FARMASI INDUSTRI
QUALITY RISK MANAGEMENT
OLEH:
NAMA : IDA AYU RATIH DWI NUGRAHA PUTRI
NIM
: 1608611024
Bertanggung jawab untuk mengoordinasi Manajemen Risiko Mutu lintas fungsi dan
Tetapkan masalah dan/atau risiko yang dipersoalkan, termasuk asumsi terkait yang
Penilaian Risiko
Penilaian risiko terdiri dari identifikasi bahaya, dan analisis serta evaluasi risiko terkait
dengan paparan bahaya. Penilaian risiko mutu dimulai dengan penetapan masalah atau risiko
yang dipersoalkan yang diuraikan dengan baik. Ketika risiko telah diuraikan dengan baik,
perangkat manajemen mutu yang layak dan jenis informasi yang diperlukan untuk
mengarahkan pertanyaan tentang risiko akan lebih mudah teridentifikasi. Tiga pertanyaan
dasar yang dapat dipakai untuk membantu dalam menguraikan risiko secara jelas, yaitu:
- Apa yang mungkin menjadi salah?
- Probabilitas akan terjadi kesalahan?
- Apa konsekuensi yang mungkin terjadi (tingkat keparahan)
a. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko adalah informasi yang digunakan secara sistematis untuk
mengidentifikasi bahaya menyangkut risiko yang dipersoalkan atau deskripsi masalah.
Indormasi terdiri dari riwayat data, analisis secara teoritis, opini yang ada, dan
kepedulian pemangku kepentingan. Identifikasi risiko dengan mengajukan pertanyaan
Apa yang mungkin menjadi salah?, termasuk mengidentifikasi kemungkinan
konsekuensi. Hal ini merupakan dasar untuk langkah selanjutnya dalam proses
Manajemen Risiko Mutu.
b. Analisis risiko
Analisis risiko adalah estimasi terhadap risiko terkait bahaya yang diidentifikasi. Hal
tersebut merupakan Hal tersebut merupakan proses kualitatif atau kuantitatif dari
kemungkinan terjadi tingkat keparahan bahaya. Dalam beberapa perangkat manajemen
risiko, kemampuan untuk mendeteksi bahaya, juga faktor dalam mengestimasi risiko.
c. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko adalah membandingkan risiko yang sudah diidentifikasi dan dianalisis
terhadap kriteria risiko yang ditentukan. Tiga pertanyaan dasar dipakai sebagai kekuatan
pembktian dalam evaluasi risiko
Dalam melakukan penilaian
karena hal tersebut menentukan keluaran. Pengungkapan asumsi dan sumber yang layak atas
ketidakpastian akan menambah kepercayaan terhadap keluaran dan/atau membantu
mengidentfifikasi keterbatasannya. Ketidakpastian disebabkan oleh kombinasi dari
pengetahuan yang tidak lengkap tentang proses dan variabilitas, baik yang terduga maupun
yang tidak terduga. Sumber yang khas atas ketidakpastian termasuk kesenjangan dalam
pengetahuan ilmu kefarmasian dan pemahaman proses, sumber kerusakan (misal: kegagalan
proses, sumber variabilitas) dan probabilitas pendeteksian masalah.
Keluaran penilaian risiko dapat berupa perkiraan kuantitatif risiko atau deskripsi
kualitatif tentang risiko.
- Jika risiko diungkapkan secara kuantitatif, gunakan probabilitas numeris
- Risiko dapat diungkapkan menggunakan deskripsi kualitatif seperti tinggi,
sedang, atau rendah, yang didefinisika serinci mungkin.
Kadang-kadang sebuah skor risiko digunakan untuk menetapkan lebih lanjut deskripsi
peringkat risiko. Dalam penilaian risiko secara kuantitatif, estimasi risiko memberikan
kemungkinan konsekuensi spesifik, dengan menetapkan sebelumnya kondisi yang akan
menimbulkan risiko. Jadi, perkiraan risiko secara kuantitatif berguna untuk konsekuensi
tertentu pada suatu waktu.
Cara lain, beberapa perangkat manajemen risiko menggunakan sebuah perhitungan
risiko relatif untuk mengombinasikan tingkat yang berjenjang antara tingkat keparahan dan
probabilitas ke dalam perkiraan risiko relatif secara keseluruhan. Langkah antara dalam
proses pemberian skor terkadang dapat menggunakan estimasi risiko kuantitatif.
Pengendalian risiko
Pengendalian risiko mencakup pengambilan keputusan untuk mengurangi dan/atau
menerima risiko. Tujuan pengendalian risiko adalah untuk mengurangi risiko sampai batas
yang dapat diterima. Tingkat usaha yang digunakan untuk mengendalikan risiko hendaklah
sebanding dengan signifikan risiko. Pembuat keputusan mungkin menggunakan proses yang
berbeda, termasuk analisis keuntungan-biaya, untuk memahami tingkat yang optimal
terhadap pengendalian risiko.
Pengendalian risiko terfokus pada pertanyaan di bawah ini:
-
Pengurangan risiko terfokus pada proses untuk mengurang atau menghindarkan risiko
mutu bila melampaui tingkat yang disetujui (dapat diterima). Pengurangan risiko mungkin
termasuk tindakan yang diambil untuk mengurangi tingkat keparahan dan probabilitas
kerusakan. Proses yang memperbaiki kemampuan deteksi bahaya serta risiko mutu mungkin
dapat juga digunakan sebagai bagian dari strategi untuk mengendalikan risiko. Implementasi
tindakan pengurangan risiko dapat memunculkan risiko baru ke dalam sistem atau
meningkatkan signifikansi risiko lain yang ada. Karena itu, mungkin perlu mengkaji ulang
penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi perubahan yang mungkin terjadi
setelah penerapan proses pengurangan risiko.
Risiko yang dapat diterima adalah suatu keputusan untuk menerima risiko.
Penerimaan risiko dapat menjadi sebuah keputusan formal untuk menerima sisa risikoatau hal
tersebut dapat menjadi keputusan pasif di mana sisa risiko ditetapkan. Bagi beberapa tipe
kerusakan, bahkan penerapan Manajemen Risiko Mutu terbaik pun mingkin tidak dapat
menghilangkan risiko secara keseluruhan. Dalam keadaan seperti ini, mungkin dapat diterima
bahwa strategi Manajemen Risiko Mutuyang sesuai telah diterapkan dan risiko mutu tersebut
dikurangi sampai pada suatu tingkat tertentu (yang dapat diterima). Tingkat (tertentu) yang
dapat diterima ini akan bergantung pada berbagai parameter serta hendaklah diputuskan
berdasarkan kasus per kasus.
Komunikasi Risiko
Komunikasi risiko adalah proses berbagai informasi tentang risiko dan manajemen
risiko antara pembuat keputusan dan pihak lain. Pihak terkait dapat mengomunikasikan pada
tingkat mana saja dari proses manajemen mutu. Keluaran/hasil akhir proses Manajemen
Risiko Mutu hendaklah dikomunikasikan dan didokumentasikan. Komunikasi melibatkan
pihak yang berkepentingan; misal: Badan POM dan industri, industri dan pasien, internal
perusahaan industri atau Badan POM, dan lain-lain. Informasi terkait dengan keberadaan,
sifat, bentuk, probabilitas, tingkat keparahan, tingkat penerimaan, pengendalian, perlakuan,
tingkat defeksi, atau aspek risiko lain terhadap mutu. Komunikasi tidak perlu dilakukan untuk
masing-masing dan tiap penerimaan risiko. Komunikasi antara industri dan Badan POM
terkait keputusan Manajemen Risiko Mutu mungkin dilaksanakan melalui jalur yang ada
seperti yang ditetapkan dalam regulasi dan pedoman.
Kajian Risiko
Manajemen
risiko
hendaklah
menjadi
proses
manajemen
mutu
yang
pengkajian pengetahuan terkini tentang penilaian probabilitas, tingkat keparahan dan kadangkadang kemampuan mendeteksi risiko. Secara tradisional, risiko mutu telah dinilai dan
dikelola melalui berbagai cara yang informal (empiris dan/ atau prosedur internal)
berdasarkan misal, kumpulan data observasi, tren, dan informasi lain. Pendekatan seperti ini
dilakukan terus memberikan informasi berguna yang dapat mendukung topik seperti
penanganan keluhan, cacat mutu, penyimpangan dan alokasi sumber daya. Di samping itu,
industri farmasi dan Badan POM dapat menilai dan mengelola risiko dengan menggunakan
perangkat manajemen risiko dan/ atau prosedur internal (misal, prosedur tetap).
Berikut ini adalah beberapa daftar perangkat tersebut:
-
kepercayaan diri dalam memberikan keluaran Manajemen Risiko Mutu. Manajemen Risiko
Mutu hendaklah diintegrasikan ke dalam kegiatan yang dilakukan sekarang dan
didokumentasikan secara tepat.
Beberapa contoh penggunaan Manajemen Risiko Mutu dalam kegiatan dan aktivitas
industri:
-
Pengembangan
Fasilitas, peralatan, dan sarana penunjang
Manajemen bahan
Produksi
Pengujian di laboratorium dan uji stabilitas
Pengemasan dan pelabelan
terjadi
Kejadian (occurance) adalah kemungkinan atau probabilitas atau frekuensi terjadinya
kesalahan
Deteksi (detection) adalah kemungkinan untuk mendeteksi suatu kesalahan akan
melakukan
peninjauan
lapangan
(process
walk-through)
untuk
meningkatkan pemahaman terhadap proses yang dianalisa. Bila peta proses atau
bagan alir belum ada maka tim harus menyusun peta proses atau bagan alir tersebut
sebelum memulai proses FMEA itu sendiri.
b. Brainstorming berbagai bentuk kemungkinan kesalahan atau kegagalan proses
Setelah melakukan peninjauan lapangan terhadap proses yang akan di analisis maka
setiap anggota tim akan melakukan brainstorming terhadap kemungkinan kesalahan
atau kegagalan yang dapat terjadi dalam proses tersebut. Proses brainstorming ini
dapat berlangsung lebih dari satu kali untuk memperoleh satu daftar yang
komperehensif terhadap segala kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi. Hasil
brainstorming ini kemudian dikelompokkan menjadi beberapa penyebab kesalahan
seperti manusia, mesin/peralatan, material, metode kerja dan lingkungan kerja. Cara
lain untuk mengelompokkan adalah menurut jenis kesalahan itu sendiri, misalnya
kesalahan pada proses welding, kesalahan elektrik, kesalahan mekanis dan lain-lain.
tersedia maka harus digunakan estimasi yang didasarkan pada pendapat ahli (expert
judgement) atau metode lainnya.
ditentukan oleh kepala tim atau oleh manajemen sesuai dengan jenis proses yang
dianalisis.
i. Lakukan tindak mitigasi terhadap kesalahan tersebut
Idealnya semua kesalahan yang menimbulkan dampak tinggi harus dihilangkan
sepenuhnya. Penanganan dilakukan secara serentak untuk ketiga aspek, yaitu
meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi kesalahan, mengurangi dampak
kesalahan bila terjadi.
j. Hitung ulang RPN yang tersisa untuk mengetahui hasil dari tindak lindung yang
dilakukan.
Segera setelah tindak lindung risiko dilaksanakan, harus dilakukan pengukuran ulang
atau perkiraan nilai deteksi, nilai dampak dan nilai kemungkinan timbulnya
kesalahan. Setelah itu dilakukan perhitungan nilai tingkat prioritas risiko kesalahan
tadi. Hasil tindak lindung tadi harus menghasilkan penurunan nilai RPN yang cukup
signifikan ke tingkat yang cukup aman. Bila belum tercapai maka tetap perlu
dilakukan tindak lindung lebih lanjut.
(Priyambodo, 2007)
Berdasarkan POPP CPOB, memperlihatkan tabel rujukan penentuan risiko yang
menentukan prioritas penyelesaian tindakan perbaikan
Tabel 1. Rujukan penentuan risiko berdasarkan nilai RPN (POPP CPOB. 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI.
Badan POM. 2014. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik 2012.Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.