Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR II
PERCOBAAN 2
KINETIKA KIMIA

NAMA

: GUSTI NIA FARAMITHA

NIM

: J1B114014

KELOMPOK

: III (TIGA)

ASISTEN

: TRIA AGUSTINA AYU

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2015

PERCOBAAN II
KINETIKA KIMIA
I.

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi

reaktan terhadap laju reaksi, mempelajari pengaruh temperatur terhadap laju


reaksi, dan menentukan orde reaksi.
II.

TINJAUAN PUSTAKA
Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut

kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaimana laju
bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi
berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen
(Oxtoby, 2001).
Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakkan
molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai fungsi
waktu. Mekanisme reaksi dapat diramalkan dengan bantuan pengamatan dan
pengukuran besaran termodinamika suatu reaksi, dengan mengamati arah jalannya
reaktan maupun produk suatu system (Siregar, 2008).
Suatu reaksi kimia berlangsung karena atom-atom bersenyawa membentuk
molekul-molekul baru dengan cara pembentukan elektron oktet dalam masingmasing atom. Laju berlangsungnya proses kimia dan energi-energi yang bertalian
dengan proses ini secara mekanisme reaksi kimia dipelajari dalam kinetika
(Luluk, 2007).
Laju

reaksi suatu

reaksi

kimia

merupakan

pengukuran

bagaimana konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah
seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan
memiliki

banyak

kegunaan,

misalnya

dalam teknik

kimia dan

kajian kesetimbangan kimia (Sukamto, 1989).


Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan waktu.
Satuan yang umum adalah mol/dm-3-i . Umumnya laju reaksi meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi dan dapat dinyatakan sebagai

Laju = k f (C1, C2, ., Ci)


Di mana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau
konstanta kecepaan, C1, C2, adalah konsentrasi dari reaktan-reakan dan produkproduk (Dogra, 1990).
Orde reaksi adalah jumlah faktor konsentrasi dalam hukum laju bentuk
deferensial. Pada umumnya orde reaksi merupakan bilangan bulat dan kecil,
namun dalam beberapa hal ada yang pecahan atau nol (Rossenberg, 1999).
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang
berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut
orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi
tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan
yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal
berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu
metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari
sederet percobaan. Metode kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi
konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Untuk mendapatkan grafik garis lurus
(Hiskia, 1992).
Satu alasan penting untuk mempelajari kinetika kimia ialah fakta bahwa
pengetahuan tentang laju suatu reaksi dapat memberikan pengertian tentang
urutan berlangsungnya reaksi, dikenal dengan mekanisme reaksi. Bahan
pemikiran yang penting untuk mengembangkan mekanisme reaksi adalah yang
berkaitan dengan proses elementer (Petrucci, 1992).
Persamaan laju reaksi secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
r = k [A]m [B]n
Dimana k adalah konstanta laju reaksi, m dan n adalah orde reaksi parsial masingmasing pereaksi. Besarnya laju reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktorfaktor, yaitu sebagai berikut:
1

Ukuran pereaksi
Salah satu faktor laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang reaktif
dan ada yang tidak reaktif. Semakin reaktif sifat pereaksinya, maka laju reaksi
akan semakin bertambah dan reaksi akan berlangsung lebih cepat. Hal ini

dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka
daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga.
2

Konsentrasi pereaksi
Dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan secara langsung.
Jika konsentrasi pereaksinya diperbesar, maka kerapatannya bertambah dan
akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat
reaksi. Akan tetapi harus diingat bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi
pereaksi meningkatkan laju reaksi, karena laju reaksi dipengaruhi juga oleh
faktor lain.

Suhu
Energi aktivasi adalah energi yang diperlukan untuk membentuk
komplek teraktivasi. Besarnya energi aktivasi reaksi sebaliknya (Ea)
bergantung jenis reaksi, energi aktivasi reaksi sebaliknya (Ea), yaitu dari
A+B
AB
Pada umumnya kenaikan suhu dapat mempercepat terjadinya suhu reaksi,
sebaliknya penurunan suhu juga dapat memperlambat terjadinya suhu reaksi.
Terjadinya tumbukan harus mempunyai dua syarat yaitu posisinya yang
efektif dan energinya yang mencukupi. Dengan demikian kenaikan suhu
dapat mempercepat laju reaksi. Hubungan antara suhu dengan laju reaksi
dapat dijelaskan melalui persamaan Arrhenius sebagai berikut:
K = A.e-Ea/RT, atau In k = -Ea = In A R.T
Dengan R adalah konstanta gas ideal, A adalah konstanta yang khas untuk
reaksi (faktor frekuensi) dan Ea adalah energi aktivasi yang bersangkutan.

