Anda di halaman 1dari 7

KHUTBAH IDUL FITRI 1437 H/2016 M

GENERASI BERENCANA DAN BERKUALITAS


Oleh H. Nur Ahmad Ghozali MA

Pada hari ini umat Islam dari segenap penjuru mengumandangkan takbir,
tahlil dan tahmid mengagungkan asma Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Gemuruh suara takbir dimana-mana menyatakan betapa kerdilnya insan
di hadapan kebesaran Allah Arrahman.
Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd
Marilah tiada hentinya kita

memuji kebesaran Allah, yang selalu

memberikan kepada kita butir-butir kenikmatan iman dan Islam. Kita


sambut dengan takbir, tahlil dan tahmid yang dikumandangkan dengan
penuh rasa syukur keagungan membahana di bumi Allah tercinta.
Ucapan takbir telah menyentuh kalbu, yang bermakna sebuah kesaksian
bahwa tiada yang besar, yang agung di hadapan manusia baik berupa
jabatan, harta kekayaan, cantik tampan rupawan kecuali Hanya Allahlah
pemilik semua keagungan.

Pernyataan tahlil, bagaikan derap langkah yang tak pernah henti


membersihkan segala kotor, menghapus segala noda dan mengikis habis
sifat kemusyrikan dengan kesadaran bahwa kesenangan dunia tidak akan
bertahan lama, alam jagat raya ini fana, yang abadi adalah Allah Yang
Maha Kuasa. Segala yang melalaikan kita, keampunannya hanya pada
Allah semata.
Pujian tahmid dalam seruan yang bertubi, mendzikirkan kita kepada
karunia Allah yang tak terhingga yang patut disyukuri dengan segala
kerendahan hati, Allah yang berhak menerima segala puji.
Dalam

garis-garisnya

realisasi

kesyukuran

itu

dilakukan

dengan

meningktakan hubungan yang bersifat vertical dengan Allah (hablum


minallah) dan bersamaan dengan itu dikembangkan pula hubungan yang
bersifat horizontal (hablum minannas) untuk lebih merapatkan pertalian
silaturahiim antar sesama manusia.
Dengan penuh rasa tulus ikhlas dari lubuk hati yang terdalam, kita juga
bermohon semoga kita menjadi hamba-hamba yang muttaqien, hamba
yang

senantiasa

mendayagunakan

potensinya

untuk

kebaikan,

kemaslahatan dan kedamaian kehidupan. Tentunya dengan totalitas


pengabdian, sehingga terasa nyata kontribusi seorang hamba muttaqien
di tengah-tengah masyarakatnya.
Jamaah Sholat Idul Fitri Rahima Kumullah
Sebulan penuh kita telah menjalani shoum Romadhon beserta paketpaketnya, insya Allah kita lakukan dengan penuh kesabaran, ketenangan,
ketekunan, keikhlasan, dan keimanan. Itu sebabnya hari ini kita berhak
merayakan sebuah kemenangan, menjadi pribadi yang TAQWA, dan
menjadi pribadi yang FITRAH.
Dan rupanya mempertahankan KEMENANGAN jauh lebih tidak mudah
dibandingkan dengan MENCAPAI KEMENANGAN itu. Banyak orang yang

sudah menang lalu menjadi sombong, lupa diri, lupa berbagi, bahkan lupa
jati diri.
Banyak orang berpikir Idul Fitri adalah puncak kemenangan kaum
musilimin. Tahukah Anda jika Anda pun merasakan bahwa Idul Fitri adalah
puncak, maka biasanya setelah PUNCAK yang hadir adalah TURUNAN. Itu
sebabnya, betapa banyak kaum Muslimin yang Sudah berjuang 30 Hari di
Bulan Ramadhan untuk meraih FITRAH, justru kembali kepada FITNAH.
Selain TURUN kualitas amalnya, TURUN pula Kuantitas amal-amalnya.
Yang tadinya Sholat Malam Rutin, kini tak lagi Rajin. Yang Tadinya
membaca Al-Quran penuh semangat, kini tak lagi antusias sebab
dianggapnya sudah tamat. Yang tadinya Banyak sedekah dan berbagi, kini
tak lagi sudi kecuali hanya sedikit sekali. Naudzubillahi min dzalik. Itu
sebabnya kemenangan sejati adalah HANYA milik orang-orang yang
bertaqwa, buka milik orang-orang yang tertawa ketika Ramadhan
ditinggalkannya.

Jamaah sholat Id Rahimakumullah


Rasulullah telah menyindir kita dalam sebuah sabdanya :
Banyak orang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari
puasanya kecuali lapar dan dahaga. Dan, banyak orang yang sholat
malam, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya itu kecuali tidak
tidur (hadis riwayat Imam Ahmad, Imam Baihaqi dan Imam Thabrani).
Inilah yang dikhawatirkan Rasulullah, apabila seorang muslim tidak
mengubah perilakunya dengan ibadah-ibadah Ramadhan, maka akan
menjadi rutinitas yang datang setiap tahun tanpa membawa perubahan
apa-apa. Setelah ramadhan berlalu jamaah-jamaah sholat di masjid pun
sepi, kajian-kajian keislaman tampak berhenti, alunan jamaah tadarus
alquran di masjid tiada terdengar lagi. Ramadhan seharusnya dijadikan
momentum perubahan karakter hidup seorang muslim yang menekankan
tidak hanya kesalehan individu tapi juga kesalehan sosial. Ramadhan
seharusnya menjadi bulan penuh latihan untuk menapaki ibadah di bulanbulan lain dengan beragam peningkatan.

Untuk itu salahsatu manifestasi syukur kita kepada Allah adalah


penjagaan kita dalam upaya mendirikan sholat, demikian juga penjagaan
generasi

muda

terhadap

sholatnya.

Pada

hakekatnya

orang

yang

mendirikan shalat dengan sebenar-benarnya adalah mereka yang mampu


memahami dan menghayati shalatnya yaitu menyerahkan diri dengan
sepenuh hati kepada Allah maha Pencipta alam semesta.

Jamaah Idul Fitri Rahima kumullah


Allah telah memberikan peringatan bagi kita semua :

Hendaklah kamu takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab
itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS An-Nisa [4]: 9)
Allah juga telah mengingatkan kita dalam surat Maryam ayat 54-59 yang
terjemahannya sbb :

54. Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang
tersebut) di dalam al quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang
benar janjinya dan dia adalah seorang rasul dan Nabi.
55. Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan
zakat dan ia adalah seorang yang diridhoi di sisi Tuhannya.
56. Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka kisah) Idris (yang
tersebut) di dalam alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang
sangat membenarkan dan seorang nabi.
57. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.
58. Mereka itu adalah orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu
para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami
angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil dan dari
orang-orang yang telah Kami beri petunjuk edan telah Kami pilih.
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada
mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.
59. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka
mereka kelak akan menemui kesesatan.
Jamaah rahima kumullah
4

Persoalan moralitas generasi muda di era global menjadi keprihatinan


kita bersama. Pengaruh teknologi informasi telah membentuk perilaku
(character building) tertentu yang tidak baik seperti budaya kekerasan,
balas dendam, sadisme, individualis dan permisif jauh dari nilai-nilai
religius. Arus globalisasi informasi telah menyebabkan erosi kemanusiaan,
pergeseran nilai budaya hedonis, konsumerisme dan kebebasan ala barat.
Mereka tumbuh menjadi generasi yang melalaikan sholat dan
memperturutkan hawa nafsunya. Generasi-generasi umat yang bersujud
yang didambakan sulit ditemukan.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Masalah kemiskinan, buta aksara dan rendahnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga merupakan realitas sosial yang tengah
kita alami saat ini. Tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga negeri-negeri
Muslim lainnya di dunia. Fakta ini sangat kontras dengan kondisi umat
Islam masa lampau. Umat Islam di masa lalu bisa menampilkan diri
sebagai umat terbaik (khairu ummah), mereka menjadi penguasa dan
pemimpin dalam ilmu pengetahuan. Abad modern yang dihasilkan Barat
saat ini berutang budi pada jasa-jasa Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Khawarizmi,
dan lain-lain. Merekalah yang membuat sejarah kegemilangan kaum
Muslim yang masih harum namanya sampai sekarang.
Masa kejayaan umat Islam generasi awal dan realitas sosial umat dewasa
ini harus menjadi motivasi bagi generasi muda untuk bangkit dari
keterpurukan agar meraih kegemilangan. Generasi muda yang berkualitas
harus disertai peguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan
iptek

pun

meniscayakan

perbaikan

ekonomi

dan

peningkatan

kesejahteraan keluarga. Keunggulan sumber daya manusia ini pula yang


pada gilirannya menentukan bangunan peradaban masa depan bangsa.
Persoalan ketertinggalan di bidang pendidikan dan ekonomi yang tengah
kita alami saat ini sangat penting untuk segera di atasi agar generasi
muda kita mampu menjawab tantangan globalisasi yang semakin deras.
Generasi muda harus disiapkan menjadi penerus perjuangan bangsa
5

dengan

berbagai

keterampilan.

Menyiapkan

generasi

muda

yang

bertaqwa, unggul, tangguh dan memiliki kejujuran merupakan kewajiban


orangtua dan seluruh komponen bangsa.
Sebagai penutup, menjadi sebuah renungan generasi mendatang
tentang makna keimanan. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Dinar, suatu
hari

dia berjalan dengan khalifah Umar bin Khatab dari Madinah ke

Mekah. Di tengah perjalanan mereka berjumpa dengan seorang anak


gembala yang sedang turun dari penggembalaannya dengan kambingkambingnya yang banyak. Khalifah ingin menguji sampai sejauh mana
keimanan tertanam di dada anak tersebut. Maka terjadilah percakapan:
Khalifah berkata Wahai penggembala juallah kepadaku seekor anak
kambing dari ternakmu
Anak gembala menjawab Aku ini hanya seorang budak.
Khalifah berkata : Katakanlah saja nanti pada tuanmu, anak
kambing itu telah mati dimakan serigala.
Anak gembala itu menjawab : Kalau begitu dimana Allah ?
Khalifah tersentak. Amat pendek jawaban anak tersebut tapi
membuat khalifah tercengang dan terpana, mendengar jawaban
tersebut.subhanallah.
Sikap yang ditujukan seorang hamba Allah ini telah menunjukan
maniefestasi ibadah dalam perilaku hidupnya. Kita berharap dan berdoa
semoga kita dan generasi-generasi mendatang dijauhkan dari apa yang
diprediksikan Rasulullah dalan sebuah sabdanya :
Akan datang kepada manusia (umat Muhammad) suatu masa. Di
dalam masa itu banyaklah orang yang bersholat padahal sebenarnya
mereka tidak sholat (HR Ahmad).
Sehingga sholatnya tidak punya pengaruh dalam kehidupannya
sebagaimana firman Allah Bahwasanya sholat itu mencegah berbuat keji
dan mungkat (s. Al Ankabut :5).
Kaum muslimin rahima kumullah
Akhirnya semoga dengan Ramadhan yang telah kita lalui umat Islam
ditumbuhkan oleh Allah kesadaran dalam ritual ibadahnya maupun
kesadaran dalam menerjemahkan ajaran Islam dalam bentuk yang lebih
dari tuntunan zaman. Marilah kita selamatkan generasi-generasi kita agar
menjadi generasi yang gemar sholat dan tidak memperturutkan hawa
nafsunya.
Amin. Audzubillahi minasy syaithanir rajiim
Bismilllahirrahmanir rahiim
6

Anda mungkin juga menyukai