembar saham biasa dengan nilai
ditetapkan $10 yang memiliki harga pasar $20 per saham, dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari
$10 yang memiliki harga pasar $12 per saham diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar $30.000.

Nilai pasar wajar saham biasa (1.000 x $20) = $20.000


Nilai pasar wajar saham preferen (1.000 x $12) = 12.000
Nilai pasar wajar agregat $ 32.000

Dialokasikan ke saham biasa : $20.000 x $30.000 = $18.750


$32.000

Dialokasikan ke saham preferen : $12.000 x $30.000 = $11.250


$32.000
Saham Biasa Saham Preferen
Nilai jual $ 18.750 $11.250
Nilai nominal $ 10.000 $10.000
Tambahan Modal Disetor $ 8.750 $ 1.250

Jurnal dari Lummp-sum Sales diatas adalah sebagai berikut :


Kas …………………………………. $30.000
Saham Biasa ……………………………………… $10.000
Agio Saham Biasa………………………………… $ 8.750
Saham Preferen ………………………………….. $ 10.000
Agio Saham Preferen…………………………….. $ 1.250
Metode Inkremental

Sebagai contoh, jika 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan $10 memiliki nilai pasar
$20 dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari $10 yang tidak memiliki nilai pasar
ditetapkan dan diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar $30.000, maka alokasi adalah sebagai
berikut :
Penerimaan lump sum $30.000
Dialokasi ke saham biasa (1.000 x $20) 20.000
Saldo yang dialokasikan ke saham preferen $10.000

Saham Biasa Saham Preferen


Nilai jual $ 20.000 $10.000
Nilai nominal $ 10.000 $10.000
Tambahan Modal Disetor $ 10.000 $ 0
Jurnal dari Lummp-sum Sales diatas adalah sebagai berikut :
Kas …………………………………. $30.000
Saham Biasa ……………………………………… $10.000
Agio Saham Biasa………………………………… $10.000
Saham Preferen ………………………………….. $ 10.000
d. Saham yang Diterbitkan dalam Transaksi Nonkas

Saham yang diterbitkan untuk jasa atau properti selain kas harus dicatat, baik pada
nilai pasar wajar saham yang diterbitkan maupun pada nilai pasar wajar pertimbangan
nonkas yang diterima, tergantung mana yang dapat ditentukan secara lebih jelas. Jika
nilai pasar wajar saham yang diterbitkan dan properti atau jasa yang diterima belum
dapat ditentukan, maka seharusnya digunakan teknik penilaian yang tepat.

e. Biaya Penerbitan Saham


Biaya penerbitan didebet ke Tambahan Modal Disetor katena biaya tersebut tidak
berhubungan dengan operasi perusahaan. Biaya penerbitan adalah biaya pembiayaan dan
harus mengurangi hasil yang diterima dari penjualan saham.
8.3 MENGHITUNG SAHAM PREFEREN

Saham Preferen (preferred stock) adalah saham dengan kelas khusus yang memiliki beberapa
preferensi atau kelebihan atau fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa.

Saham preferen biasanya diterbitkan dengan suatu nilai pari, dan preferensi dividen dinyatakan
sebagai suatu presentase dari nilai pari. Jadi pemegang saham preferen 8%, dengan nilai pari $100
memberikan hak dividen tahunan $8 per saham. Saham ini biasanya disebut sebagai saham
preferen 8%. Dalam kasus saham preferen tanpa nilai pari, preferen dividen dinyatakan sebagai
jumlah dolar spesifik (specific dollar amount) per saham, misalnya $7 per saham. Saham ini
umumnya disebut saham preferen $7.
Karakteristik Saham Preferen

a. Saham preferen kumulatif (cumulative preferred stock).


Saham preferen kumulatif (cumulative preferred stock) dinyatakan bahwa jika perseroan terbatas
gagal dalam membayar dividen dalam satu tahun, maka harus dibayarkan dalam tahun berikutnya
sebelum laba dapat dibagikan kepada pemegang saham biasa.

b. Saham preferen partisipasi (convertible preferred stock).

