Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Perubahan, tantangan, dan peluang sedang dihadapi oleh sistem


pelayanan kesehatan di Indonesia.Pada era global seperti saat ini, perubahan
dalam

sistem

dan

tatanan

pelayanan

kesehatan

telah

mempercepat

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.Salah satu dampak


dari perkembangan iptek kesehatan adalah menjadi tingginya biaya pelayanan
dan pemeliharaaan kesehatan.
Tingginya biaya kesehatan ini berdampak negatif terhadap ketersediaan
sarana dan fasilitas kesehatan yang memadai untuk golongan masyarakat
menengah kebawah, meningkatnya pembayaran premi asuransi kesehatan
dan menurunnya cakupan fasilitas dalam asuransi kesehatan, serta terjadinya
perubahan perilaku para pelaku yang terlibat dalam pelayanan kesehatan.
Salah satu pelaku yang terlibat dalam sistem pelayanan kesehatan
adalah tim kesehatan termasuk tenaga keperawatan. Tenaga keperawatan
yang terlibat dalam pelayanan kesehatan harus senantiasa memberikan
pelayanannya

secara

kontinyu

dan

konsisten

selama

24

jam.Mereka

menghadapi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh pasien atau


keluarganya.Disamping itu, mereka juga harus memfokuskan pelayanannya
pada keberlangsungan kegiatan pelayanan itu sendiri.
Manajemen

keperawatan

pada

dasarnya

berfokus

pada

perilaku

manusia.Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan


keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam
pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola
perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan
individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia
individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat
dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang
tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk
diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh
kedua belah pihak.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk
melindungi diri dari ancaman yang bersifat semu atau yang benar-benar
ancaman

terhadap

tidak

terpenuhinya

kebutuhan

dalam

situasi

kerja.Atasan/pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan

yang efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan,
sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun
bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik,
yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang
profesional.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh
dan bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk
menciptakan

kepercayaan

dan

ketaatan

sehingga

timbul

kesediaan

melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif


dan efisien.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa batasan tentang kepemimpinan , antara lain :
1.

Kepemimpinan
seseorang

adalah

sehingga

perpaduan

orang

berbagai

tersebut

perilaku

mempunyai

yang

dimiliki

kemampuan

untuk

mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas


tertentu yang dipercayakan kepadanya (Ordway Tead).
2.

Kepemimpinan

adalah

suatu

proses

yang

mempengaruhi

aktifitas

seseorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan (Stogdill).
3.

Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang


dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara
sukarela mau

dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang

diinginkan (Georgy R. Terry).


4.

Kepemimpinan

adalah

suatu

proses

yang

mempengaruhi

aktifitas

seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang


telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu (Paul Hersay, Ken Blanchard).
B. Teori Kepemimpinan
Ada beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain :
1. Teori orang besar atau teori bakat
Teori orang besar (the great men theory) atau teori bakat (Trait theory) ini
adalah teori klasik dari kepemimpinan.Disini disebutkan bahwa seorang
pemimpin

dilahirkan,

artinya

bakat-bakat

tertentu

yang

diperlukan

seseorang untuk menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir.


2. Teori situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional
theory).Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang
sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata dapat pula menjadi
pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa
orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi
yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk
muncul sebagai pemimpin.

3. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah
kepemimpinan

banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan

sehari-hari sering

ditemukanadanya seorang yang setelah berhasil

dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang


baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang
menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi
pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakatbakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari
alam.
C. Gaya Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh
sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku
antara seorang dengan orang lainnya tidak persis sama, maka gaya
kepemimpinan (leadership style) yang diperlihatkanpun juga tidak sama.
Bertitik tolak dari pendapat adanya hubungan antara gaya kepemimpinan
dengan perilaku tersebut, maka dalam membicarakan gaya kepemimpinan
yang untuk bidang administrasi sering dikaitkan dengan pola manajemen
(pattern of management), sering dikaitkan dengan pembicaraan tentang
perilaku.
Tegantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi
dan atau yang dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang
diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu :
1. Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator (dictatorial leadership style) ini upaya
mencapai tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta ancaman
hukuman. Tidak ada hubungan dengan bawahan, karena mereka dianggap
hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.
2. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada

gaya

kepemimpinan

ini

(autocratic

leadership

style)

segala

keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan

tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan
gaya kepemimpinan diktator tetapi dalam bobot yang agak kurang.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style)
ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan secara musyawarah. Hubungan dengan bawahan dibangun
dengan baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini mendatangkan
keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih objektif,
tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi.
Sedangkan kelemahannya: keputusan serta tindakan kadang-kadang
lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat
terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
4. Gaya Kepemimpinan Santai
Pada gaya kepemimpinan santai (laissez-faire leadership style) ini peranan
pimpinan hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan
kepada bawahan, jadi setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan
masing - masing sesuai dengan kehendak masing-masing pula.
mempunyai kontribusi yang berbeda.
D. Pimpinan dan kepemimpinan
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan
proses atau fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pimpinan tingkat pertama (Lower Manager)
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang
menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada
konsumen.Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi peranan technical
skill yang terbesar dan konseptual skill yang terkecil.
b. Pimpinan tingkat menengah (Middle Manager)
Adalah

pimpinan

yang

berada

satu

tingkat

di

atas

Lower

Manager.Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan komunikasi timbal


balik antara Lower Manager dan Top Manager, yakni pimpinan puncak (di
atas

Middle

Manager)

sehingga

pimpinan

ini

diutamakan

memiliki

kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya.Conceptual skill


adalah ketrampilan dalam penyusunan konsep-konsep, identifikasi, dan

penggambaran hal-hal yang abstrak. Sedangkan technical skill adalah


ketrampilan dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara
manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan
sesama manusia lain.
c. Pimpinan puncak (Top Manager)
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi
tertinggi

dan

sebagai

penanggung

jawab

utama

pelaksanaan

administrasi.Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual skill yang


terbesar dan technical skill yang terkecil.
Hubungan antar manusia ada dua jenis:
a. Human Relations
Adalah hubungan antar manusia intern dalam organisasi guna membina
lancarnya tim kerja.
b. Public Relations
Adalah hubungan antar manusia ekstern keluar organisasi.
Tugas - tugas pimpinan:
a. Sebagai pengambil keputusan
b. Sebagai pemikul tanggung jawab
c. Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir
konseptual
d. Bekerja dengan atau melalui orang lain
e. Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.
Peranan pemimpin terhadap kelompok:
a. Sebagai

penghubung

interpersonal,

yaitu

merupakan

simbul

suatu

kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai


tanggung jawab dan memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan
pengembangan serta merupakan penghubung jaringan kerja di luar
kelompok.
b. Sebagai inovator atau pembaharu
c. Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di
lingkungan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada
bawahan dan mewakilikelompok sebagai pembicara.
d. Menghimpun kekuatan.

e. Merangsang perdebatan masyarakat


f. Membuat kedudukan perawat di media massa.
g. Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang
tepat.
h. Mempertahankan kegiatan.
i. Memelihara formaf desentralisasi organisasi.
j. Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik.
k. Mempelajari pengalaman.
l. Jangan menyerah tanpa mencoba.
secara memuaskan.
E. Kepemimpinan Kontemporer dalam Keperawatan
Keperawatan pada saat ini tengah mengalami beberapa perubahan
mendasar baik sebagai sebuah profesi maupun sebagai pemberi pelayanan
kepada masyarakat dimana tuntutan masyarakat pada keperawatan agar
berkontribusi secara berkualitas semakin tinggi.
Sebagai sebuah profesi, keperawatan dihadapkan pada situasi dimana
karakteristik

profesi

harus

dimiliki

dan

dijalankan

sesuai

kaidahnya.

Sebaliknya, sebagai pemberi pelayanan, keperawatan juga dituntut untuk


lebih meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan kepada masyarakat yang
semakin terdidik, dan mengalami masalah kesehatan yang bervariasi serta
respon terhadap masalah kesehatan tersebut menjadi semakin bervariasi pula.
Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu
mengarahkan profesi keperawatan dalam menyesuaikan dirinya ditengahtengah

perubahan

dan

pembaharuan

sistem

pelayanan

kesehatan.

Kepemimpinan ini seyogyanya yang fleksible, accessible, dan dirasakan


kehadirannya, serta bersifat kontemporer.
Kepemimpinan kontemporer merupakan sifat kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam situasi saat ini yang mengandung beberapa konsep dasar
penting dimana fungsi kepemimpinan ini dijalankan. Beberapa konsep itu
antara

lain

leadership

is

an

art

of

giving;

motivational

leadership;

entrepreneurship; managing time, stress, and conflict; dan planned change


oleh pemimpin visioner dan futuristic (Swansburg & Swansburg, 1999;
Rocchiccioli & Tilbury, 1998). Kelima konsep ini hanya sebagian dari berbagai
konsep yang mewarnai kepemimpinan kontemporer.
Kepemimpinan merupakan seni untuk seorang pemimpin melayani
orang lain (leadership is an art of giving), memberikan apa yang dimiliki untuk
kepentingan orang lain. Sebagai pemimpin, ia menempatkan dirinya sebagai

orang yang bermanfaat untuk orang lain. Belum banyak pemimpin dalam
keperawatan saat ini yang dapat memahami konsep ini secara mendalam.
Motivational leadership seyogyanya dimiliki oleh setiap pemimpin dalam
keperawatan. Situasi saat ini dimana banyak terjadi perubahan dan juga
tantangan

telah

memberikan

kecenderungan

pada

para

pelaksana

keperawatan untuk lebih mudah merasa lelah dan cepat menyerah sehingga
ketika dihadapkan pada suatu masalah akan cepat merasa putus asa.
Untuk itulah diperlukan sosok pemimpin yang mampu secara konsisten
memberikan

motivasi

kepada

orang

lain

dan

memiliki

kualitas

kunci

(Rocchiccioli & Tilbury, 1998) meliputi kemampuan akan pengetahuan dan


ketrampilan (memimpin dan teknis), mengkomunikasikan ide secara efektif,
percaya diri, komitmen tinggi, pemahaman tentang kebutuhan orang lain,
memiliki dan mengatur energi, serta kemampuan mengambil tindakan yang
dirasakan perlu untuk memenuhi kepentingan orang banyak.
Dalam mengantisipasi masa depan, pemimpin yang menjalankan fungsi
kepemimpinannya
termasuk

memerlukan

didalamnya

kemampuan

kemampuan

entrepreuner

bargaining,

yang

negosiasi,

efektif

marketing,

penghargaan terhadap keberadaan stakeholder (Chowdury, 2003) internal


maupun eksternal.
Kemampuan ini merupakan landasan untuk pemimpin melakukan upaya
peningkatan, memperkenalkan kepada pasar siapa diri dan organisasinya
serta menilai berbagai asupan dan umpan balik dari lingkungan sebagai hal
yang penting dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, pemimpin seperti
ini perlu untuk mengenali lebih mendalam masyarakat dimana ia memimpin
baik didalam maupun diluar. Ia juga selayaknya mengenali keinginan
lingkungan

tentang

keluaran

kepemimpinannya.
Seorang pemimpin

yang

keperawatan

dihasilkan
tidak

akan

organisasi
berhasil

melalui

melakukan

fungsinya apabila tidak memiliki kemampuan mengatur waktu, mengendalikan


stress baik yang dialaminya maupun orang lain (bawahan), dan juga
mengatasi konflik yang terjadi baik internal maupun eksternal, baik individual,
maupun kelompok (managing time, stress, and conflict). Kepemimpinan dalam
keperawatan memerlukan seseorang yang memiliki kriteria ini.
Hal ini karena dalam kegiatan keseharian, seorang pemimpin sangat
memperhitungkan waktu bukan hanya untuk mengatur kegiatan rutin saja,
melainkan juga memperhitungkannya ketika pengambilan keputusan penting
untuk organisasi dan masa depannya.
Selain itu, stress kerja pada umumnya dialami banyak karyawan
maupun pemimpin karena adanya tekanan dalam berbagai hal mulai dari

ketersediaan waktu, keinginan menghasilkan sesuatu yang berkualitas, dan


keterbatasan sumber, serta upaya melakukan sinergi positif dari berbagai latar
belakang

pendidikan

dan

kemampuan.

