Individu sibuk dengan keraguan tentang kesetiaan dan kepercayaan dari teman
atau rekan-rekan seasosiasi
Individu enggan bercerita kepada orang lain karena takut dan beralasan bahwa
informasi tersebut akan digunakan untuk melakukan kejahatan terhadap dirinya
Individu sering mencurigai maksud tersembunyi yang dianggap merendahkan
atau mengancam mereka dalam suatu keadaan atau peristiwa
Individu terus-menerus menanggung dendam dan penghinaan dalam dirinya
Individu sering membayangkan melihat serangan terhadap karakter dirinya
yang tidak jelas dari orang lain dan cepat bereaksi dengan marah atau
melakukan serangan balik pada orang tersebut
Individu memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pembenaran, tentang
kesetiaan pasangan teman/sahabat atau pasangan seksual.
Etiologi
Beberapa penelitian mengenai sejarah keluarga menunjukkan bahwa paranoid
personality disorder sedikit lebih umum dalam keluarga dengan orang-orang yang
mengalami skizofrenia dibandingkan dengan keluarga dengan orang-orang yang
sehat. Dalam Wiramihardja (2010) ahli teori psikoanalisa berpendapat bahwa
paranoid personality disorder adalah hasil dari kebutuhan orang-oran yang
menolak perasaan yang sebenarnya dan memproyeksikan perasaan tersebut
kedalam diri orang lain (Freud, 1958; Shapiro, 1965).
Intervensi
Terapi yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan kepribadian
paranoid yaitu Cognitive behavioral therapy (CBT). Terapi ini dapat membantu
individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat,
pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif.
Pendekatan serius dan terus terang
Ajarkan klien untuk memvalidasi ide sebelum bertindak
Libatkan klien dalam perencanaan terapi
kepercayaan dan
Contoh kasus
Seorang pensiunan pengusaha berusia 85 tahun diwawancarai oleh pekerja sosial
untuk menentukan kebutuhan perawatan kesehatan bagi dirinya serta istrinya yang
sakit dan lemah. Pria ini tidak memiliki sejarah penanganan gangguan mental. Ia
terlihat sehat dan waspada secara mental. Ia dan istrinya telah menikah selama 60
tahun dan tampak bahwa istrinya adalah satu-satunya orang yang ia percaya. Dia
selalu curiga pada orang lain. Ia tidak akan mengungkapkan informasi pribadi
pada siapapun kecuali pada istrinya. Ia yakin bahwa orang lain akan mengambil
keuntungan darinya. Ia menolak tawaran bantuan dari kenalannya karena ia curiga
dengan motif mereka. Saat menerima telepon ia akan menolak untuk
menyebutkan namanya sampai ia tahu maksud si penelepon. Ia meluangkan waktu
yang cukup banyak untuk memonitor investasinya dan pernah bertengkar dengan
pialangnya saat terjadi kesalahan dalam rekening bulanannya yang membuatnya
curiga bahwa pialangnya tersebut berusaha menutupi transaksi yang curang.
Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
B. Gangguan kepribadian skizoid
Definisi
Individu yang mengalami gangguan ini
menikmati hubungan sosial dengan orang lain dan biasanya tidak memiliki teman
akrab. Selain itu, individu tersebut adalah seorang penyendiri yang menyukai
berbagai aktivitas yang dilakukan dalam kesendirian. Prevalensinya sedikit lebih
kecil pada kaum perempuan dibanding pada kaum laki-laki (Torgersen, Kringlen,
& Cramer, 2001).
Gejala
Kriteria gangguan kepribadian skizoid dalam DSM IV-TR
Terdapat empat atau lebih dari ciri-ciri berikut ini yang tidak muncul secara
eksklusif dalam perjalanan penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai
bagian dari gangguan perkembangan pervasif; juga tidak disebabkan oleh kondisi
medis umum:
Kurang berminat atau kurang menyukai hubungan dekat
Hampir secara eksklusif lebih menyukai kesendirian
Kurangnya minat untuk berhubungan seks
Hanya sedikit, jika ada, mengalami kesenangan
Kurang memiliki teman
Bersikap masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang lain
Afek datar, ketidaklekatan emosional
Etologi
Dalam Wiramihardja (2010) menyebutkan bahwa ahli teori psikoanalisis
berpendapat bahwa schizoid personality disorder dibangun melalui hubungan ibu
dan anak yang terganggu, dimana anak tidak pernah belajar untuk memberi atau
menerima kasih sayang (Blueler, 1942; Klein, 1952). Anak yang menunjukkan
hubungan dan emosi sebagai hal yang berbahaya, selanjutnya mereka berdua tetap
jauh dari oaring lain dan juga perasaan mereka sendiri.