Pemegang saham preferen partisipasi (convertible preferred stock) membagi rata dengan pemegang
saham biasa setiap pembagian laba diluar tingkat yang ditentukan. Jadi, saham preferen 5%, jika
berpartisipasi penuh akan menerima tidak hanya pengembalian 5%, tetapi juga dividen pada tingkat
yang sama seperti yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa jika jumlah yang melebihi 5%
dari nilai pari atau nilai ditetapkan dibayarkan kepada pemegang saham biasa.
c. Saham preferen konvertibel (convertible preferred stock).
Saham preferen konvertibel (convertible preferred stock) mengizinkan perusahaan penerbit saham,
menurut opsinya, menukar saham preferen menjadi saham biasa pada rasio yang telah ditentukan
sebelumnya. Pemegang saham preferen konvertibel tidak hanya menikmati klaim preferen atas dividen
tetapi juga memiliki opsi konvertibel ke pemegang saham biasa dengan partisipasi tak terbatas atas laba.
d. Saham preferen yang dapat ditarik (callable preferred stock).

Saham preferen yang dapat ditarik (callable preferred stock) mengizinkan perusahaan penerbit saham
untuk menarik atau menebus, pada opsinya, saham preferen yang beredar pada tanggal tertentu pada masa
depan dan pada harga yang ditentukan. Harga penarikan atas penebusan biasanya ditetapkan sedikit di atas
harga penerbitan awal dan biasanya ditentukan pada satuan yang berkaitan dengan nilai pari
e. Saham preferen yang dapat ditebus (redeemable preferred stock).
Semakin banyak terbitan saham preferen yang mempunyai karakter yang
membuat sekuritas itu bersifat seperti utang (mempunyai kewajiban hukum untuk
membayar) dan bukan seperti instrumen ekuitas

Akuntansi dan Pelaporan Saham Preferen


Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi saham biasa. Perusahaan
mengalokasikan proceeds antara nilai pari saham preferen dan tambahan modal disetor. Sebagai
gambaran,misalkan Bishop Co. menerbitkan 10.000 saham preferen dengan nilai pari sebesar $10 seharga $12
per saham.Bishop mencatat pembelian ini sebagai berikut :
Kas 120.000
Saham preferen 100.000
Modal Disetor sebagai kelebihan dari Nilai Pari 20.000
9.1 MENGHITUNG SAHAM TREASURI

Setelah saham dibeli kembali, saham tersebut dapat dihapuskan atau disimpan di bendahara untuk
diterbitkan kembali. Jika tidak dihapuskan, maka saham-saham itu disebut sebagai saham treasuri (treasury
shares). Secara teknis saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang telah dibeli kembali setelah
diterbitkan dan dibayar penuh.

Saham treasuri bukan merupakan aktiva. Pada saat perusahaan membeli kembali bebrapa sahamnya
yang beredar, maka dia telah mengurangi aktiva bersih tetapi tidak mengakuisisi aktiva. Pemilikan saham
treasuri tidak memberikan perusahaan hak untuk memberikan suara, melaksanakan hak istimewa sebagai
pemegang saham, hak menerima dividen tunai, atau menerima aktiva pada saat perusahaan dilikuidasi.
Saham treasuri pada dasarnya sama dengan modal saham yang belum diterbitkan. Tidak ada yang
mendukung untuk mengkasifikasikan modal saham sebagai aktiva di neraca.
Penjualan Saham Treasuri
Saham treasuri biasanya dapat dijual atau ditarik. Pada saat saham treasuri dijual, akuntansi untuk penjualan
itu tergantung pada harganya. Jika harga jual saham treasuri sama dengan harga pokokknya, maka penjualan
saham itu dicatat dengan mendebet kas dan mengkredit saham treasuri.

a. Penjualan Saham Treasuri di Atas Harga Pokok


Apabila harga jual saham treasuri lebih besar dari harga pokoknya, maka perbedaan ini dikredit ke Modal
Disetor dari Saham Treasuri. Sebagai contoh, anggaplah bahwa 1.000 lembar saham treasuri Pasific
Company yang diperoleh sebelumnya pada $11 per saham dijual dengan harga $15 per saham pada tanggal
10 Maret. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut
10 Maret 2007
Kas 15.000
Saham Treasuri 11.000
Modal Disetor dari Saham Treasuri 4.000
b. Penjualan Saham Treasuri di Bawah Harga Pokok
Apabila saham treasuri dijual di bawah harga pokoknya, maka kelebihan harga pokok atas harga jual
biasanya didebet ke Modal Disetor dari Saham Treasuri. Jika Pasific Company menjual 1.000 lembar saham
treasuri tambahan pada tanggal 21 Maret pada harga $8 per saham. Maka ayat jurnalnya adalah:

21 Maret 2007
Kas 8.000
Modal Disetor dari Saham Treasuri 3.000
Saham Treasuri 11.000

Apabila saldo kredit Modal Disetor dari Saham treasuri dieleminasi, maka setiap kelebihan tambahan harga
pokok atas harga jual didebet ke Laba Ditahan. Sebagai contoh, anggaplah bahwa Pasific Company menjual
tambahan 1.000 lembar seharga $8 per saham pada tanggal 10 April. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan saldo
akun Modal Disetor dari akun Saham Treasuri (sebelum pembelian 10 April)
Modal Disetor dari Saham Treasuri
21 Maret 3.000 10 Maret 4.000

Saldo 1.000

Dalam kasus ini, $1.000 dari kelebihan tersebut didebet ke Modal Disetor dari saham
treasuri, dan sisanya didebetke Laba Ditahan. Ayat jurnalnya sebagai berikut.
10 April 2007
Kas 8.000
Modal Disetor dari Saham Treasuri 1.000
Laba Ditahan 2.000
Saham Treasuri 11.000
9.2 MENGHITUNG MODAL SUMBANGAN

Modal sumbangan timbul karena adanya sumbangan yang diberikan kepada perusahaan berupa harta
kekayaan tertentu tanpa imbalan. Sumbangan semacam ini bisa berasal dari pemegang saham atau
sumbangan harta dari dermawan. Pemegang saham mungkin ingin memberi sumbangan kepada
perusahaan dengan memberikan saham yang dimilikinya.
Misalnya : seorang pemegang saham memberi sumbangan berupa 100 lembar saham biasa.
Saham tersebut dijual kembali oleh perusahaan dan laku dengan harga 125.000 per lembar. Jurnal
yang dicatat adalah:

Kas 12.500.000
Modal sumbangan 12.500.000
9.3 PENYAJIAN DAN ANALISIS LAPORAN EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Tiga kategori berikut biasanya muncul pada kelompok ekuitas pemegang saham :
1. Modal saham
2. Tambahan modal disetor (modal yang melebihi nilai pari atau nilai ditetapkan)
3. Laba ditahan

Dua kategori pertama, yaitu modal saham dan tambahan modal disetor merupakan modal
kontribusi, sementara laba ditahan merupakan modal yang diperoleh perusahaan.
CONTOH Penyajian Neraca
FROST CORPORATION
Ekuitas Pemegang Saham
31 Desember 2007

Modal Sahan
Saham Preferen, nilai pari $100, kuantitatif 7%, diotorisasi
100.000 lembar, diterbitkan dan beredar 30.000 lembar. $ 3.000.000
Saham biasa, tanpa nilai pari, nilai ditetapkan $10 per lembar,
500.000 lembar diotorisasi, 400.000 lembar diterbitkan. $ 4.000.000
Dividen saham biasa yang dapat dibagikan, 20.000 lembar. $ 200.000
Total modal saham $ 7.200.000

Tambahan modal disetor


Kelebihan dari nilai pari-preferen $ 150.000
Kelebihan dari nilai ditretapkan-biasa $ 840.000 $ 990.000
Total modal disetor $ 8.190.000

Laba ditahan $ 4.360.000


Total modal disetor dan laba ditahan $12.550.000
Dikurangi : Biaya saham treasurim (2.000 lembar, saham biasa) (190.000)
Akumulasi kerugian komprehensif lainnya (360.000)
Total ekuitas pemegang saham $12.000.000
LAPORAN EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Laporan ekuitas pemegang saham biasanya disajikan dalam format sebagai berikut :
1. Saldo pada awal periode
2. Penambahan
3. Pengurangan
4. Saldo pada akhir periode
ANALISIS

Beberapa rasio menggunakan jumlah yang berkaitan dengan ekuitas pemegang saham untuk
mengevaluasi profitabilitas dan solvensi jangka panjang terdiri dari :

1. Rasio Pengembalian atas ekuitas saham biasa


Rasio yang menunjukkan seberapa banyak dolar laba bersih yang diperoleh dari setiap
dolar yang diinvestasikan oleh pemiliknya.

Tingkat Pengembalian atas = Laba bersih – Dividen saham Preferen


ekuitas saham biasa Rata-rata Ekuitas Pemegang Saham
2. Rasio Pembayaran

Rasio ini merupakan rasio dividen tunai terhadap laba bersih

Rasio Pembayaran = Dividen Tunai

Laba Bersih – Deviden Preferen


3. Nilai Buku per Saham

Nilai Buku per Saham adalah jumlah setiap saham yang akan diterima jika perusahaan
dilikuidasi atas dasar jumlah yang dilaporkan dalam neraca.

Nilai Buku per Saham = Ekuitas Pemegang Saham Biasa

Saham yang Beredar


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai