Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ajaran agama Islam juga disebut dengan dienul-Islam merupakan salah
satu ajaran agama somawi1, jika tidak mau dikatakan sebagai kelanjutan
agama-agama samawi sebelumnya. Selain memiliki karakteristik yang
berbeda dengan sejumlah agama yang berkembang di dunia yang biasa di
kenal dgan agama dunia. Karakteristik Islam itu dipertegas dalam Al-Quran
(tiadalah risalah Islam ini diturunkan melainkan untuk kepentingan seluruh
alam semesta).2
Tentunya ajaran Islam memiliki sumber-sumber atau dari mana asal
muasal dari ajaran Islam tersebut. Ajaran Islam juga sebagai ajaran penutup
dari ajaran-ajaran sebelumnya yang memiliki berbagai dinamika.Hal ini
terlihat dari implementasi dan keefektifan fungsi hukum Islam saat ini dalam
kehidupan bermasyarat di Indonesia. Seperti yang kita lihat, realita
implementasi hukum Islam di Indonesia masih terdapat beberapa kekurangan
dalam proses pengaplikasiannya. Meskipun sebenarnya dalam hal teori sudah
banyak di pahami oleh masyarakat. Sebagian besar dari masyarakat
indonesia, ketika dikatakan hukum Islam yang terlintas hanyalah hukum
ranjau, potong tangan dan hal mengerikan lainnya. Namun sebenarnya tidak
semua hukum Islam seperti itu,sehubungan dengan hal tersebut sehingga
kami mengangkat judul makalah HUKUM ISLAM . Agar dapat merubah
paradigma para pembaca bahwa hukum Islam tidak sekejam yang terlintas di
fikiran mereka.

1 Agama samawi adalah agama langit, yaitu agama dimana kitab sucinya diturunkan dari
langit kepada nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril
2 Narto, Hukum Islam di Indonesia, http://nartohukum.blogspot.com, diakses pada
tanggal 18 November 2015, Palu

MAKALAH HUKUM ISLAM | 1

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hukum islam atau hukum syariah?
2. Apa sumber hukum islam?
3. Bagaimana aktualisasi hukum islam di Indonesia?
4. Bagaimana fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian hukum islam atau hukum syariah.
2. Mengetahui sumber hukum islam.
3. Mengetahui aktualisasi hukum islam di indonesia.
4. Mengetahui fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
MAKALAH HUKUM ISLAM | 2

A. Pengertian Hukum Islam


Dalam masyarakat Indonesia berkembang berbagai macam istilah. Istilah
satu dengan yang lainnya mempunyai persamaan dan sekaligus perbedaan.
Istilah yang dimaksud adalah syariat islam, fikih islam, dan hukum islam.
Dalam kepustakaan hukum islam berbahasa inggris, syariat islam
diterjemahkan dengan islamic law, sedang fikih islam dengan Islamic
Yurisprudence.
Hukum syara menurut ulama ushul ialah doktrin (kitab) syari yang
bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukhallaf yang bersangkuan
dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara perintah atau diperintahkan
memilih atau berupa ketepatan (takrir).
Dalam bahasa Indonesia, istilah syariat islam berarti hukum syariat atau
hukum syara, sedangkan istilah fikih islam berarti hukum fikih atau kadangkadang hukum islam. Dalam praktik sering kali kedua istilah itu dirangkum
menjadi hukum islam. Syariaat merupakan landasan fikih, dan fikih
merupakan pemahaman orang yang memenuhi syarat tentang syariat. Oleh
karena itu, seseorang yang akan memahami hukum islam dengan baik dan
benar harus dapat membedakan antara fikih islam dengan syariat islam.
Pada prinsipnya, syariat adalah wahyu Allah yang terdapat dalam AlQuran dan sunnah (hadist). Syariat bersifat fundamental, mempunyai ruang
lingkup yang lebih luas dari fikih, berlaku abadi, dan menunjukkan kesatuan
dalam islam. Sedangkan fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi
syarat tentang syariat sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab fikih.
Karena itu, sifatnya instrumental, ruang lingkupnya terbatas, tidak berlaku
abadi dapat berubah dari masa ke masa, dan dapat berbeda antara satu tempat
dengan tempat yang lain. (Daud,Ali M, 1999, 45-46)
Fikih merupakan elaborasi atau rincian terhadap syariah melalui kegiatan
ijtihad. Yang dimaksud kegiatan ijtihad adalah usaha yang sungguh-sungguh
dengan menggunakan segenap kemampuan yang ada dilakukan oleh orang
(ahli hukum) yang memenuhi syarat untuk mendapat suatu kepastian hukum

MAKALAH HUKUM ISLAM | 3

yang belum jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al-Quran ataupun
hadist.3
B. Sumber-sumber Hukum Islam
Sumber adalah rujukan dasar atau asal muasal. Sumber yang baik adalah
sumber yang memiliki sifat dinamis dan tidak pernah mengalami
kemandegan. Sumber yang benar juga bersifat mutlak, artinya terhindar dari
nilai kefanaan. Ia menjadi pangkal, tempat kembalinya sesuatu. Ia menjadi
pusat, tempat mengalirnya sesuatu. Ia menjadi sentral dari tempat bergulirnya
suatu percikan. Ia juga menjadi pokok dari pecahnya partikel-partikel yang
berserakan.
Sumber hukum islam merupakan suatu rujukan atau dasar yang utama
dalam pengambilan hukum islam. Sumber hukum islam artinya sesuatu yang
menjadi pokok dari ajaran islam. Sumber hukum islam bersifat dinamis,
benar, dan mutlak, serta tidak pernah mengalami kemandegan, kefanaan, atau
kehancuran.4
Berkaitan dengan sumber hukum dalam islam, sebagian ulama ushul fiqh
membaginya menjadi dua bagian, yakni sumber hukum haqiqi dan sumber
hukum idhafi. Sumber hukum pertama (sumber hukum haqiqi) merupakan
sumber hukum yang sebenarnya, dimana ia tidak memiliki ketergantungan
dengan sumber-sumber yang lain. Sumber hukum haqiqi ajaran agama ini
tidak lain adalah wahyu ilahi, baik Al-Quran maupun as-sunnah. Sedangkan
sumber hukum kedua berupa penalaran (ray) seorang mujtahid yang
senantiasa membutuhkan sandaran sumber hukum haqiqi. Keterikatan sumber
hukum pertama ini merupakan sesuatu yang niscaya. Hal ini dimaksudkan
agar istinbath hukum yang dihasilkannya tidak bergeser dengan titik orbit

3Wahyuddin,Achmad,M.Ilyas dan M.Saifulloh, Z. Muhibbin, Pendidikan Agama Islam


Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta,Cetakan I 2006
4Heny Bachrul dan Habibi Muhammad, Pendidikan Agama Islam,Bandung, Cetakan I
2008.

MAKALAH HUKUM ISLAM | 4

tujuan disyariatkannya islam, yakni mengacu pada public interest


(kepentingan umum).5
1. Al-Quran
Al-Quran merupakan wahyu Allah Swt. Yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad saw. Sebagai pedoman hidup umat manusia. Secara
bahasa, Al-Quran artinya bacaan, yaitu bacaan bagi orang-orang yang
beriman. Bagi umat Islam, membaca Al-Quran merupakan ibadah.
Dalam hukum islam, Al-Quran merupakan sumber hukum yang
pertama dan utama, tidak boleh ada satu aturan pun yang bertentangan
dalam Al-Quran, sebagaimana firman Allah dalam Surah an-Nisa [4]
ayat 105. Yang memiliki arti sebagai berikut.

Terjemahannya
Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu
(Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara
manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.
a. Kedudukan Al-Quran
Al-Quran merupakan sumber hukum yang pertama dalam Islam
sehingga semua penyelesaian persoalan harus merujuk dan berpedoman
kepadanya. Berbagai persoalan yang tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat harus diselesaikan dengan berpedoman pada AlQuran. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surah an-Nisa [4] ayat
59 sebagai berikut.

5Abu Yasid, Islam Akomodatif, Yogyakarta, Cetakan I 2014

MAKALAH HUKUM ISLAM | 5

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.
Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
Rasulullah saw. dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah bersabda sebagai berikut.

Rasulullah bersabda, Aku tinggalkan kepadamu sekalian dua perkara.


Apabila kamu berpegang teguh kepada dua perkara tersebut niscaya
kamu tidak akan tersesat selamanya. Kedua perkara tersebut, yaitu
Kitabullah (Al-Quran) dan sunah Rasul (Hadist).
Al-Quran merupakan sumber hukum pertama yang dapat
menghantarakan umat manusia menuju kebahagiaan hidup di dunia
maupun di akhirat. Al-Quran akan membimbing manusia kejalan yang
benar. Al-Quran sebagai asy-Syifa merupakan obat penawar yang dapat
menenangkan dan mententramkan batin. Al-Quran sebagai an-Nia
merupakan cahaya yang dapat menerangi manusia dalam kegelapan. AlQuran sebagai al-Furqan merupakan sumber hukum yang dapat
membedakan antara yag hak dan yang batil. Selain itu, Al-Quran sebagai
al-Huda merupakan petunjuk ke jalan yang lurus. Al-Quran juga
merupakan rahmat bagi orang yang selalu membacanya.
2. Hadist
a. Pengertian Hadist
Menurut para ahli, hadist identik dengan sunah, yaitu segala
perkataan, perbuatan, takrir (ketetapan), sifat keadaan, tabiat atau
watak, dan sirah (perjalanan hidup) Nabi Muhammad saw,. baik yang
berkaitan dengan masalah hukum maupun tidak, namun menurut
bahasa, hadist berarti ucapan atau perkataan. Adapun menurut istilah,

MAKALAH HUKUM ISLAM | 6

hadist adalah ucapan,perbuatan, atau takrir Rasulullah saw. yang


diikuti (dicontoh) oleh umatnya dalam menjalani kehidupan.
b. Kedudukan Hadist
Sebagai sumber hukum Islam, kedudukan hadist setingkat
dibawah Al-Quran. Allah berfirman dalam Surah al-Hasyr [59] ayat 7
sebagai berikut :

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa
yang dilarangnya bagi kamu maka tinggalkanlah.
Selain itu, hadist yang diriwayatkan Imam Malik dan Hakim
menyebutkan bahwa Rasulullah meninggalkan dua hal yang jika
berpegang teguh kepada keduanya manusia tidak akan tersesat. Dua
hal tersebut, yaitu Al-Quran dan Sunah Rasulullah saw. atau hadist.
Hadist merupakan sumber hukum islam kedua setelah Al-Quran.
Dalam perkembangan dunia yang serba global ini, berbagai
ketidakpastian selalu menerpa kehidupan umat manusia sehingga
banyak orang yang bingung dan menemui kesesatan. Rasulullah saw.
sudah mengantisipasinya dengan menurunkan atau mewasiatkan dua
pusaka

istimewa,

(hadist).Barang

yaitu

siapa

Kitabullah

yang

(Al-Quran)

memegang

teguh

dan

Sunnah

kedua

pusaka

tersebut,dia akan selamat di dunia dan akhirat.Manusia yang


berpedoman kepada hadis akan selamat.Maksudnya,ia senantiasa
menjalankan kehidupan ini sesuai dengan Al-Quran dan hadis
Rasulullah saw. Al-Quran sudah dijamin kemurniannya oleh
Allah.Namun,tidak demikian dengan hadis,oleh karena itu,sampai saat
ini anda mengenal adanya hadis sahih (benar) dan hadis maudfi
(palsu).Berbeda dengan Al-Quran yang sampai saat ini tidak ada
pembagian ayat sahih dan ayat maudfi`.
c. Fungsi hadis terhadap Al-Quran
Rasulullah saw,sebagai pembawa risalah Allah bertugas
menjelaskan ajaran yang diturunkan Allah Swt.Melalui Al-Quran

MAKALAH HUKUM ISLAM | 7

kepada umat manusia.Sunah Rasulullah Saw. tersebut mendukung


atau menguatkan dan menjelaskan hukum yang ada dalam Al-Quran,
Fungsi hadis terhadap Al-Quran dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Menjelaskan

ayat-ayat

Al-Quran

yang

bersifat

umum.Contohnya,dalam Al-Quran yang terdapat ayat tentang


salat. Ayat tersebut dijelaskan oleh hadis sebagai berikut :
Salatlah kamu sebagaimana aku salat.
b. Memperkuat pernyataan yang ada dalam Al-Quran. Contohnya,
dalam Al-Quran ada ayat sebagai berikut :
Barangsiapa diantara kamu yang melihat

bulan

maka

berpuasalah. Ayat tersebut diperkuat oleh hadist Rasulullah


sebagai berikut : Berpuasalah karena melihat bulan dan
berbukalah karena melihat bulan.
c. Menerangkan maksud dan tujuan ayat.
Contohnya, dalam surah at-Taubah [9] ayat 34 dikatakan :

Orang-orang yang menyimpan emas dan perak, kemudian tidak


membelanjakannya di jalan Allah, gembirakanlah mereka dengan
azab yang pedih. Ayat tersebut dijelaskan oleh hadis berikut :
Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik
harta-hartamu yang sudah dizakati.
d. Menetapkan hukum atau aturan yang tidak disebutkan secara zahir
dalam Al-Quran.6
3. Ijtihad
a. Pengertian Ijtihad
Kata Ijtihad berasal dari kata ijtihada-yajtahidu-ijtihadan yang
berarti mengerahkan segala kemampuan untuk menanggung beban.
Menurut

bahasa,

ijtihad

artinya

bersungguh-sungguh

dalam

mencurahkan pikiran. Adapun menurut istilah, ijtihad adalah


mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-sungguh
untuk menetapkan suatu hukum. Oleh karena itu, tidak disebut ijtihad
6 Dimyati Ahmad, Heny Bahcrul, dan Habibie Muhammad, Pendidikan Agama Islam,
Bandung, Cetakan I 2008

MAKALAH HUKUM ISLAM | 8

apabila tidak ada unsur kesulitan di dalam suatu pekerjaan. Secara


terminologis, berijtihad berarti mencurahkan segenap kemampuan
untuk mencari syariat melalui metode tententu.
b. Kedudukan Ijtihad
Ijtihad merupakan sumber hukum Islam ketiga setelah Al-Quran
dan hadis. Ijtihad dilakukan jika suatu permasalahan sudah dicari
dalam Al-Quran maupun hadis, tetapi tidak ditemukan hukumnya.
Namun hasil ijtihad tetap tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran
maupun hadis. Orang yang melakukan ijtihad (mujtahid) dengan
benar, dia akan mendapat dua pahala. Adapun jika ijtihadnya salah,
dia tetap mendapat satu pahala. Ijtihad dalam kehidupan modern
memang

sangat

diperlukan

mengingat

dinamika

kehidupan

masyarakat yang selalu berkembang sehingga persoalan yang dihadapi


pun semakin kompleks.
C. Aktualisasi Hukum Islam di Indonesia
Agama bisa menjadi faktor pemersatu, sumber inspirasi sebuah
peradaban, namun dalam waktu yang lain agama juga sering menampakkan
wajahnya sebagai faktor pemecah belah manusia. Hal demikian ini kemudian
melahirkan ketegangan, bahkan konflik, antar pemeluk agama yang satu dan
pemeluk agama yang lain, sesuatu yang justru bertentangan dengan tujuan
agama itu sendiri. Konflik yang berkepanjangan, kemudian memancing pihak
lain, dalam negara untuk melakukan intervensi dalam mengatur kehidupan
keberagaman warganya.7
Upaya untuk melakukan institusionalisasi atau pelembagaan Hukum
Islam dalam tata hukum di Indonesia merupakan kebutuhan sejarah
perkembangan hukum Islam di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai salah
satu strategi pengembangan ajaran Islam yang lebih menyatu dengan karakter
dan kebutuhan akan rasa keadilan dan kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat.
Implementasi atau legislasi hukum Islam di Indonesia termanifestasi dari
pergulatan hukum dalam upaya perumusan perundang-undangan dan tata
7 Rumadi,Renungan Santri Dari Jihad Hingga Wacana Agama, (Jakarta: erlangga, 2006),
hlm.250

MAKALAH HUKUM ISLAM | 9

hukum di Indonesia. Pemikiran ini mencoba menganalisa perkembangan


hukum Islam dalam perspektif sejarah dan yuridis formal dalam tata hukum
di Indonesia.
Institusionalisasi atau legislasi hukum Islam adalah upaya yang dilakukan
untuk mempositifkan hukum Islam secara Nasional di bumi Indonesia.
Hukum Islam dalam pengertian ini adalah segala norma hukum yang berasal
dari syariat Islam seperti halnya hukum keluarga, perbankan yang
berdasarkan prinsip bagi hasil atau perbankan syariah. Hukum ibadah yang
membutuhkan keterlibatan negara dalam mengatur terselenggaranya ritual
agama secara lebih baik. Demikian juga dengan sistem hukum publik yang
berusaha mengatur dan mencegah terjadinya pelanggaran yang lebih besar,
sehingga legislasi hukum publik Islam menjadi salah satu alternatif dalam
pelaksanaannya.
Dalam perspektif hukum Islam, hukum positif Indonesia dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok menurut Masykuri Abdullah8, yaitu
(1) hukum-hukum positif yang sejalan dengan hukum Islam, seperti hukum
keluarga dan sebagian besar hukum perdata, (2) hukum-hukum positif yang
idak bertentangan dengan hukum Islam mski tidak sama prsis dengan hukum
Islam, seperti huku tentang pembunuhan dan perampokan, (3) hukum-hukum
positif yang bertentangan dengan hukum Islam, seperti hukum tentang
hubungan seksual tanpa nikah, minuman keras dan perjudian yang pelakunya
dikenakan hukuman hanya jika merusak atau mengganggu orang lain.
Sedangkan Padmo Wahjono mencatat bahwa mengfungsikan hukum
Islam dalam pembangunan hukum nasional mempunyai dua bentuk, 1)
mengfungsikan hukum Islam sebagai hukum positif yang berlaku hanya bagi
pemeluk Islam saja, 2) mengfungsikan hukum Islam melalui ekspresi nilainilai atau prinsip-prinsip hukum Islam yang akan berlaku tidak hanya bagi
kaum muslim tetapi juga bagi semua warga negara.9
D. Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Bermasyarakat
8 Masykuri Abdullah, Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasioal dalam
Jauhar Vol.1 No.1 Desember 2000, hlm. 51-71

MAKALAH HUKUM ISLAM | 10

Tujuan hukum Islam adalah mencapai kemaslahatan baik di dunia


maupun diakhirat. Kemaslahatan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Memelihara Agama
2. Memelihara Jiwa
3. Memelihara Akal
4. Memelihara Keturunan
5. Memelihara Kekayaan10
Fungsi hukum Islam sebagai perekayasa sosial didalam masyarakat bisa
dilihat dalam cara Islam menyebarkan ajaran moralnya di antara kewajibankewajiban hukum dan perdagangan yang diambil dari masyarakat Arab praIslam. Nilai-nilai etis yang diperkenalkan oleh Al-Quran disini diterapkan
dengan cara tertentu untuk mengubah orientasi norm-norma bisnis menurut
adat lama dari sekedar berorientasi ekonomi menuju hukum yang ditentukan
oleh nilai-nilai moral. Aktivitas bisnis dan perdagangan semacam itu tidak
lagi dilihat sebagai akagai tivitas duniawi an sich, tapi sebagai kegiatan yang
dipenuhi oleh nilai-nilai sakral dan nilai-nilai keagamaan. Jadi Islam tidak
melarang perdagangan; Islam bahkan mendorong aktivitas perdagangan dan
komersial yang kepentingannnya bukan hanya untuk menciptakan stabilitas
sosial tapi juga untuk memperluas kontak Islam dngan umat lain. Tapi Islam
tidak mendukung berbagai bentuk transaksi yang melibatkan ketidakpastian
(gharar) karena bisa mengarah kepada penipuan dan sengketa , seperti
menjual ikan yang masih di dalam sungai, atau menjual burung yang masih di
udara. Islam juga mengutuk penumpukan keuntungan dengan cara
mengorbankan kepentingan publik, begitu pula usaha mencari keuntungan
dengan cara menahan komoditas dari pasar untuk menciptakan kebutuhan.
Nabi diriwayatkan telah bersabda bahwa siapapun yang menimbun bahan
makanan sehingga pada saat dibutuhkna dan langka (ihtikar) harganya
meroket, orang itu telah berbuat dosa.
9 Padmo Wahjono, Budaya Hukum Islam Dalam Perspektif Pembentukan Hukum di
Masa Datang, dalam Mimbar Hukum, 1991, hlm.9
10 Fathur Rahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fikih Islamy, Jakarta, Saadiyah
Putra, 1979, hlm.44

