Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK RMK SAP 8-9

“MODAL SAHAM”

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, Msi, Ak, CA.
Ruang Kelas: EII1

Oleh:
Kelompok 10
Ni Kadek Rahayu 1607532013
Ni Ketut Rai Riskatari 1607532023
Ni Putu Laksmi Narayanti 1607532024

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
MODAL SAHAM

A. Pengertian Modal Saham

Modal Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut.
Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi hukum dipisahkan
dari pemiliknya. Karena terpisah dari pemiliknya maka kewajiban pemilik terhadap
perusahaannya terbatas sampai jumlah modal yang di setornya. Selain itu bentuk perseroan
memungkinkan untuk mendapatkan modal dari banyak orang, setiap orang yang menyetor
menjadi pemilik dari perseroan tadi. Karena pemiliknya terdiri dari jumlah yang cukup banyak,
maka pengelolaan perseroan akan diserahkan kepada pihak – pihak lain yang diangkat menjadi
pimpinan PT tersebut. Dengan kata lain yang menjalankan PT adalah orang – orang yang
diangkat oleh pemilik.
Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai bukti setoran
dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang di serahkan kepada pihak – pihak
yang menyetor modal. Pemilik PT merupakan kumpulan pihak – pihak yang mempunyai saham
sehingga disebut pemegang saham. Saham yang di keluarkan oleh PT dapat dicantumkan nama
pemiliknya, disebut saham atas, dapat juga tidak dicantumkan nama pemiliknya.
Saham yang merupakan bukti pemilikan PT mempunyai beberapa hak yaitu:
Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan yaitu melalui hak suara
dalam rapat pemegang saham.
Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan.
Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi pemilikan saham
masing – masing pemegang saham dapat tidak berubah.
Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan dilikuidasi.
Apabila perusahaan itu mengeluarkan satu saham maka seluruh pemegang saham
mempunyai hak yang sama, tetapi bila saham yang dikeluarkan itu lebih dari satu jenis maka
yang diberikan kepada masing – masing jenis berbeda, tergantung pada kontrak pengeluaran
saham yang disetujui.

B. Akuntansi Untuk Penerbitan Saham

Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan modal saham akan dibahas dalam topik berikut:
-Akuntansi untuk saham dengan nilai pari
- Akuntansi untuk saham tanpa nilai pari

- Akuntansi untuk penerbitan saham yang digabungkan dengan sekuritas lainnya (penjualan lump

sum)
- Akuntansi untuk saham yang diterbitkan dalam transaksi nonkas

1. Saham dengan Nilai Pari


Ada beberapa alternatif dalam penerbitan saham dengan nilai pari antara lain yaitu :
- Saham diterbitkan sama dengan nilai pari

- Saham diterbitkan diatas nilai pari

- Saham diterbitkan dibawah nilai pari

Misalkan PT. JLIANI menjual 1000 lembar saham biasa yang memiliki nilai pari Rp.1.000,- per
lembar, dengan harga sama dengan nilai parinya. Jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut
:
Kas …………………………………….. Rp. 1.000.000,-
Saham Biasa ………………………………… Rp. 1.000.000,-

Asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 2.500,- per lembar. Jurnal
yang harus dibuat adalah :
Kas (1000 x Rp. 2.500) …………….. … Rp. 2.500.000,-
Saham Biasa (1000 x Rp. 1.000,-) …………. Rp. 1.000.000,-
Tambahan Modal Disetor …..….................... 1.500.000,-
Dan asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 950,- per lembar,* maka
jurnal penerbitan saham adalah sebagai berikut :
Kas (Rp. 950 x 1000) …………………… Rp. 950.000,-
Tambahan Modal Disetor (50 x 1000) …… Rp. 50.000,-
Saham Biasa (Rp. 1.000 x 1000) ………….. Rp. 1.000.000,-
Catatan : * perusahaan jarang sekali, atau tidak pernah menerbitkan saham dengan nilai di bawah
harga pari. Jika menerbitkan saham di bawah harga pari, perusahaan mencatat disagio itu sebagai
debit pada Tambahan Modal Disetor.

2. Saham tanpa Nilai Pari


Jika saham tanpa nilai pari diterbitkan, maka berapa pun harga jualnya, jurnalnya akan terlihat
sebagai berikut :
Kas …..……………………………………… Rp. xxx,-
Saham Biasa – Tanpa Nilai Pari ………………………… Rp. xxx,-

Ada kalanya saham tanpa nilai pari memiliki nilai yang ditetapkan (stated value) maksudnya
saham tersebut tidak boleh dijual dibawah nilai yang ditetapkan. Dengan kata lain harga jual
minimum saham tersebut harus sama dengan nilai yang ditetapkan. Untuk penerbitan saham
dengan nilai yang ditetapkan ada dua alternatif yaitu :
Jika saham dijual dengan harga diatas state value.

Jika saham dijual dengan harga sama dengan stated value.

Misalkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai yang ditetapkan Rp. 1.500,- per lembar
diterbitkan dengan harga Rp. 2.000,- maka jurnal penerbitannya adalah sebagai berikut :
Kas (2000 x 1000) ………………… Rp. 2.000.000,-
Saham Biasa (1500 x 1000) …………................... Rp. 1.500.000,-
Modal Disetor Melebihi Nilai Ditetapkan (500 x 1000).. 500.000,-
Asumsikan dalam soal diatas saham dengan nilai ditetapkan dijual / diterbitkan dengan harga
Rp. 1.500,- per lembar, maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
Kas (1500 x 1000) . …….…………… Rp. 1.500.000,-
Saham Biasa (1500 x 1000) …………………. Rp. 1.500.000,-

3. Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya (Lumpsum Sales)


Yang menjadi masalah pada Lumpsum Sales adalah dalam hal menentukan harga jual masing-
masing jenis surat berharga. Untuk itu ada dua metode yang dapat digunakan yaitu metode
proportional dan metode incremental.
Metode Proporsional. Jika nilai pasar atau dasar lainnya yang baik untuk menentukan nilai
relatif setiap kelompok sekuritas tersedia, maka nilai lump sum yang diterima dialokasikan di
antara kelompok-kelompok sekuritas atas dasar proporsional. Sebagai contoh, asumsikan
bahwa sebuah perusahaan menerbitkan 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan $10
yang memiliki harga pasar $20 per saham, dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari
$10 yang memiliki harga pasar $12 per saham diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar
$30.000.

Nilai pasar wajar saham biasa (1.000 x $20) = $20.000

Nilai pasar wajar saham preferen (1.000 x $12) = 12.000

Nilai pasar wajar agregat $ 32.000

Dialokasikan ke saham biasa : $20.000 x $30.000 = $18.750

Dialokasikan ke saham preferen : $12.000 x $30.000 = $11.250

Saham Biasa Saham Preferen

Nilai jual $ 18.750 $11.250

Nilai nominal $ 10.000 $10.000

Tambahan Modal Disetor $ 8.750 $ 1.250

Jurnal dari Lummp-sum Sales diatas adalah sebagai berikut :


Kas …………………………………. $30.000
Saham Biasa ……………………………………… $10.000
Agio Saham Biasa………………………………… $ 8.750
Saham Preferen ………………………………….. $ 10.000
Agio Saham Preferen…………………………….. $ 1.250

Metode Inkremental. Jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak dapat ditentukan,
maka metode incremental dapat dipergunakan. Metode ini menggunakan Nilai pasar sekuritas
sebagai dasar untuk kelompok-kelompok yang telah diketahui dan sisa dari nilai lump sum
dialokasi ke kelompok di mana nilai pasar tidak diketahui. Sebagai contoh, jika 1.000 lembar
saham biasa dengan nilai ditetapkan $10 memiliki nilai pasar $20 dan 1.000 lembar saham
preferen dengan nilai pari $10 yang tidak memiliki nilai pasar ditetapkan dan diterbitkan dengan
nilai lump sum sebesar $30.000, maka alokasi adalah sebagai berikut :
Penerimaan lump sum $30.000

Dialokasi ke saham biasa (1.000 x $20) 20.000

Saldo yang dialokasikan ke saham preferen $10.000

Saham Biasa Saham Preferen

Nilai jual $ 20.000 $10.000

Nilai nominal $ 10.000 $10.000

Tambahan Modal Disetor $ 10.000 $ 0

Jurnal dari Lummp-sum Sales diatas adalah sebagai berikut :


Kas …………………………………. $30.000
Saham Biasa ……………………………………… $10.000
Agio Saham Biasa………………………………… $10.000
Saham Preferen ………………………………….. $ 10.000
4. Saham Diterbitkan Untuk Aktiva Selain Kas
Adakalanya suatu perusahaan menerbitkan sahamnya untuk aktiva selain kas, hal ini biasa terjadi
pada perusahaan yang baru dalam rangka membuat cash-flow yang baik, untuk membayar biaya
promosi dan untuk membayar land, equipment dan non-cash-assets lainnya. Walaupun tidak ada
penerimaan kas namun transaksi tersebut harus dicatat sebesar nilai pasar wajarnya.
Sebagai contoh, serangkaian transaksi menggambarkan prosedur pencatatan penerbitan 10.000
lembar saham biasa dengan nilai pari $10 yang ditukar dengan paten pada PT.XYZ, dalam
berbagai keadaan.
1. Nilai pasar wajar paten belum dapat ditentukan PT.XYZ, tetapi nilai pasar wajar saham
diketahui sebesar $140.000
Paten $140.000

Saham Biasa $100.000

Agio Saham Biasa 40.000

2. Nilai pasar wajar saham belum dapat ditentukan oleh PT.XYZ, tetapi nilai pasar wajar paten
ditetapkan sebesar $150.000
Paten $150.000

Saham Biasa $100.000

Agio Saham Biasa 50.000

3. Nilai pasar wajar saham maupun nilai wajar paten belum diketahui oleh PT.XYZ. Konsultan
independen menetapkan nilai paten sebesar $125.000 berdasarkan pada aliran kas diskonto yang
diharapkan.
Paten $125.000

Saham Biasa (10.000 lembar x $10) $100.000

Agio Saham Biasa $5.000


C. SAHAM PREFEREN
Saham preferen (preferred stock) adalah saham dengan kelas khusus yang ditetapkan
sebagai preferen (istimewa) karena saham ini memiliki beberapa preferen atau kelebihan yang
tidak dimiliki oleh saham biasa. Karakteristik berikut adalah yang paling sering berkaitan dengan
penerbitan saham preferen:
1. Saham Preferen Kumulatif.
2. Saham Preferen Partisipasi
3. Saham Preferen Konvertibel.
4. Saham Preferen yang Dapat Ditarik.
5. Saham Preferen yang Dapat Ditebus.
Karakteristik yang membedakan saham preferen dengan saham biasa mungkin terletak dari
pada sifatnya yang lebih tertutup dan negatif di samping preferensinya; misalnya, saham preferen
tidak memiliki hak suara, tidak kumulatif, dan nonpartisipasi. Saham preferen biasanya
diterbitkan dengan suatu nilai pari, dan preferensi dividen dinyatakan sebagai suatu persentase
dari nilai pari.
Jadi pemegang saham preferen 8%, dengan nilai pari Rp900.000 memberikan hak dividen
tahunan Rp72.000 per saham. Saham ini biasanya disebut saham preferen 8%. Dalam kasus
saham preferen tanpa nilai pari, preferen dividen dinyatakan sebagai jumlah rupiah spesifik
(specific rupiah amount) per saham, misalnya Rp63.000 per saham.
Saham ini umumnya disebut saham preferen Rp63.000. preferen untuk dividen tidak memastikan
bahwa dividen akan membayar; hal itu hanya merupakan jaminan bahwa tingkat dividen yang
ditetapkan atau jumlah yang dapat ditetapkan pada saham preferen harus dibayar sebelum ada
dividen yang dibayar untuk saham biasa.
Karakteristik Saham Preferen
Sebuah perseroan dapat menyertakan preferensi atau batasan pada setiap kombinasi yang
diinginkan untuk penerbitan saham preferen sepanjang tidak bertentangan secara spesifik dengan
hukum negara, dan perseroan itu dapat menerbitkan lebih dari satu kelompok saham preferen.
Karakteristik paling umum yang melekat pada saham preferen akan dibahas berikut ini.
1. Saham Preferen Kumulatif.
Dividen yang tidak dibayar dalam suatu tahun harus dibayar dalam tahun berikutnya
sebelum laba dapat dibagikan kepada pemegang saham biasa. Jika direktur tidak mengumumkan
dividen pada tanggal pembagian dividen yang biasa, maka dividen itu disebut sebagai passed
(terlewat). Setiap dividen yang terlewat atas saham preferen kumulatif merupakan dividen
tertunggak (dividen in arrears). Karena tidak ada kewajiban yang terjadi sampai dewan direksi
mengumumkan dividen, maka dividen tertunggak tidak dicatat sebagai kewajiban tetapi
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. (Menurut common law, jika akta perusahaan
tidak menyebutkan karakteristik kumulatif, maka saham preferen dipertimbangkan sebagai
kumulatif). Saham preferen nonkumulatif jarang diterbitkan karena dividen yang terlewat akan
hilang selamanya bagi pemegang saham preferen dan penerbitan saham ini tidak dapat
dipasarkan.
2. Saham Preferen Partisipasi.
Pemegang saham preferen partisipasi membagi rata dengan pemegang saham biasa setiap
pembagian laba di luar tingkat yang ditentukan. Jadi, saham preferen 5%, jika berpartisipasi
penuh, akan menerima tidak hanya pengembalian 5%, tetapi juga dividen pada tingkat yang
sama seperti yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa jika jumlah yang melebihi 5% dari
nilai pari atau nilai ditetapkan dibayarkan kepada pemegang saham biasa. Selain itu, saham
preferen partisipasi juga tidak selalu berpartisipasi penuh sebagaimana telah diuraikan, tetapi
berpartisipasi sebagian (parsial).
Sebagai contoh, ketentuan dapat diberlakukan bahwa saham preferen 5% akan berpartisipasi
sampai maksimum total tingkat 10%, setelah itu saham berhenti berpartisipasi dalam pembagian
laba tambahan; atau saham preferen 5% hanya dapat berpartisipasi pada pembagian laba
tambahan yang melebihi tingkat dividen 9% atas saham biasa. Meskipun saham preferen
partisipasi tidak digunakan secara ekstensif (tidak seperti ketentuan kumulatif), namun contoh
perusahaan yang telah menggunakan saham preferen partisipasi adalah LTV Corporation,
Southern California Edison, dan Allied Products Corporation.
3. Saham Preferen Konvertibel.
Pemegang saham dapat, menurut opsinya, menukar saham preferen menjadi saham biasa pada
rasio yang telah ditentukan sebelumnya. Pemegang saham preferen konvertibel tidak hanya
menikmati klaim preferen atas dividen tetapi juga memiliki opsi konversi ke pemegang saham
biasa dengan partisipasi tak terbatas atas laba.
4. Saham Preferen yang Dapat Ditarik.
Perusahaan penerbit saham dapat menarik atau menebus, pada opsinya, saham preferen yang
beredar pada tanggal tertentu di masa depan dan pada harga yang ditentukan. Banyak penerbit
saham preferen bersifat dapat ditarik. Harga penarikan atau penebusan biasanya ditetapkan
sedikit di atas harga penerbitan awal dan biasanya ditentukan pada satuan yang berkaitan dengan
nilai pari. Karakteristik dapat ditarik memungkinkan perusahaan menggunakan modal yang
diperoleh melalui penerbitan saham semacam itu, sampai kebutuhan telah terpenuhi atau saham
tidak menguntungkan lagi. Keberadaan harga penarikan ini cenderung menetapkan plafon nilai
pasar saham preferen kecuali jika hal itu bersifat konvertibel untuk saham biasa. Jika saham
preferen ditarik untuk ditebus, maka setiap dividen yang tertunggak harus dibayar.
5. Saham Preferen yang Dapat Ditebus.
Saham preferen yang dapat ditebus (redeemable preffered stock) mempunyai periode penebusan
wajib atau karakter penebusan yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan penerbit saham. Baru-
baru ini di FASB melaporkan sebuah standar yang mempengaruhi perlakuan akuntansi untuk
instrumen hibrida tertentu dan mengharuskan sekuritas yang bersifat seperti hutang, seperti
saham preferen yang dapat ditebus agar dikelompokkan sebagai kewajiban dan diukur dan
diperlakukan seperti kewajiban.
Akuntansi dan Pelaporan Saham Preferen Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya
sama dengan akuntansi saham biasa. Perusahaan mengalokasikan proceeds antara nilai pari
saham preferen dan tambahan modal disetor. Misalkan Bishop Co. menerbitkan 10.000 saham
preferen dengan nilai pari sebesar $10 seharga $12 per saham. Bishop mencetak penerbitan ini
sebagai berikut.
Kas 120.000
Saham preferen 100.000
Modal disetor sebagai kelebihan dari nilai pari 20.000
Berkebalikan dengan obligasi konvertibel (dicatat sebagai kewajiban pada tanggal penerbitan),
perusahaan memasukkan saham preferen konvertibel sebagai bagian dari ekuitas pemegang
saham. Di samping itu, ketika menerbitkan saham preferen konvertibel, tidak ada justifikasi
teoritis untuk mengakui keuntungan atau kerugian. Perusahaan tidak mengakui keuntungan atau
kerugian ketika berurusan dengan pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai pemilik
perusahaan. Namun, perusahaan memakai metode nilai buku (book value method); mendebit
saham Preferen dan Tambahan Modal Disetor yang terkait; menkredit Saham Biasa dan
Tambahan Modal Disetor (jika terdapat kelebihan).

D. Saham Treasuri
Treasury stock adalah saham perusahaan yang di beli kembali dari peredaran untuk
sementara waktu. Perbedaan saham yang belum beredar dengan treasury stock adalah bahwa
saham yang belum beredar itu merupakan modal saham yang belum dijual (diedarka) sedangkan
treasury stock merupakan saham yang beredar yang dibeli kembali. Pembelian kembali saham
beredar sebagai treasury stock bisa terjadi karena :
a) Untuk menaikkan harga pasar saham
b) Akan dijual kembali pada karyawan perusahaan
c) Akan dibagikan sebagai dividen
d) Untuk menukar surat-surat berharga perusahaan lain, dll Treasury stock yang dijual kembali
akan dikelompokkan kembali dalam modal saham yang beredar. Kadang-kadang treasury stock
diperoleh dari hadiah (sumbangan) atau dari pelunasan utang.
1. PENCATATAN TRANSAKSI TREASURY STOCK
Ada beberapa pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam pendekatan transaksi treasury stock
, yaitu :
a. Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian saham yang
beredar dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode nilai nominal.
b. Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen modal yang belum
ditentukan penyelesaiannya dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode harga perolehan.
A. Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian saham yang
beredar dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode nilai nominal.
Dengan pandangan ini dianggap bahwa pembelian treasury stock merupakan pelunasan kembali
saham dari pemegang-pemegang saham tertentu sehingga pemegang saham itu tidak lagi
menjadi emegang saham perusahaan. Apabila treasury stock itu dijual kembali maka
penjualannya dianggap mencari pemegang saham baru. Dalam cara ini treasury stock yang dibeli
dapat dicatat dengan cara :
1. Mendebit rekening modal saham.
2. Mendebit rekening treasury stock dan saldonya dilaporkan mengurangi modal saham beredar
dalam neraca.
(a) Debit dalam rekening modal saham / treasury stock dilakukan dengan jumlah sebesar
nominal saham-saham yang dibeli. Selisih harga beli dengan nominal dicatat dalam rekening
agio, disagio atau laba tidak dibagi tergantung dari harga jualnya dulu dan harga beliya sekarang.
Berikut contoh transaksi dan jurnal mencatat perubahan treasury stock :
Keterangan :
Pada tahun 2006, saham yang beredar dibeli dengan harga Rp.1.300,00. Jika dibandingkan
dengan harga jualnya pada tahun 2005 (Rp.1.200,00) maka terdapat selisih sebesar Rp.100,00
per lembar. Selisih ini (Rp.100,00 x 100 lembar) dianggap sebagai pembagian dividend an
dibebankan pada rekening laba tidak dibagi.
Rekening modal saham didebit sebesar Rp.1000,00 (nominal) x 100 lembar dan rekening agio
saham dibatalkan dengan jumlah yang sebanding dengan agio yang diperoleh pada saat saham
tersebut dijual tahun 2005 yaitu sebesar Rp.200,00 per lembar. Penjualan kembali treasury stock
pada tahun 2006 dengan harga Rp.1.500,00 per lembar dicatat dengan cara biasa.
(b) Rekening treasury stock didebit dan saldonya dikurangkan pada modal saham
Keterangan : Metode b sama dengan metode a hanya saja rekening yang dipakai mencatat
pembelian saham sendiri yang berbeda. Dalam metode a, saham sendiri yang dibeli didebitkan
ke rekening modal saham, sedangkan metode b yang didebitkan adalah rekening treasury stock.
Begitu pula pada saat penjualan treasury stock, dalam metode a yang dikreditkan adalah modal
saham sedangkan pada metode b yang dikreditkan adalah rekening treasury stock.
B. Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen modal yang belum
ditentukan penyelesaiannya dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode harga perolehan.
Saldo rekening treasury stock ini dikurangkan pada modal perusahaan (yaitu mengurangi
jumlah modal). Metode yang berdasarkan pada anggapan ini dibuat dengan tujuan untuk
menunjukkan hal-hal sebagai beikut : Treasury stock yang dibeli dianggap sebagai elemen modal
yang negatif, dan tidak usah diidentifikasi dengan elemen-elemen modal yang ada seperti modal
saham atau laba tidak dibagi. Apabila treasury stock tadi dihentikan peredarannya dalam arti
tidak dijual lagi maka saldo rekening ini akan dialokasikan ke elemen-elemen modal.
Apabila treasury stock ini dijual lagi, maka penjualan ini dianggap sebagai penyelesaian
akhir dari saham-saham tersebut. Jadi sesudah diputuskan itu dijual kembali, barulah dapat
diketahui akibat dari transaksi treasury stock ini terhadap elemen-elemen modal yang ada. Untuk
menjelaskan penggunaan metode ini, dibawah ini diberikan contoh transaksi treasury stock.
Keterangan : Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dicatat dalam rekening treasury stock
sebesar harga beli/harga perolehannya. Jika sebelumnya ada penjualan treasury stock dibuat
dalam neraca, maka treasury stock ini akan mengurangi jumlah.