Intervensi
Diberikan berupa melakukan kegiatan untuk meningkatkan sosialisasi dari
pasien itu sendiri
Hindari pengisolasian dan perawatan secara institusional
Libatkan pasien dalam terapi okupasi dan terapi secara berkelompok
Tingkatkan fungsi klien dalam masyarakat
Bantu klien untuk mendapatkan manajer kasus
Contoh kasus
John, seorang pensiunan polisi berusia 50 th, mengalami gangguan psikologis
sejak anjing kesayangannya mati ditabrak mobil. Sejak itu ia merasa sedih dan
lelah. Ia menjadi sulit konsentrasi dan sulit tidur. Ia tinggal sendiri dan lebih
senang menyendiri. Membatasi kontak dengan orang lain hanya dengan menyapa
Halo atau Apakabar?, sambil terus berlalu. Ia merasa bahwa percakapan
sosial hanya membuang-buang waktu dan merasa canggung jika ada orang lain
yang mencoba membina hubungan persahabatan. Ia tidak memiliki minat sosial
yang nyata, meskipun ia gemar membaca atau melihat berita di tv. Satu-satunya
hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya.
Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
C. Gangguan kepribadian skizotipal
Definisi
Merupakan pola berpikir yang khas (dalam arti tidak baik); dalam bicara dan
dalam persepsi tidak aktual, sehingga merusak komunikasi dan interaksi sosial.
Kognisi ganjil dari orang-orang penderita schizotypal personality disorder terbagi
menjadi empat kategori, yaitu:
Ideas of preference
Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis. a.l., percaya terhadap persepsi
ekstra indrawi
Persepsi yang tidak biasa adalah keyakinan yang menyimpang tentang
tubuhnya
Pola bicara yang aneh
Kecurigaan yang ekstrem, paranoia
Afek yang tidak sesuai
Perilaku atau penampilan yang aneh
Kurang memiliki teman akrab
Rasa tidak nyaman yang ekstrem atau kadang kecemasan yang ekstrem
bila berada di antara orang lain.
Intervensi
Kembangkan keterampilan perawatan diri (klien) dan keterampilan social
serta perbaikan fungsi masyarakat, klien didorong untuk melakukan kegiatan rutin
sehari-hari dan membantu klien untuk memutuskan kapan tugas hygiene dan
berhias diperlukan. Dan juga dapat membantu dengan meminta klien untuk
membuat daftar orang-orang di masyarakat yang harus ia hubungi untuk
kemudian dapat memperbaiki keterampilan social klien untuk berbicara jelas
kepada orang lain dan mengurangi perbincangan aneh.
Contoh kasus
Jonathan, mekanik, pria 27 tahun, memiliki sedikit teman dan lebih memilih
membaca novel fiksi ilmiah dibandingkan bersosialisasi dengan orang lain. Ia
jarang bergabung dalam percakapan dengan oranglain. Suatu saat ia tampak
dan Hare. Tingkat konflik yang tinggi dan negasivitas serta kadar kehangatan
orang tua yang rendah memprediksi perilaku antisocial dalam sebuah studio orang
kembar yang dilakukan Reiss dkk, (1995).
Emosi dan Psikopati
Pada sebuah studi klasik brdasarkan observasi klinis Cleckley, Lykken
(1957) menguji pemikiran bahwa psikopat hanya memiliki hambatan untuk
melakukan tindakan antisocial karena mereka sangat sedikit mengalami
kecemasan. Penelitian Lykken mendukung pemikiran bahwa psikopat memiliki
kadar kecemasan rendah, kemampuan mereka menghindari kejut lebih rendah dari
kelompok control.
Karakteristik Gangguan Kepribadian Antisosial dalam DSM-IV-TR
Pola pervasive dalam hal tidak menghargai hak orang lain sejak berusia 15
tahun dan sekurang-kurangnya 3 karakteristik antara 1 hingga 7 ditambah 8
hingga 10:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Intervensi
-
hambatan
untuk
Yusti menyebut masalah yang dihadapi oleh Mujianto berada pada dirinya sendiri,
bukan dari lingkungannya. "Yang intinya dia sendiri agak sulit menerima yang
melukai dirinya," kata Lita.
Mujianto dalam pengakuannya ke polisi telah meracuni 15 orang, namun yang
baru terungkap 6 orang. Kasus ini terungkap setelah dua korban selamat,
Muhammad Fais (28) dan Sumartono (47), melapor ke polisi. Pelaku dibekuk di
rumah J, Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk. Di tempat itu,
pelaku pernah bekerja sebagai pembantu dan merangkap sebagai pasangan homo
J. (fiq/nvt)
Sumber:
http://news.detik.com/read/2012/02/16/091055/1843730/10/mujianto-punyakecenderungan-psikopat-antisosial?9911012
B. Gangguan kepribadian ambang (borderline)
Definisi:
Gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Dissorder) adalah
gangguan kepribadian yang mempunyai ciri-ciri utama berupa impulsivitas dan
ketidakstabilan hubungannya dengan orang lain dan mood (Sanislow, Grilo, &
McGlashan, 2000). Gangguan ambang ini pada umumnya bermula pada masa
remaja atau dewasa awal dan lebih sering terjadi kepada wanita daripada kepada
pria dengan prevalensi 1 persen (Swartz dkk, 1990; Torgesen, Kringlen, &
Cramer, 2001).
Gejala:
Kriteria Gangguan Kepribadian Ambang dalam DSM IV-TR
Terdapat lima atau lebih kriteria dibawah ini:
Berupaya keras untuk mencegah agar tidak diabaikan, terlepas dari benar-benar
diabaikan atau hanya dalam bayangannya.
Ketidakstabilan atau intensitas ekstrem dalam hubungan interpersonal, ditandai
dengan perpecahan, yaitu mengidealkan orang lain dalam satu waktu dan
beberapa waktu kemudian menistakannya.
kemungkinan
genetik
(diathesis
biologis)
berupa
kesulitan
Disregulasi
emosional pada
diri anak
Besarnya
tuntutan dalam
keluarga
Ledakan emosional
anak yang
diperhatikan orangtua
Invalidasi orangtua
melalui hukuman atau
pengabaian tuntutan
Intervensi:
Tingkatkan keamanan
Bantu klien mengatasi dan mengendalikan emosi
Teknik restrukturisasi kognitif
Dekatastrofe situasi
Henti pikir
Berbicara positif dengan diri sendiri
Pengaturan waktu
Membuat jadwal aktivitas yang tertulis
Membuat daftar aktivitas menyendiri untuk menghilangkan kebosanan
Ajarkan keterampilan sosial
Mempertahankan batasan personal
Harapan realistis dari hubungan
Contoh kasus:
Klien : Saya menahan kemarahan dalam diri saya, yang terjadi adalah..saya tidak
dapat merasakannya, saya mendapat serangan panik. Saya menjadi sangat gugup,
merokok terlalu banyak. Jadi apa yang terjadi pada saya, saya adalah cenderung
meledak. Berurai air mata atau menyakiti diri atau apapun..karena saya tidak
tahu bagaimana caranya untuk mengatasi semua perasaan yang campur aduk ini.
Konselor : Apa contoh terbaru dari ledakan itu?
Klien : Beberapa bulan yang lalu saya sendirian di rumah, saya ketakutan! Saya
mencoba mengontak pacar saya dan saya tidak bisa melakukannya..Saya tidak
tahu dimana dia berada. Semua teman saya tampak sibuk malam itu dan saya
tidak punya siapa-siapa untuk diajak bicara..saya makin dan semakin gugup dan
makin dan semakin kacau.
Klien : Akhirnya..dor!...saya ambil rokok dan menyalakannya dan
menancapkannya di lengan saya. Saya tidak tahu mengapa saya melakukan hal itu
karena saya tidak peduli pada hal itu. Saya kira pada waktu itu saya merasa bahwa
saya harus melakukan sesuatu yang dramatis..
Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
C. Gangguan kepribadian histrionik
Definisi:
Gangguan histrionik ini diperuntukkan bagi orang-orang yang terlalu
dramatis dan mencari perhatian. Gangguan kepribadian ini cenderung terjadi di
kalangan orang-orang yang mengalami perpisahan dengan pasangannya dan
dihubungkan dengan depresi serta kesehatan fisik yang buruk (Nestadt dkk,
1990). Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria dengan
prevalensi 2 persen.
Gejala:
Kriteria gangguan kepribadian histrionik dalam DSM IV-TR
Terdapat lima atau lebih ciri-ciri di bawah ini:
Kebutuhan besar untuk menjadi pusat perhatian
Perilaku tidak senonoh secara seksual tidak pantas
Perubahan ekspresi emosi secara cepat
Memanfaatkan penampilan fisik untuk menarik perhatian orang lain pada
dirinya
Bicaranya sangat tidak tepat, penuh semangat mempertahankan pendapat yang
kurang memiliki detail
Berlebihan, ekspresi emosional yang teatrikal
Sangat mudah disugesti
Menyalahartikan hubungan sebagai lebih intim dari yang sebenarnya
Etiologi:
Teori
psikoanalisa
berpendapat
bahwa
emosionalitas
dan
sendiri, arogansi.
Terfokus pada keberhasilan, kecerdasan, dan kecantikan diri.
Kebutuhan ekstrem untuk dipuja.
Perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu.
Kecenderungan memanfaatkan orang lain.
Iri pada orang lain.
yaitu si anak tidak dihargai berdasarkan makna dirinya sendiri, namun dihargai
sebagai alat untuk membangun harga diri orang tua.
Intervensi
Pendekatan yang dilakukan untuk klien yang mengalami gangguan
narsistik ialah pendekatan sesuai fakta. Dalam melakukan terapi yang diperlukan
ialah kerjasama dan ajarkan klien keterampilan perawatan diri sesuai
kebutuhannya.
Contoh Kasus
David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama
kali datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal
pertemuan tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya.
Dia secara khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju setelan model
terbaru yang dikenakannya dan juga sepetu barunya. David juga bertanya kepada
terapis tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang
ditangani oleh terapis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang
berhubungan dengan seseorang yang terbaik bidangnya. David bercerita tentang
kesuksesannya dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan
bukti apapun yang memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah
hukum, dia adalah seorang work- aholic, penuh akan fantasi akan keberhasilannya
hingga tidak memiliki waktu untuk isterintya. Setelah anak mereka lahir, David
semakin sedikit menghabiskan waktu dengan keluarganya. Tidak lama setelah dia
memliki pekerjaan yang mapan, David menceraikan isterinya karena tidak lagi
membutuhkan bantuan ekonomi dari sang istri. Setelah perceraian tersebut, David
memutuskan bahwa dia benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia sangat
suka menghabiskan uang untuk dirinya sendiri, misalnya dengan menghias
apaartemennya dengan berbagai benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia
juga seringkali berhubungan dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam
pergaulannya, David merasa nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian
semua orang. Dia pun merasa nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran
Suatu
jenis
gangguan
yang
memiliki
penolakan.
Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali
atau diperolok.
Penuh kekhawatiran akan dikritik atau ditolak
Merasa tidak adekuat
Merasa rendah diri
Keengganan ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut
dipermalukan.
bahwa mereka "seperti dia." Dengan terapi yang berfokus pada keterampilan
sosial, peningkatan mulai tampak, ia membuat beberapa kemajuan pada
kemampuannya untuk mendekati orang dan berbicara dengan mereka.
Sumber
http://psikologiabnormal.wikispaces.com/Avoidant+Personality+Disorder
diunduh pada tanggal 13 Maret 2013 pukul 23.46
B. Gangguan kepribadian dependen
Definisi
Gangguan kepribadaian dependen adalah kurangnya kepercayaan diri dan
kurangnya perasaan otonom. Mereka memandang dirinya sebagai orang yang
lemah dan orang lain sebagai orang yang penuh kekuatan. Kriteria dalam DSM
secara umum menggambarkan orang yang mengalami gangguan kepribadian
dependen sebagai orang yang sangat pasif.