Katalis
Katalis didefinisikan sebagai zat yang dapat mempercepat dan
mengendalikan reaksi. Dengan katalis reaksi dapat berlangsung pada kondisi
lunak (temperatur dan tekanan rendah) dengan laju dan selektivitas yang
tinggi. Katalis hanya dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak
mempengaruhi sifat termodinamika reaksi (Syukri, 1999).
Banyak reaksi tidak berlangsung dalam satu langkah, tetapi melalui

serangkaian langkah. Setiap langkah disebut reaksi elementer dan diakibatkan


oleh tumbukan atom, ion, atau molekul. Reaksi elementer terbagi 3, yaitu :

a.

Reaksi elementer unimolekular, hanya melibatkan satu molekul


reaktan saja.

b.

Reaksi elementer bimolekular, tumbukan dua atom, ion, atau


molekul.

c.

Reaksi termolekular, melibatkan tumbukan tiga molekul secara


serentak (Oxtoby, 2001).
Berdasarkan fasenya, katalis dapat dibagi dua, yaitu katalis homogen dan

heterogen.
1

Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fase sama dengan pereaksi,
mungkin gas, cair, atau padat.

Katalis heterogen adalah katalis yang mempunyai fase berbeda pereaksi,


umumnya katalis ini berupa zat padat dan pereaksinya cair atau gas (Petrucci,
1992).
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam

mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari


nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi
kadangkala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya
besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya (Syukri,
1999).
III. ALAT DAN BAHAN
A.

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi,

termometer, buret, stopwatch, erlenmeyer dan penangas air.


B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Na 2S2O3 0,1 N;
HCl 0,1 N; KMnO4 0,1 N; H2C2O4 0,1 N dan akuades.
IV. PROSEDUR KERJA
A.

Menentukan Pengaruh Konsentrasi Reaktan

Terahadap Laju Reaksi


a. Pengaruh Konsentrasi HCl
1. Menyiapkan 6 buah tabung reaksi dengan komposisi
sebagai berikut :

No
.
1
2
3
4

Pereaksi
Na2S2O3 0.1 N
HCl 0.1 N
HCl 0.05 N
HCl 0.01 N

Tabung reaksi ke 1
5 ml
-

2
5 ml
-

3
5 ml
-

2. Menuangkan
a) Tabung 2 ke tabung 1, dengan

4
5 ml
-

5
5 ml
-

6
5 ml

cepat tuangkan

kembali ke Tabung 2.
b) Tabung 4 ke tabung 3, dengan cepat tuangkan
kembali ke Tabung 4.
c) Tabung 6 ke tabung 5, dengan cepat tuangkan
kembali ke Tabung 6.
3. Mencatat perubahan warna dan waktu yang diperlukan
reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi kekeruhan.
b. Pengaruhh Konsentrasi Na2S2O3
1. Menyiapkan 6 buah tabung reaksi dengan komposisi
sebagai berikut:
No.

Pereaksi

Tabung reaksi ke 2
3
4
5

5 ml

5 ml

5 ml

HCl 0,1 N

Na2S2O3 0,1 N

5 ml

Na2S2O3 0,05 N

5 ml

Na2S2O3 0,01 N

5 ml

2. Menuangkan
a) Tabung 2 ke Tabung 1, dengan cepat tuang kembali
ke Tabung 2
b) Tabung 4 ke Tabung 3, dengan cepat tuang kembali
ke Tabung 4
c) Tabung 6 ke Tabung 5, dengan cepat tuang kembali
ke Tabung 6

B.

Menentukan Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Reaksi


1.

Menyiapkan tabung reaksi dengan komposisi sebagai berikut:


Pereaksi
HCl 0,1 N
Na2S2O3 0,1 N
Suhu

2.