MAKALAH HUKUM ISLAM | 11

Oleh karena itu, prinsip dasarnya adalah semua bentuk manipulasi,


eksploitasi dan penipuan pasar adalah perbuatan terlarang. Berdasarkan
prinsip inilah nabi melarang orang pergi kepasar untuk membeli barangbarang sebelum mereka pergi kepusat pasar dimana orang berkumpul untuk
berjual beli untuk menjual barang yang dibelinya tadi. Larangan ini
tampaknya didasarkan pada alasan bahwa pasar adalah tempat yang tepat
untuk kegiatan semacam itu karena kekuatan permintaan dan persediaan
ditentukan oleh harga paling adil bagi pembeli dan penjual.11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dibuat mengenai Hukum Islam dapat
disimpulkan bahwa
1. Hukum Islam adalah seperangkat kaidah-kaidah hukum yang didasarkan
pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku
mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan
diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluk agama islam.
2. Hukum Islam memiliki dua sumber utama yaitu Al-Quran, as-Sunnah,
dan Ijtihad.
3. Pengaktualisasian hukum Islam di Indonesia saat ini berada dalam upaya
untuk melakukan institusionalisasi atau pelembagaan Hukum Islam
dalam tata hukum yang merupakan kebutuhan sejarah perkembangan
hukum Islam di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai salah satu strategi
pengembangan ajaran Islam yang lebih menyatu dengan karakter dan
kebutuhan akan rasa keadilan dan kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat.
11 Ratno Lukito, Tradisi Hukum Indonesia, Cianjur, 2012, hlm.74-75

MAKALAH HUKUM ISLAM | 12

4. Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyakat yaitu sebagai


pencapai kemaslahatan baik di dunia maupun diakhirat serta sebagai
perekayasa sosial.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah, sebaiknya semua anggota kelompok ikut
berpartisipasi agar semua pendapat bersatu, sehingga membuat penulisan
makalah menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Masykuri, 2000, Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum


Nasional dalam Jauhar Vol.1, Binarupa Aksara, Jakarta
Ahmad, Dimyati, Bahcrul, Heny, dan Muhammad, Habibie, 2008, Pendidikan
Agama Islam, Erlangga, Bandung,
Bachrul, Heny dan Muhammad, Habibi, 2008, Pendidikan Agama Islam,
Erlangga, Bandung
Lukito, Ratno, 2012, Tradisi Hukum Indonesia, Laskar Aksara, Cianjur
Narto, Hukum Islam di Indonesia, http://nartohukum.blogspot.com, diakses pada
tanggal 18 November 2015. Palu
Rahman, Fathur, 1979, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fikih Islamy, Saadiyah
Putra, Jakarta
Rumadi, 2006, Renungan Santri Dari Jihad Hingga Wacana Agama, Erlangga,
Jakarta
Wahjono, Padmo, 1991, Budaya Hukum Islam Dalam Perspektif Pembentukan
Hukum di Masa Datang, dalam Mimbar Hukum, Kencana, Cirebon
Wahyuddin,Achmad,M.Ilyas dan M.Saifulloh, Z. Muhibbin, 2006, Pendidikan
Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Kencana, Jakarta

MAKALAH HUKUM ISLAM | 13

Yasid, Abu, 2014, Islam Akomodatif, EMS, Yogyakarta

MAKALAH HUKUM ISLAM | 14

Anda mungkin juga menyukai