Jika treasury stock dijual, ada 2 kemungkinan :


a. Harga treasury stock lebih tinggi dari harga perolehannya. Selisihnya dicatat dalam rekening
agio saham atau rekening tersendiri yang akan dilaporkan menambah modal yang disetor.
b. Harga jual treasury stock lebih rendah daripada harga perolehannya. Selisihnya didebitkan ke
rekening laba tidak dibagi.
2. PEMBATALAN LABA TIDAK DIBAGI UNTUK PEMILIKAN TREASURY STOCK
Agar modal yang disetor itu tidak menjadi lebih kecil,maka pembelian treasury stock harus
dipertimbangkan Untuk menjaga supaya laba tidak dibagi tidak diminta oleh pemegang saham
(sebagai dividen), maka jika perusahaan membeli sahamnya sebagai treasury stock, laba tidak
dibagi akan dibatasi sebesar treasury stock yang dibeli. Pembatasan laba tidak dibagi ini adalah
untuk menjaga agar modal yang disetor tidak berkurang, karena modal yang disetor itu
merupakan jaminan bagi kreditur.
Ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk melaporkan pembatasan laba tidak dibagi
dalam neraca, seperti contoh berikut ini :
Rekening-rekening modal PT. Bangun sebagi berikut : Modal saham biasa (1.000 lembar,
nominal Rp.1.000,00) Rp.1.000.000,00 Agio saham Rp.150.000,00 Laba tidak dibagi Rp.
250.000,00 PT. Bangun membeli 100 lembar sahamnya dengan harga @Rp.1.200,00 per lembar.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembatasan laba tidak dibagisebagai berikut :
Laba tidak dibagi Rp.120.000,00
Laba tidak dibagi untuk pembelian treasury stock Rp.120.000,00
Prosedur-prosedur yang dapat digunakan untuk melaporkan pembatasan laba tidak dibagi dalam
neraca sebagai berikut ( digunaka metode harga perolehan unutk mencatat treasury stock)
a. Pembatasan laba tidak dibagi ditunjukkan terpisah dari laba tidak dibagi yang masih bebas.

b. Pembatasan laba tidak dibagi dijelaskan dengan keterangan.


c. Pembatasan laba tidak dibagi dijelaskan dengan footnote (catatan kaki)
Dalam cara ini tidak ada jurnal yang dibuat untuk membatasi laba tidak dibagi.

E. Modal Sumbangan
Pemegang saham bisa menyumbangkan kembali saham kepada perusahaan. Sumbangan ini
bisa :
a. Untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan yaitu dengan cara menjual kembali saham
yang disumbangkan tersebut.
b. Sebagai hadiah kepada perusahaan
c. Menunjukkan pengembalian saham karena adanya penilaianyang terlalu tinggi terhadap aktiva
yang diserahkan untuk menukarsaham tersebut.
Saham yang diterima sebagai sumbangan ini dikelompokkan sebgai treasury stock.

Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk mencatat penerimaan sumbangan saham ini yaitu
1. Saham yang diterima dicatat dengan catatan memo (jika tidak ada biaya yang terjadi katika
menerima sumbangan ini). Catatn memo inimenunjukkan macam saham, jumlah lembar, dan
penyumbangnya. Pada saat treasury stovk ini dijual, penerimaan uangnya dicatat dengan jurnal :
Kas Rp. xxx
Modal-sumbangan Rp. xxx
2. Treasury stock didebit dengan harga pasar saham pada saat penerimaan dan dikreditkan ke
rekening modal-sumbangan.
Apabila treasury stock dijual, rekening treasury stock dikredit. Jika harga jualnya berbeda
dengan harga pasar saham,maka saham tersebut diterima maka selisihnya dibebankan atau
dikreditkan ke rekening modal-sumbangan.
Contoh : Tanggal 1 Juli 2006 diterima 100 lembar saham sendiri, harga pasar pada tanggal
tersebut Rp.1.100,00 per lembar. Pada tanggal 15 Agustus 2006, saham tersebut dijual
@Rp1.050,00. Jurnal yang dibuat :
1 Juli 2006
Treasury stock Rp.110.000,00
Modal-sumbangan Rp.110.000,00

15 Agustus 2006
Kas Rp.105.000,00
Treasury stock Rp.105.000,00
3. Rekening treasury stock didebit dengan jumlah nominal atau nilai yang dinyatakan,
agio/disagionya (sejumlah lembar yang diterima) juga dibatalkan dan dikreditnya adalah
rekening modal-sumbangan. Jika saham dijual maka selisihharga jual dengan nominal ditambah
atau dikurangi dengan agio atau disagio didebitkan atau dikreditkan ke rekening modal-
sumbangan.
Contoh : Tanggal 1 Juli 2006 diterima 100 lembar saham sendiri nominal Rp.1.000,00. Saham-
saham ini dulu dijual dengan harga Rp.1.200,00 per lembar. Pada tanggal 15 Agustus 2006,
saham tersebut dijual @Rp1.100,00 per lembar.

Jurnal yang dibuat :


1 Juli 2006
Treasury stock Rp.100.000,00
Agio saham Rp.20.000,00
Modal-sumbangan Rp.120.000,00
15 Agustus 2006
Kas Rp. 110.000,00
Treasury stock Rp.100.000,00
Modal-sumbangan Rp.10.000,00
Apabila saham yang disumbangkan ini karena adanya penilaian terlalu tinggi terhadap aktiva
yang diterima untuk menukar saham maka sumbangan ini akan dicatat mengurangi ilai buku
aktiva.
Pada saat diterima saham dibuat catatan memo, dan pada saaat saham itu dijual, kredit adala
aktiva. Contoh : Diterima 100 lembar saham biasa sebagai sumbangan, karena pdada waktu
pertukaran, aktiva dinilai terlalu tinggi. Saham-saham tersebut kemudian dijual @Rp.900,00
perlembar.
Transaksi-transaksi diatas dicatat sebagai berikut :
Memo : Diterima 100 lembar saham biasa dari Tuan X nominal Rp1.000,00.
Penjualan saham dengan harga Rp.900,00 per lembar dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Kas Rp.90.000,00
Memo Rp.90.000,00
F. Penyajian Laporan Ekuitas Pemegang Saham
Secara keseruhan, bagian modal pemengan saham yang tampak dalam neraca berisi
komponen modal disetor (modal yang di kontribusi), laba ditahan, yang ditahan, dan saham
yang diperoleh kembali. Komponen modal disetor terdiri atas modal saham dan tambahan modal
disetor.
Modal saham (yang disajikan sebesar nilai pari) terdiri atas saham preferen, saham biasa,
pesanan saham, dan deviden saham yang dapat dibagikan. Yang termasuk sebagai tambahan
modal disetor adalah kelebihan harga jual (terbit) saham prefren dan saham biasa di atas nilai
parinya, dan kelebihan harga treasruy stocks di harga atas perolehannya. Modal setor dapat
berkurang karena adanya piutang pesanan saham yang belum dilunasi oleh pembeli. Bentuk
Laporan Keuangan Peseroan terbatas sebagai Berikut :
PT.XXXX