1
2
5 mL
5 mL
Kamar

Tabung reaksi ke3


4
5
6
5 mL
5 mL
5 mL
5 mL
50oC
100oC

Mengatur temperatur dari tabung reaksi sesuai tabel dengan


menempatkan tabung reaksi dalam penangas air.

3.

Mencampurkan tabung
-

4.

tabung 1 dan 2
tabung 3 dan 4
tabung 5 dan 6

Mencatat waktu yang diperlukan mulai dari isi kedua tabung


dicampurkan hingga tepat terjadi perubahan warna.

C. Menentukan Orde Reaksi


1.

Mengisi buret dengan larutan KMnO4 0,1 N.

2.

Menyiapkan 5 buah erlenmeyer, mengisi dengan H2C2O4 0,1 N dan


akuades (komposisi setiap erlenmeyer sesuai tabel di bawah).

3.

Menambahkan KMnO4 ke dalam setiap erlenmeyer dari dalam buret


dengan jumlah sesuai tabel berikut:
Pereaksi
H2C2O4 0,1 N
KmnO4 0,1 N
Akuades

4.

1
5 mL
2 mL
13 mL

2
10 mL
2 mL
8 mL

5
10 mL
4 mL
6 mL

Mencatat waktu yang diperlukan mulai dari KMnO4 ditambahkan


hingga warna ungu tepat hilang.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil

Erlenmeyer
3
4
15 mL
10 mL
2 mL
3 mL
3 mL
7 mL

Pengaruh Konsentrasi HCl

Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
Menyiapkan 6 buah tabung reaksi dengan

komposisi

masing-masing

tabung sesuai dengan tabel.


Menuangkan :

Mulai terjadi reaksi pada masing-

Tabung 2 ke tabung 1, lalu dituang masing tabung dan mulai terjadi


kembali ke tabung 2.

kekeruhan.

Tabung 4 ke tabung 3, lalu dituang


kembali ke tabung 4.
Tabung 6 ke tabung 5, lalu dituang
kembali ke tabung 6.
Mencatat waktu yang diperlukan mulai Reaksi tabung 2 dan 1 : 60 detik.
dari isi kedua tabung dicampurkan Reaksi tabung 4 dan 3 : 53 detik.
hingga tepat terjadi kekeruhan.

Reaksi tabung 6 dan 5 : 41 detik

Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
Menyiapkan 6 buah tabung reaksi dengan

komposisi

masing-masing

tabung sesuai dengan tabel.


Menuangkan :

Mulai terjadi reaksi pada masing-

Tabung 2 ke tabung 1, lalu dituang masing tabung dan mulai terjadi


kembali ke tabung 2.

kekeruhan.

Tabung 4 ke tabung 3, lalu dituang


kembali ke tabung 4.
Tabung 6 ke tabung 5, lalu dituang
kembali ke tabung 6.
Mencatat waktu yang
mulai

dari

dicampurkan

isi
hingga

diperlukan Reaksi tabung 2 dan 1 : 17 detik.

kedua
tepat

tabung Reaksi tabung 4 dan 3 : 82 detik.


terjadi

Reaksi tabung 6 dan 5 : 414 detik.

kekeruhan.
b. Menentukan Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Reaksi
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
Menyiapkan 6 buah tabung reaksi -

dengan

komposisi

masing-masing

tabung sesuai dengan tabel.


Mengatur temperatur dari

tabung Tabung 1 dan 2 : Pada suhu kamar.

reaksi sesuai tabel 1, dimana tabung Tabung 3 dan 4 : Pada suhu 50oC.
reaksi ditempatkan di dalam penangas Tabung 5 dan 6 : Pada suhu 100oC.
air.
Mencampurkan : tabung 1 dan 2, Mulai terjadi reaksi pada masingtabung 3 dan 4 serta tabung 5 dan 6.
masing tabung.
Mencatat waktu yang diperlukan Reaksi tabung 1 dan 2 : 40 detik.
mulai

dari

dicampurkan

isi
hingga

kedua
tepat

tabung Reaksi tabung 3 dan 4 : 35 detik.


terjadi Reaksi tabung 5 dan 6 : 28 detik

perubahan warna.
c. Menentukan Orde Reaksi
Percobaan
Hasil Pengamatan
Mengisi buret dengan larutan KMnO4 0,1 N.
Menyiapkan 5 buah erlenmeyer yang diisi dengan H2C2O4 0,1 N dan akuades.
Menambahkan KMnO4 ke dalam setiap Mulai terjadi reaksi pada masingerlenmeyer dari dalam buret dengan masing erlenmeyer.
jumlah sesuai tabel
Mencatat waktu yang diperlukan mulai Pada erlenmeyer 1 : 1113 detik
dari KMnO4 ditambahkan hingga warna Pada erlenmeyer 2 : 733 detik
ungu tepat hilang.

Pada erlenmeyer 3 : 379 detik


Pada erlenmeyer 4 : 629 detik
Pada erlenmeyer 5 : 592 detik

1. Perhitungan
Menentukan Orde Reaksi
Diketahui : N H2C2O4 = 0,1 N = 0,1 M
N KMnO4 = 0,1 N = 0,1 M
Volume total = 20 mL

Ditanyakan : - Membuat 6 buah grafik, yaitu : [H2C2O4] vs 1/t, [H2C2O4]2 vs


1/t, [H2C2O4]3 vs 1/t, [KMnO4] vs 1/t, [KMnO4]2 vs 1/t, dan
[KMnO4]3 vs 1/t.
- Menentukan harga koefisien relasi (r) dari masing-masing
grafik tersebut.
- Menentukan orde reaksi terhadap asam oksalat, permanganat,
dan orde reaksi total, berdasarkan harga r tersebut.
Penyelesaian :

VOKSALAT. M OKSALAT
VTOTALLARUTAN
[H2C2O4]

=
VPERMANGANAT .M PERMANGANAT
VTOTALLARUTAN

[KMnO4]

[H2C2O4] = (V.N)oksalat / Vtotal larutan


Pada erlenmeyer 1 : [H2C2O4] = (5 mL0,1 N) / 20 mL = 0,025 N
Pada erlenmeyer 2 : [H2C2O4] = (10 mL0,1 N) / 20 mL = 0,05 N
Pada erlenmeyer 3 : [H2C2O4] = (15 mL0,1 N) / 20 mL = 0,075 N
Pada erlenmeyer 4 : [H2C2O4] = (10 mL0,1 N) / 20 mL = 0,05 N
Pada erlenmeyer 5 : [H2C2O4] = (10 mL0,1 N) / 20 mL = 0,05 N
[KMnO4] = (V.N)permanganat / Vtotal larutan
Pada erlenmeyer 1 : [KMnO4] = (2 mL0,1 N) / 20 mL = 0,01 N
Pada erlenmeyer 2 : [KMnO4] = (2 mL0,1 N) / 20 mL = 0,01 N
Pada erlenmeyer 3 : [KMnO4] = (2 mL0,1 N) / 20 mL = 0,01 N
Pada erlenmeyer 4 : [KMnO4] = (3 mL0,1 N) / 20 mL = 0,015 N
Pada erlenmeyer 5 : [KMnO4] = (4 mL0,1 N) / 20 mL = 0,02 N
Tabel Hasil Data Percobaan Penentuan Orde Reaksi :
Erlenmeye

r
t (detik)
[H2C2O4]
[H2C2O4]2
[H2C2O4]3

1113
2,5.10-2
6,25.10-4
1,56.10-5

733
5.10-2
2,5.10-3
1,25.10-4

379
7,5.10-2
5,625.10 -3
4,23.10-4

629
5.10-2
2,5.10-3
1,25.10-4

592
5.10-2
2,5.10-3
1,25.10-4

[KMnO 4]
[KMnO 4]2
[KMnO 4]3
1/t

1.10-2
1.10-4
1.10-6
89,85.10-5

1.10-2
1.10-4
1.10-6
136,43.10-

1.10-2
1.10-4
1.10-6
263,85.10-

1,5.10-2
2,25.10-4
3,4.10-6
158,98.10-

1. Orde reaksi H2C2O4


Perc .2 1/t 2
=
Perc .1 1/t 1
k [ H 2 C 2 O 4] p [KMnO 4 ]q 1/t 2
=
p
q
k [ H 2 C 2 O 4] [KMnO 4 ] 1/t 1
k [0,05]p [ 0,01]q 136,43 .105
=
k [0,025]p [0,01]q 89,85 .105
[2]p = 1,5
p log 2 = log 1,5
p= 0,5
2. Orde reaksi KMnO4
Perc .4 1/t 4
=
Perc.2 1/t 2
k [ H 2 C 2 O 4] p [KMnO 4 ]q 1/t 4
=
k [ H 2 C 2 O 4] p [KMnO 4 ]q 1/t 2