Untuk

itu,

setiap

pemimpin

keperawatan seyogyanya memahami konsep pengendalian stress agar dapat


tetap mengarahkan orang yang dipimpinnya kearah produktifitas yang tinggi.
Demikian pula ketika seorang pemimpin melihat terjadinya konflik
dalam bekerja, ia seyogyanya memiliki pengetahuan dasar tentang konflik dan
pendekatan untuk menyelesaikannya tanpa harus mengorbankan salah satu
pihak yang berkonflik.
Konsep kelima yang cukup penting adalah kemampuan kepemimpinan
yang melibatkan ketrampilan menginisiasi perubahan/pembaharuan secara
terrencana (planned change). Kepemimpinan dalam keperawatan memerlukan
seseorang pemimpin yang mampu membawa perubahan/pembaharuan tanpa
menimbulkan

kecemasan

dan

ketidak

pastian

situasi

akibat

perubahan/pembaharuan tersebut pada orang yang terlibat didalamnya.


Konsep ini seyogyanya mendasari sifat kepemimpinan yang visioner dan
futuristik. Hal ini karena pemimpin yang berorientasi ke masa depan dan
mengetahui pilihan masa depan yang terbaik untuk bawahannya akan mampu
membawa

perubahan/pembaharuan

kedalam

kehidupan

kerja

para

bawahannya dengan sebaik-baiknya melalui perencanaan yang matang dan


waktu yang tepat.
F. Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu
kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai individu.Agar tujuan
keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan
keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi:
1. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncakan dan diorganisasikan.
Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu
yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan
perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di ruangan.
2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para
perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan
jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus mampu
membaut seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai

tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan


dengan benar. Untuk ini diperlukan kemampuan dalam hubungan antar
manusia dan teknik-teknik keperawatan.
3. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang poenting dalam keperawatan. Bimbingan
berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metoda mengajar dan
konseling.

Bimbingan

yang

diberikan

meliputi

pengetahuan

dan

keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan dalam


melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi
perawat dan klien.
4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan
keperawatan.Seorang

pemimpin

perlu

mennyadari

bahwa

bawahan

bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan.


Kerjasama dapat ditingakatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap
individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan
mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu
mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka.Hubungan
antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama.Disamping itu
setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini
akan membuat setiap perawat merasa dihargai termasuk bagi mereka yang
sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi setiap perawat dapat
berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang
penting

dalam

kepemimpinan

keperawatan.Seorang

pemimpin

perlu

mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang


dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah
melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.
Agar

dapat

melakukan

koordinasi

dengan

efektif,

diperlukan

suatu

perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan


sumber-sumber yang ada.
6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap
staf dan pekereaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan
untuk

menganalisa

kekurangan

dan

kelebihan

staf

sehingga

dapat

mendorong

mereka

mempertahankan

pekerjaan

yang

baik

dan

memperbaiki kekuranngan yanng ada. Agar seorang pemimpin dapat


menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri
sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat
melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif.
Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan, kepala ruangan
sebagai seorang pemimpin bertanggungjawab dalam:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan


Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
Penyelesaian pekerjaan dengan benar
Pencapaian tujuan keperawatan
Kesejahteraan bawahan
Memotivasi bawahan

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris communication),secara etimologis


atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini
bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki makna berbagi atau
menjadi milik bersama yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau
kesamaan makna. Jadi, Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak Komunikasi
merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan dan sebagai bagian yang
selalu ada di dalam proses manajemen Keperawatan.
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, dan pendapat dan memberikan nasihat
dimana terjadi antara dua orang atau lebih bekerja bersama.Komunikasi juga dapat diartikan
suatu seni untuk menyusun dan menyampaikan suatu pesan dengan cara yang gampang
sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.

