TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
memindahkan panas dari fluida yang bertemperatur lebih tinggi menuju fluida
yang bertemperatur lebih rendah. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah
uap lewat panas (superheated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Proses transfer panas di dalam heat exchanger terjadi dengan tiga cara:
Secara molekuler (konduksi), secara aliran (konveksi), dan secara gelombang
elektromagnetik (radiasi).
Heat exchanger banyak dipergunakan dalam industri seperti kilang
minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, serta
pembangkit listrik. Dalam aplikasinya alat ini digunakan untuk menaikkan
maupun menurunkan temperatur, dan juga untuk mengubah fase fluida. Salah satu
tipe heat exchanger yang banyak digunakan di dunia industri adalah shell and
tube heat exchanger. Adapun beberapa tipe aliran Heat exchanger, yaitu:
1)
2)
3)
4)
2.2.
dari dua fluida yang memiliki temperatur berbeda di mana perpindahan panas
yang terjadi dapat dilakukan dengan adanya kontak langsung antara dua fluida
ataupun tidak langsung. Heat exchanger dapat digunakan sebagai pemanas
(regenerator) maupun sebagai pendingin (recuperator) tergantung pada tinjauan
perpindahan panas yang terjadi.
2.2.1. Heat Exchanger Tipe Kontak Tak Langsung (Indirect Contact)
Heat exchanger tipe ini melibatkan fluida-fluida yang saling bertukar
panas dengan adanya lapisan dinding yang memisahkan fluida-fluida tersebut.
Dinding pemisah yang digunakan harus terbuat dari bahan yang memiliki
3
2.3.
2.4.
exchanger adalah:
1) Shell, berbentuk silinder yang berisi tube bundle dan berfungsi sebagai
wadah mengalirnya zat.
2) Head stationer, merupakan salah satu bagian ujung dari penukar panas. Pada
bagian ini terdapat saluran masuk fluida yang mengalir kedalam tube.
3) Head bagian belakang, terletak diujung lain dari alat penukar panas.
4) Sekat (baffle), Sekat digunakan untuk membelokkan atau membagi aliran
dari fluida dalam alat penukar panas.
Adapun macam-macam baffle, yaitu:
1) Segmental Baffle terdiri dari Single segmental baffle (baffle satu segmen)
beroperasi dengan baik untuk proses satu fasa dan memberikan cross flow
heat transfer (across the tube) yang lebih besar daripada longitudinal heat
transfer (through the windows). Akan tetapi, baffle jenis ini mungkin tidak
akan efektif untuk liquid yang sangat viscous dimana aliran tidak akan
mengalami turbulensi dan adanya bypass yang membuat efisiensi heat
transfer-nya menurun. Keuntungan utama dari baffle jenis ini adalah heat
transfer rate yang tinggi karena aliran cross flow-nya. Kerugian utamanya
adalah pressure drop yang juga tinggi, terutama untuk aliran kecepatan
tinggi.
2) Double segmental baffle memberikan cross flow heat transfer yang lebih
rendah (60%90%) untuk spacing yang sama, total baffle cut yang sama,
dan flow rate yang sama dibandingkan dengan single segmental baffle. Akan
tetapi, pressure drop-nya lebih baik sekitar sepertiga sampai setengah dari
pressure drop single segmental baffle. Pada umumnya, center dan wing
baffle punya overlap dua sampai empat baris tube.
3) Triple segmental baffle menghasilkan cross flow dan longitudinal flow yang
lebih rendah daripada single segmental baffle. Pressure drop-nya sekitar
seperempat sampai sepertiga dari single segmental baffle. Sementara heat
transfer rate-nya cuma setengah dari single segmetal baffle.
4) Horisontal cut baffle, baffle jenis ini baik dipergunakan untuk semua fase gas
atau fase liquid dalam shell, dan akan lebih baik apabila adanya dissolves
gas dalam liquid yang dapat dilepaskan dalam heat exchanger maka perlu
diberi notches dalam baffle.
5) Vertical cut baffle, baffle jenis ini baik untuk liquid yang membawa
suspended matter atau yang heavy fouling fluida
6) Disc and doughtnut baffle, fluida harus bersih agar tidak akan terbentuk
sediment dibelokkan doughtnut. Kurang baik untuk dissolved gas, bila
dissolved gas yang terlepas, maka dilepaskan melalui top dari doughtnut.
7) Baffle dengan annular orifice, baffle jenis ini jarang digunakan karena terdiri
dari full circular plate dengan lubang-lubang dan bisa digunakan untuk
semua tube.
8) Longitudinal baffle, baffle jenis ini digunakan pada shell side untuk membagi
aliran shell side menjadi dua atau beberapa bagian untuk memberikan
kecepatan yang lebih tinggi untuk perpindahan panas yang lebih baik.
9) Grid baffle menghasilkan aliran yang lebih longitudinal, aliran di sisi shellnya lebih seragam. Sementara untuk vaporization di sisi shell karena dengan
demikian tidak akan adanya vapor pockets. Tipe grid baffle yang paling
umum adalah rod dan strip baffle.
10) Tube, merupakan pemisah dan sebagai penghantar panas yang berbeda
suhunya diantara dua zat yang berada di dalam suatu alat. Pemilihan tube ini
harus sesuai dengan suhu, tekanan, dan sifat korosi fluida yang mengalir.
Tube ada dua macam, yaitu: Tube polos (bare tube) dan Tube bersirip
(finned tube).
11) Tube sheet, berfungsi sebagai tempat duduk tube bundle pada shell.
12) Channel and pass partition, merupakan tempat keluar masuknya fluida pada
tube, sedangkan pass partition merupakan pembatas antara fluida yang
masuk dan keluar tube.
13) Shell cover and channel cover, tutup yang dapat dibuka pada saat
pembersihan.
2.6.
10
karakterisitik dari fluida dingin yang akan mendinginkan fluida panas, maka
semakin besar efesiensi dari heat exchanger tersebut.
4) Waktu Kontak. Semakin lama waktu kontak antara fluida panas dan fluida
dingin maka semakin besar pula perpindahan panas yang terjadi dalam heat
exchanger . sehingga semakin besar pula efesiensi dari heat exchanger.
5) Ketebalan Materi. Ketebalan dari dinding shell and tube telah diperhitungkan
menggunakan suatu perhitungan yang sesuai standar yang ada.
6) Luas Kontak Fluida. Semakin luas permukaan kontak antara fluida panas dan
fluida dingin maka menyebabkan semakin besar pula efesiensi yang
dihasilkan oleh heat exchanger.
7) Penggunaan Baffle. Penggunaan baffle menyebabkan aliran cross flow dalam
heat exchanger, sehingga luas kontak fluida dalam shell dengan dinding
tube makin besar, sehingga perpindahan panas di antara kedua fluida
meningkat, untuk menjaga supaya tube tidak melengkung (berfungsi sebagai
penyangga).
8) Kecepatan Aliran Fluida. Peningkatan kecepatan aliran fluida akan
meningkatkan bilangan Reynolds, maka semakin tinggi kecepatan fluida,
semakin tinggi pula bilangan Reynoldsnya, dan gaya inersia yang
berhubungan dengan densitas dan kecepatan fluida yang nilainya lebih besar
dibandingkan dengan gaya viskositas. Dimana semakin besarnya gaya
inersia, maka gaya viskositas tidak akan dapat menahan fluktuasi fluida
yang cepat dan acak, sehingga terjadilah aliran turbulen pada fluida tersebut.
9) Jumlah Pengotor Dalam Heat Exchanger. Selama heat exchanger
dioperasikan dengan kebanyakan cairan dan minyak, terbentuk suatu lapisan
kotoran pada permukaan perpindahan panas secara berangsurangsur seperti
endapan pada tube yang menyebabkan kurang efektifnya laju perpindahan
panas. Efeknya yang disebut pengotoran atau penyumbatan (fouling) adalah
mempertinggi tahanan termal.
2.7.
(2)
11
(3)
Keterangan:
Q : Kecepatan perpindahan panas (Btu/jam)
W : Laju aliran massa (lb/jam)
Cp : Panas jenis (Btu/lboF)
T1 : Temperatur udara masuk shell (oF)
T2 : Temperatur keluar masuk shell (oF)
Tmaks Tmin
ln Tmaks
Tmin
t=LMTD x Ft
(4)
(5)
Keterangan :
Tmax : Selisih temperatur fluida tinggi antara shell dan tube. (oF)
Tmin
t
Ft
(6)
keterangan:
Temperatur masuk shell (oF)
T1
T2
Tc
Fc
: Kalorik fraction
T1
T2
(7)
12
Tc
Fc
: Kalorik fraction
De x Gs
(8)
Keterangan:
ID t x Gt
(9)
Keterangan:
perpindahan
panas
pada
shell
dapat
diperoleh
dengan
menggunakan grafik Shell Side Heat Transfer Curve For Segmental Baffles.
Faktor perpindahan panas pada tube dapat diperoleh dengan menggunakan grafik
Tube Side Heat Transfer.
6) Menentukan Bilangan Prandtl
Harga bilangan Prandtl pada shell dapat diperoleh dengan menggunakan
software steam table atau dengan perhitungan sebagai berikut:
Pr s=
Keterangan :
cp s x
Ks
(10)
13
: Koefisien panas spesifik fluida pada shell / tube (Btu/lboF) (didapatkan dari
Cps
ks
Prs
: Bilangan Prandtl
(11)
Keterangan:
Nu
: Bilangan Nusselt
Re
: Bilangan Reynold
Prs
: Bilangan Prandtl
P rs
hi
K
=JH s x s x
s
De
(12)
Keterangan :
JHs: Faktor perpindahan panas (didapatkan dari figure 28 kern dengan mengetahui Ret)
De : Diameter ekuivalen pada shell (ft)
Ks : Konduktivitas termal pada shell (Btu/jam)
Prs : Bilangan Prandtl pada shell
hi
Sedangkan bentuk dari koefisien perpindahan panas pada tube dapat diperoleh
dengan berikut.
Prt
hi
K
=JH t x t x
t
I Dt
(13)
14
Keterangan :
JHt : Faktor perpindahan panas (didapatkan dari figure 24 kern dengan mengetahui
Re t
dan L/D )
IDt:Diameter dalam pada tube (ft)
Kt :Konduktivitas termal pada tube (Btu/jam)
Prt :Bilangan Prandtl pada tube
hi : koefisien perpindahan panas
s=
w
( )
0.14
(14)
Keterangan :
Rasio viskositas dari air pada dinding tube dapat diperoleh sebagai berikut:
t=
w
0.14
( )
(15)
Keterangan :
t
h io x h o
hio+h o
(16)
15
Keterangan:
hio
ho
Uc
Overall Heat Transfer Coefficient Design (Ud) dapat diperoleh sebagai berikut :
Ud=
qt
A x t LMTD
(17)
Keterangan:
A
Ud
U c U d
U c x Ud
(18)
Keterangan:
Rd
Uc
Ud
q act
x 100
q max
Keterangan :
Qact : Kecepatan perpindahan panas yang diharapkan (Btu/jam)
Qmax: Kecepatan perpindahan panas maksimum (Btu/jam)
(19)