k [ 0,05 ] [ 0,015 ]
p

k [ 0,05 ] [ 0,01 ]

158,98. 10
5
136,43 . 10

[1,5]q = 1,16
q log 1,5 = log 1,16
q = 0,3
Jadi, orde reaksi total adalah = p+q

2.10-2
4.10-4
8.10-6
168,92.10-5

= 0,5 + 0,3
= 0,8
V.

Pembahasan

1. Pengaruh Konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi


Suatu zat yang bereaksi mempunyai konsentrasi yang berbeda-beda.
Konsentrasi menyatakan pengaruh kepekatan atau zat yang berperan dalam
proses reaksi. Semakin besar nilai konsentrasi, maka laju reaksi akan
semakin cepat. Hal ini dikarenakan zat yang konsentrasinya besar
mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga partikelpartikelnya tersususn lebih rapat dibanding zat yang konsentrasinya rendah.
Partikel yang susunannya lebih rapat, akan sering bertumbukan dibanding
dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga kemungkinan
terjadinya reaksi makin besar.
Pada percobaan ini menggunakan HCl 0,1 N ; HCl 0,01 N ;HCl 0,05
dan Na2S2O3 0,1 N dan alat yang digunakan ada 6 tabung yang pertama
mencampurkan tabung 2 yang berisi 5 ml HCl 0,1 N ke tabung 1 yang
berisi 5 ml Na2S2O3 0,1 N dan kemudian dikembalikan ke tabung 2
perubahan warna terjadi pada detiki ke 60 dan perubahan warna yang terjadi
yaitu bening menjadi keruh. Kedua tabung 4 yang berisi 5 ml HCl 0,05
dicampurkan dengan tabung 3 yang berisi 5 ml Na2S2O3 0,1 N perubahan
warna terjadi pada detik ke 53dan perubahan warna juga sama yaitu dari
bening menjadi keruh. Ketiga yaitu tabung 6 yang berisi 5 ml HCl 0,01 N
dicampurkan dengan tabung 5 yang berisi 5 ml Na2S2O3 0,1 N dan
dikembalikkan ke tabung 6 dan perubahan warna terjadi pada detik ke 41,
dan perubahan warna yang terjadi yaitu dari bening menjadi keruh. Pada
tahap kedua yaitu menentukan pengaruh konsentrasi dari Na2S2O3 bahan
yang digunakan 5 ml Na2S2O3 0,01 N; Na2S2O3 0,05 N ; Na2S2O3 0,1 N dan
HCl 0,1 N ,cara kerjanya sama dengan yang pertama yaitu pada tabung 2
yang berisi 5 ml Na2S2O3 0,01 N dicampurkan ke tabung 1 yang berisi 5ml
HCl 0,1 N terjadi perubahan warna pada detik ke 17 perubahan warna yang
terjadi juga sama yaitu dari bening menjadi keruh , yang kedua juga tabung

4 yang berisi 5 ml Na2S2O3 0,05 N dicampur ketabung 3 yang berisi 5 ml


HCl 0,1 N dan perubahan warna terjadi pada waktu 1 menit 22 detik
perubahan warna yang terjadi juga bening menjadi keruh, dan yang terakhir
tabung 6 yang berisi 5 ml Na2S2O3 0,01 N dicampur dengan tabung 5 yang
berisi 5 ml HCl 0,1 N dan perubahan warna terjadi pada waktu 6 menit 54
detik, pada percobaan ini kita dapat mengetahui pengaruh konsentrasi
reaktan terhadap laju reaksi dan didapatkan bahwa semakin besar
konsentrasi reaktan maka laju reaksi semakin cepat dan HCl pengaruh
perubahan warnanya juga lebih cepat dari pada Na2S2O3.
2. Pengaruh temperatur terhadap laju reaksi
Secara teori telah kita ketahui bahwa reaksi-reaksi kimia cenderung
berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Pada praktikum ini kita
akan mereaksikan HCl 0,1 N ; HCl 0,05 N dan HCl 0,01 N dengan Na2S2O3
dalam 3 kondisi yaitu tabung 2 dicampur ketabung 1, tabung 4 dicampurke
tabung 3, dan tabung 6 dicampur ketabung 5 dikembalikan ke 6 . Pada
percobaan pengaruh temperatur terhadap laju reaksi ini diperoleh data
seperti berikut, untuk suhu kamar waktu yang diperlukan 40 detik, pada
suhu 50oC waktu yang diperlukan adalah 35 detik, dan untuk suhu 100oC
waktu yang diperlukan adalah 28 detik. Dilihat dari grafiknya dan
berdasarkan hasil percobaan maka laju reaksi semakin cepat pada suhu yang
tinggi. Hal ini disebabkan karena kenaikkan suhu akan memberikan
tambahan energi kinetik bagi partikel pereaksi sehingga semakin banyak
molekul-molekul yang dapat melewati tenaga penghalang

E, tenaga ini

disebut tenaga aktivasi.


Dari pernyataan diatas dilihat bahwa semakin tinggi suhu yang
digunakan maka semakin cepat pula reaksi yang terjadi. Maka suhu kamar
akan waktu laju reaksinya lebih cepat dibandingkan pada suhu 50 oC karena
reaksi cenderung lebih cepat pada suhu tinggi/suhu kamar itu sendiri ,
karena jika suhu dinaikkan maka kalor yang diberikan akan menambah
energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya, jumlah dan energi tabrakkan
bertambah besar. Hal ini membuktikan bahwa temperatur juga berperan

dalam menentukan kecepatan dari suatu reaksi. Semakin tinggi suhu,


semakin cepat pula proses reaksi itu berlangsung. Artinya laju reaksi
berbanding lurus dengan temperatur. Hal ini menunjukkan ada batas suhu
tertentu dimana reaksi itu akan berlangsung secara maksimal, karena dalam
reaksi bukan hanya suhu yang mempengaruhi laju reaksi tetapi juga ada
faktor lainnya, seperi konsentrasi reaktan tadi, katalis, dan lain-lain.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Na2S2O3 + HCl

2 NaCl + H2S2O3

Reaksi kimia tejadi sebagai akibat tumbukan antara molekul-molekul


dimana tidak semua tumbukan molekul yang efektif membentuk reaksi
kimia, hanya molekul-molekul yang lebih energetika dalam campuran yang
menghasilkan reaksi sebagai hasil tumbukan. Kemungkinan suatu tumbukan
tertentu untuk menghasilkan reaksi kimia tergantung dan orientasi molekul
yang bertumbukan. Hal ini terjadi karena konsentrasi antara dua zat tersebut
tersebut sama-sama besar, yang berarti kerapatannya pun lebih bertambah
dan konsentrasi sebelumnya dan kemungkinan dua molekul yang
bertumbukan semakin besar juga sehingga wama larutan yang didapatkan
lebih keruh dari sebelumnya, artinya laju reaksi yang dihasilkan lebih besar.
3. Penentuan orde reaksi
Percobaan yang terakhir adalah menentukan orde suatu reaktan
terhadap suatu reaksi. Percobaan kali ini menggunakan KMnO 4 0,1 N dan
H2C2O4 0,1 N. Dalam percobaan ini terjadi reaksi sebagai berikut :
3 H2C2O4 + 2 KMnO4-

6 CO2 + 3H2O + MnO

Pada erlenmeyer pertama dicampurkan H2C2O4 sebanyak 5 ml dengan


KMnO4 sebanyak 2 ml serta akuades sebanyak 13 ml, waktu yang
diperlukan untuk reaksi ini adalah 1113 detik.
Pada erlenmeyer kedua dicampurkan H2C2O4 sebanyak 10 ml dengan
KMnO4 sebanyak 2 ml serta akuades sebanyak 8 ml, waktu yang diperlukan
untuk reaksi ini adalah 733 detik.

Pada erlenmeyer ketiga dicampurkan H2C2O4 sebanyak 15 ml dengan


KMnO4 sebanyak 2 ml serta akuades sebanyak 3 ml, waktu yang diperlukan
untuk reaksi ini adalah 379 detik.
Pada erlenmeyer keempat dicampurkan H2C2O4 sebanyak 10 ml
dengan KMnO4 sebanyak 4 ml serta akuades sebanyak 6 ml, waktu yang
diperlukan untuk reaksi ini adalah 629 detik.
Pada erlenmeyer kelima dicampurkan H2C2O4 sebanyak 10 ml dengan
KMnO4 sebanyak 8 ml serta akuades sebanyak 2 ml, waktu yang diperlukan
untuk reaksi ini adalah 592 detik.
Dari

data

tersebut,

kemudian

dapat

dibuat

grafik

yang

menghubungkan konsentrasi setiap pereaksi dengan dengan 1/t (waktunya).


1/t (waktu) ini diambil karena laju reaksi berbanding terbalik dengan waktu
dan berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi serta temperaturnya.
Berdasarkan graFik, dimana ada 6 buah grafik yaitu dari kuadrat dan
pangkat tiga konsentrasi masing-masing pereaksi, diperoleh nilai R 2 yang
merupakan nilai garis regresi linear dimana sesuai dengan ketentuan, yang
paling mendekati atau sama dengan 1 (satu) adalah tingkat orde masingmasing pereaksi. Berdasarkan semua grafik di atas, maka diperoleh nilai R
untuk [H2C204] 0,5. Sehingga orde reaksi terhadap asam oksalat adalah
tingkat orde reaksi 0 (karena nilai R2 tidak mendekati 1). Berdasarkan semua
grafik di atas, maka dipcroleh nilai R 2 untuk [KMnO4] adalah 0,3 karena
orde reaksi terhadap permanganat tidak terdefinisi. Maka didapatkan orde
reaksi totalnya, yaitu 0.
Dari data tersebut maka dapat diketahui konsentrasi masing-masing
pereaktan. Konsentrasi yang telah diperoleh tersebut dibuat dalam bentuk
grafik dimana grafik tersebut merupakan hubungan konsetrasi pereaksi
dengan 1/t (detik). Praktikum kali ini sangatlah memerlukan ketelitian
dalam melihat perubahan warna, ketepatan dalam menetapkan waktu yang
diperlukan dan kecepatan dalam mencampurkan larutan.
VI.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah:

1. Semakin besar konsentrasi reaktan, maka semakin cepat laju reaksi, dan
sebaliknya.
2. Semakin tinggi temperatur atau suhu, maka semakin cepat pula
reaksinya, dan sebaliknya.
3. Orde reaktan pada H2C2O4 0,5 N adalah 0 dan KMnO4 0,3 N adalah 0.
4. Orde reaksi total yang didapatkan adalah 0 karena orde totalnya adalah
0,8.
5. Jika suhu dinaikan maka kalor akan menambah energi kinetik

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 1992. Elektrokimia dan kinetika kimia. Bandung. PT. Citra
Aditya Bakti.
Dogra, S.K dan S.Dogra.1990. Kimia Fisik dan soal-soal. Jakarta. Universitas
Indonesia.

Edahwati, Luluk. 2007. Kinetika Reaksi Pembuatan NaoH Dari Soda ASH dan
Ca(OH)2 . Jurnal Penelitian Ilmu Teknik Vol. 7, No. 2 : 55-63.
Oxtoby, DW. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta.
Erlangga.
Petrucci, RH. 1992. Kimia Dasar Prinsipdan Terapan Modern Jilid 2. Jakarta.
Erlangga.
Rossenberg, JL. 1999. Kimia Dasar. Edisi Keenam. Jakarta. Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung. ITB.
Sukamto. 1989. Kimia Fisika. Jakarta. PT Bhineka Cipta.
Siregar, Tirena Bahnur. 2008. Kinetika Kimia Reaksi Elementer. Medan. Usu
press.

Anda mungkin juga menyukai