fUNGSI KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN


Menurut weihric dan Koontz ada 6 fungsi yaitu :
a. Menetapkan dan menyebarkan tujuan organisasi
b. Mengembangkan rencana untuk mencapainya
c. Mengorganisasi SDM dari sumber-sumber lain untuk menciptakan cara yang paling efektif
dan efisien
d. Memilih, mengembangkan, dan menilai anggota-anggota dari organisasi
e. Mengarahkan, mengatur, memotivasi, dan menciptakan suatu iklim dimana para
komunitas bersedia untuk berkontribusi
f. Mengontrol aksi/tindakan/kineria
10

Menurut Robbins ada 4 fungsi utama komunikasi yaitu


a. Kendali (control/pengawasan)
b. Motivasi
c. Pengungkapan emosional
d. Informasi

C. Tahapan proses Komunikasi Kelompok

1. Sumber Komunikasi Langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang


menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna.

2. Pengkodean (encoding)
Mengubah satu pesan komunikasi menjadi bentuk simbolik. Empat kondisi yang
mempengaruhi pesan terkode, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan, dan system social
budaya.

3. Pesan (Apa yang dikomunikasikan)


Dipengaruhi oleh kode/kelompok symbol yang kita gunakan untuk mentransfer makna, isi
dari pesan itu sendiri dan keputusan yang kita ambil dalam memilih dan menata baik kode
maupun isi.
4. Saluran (channel)
Medium lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan. Medium dipilih oleh sumber, yang
harus menentukan saluran mana yang formal dan informal.

5. Pendekodean
Penerjemah ulang pesan komunikasi seorang pengirim. Penerima merupakan sasaran
arah pesan itu tapi sebelum pesan dapat di terima, symbol-simbol harus di terjemahkan
kedalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh si penerima.

6. Penerima
7. Umpan Balik

Tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan kedalam system guna
memeriksa kesalah pahaman, umpan balik merupakan suatu penentu apakah pesan itu
telah dipahami.

11

BAB III
KESIMPULAN

Keperawatan

adalah

profesi

yang

terus

mengalami

perubahan,

fungsinya lebih luas, baik sebagai pelaksana asuhan, pengelola, ahli, pendidik,
maupun peneliti keperawatan.Melihat fungsinya yang luas sebagaimana
tersebut di atas, maka perawat profesional harus dipersiapkan dengan
mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang kepemimpinan.Pemimpin
keperawatan

dibutuhkan

baik

sebagai

pelaksana

asuhan

keperawatan,

pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan.


Dengan model kepemimpinan yang efektif ini, diharapkan dimasa yang
akan datang profesi keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik di
masyarakat luas sebagai suatu profesi yang dikembangkan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang.

12

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Azrul. 1996. Pengantar administrasi kesehatan, Binarupa Aksara,


Jakarta.
Anwar, Azrul. 1996.Kepemimpinan keperawatan dalam gerakan inovasi
keperawatan (makalah disampaikan pada seminar keperawatan di PAM
Keperawatan Soetopo, Surabaya).
Elaine, La Monika. 1998.Kepemimpinan dan manajemen keperawatan, EGC,
Jakarta.
Latif,

Bahtiar.

2008.

Kepemimpinan

dalam

Keperawatan.

Cited

on:

www.tiarsblog.blogspot.com
Nurachmah, Elly dan Prof. Dra. 2005. Leadership dalam Keperawatan. Cited
on: www.pdpersi.co.id
Nursalam.2002.Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan
profesional, Salemba Medika, Jakarta.
Subur,

Prayitno.

1997.Dasar-dasar

administrasi

kesehatan

masyarakat,

Airlangga, University Press, Surabaya.


Swanburg,

Russel

C.

2000.Pengantar

kepemimpinan

&manajemen

keperawatan, EGC, Jakarta.


Wiyono, Djoko. 1997.Manajemen kepemimpinan dan organisasi kesehatan,
Airlangga University Press, Surabaya.

13

Anda mungkin juga menyukai