Neraca (Sebagian)

20XX

MODAL PEMENGANG SAHAM

Modal Disetor

Modal Saham:

Saham preferen XXXXX

Saham Biasa XXXXX

Pesanan Saham Biasa XXXXX

Deviden Saham yang dapat dibagikan XXXXX +

Total modal saham XXXXX

Tambahan Modal Disetor:

Kelebihan di atas nilai pari-saham prefren XXXXX

Kelebihan diatas nilai pari- Saham Biasa XXXXX

Modal Disetor dari saham yang diperoleh kembali XXXXX +

Total Tambahan Modal disetor XXXXX

Dikurangin Piutang Pesanan Saham Biasa (XXXXX)+

Total Modal Disetor XXXXX

Laba Ditahan XXXXX +

Total Modal Pemegang Saham XXXXXX


CONTOH SOAL :

Berikut adalah bagian ekuitas dari neraca PT. Vongola Secondo pada tanggal 01 januari 2009 :

Keterangan Saldo
6% , Saham Preferen, Nilai Pari @Rp.100.000,- (5.000 lembar diotorisasi, 500 Rp. 50.000.000,-
lembar diterbitkan dan beredar)
Kelebihan diatas Nilai Pari-Saham Preferen Rp. 5.000.000,-
Saham Biasa , Nilai Pari-Saham Biasa @Rp.5000,-(200.000 lembar diotorisasi, Rp. 250.000.000,-
50.000 lembar diterbitkan dan beredar)
Kelebihan Diatas Nilai Pari-Saham Biasa Rp. 150.000.000,-
Laba Ditahan yang Tidak Dicadangkan Rp. 400.000.000,-

Transaksi-transaksi yang telah terjadi sepanjang tahun 2009 berkaitan dengan Ekuitas pemegang saham
Adalah :

Tanggal Transaksi-transaksi
10 Januari 2009 Membeli kembali 1.000 lembar saham biasa yang beredar dengan harga Rp.
10.000.000,-
28 Febuari 2009 Mengumumkan deviden tunai untuk pemegang saham preferen
31 Maret 2009 Membayar deviden yang telah diumumkan pada tanggal 28 Febuari 2009
30 April 2009 Mengumumkan deviden tunai untuk pemegang saham biasa sebesar Rp. 1.000,- per
lembar
31 mei 2009 Membayar deviden yang telah telah diumumkan pada tanggal 30 april 2009 yang lalu
1 Juni 2009 Menerima pesana saham biasa sebanyak 5.000 lembar dengan harga Rp.8.000 per
lembar. Pembayaran dimuka sebesar 20% nya telah diterima
4 Juni 2009 Menjual saham treasury dengan harga Rp. 12.000,- per lembar.
1 Juli 2009 Menerima pembayaran sebesar setengah dari sisa harga pesanan saham biasa pada
tanggal 1 juni 2009 yang lalu.
31 Juli 2009 Direksi menyetujui apropriasi (cadangan) laba ditahan untu tidak kepastian sebesar
Rp. 100.000.000,-5
1 September 2009 Menerima pembayaran terakhir atas pesanan saham biasa pada tanggal 1 Juni 2009
yang lalu dan diterbitkan sefertikat saham sejumlah yang telah dipesan.
30 September 2009 Menerbitkan 5.000 Lembar saham biasa yang ditukarkan dengan sebidang tanah.
Harga pasar saham biasa pada waktu itu sebesar Rp. 11.000,- per lembar.
15 Oktober 2009 Mengumukan 15% Deviden Saham kepada seluruh pemegang Saham biasa. Sebanyak
9.000 lembar. Harga Pasar Saham biasa pada saat ini adalah sebesar Rp.12.000,- per
lembar.
31 Desember 2009 Pekiraan Ikhtisar laba rugi dengan saldo kredit sebesar Rp. 166.000.000,- ditutup,
demikian juga dengan perkiraan deviden.

Diminta :
1) Buatlah ayat Jurnal yang diperlukan dalam Pembukuan PT. Vongola Secondo unutuk mencatat
Seluruh transaksi ekuitas pemegang saham yang Terjadi Sepanjang tahun 2009!
2) Menyusun Laporan laba rugi ditahan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009!
3) Menyajikan bagian modal pemengang Saham di neraca per 31 Desember 2009!

Solusi :

1)

PT. Vongola Secondo

Jurnal

2009

Tanggal Akun Debit Kredit


10/01/2009 Saham yang diperoleh kembali Rp.10.000.000,-
Kas Rp.10.000.000,-
28/02/2009 Deviden Tunai Rp.3.000.000,-
Utang Deviden Tunai Rp.3.000.000,-
31/03/2009 Utang Deviden Tunai Rp.3.000.000,-
Kas Rp.3.000.000,-
30/04/2009 Deviden Tunai Rp. 49.000.000,-
Utang Deviden Tunai Rp.49.000.000,-
31/05/2009 Utang Deviden Rp.49.000.000,-
Kas Rp.49.000.000,-
01/06/2009 Piutang Pesanan Saham Biasa Rp. 40.000.000,-
Pesanan Saham Biasa Rp.25.000.000,-
Modal disetor dalam Kelebihan diatas Rp. 15.000.000,-
Nilai Pari-Biasa
Kas Rp. 8.000.000,-
Piutang Pesanan Saham Biasa Rp. 8.000.000,-
04/06/2009 Kas Rp.12.000.000,-
Saham yang Diperoleh Kembali Rp.10.000.000,-
Modal Disetor dari Saham yang Rp.2.000.000,-
Diperoleh Kembali
01/07/2009 Kas Rp. 16.000.000,-
Piutang Pesanan Saham Biasa Rp.16.000.000,-
31/07/2009 Laba ditahan yang tidak Dicadangkan Rp.100.000.000,-
Laba yang yang ditahan yang Rp. 100.000.000,-
Dicadangkan Ketidakpastian
01/09/2009 Kas Rp.16.000.000,-
Piutang Pesanan Saham Biasa Rp.16.000.000,-
Pesanan Saham Biasa RP.25.000.000,-
Saham Biasa Rp.25.000.000,-
30/09/2009 Tanah Rp.55.000.000,-
Saham Biasa Rp. 25.000.000,-
Modal Disetor dalam Kelebihan di atas Rp.30.000.000,-
Nilai Pari-Biasa
15/10/2009 Deviden Saham RP.108.000.000,-
Deviden Saham yang Dapat Dibagikan Rp. 45.000.000,-
Modal Disetor dalam Kelebihan di atas Rp.63.000.000,-
Nilai Pari-Biasa
31/12/2009 Iktisar Laba Rugi Rp. 166.000.000,-
Laba yang ditahan yang Tidak Rp.166.000.000,-
Dicadangkan
Laba yang ditahan yang Tidak Dicadangkan Rp.160.000.000,-
Deviden Tunai Rp.52.000.000,-
Deviden Saham Rp.108.000.000,-

2)
PT. Vongola Secondo
Laporan Laba Ditahan
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009
Laba yang Ditahan yang Tidak Dicadangkan :
Saldo Awal Rp.400.000.000,-
Laba Bersih Rp.166.000.000,-
Deviden Tunai (Rp.52.000.000,-)
Deviden Saham (Rp.108.000.000,-)
Dicadang untuk Ketidakpastian (Rp.100.000.000,-) +
Saldo Akhir Rp.306.000.000,-
Laba Ditahan yang Dicadangkan :
Saldo Awal Rp. 0,-
Dicadangkan untuk Ketidakepastian Rp.100.000.000,- +
Saldo Akhir Rp.100.000.000,- +
Total Laba Ditaha, Akhir Rp.406.000.000,-

3)
PT. Vongola Secondo
Neraca (Partial)
31 Desember 2009

Modal Pemegang Saham :


Modal Disetor:
6% , Saham Preferen, Nilai Pari Rp. 50.000.000,-
@Rp.100.000,- (5.000 lembar diotorisasi, 500
lembar diterbitkan dan beredar)

Kelebihan diatas Nilai Pari-Saham Preferen Rp. 5.000.000,-

Saham Biasa , Nilai Pari-Saham Biasa Rp. 250.000.000,-


@Rp.5000,-(200.000 lembar diotorisasi, 50.000
lembar diterbitkan dan beredar)

Kelebihan Diatas Nilai Pari-Saham Biasa Rp. 150.000.000,-

Deviden Saham yang dapat Dibagikan Rp. 45.000.000,-

Modal yang Disetor dari Saham yang Rp.2.000.000,- +


Diperoleh Kembali
Total Modal Disetor Rp. 660.000.000,-
Laba Ditahan Rp. 406.000.000,- +
Total Modal Pemegang Saham Rp.1.066.000.000,-

REFERENSI
https://feelinbali.blogspot.com/2013/.../akuntansi-untuk-penerbitan-modal-saham.htm
S.R. Soemarso. 2005. Buku 2, Edisi 5, Revisi Akuntansi Suatu Pengantar,. Jakarta : Salemba 4

https://www.scribd.com/document/213681328/Akuntansi-Untuk-Penerbitan-Saham-Fix

Anda mungkin juga menyukai