Gejala
Kriteria gangguan kepribadian dependen pada DSM-IV-TR adalah sebagai
berikut:
Sulit mengambil keputusan tanpa saran dan dukungan berlebihan dari orang
lain.
Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab atas sebagian
besar aspek kehidupannya yang utama.
Sulit tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan dukungan mereka.
Sulit melakukan segala sesuatu sendiri karena kurangnya rasa percaya diri.
Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu cara untuk
mendapatkan persetujuan dan dukungan orang lain.
Merasa tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa percaya terhadap
kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi orang lain.
Berupaya untuk sesegera mungkin menjalin hubungan baru bila hubungan
yang dimilikinya saat ini berakhir.
Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri.
Etiologi
Psikoanalitis
Melihat gangguan kepribadian dependent ini adalah hasil dari fiksasi fase
oral perkembangan psikoseksual. Para pengasuhnya sangat mengikuti apa yang
dibutuhkan penderita di masa kecil atau menuntut perilaku dependent dari
penderita sebagai imbalan dari pengasuhnya. Akibatnya mereka tidak dapat
mengembangkan perilaku sehat yang tidak tergantung pada pengasuhnya itu.
Intervensi
Klien penderita gangguan ini sebenarnya akan sering mengunjungi terapi
untuk menangani segala masalahnya, tapi sebenarnya di situlah masalah terjadi.
Klien jadi tidak ingin menyelesaikan masalah secara mandiri. Terapi yang cocok
diguanakan menurut Milon et.all,2000 dalam Nolen, Susan;2006 adalah
NONDIRECTIVE dan HUMANISTIK terapi. Hal ini dikarena dalam dua terapi
tersebut terapis bukan menjadi pusat yang menentukan pembicaraan, namun klien
lah yang berhak membawa ke arah mana terapi berlangsung dan juga dapat
membangun otonomi dan keyakinan diri pada penderita.
Terapi KOGNITIF-BEHAVIORAL juga cukup
membantu
klien
http://superfunny006.wordpress.com/2012/03/09/contoh-perilaku-
abnormal/
Kikir.
Rigid dan keras kepala.
Etiologi
Dalam hal biologis
Banyak korban trauma kepala atau infeksi yang mengenai sistem saraf
pusat kemudian mengalami OCD. Pemindai tomografi emisi positron yang
mengkaji metabolism glukosa pada nucleus kaudatus dan girus orbital pada
ganglia basal otak memperlihatkan perbedaan pada individu yang mengalami
OCD dan yang tidak. (keperawatan jiwa hal.330)
Intervensi
Obsesif-kompulsif disorder
Terapi behavioral dapat digunakan untuk menurunkan perilaku obsesif kompulsif
seseorang. Dalam proses terapi yang dilakukan, klien diminta untuk mengubah
jadwal perilaku kebiasaannya. Ketika seseorang merasa cemas selama proses
pengubahan jadwal kebiasaannya, maka pada pertemuan selanjutnya terapis harus
membantu untuk mengurangi kecemasannya. Dorong untuk bernegosiasi dengan
orang lain, bantu klien untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu.
Contoh Kasus
Bernice berusia 46 tahun saat mulai menjalani terapi. Ini keempat kalinya
ia menjalani terapi. Gangguan obsesif-kompulsif dideritanya sejak 12 tahun lalu,
tidak lama setelah kematian ayahnya.
Bernice terobsesi ketakutan mengalami kontaminasi, suatu ketakutan yang
secara tidak jelas dikaitkan dengan kematian ayahnya karena pneumonia. Ia tidak
nyaman bersentuhan dengan kayu, objek yang bergores, surat, benda yang
dikemas kaleng, dan noda perak (peralatan yang berwarna perak). Ia tidak dapat
menyatakan mengapa objek-objek tersebut merupakan sumber kemungkinan
kontaminasi dengan kuman.
DAFTAR PUSTAKA
Davison, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. (2010). Psikologi Abnormal,
Edisi ke-9 (Terjemahan). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada