Anda di halaman 1dari 13

KEBIASAAN MAKAN PAGI, STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA SEKOLAH DASAR GEREJA MASEHI INJILI TIMOR (GMIT)


KEFAMENANU 4, NUSA TENGGARA TIMUR
Melastiani N.N. Tusala1, Herawati2, Silvia Dewi Styaningrum3
INTISARI
Latar Belakang : Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan yaitu
menurunnya kadar gula dengan tandatanda antara lain: lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun, pingsan.
Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan menurunnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunnya
prestasi belajar.
Tujuan: untuk mengetahui kebiasaan makan pagi, status gizi dan prestasi belajar siswa sekolah dasar.
Metode Penelitian: Penelitian dilaksanakan di SD GMIT Kefamenanu 4. Desain penelitian adalah Cross-sestional.
Sebanyak 81 siswa kelas 3, 4, dan 5 menjadi subjek penelitian. Analisis menggunakan Chi-square dan Fisher Exact
dengan tingkat kepercayaan 95% (=0,05) digunakan untuk menguji hubungan antar variabel (kebiasaan makan
pagi, status gizi dan prestasi belajar).
Hasil Penelitian: Kebiasaan makan pagi siswa yang termasuk dalam kategori setiap hari sebesar 85,2 % dan yang
termasuk dalam kategori sering sebesar 14,8 %. Status gizi siswa berdasarkan IMT menurut umur, yang termasuk
dalam kategori normal sebesar 64,2 %, yang termasuk dalam kategori sangat kurus sebesar 6,2 %, yang termasuk
dalam kategori kurus sebesar 19,8 %, yang termasuk dalam kategori gemuk sebesar 6,2 % dan yang termasuk dalam
kategori sangat gemuk sebesar 3,7 %. Prestasi belajar siswa yang termasuk dalam kategori baik sebesar 79 % dan
yang termasuk dalam kategori kurang sebesar 21 %. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 7,87. Ada
hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar siswa (p=0,001). Tidak ada hubungan antara status
gizi dengan prestasi belajar pada siswa (p = 0.416). Tidak ada hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan status
gizi siswa (p = 0,427).
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar. Tidak ada
hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Dan tidak ada hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan
status gizi.
Kata Kunci: Kebiasaan makan pagi, status gizi, prestasi belajar.

Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta


Dosen Pembimbing I Universitas Respati Yogyakarta
3
Dosen Pembimbing II Universitas Respati Yogyakarta
2

BREAKFAST HABITS, NUTRITIONAL STATUS AND LEARNING


ACHIEVEMENT OF MASEHI INJILI TIMOR CHURCH ELEMENTARY
SCHOOL STUDENTS (GMIT) KEFAMENANU 4, NUSA TENGGARA
TIMUR
Melastiani N.N. Tusala1, Herawati2, Silvia Dewi Styaningrum3
ABSTRACT
Background: A person who does not eat breakfast has a risk of suffering from health problems that is the decrease
of blood sugar levels with the signs include: weakness, cold sweat, decreased consciousness, fainting. For school
children, this condition causes decreased concentrations of study that resulted in decreased learning achievement.
Purpose: to determine the breakfast habits, nutritional status and learning achievement of elementary school
students.
Research Methods: The experiment was conducted in SD GMIT Kefamenanu 4. The study design was crosssectional. A total of 81 students in grade 3, 4, and 5 are used as research subjects. Analysis using Chi-square and
Fisher Exact 95% confidence level ( = 0.05) is used to examine the relationships between variables (breakfast
habits, nutritional status and learning achievement).
Research Results: breakfast habits of students are included in the category every day of 85.2% and is included in
the category often by 14.8%. Nutritional status of children based on BMI by age, which is included in the category
normal of 64,2% normal, which is included in the category very thin at 6,2%, which is included in the category
underweight 19,8%, which is included in the category fat at 6,2% and is included in the category severely obese at
3,7%. Learning achievements of students is included in category good at 79% and is included in the category 21%
less. While the average value of learning achievement of students is 7.87. There is a relationship between eating
breakfast with student learning achievement (p= 0,001). There was no association between nutritional status on
students' learning achievement(p= 0.416). There was no relationship between breakfast habits with nutritional status
of students (p=0,427).
Conclusion: There is a significant relationship between breakfast habits with students learning achievement. There
was no association between nutritional status with students learning achievement. There is no relationship between
breakfast habits with nutritional status of students.
Keywords: breakfast habits, nutritional status, learning achievement.

Students of Nutrition Study Program, Respati University of Yogyakarta


Supervisor I Respati University of Yogyakarta
3
Supervisor II Respati University of Yogyakarta
2

PENDAHULUAN
Anak antara 6 sampai 12 tahun adalah usia anak yang duduk di bangku sekolah dasar (SD). Pada masa
ini anak mulai masuk ke dalam dunia baru, anak mulai banyak berhubungan dengan orang-orang diluar
keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya (Moehji, 2003).
Masalah gizi anak (usia sekolah dasar) merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan
makan dan zat gizi yang dikeluarkan oleh tubuh. Asupan yang melebihi atau sebaliknya asupan yang kurang,
dan kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap (Arisman, 2010)..
Data Riskesdas 2007 menunjukkan sebesar 35% anak usia sekolah dasar (SD) pendek. Hal ini berarti
pada usia 6 sampai 12 tahun, 3 dari 10 anak SD pendek. 10 sampai 20 tahun kemudian, anak-anak ini beresiko
lebih tinggi terkena diabetes, kolestrol, maupun darah tinggi, karena dengan lebih pendek menjadi mudah
gemuk.
Data Riskesdas 2010 menyebutkan, sekitar 70 % anak usia sekolah kurang mendapat asumsi energi
yang dibutuhkan. Anak usia sekolah juga mengkonsumsi protein kurang dari yang dibutuhkan. Prosentase
kurang protein kira-kira 80 % (Safar, 2011).
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Makan pagi bagi orang dewasa dapat
memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja.
Makan pagi bagi anak sekolah dapat meningkatkan prestasi belajar menjadi baik (Depkes, 1995).
Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan yaitu menurunnya
kadar gula dengan tandatanda antara lain: lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun, pingsan. Bagi
anak sekolah, kondisi ini menyebabkan menurunnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunnya
prestasi belajar (Depkes,1995).
Hasil berdasarkan standar WHO secara nasional prevalensi kurus adalah (23,1%) pada laki-laki dan
(19,1%) pada perempuan. Sedangkan prevalensi BB lebih pada laki-laki (4,6%) dan perempuan (3,2%).
Menurut kabupaten/kota mempunyai prevalensi kurus tertinggi baik pada anak laki-laki (29,2%) maupun pada
anak perempuan (25,3%). Sedangkan prevalensi kurus terendah yaitu 1,2% pada anak laki-laki dan 0,4% pada
anak perempuan, masing-masing di TTS dan TTU.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi yang bersifat observasional yaitu suatu prosedur
yang terencana meliputi melihat dan mencatat jumlah dan aktivitas tertentu yang ada hubungannya dalam
masalah yang diteliti dengan desain crossectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di SD
GMIT Kefamenanu 4.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SD GMIT Kefamenanu 4, yang berjumlah 335
orang. Sampel yaitu semua siswa yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu: siswa kelas 3, 4 dan 5. dengan besar
sampelnya adalah 83 orang. Teknik sampling menggunakan yaitu stratified random sampling atau acak
stratifikasi. Variabel bebas yaitu kebiasaan makan pagi dan status gizi, variabel terikat yaitu prestasi belajar.
Chi-square digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi
belajar, hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar dan hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan
status gizi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
a)

Jenis Kelamin
Distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas
L
P
L+P
n
%
n
%
n
III
12
14,8
15
18,5
27
IV
6
7,4
21
25,9
27
V
9
11,1
18
22,2
27
Jumlah
27
33,3
54
66,6
81
sumber data: data primer terolah 2012

%
33,3
33,3
33,3
100,0

Tabel 4.3. menyebutkan bahwa dari 81 siswa sekolah dasar GMIT Kefamenanu 4 terdapat 27
(33,3%) orang adalah laki-laki dan 54 (66,6%) orang adalah responden perempuan
b) Umur
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3, 4 dan 5 Sekolah Dasar GMIT Kefamenanu
4 sebanyak 81 siswa yang terdiri dari sebagian kelas 3, kelas 4 dan kelas 5 dengan kriteria yang telah
ditentukan. Distribusi responden menurut umur dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Umur


Umur (tahun)
8
9
10
11
12
Jumlah
sumber data: data primer terolah 2012

Frekuensi
n
3
26
27
22
3
81

%
3,7
32,1
33,3
27,1
3,1
100,0

Tabel 4.4 menyebutkan bahwa dari 81 siswa sekolah dasar GMIT Kefamenanu 4 terdapat jumlah
yang paling rendah berdasarkan umur adalah sebesar 3 (3,7%) orang adalah umur 8 tahun, 3 (3,1%)
orang adalah umur 12 tahun. jumlah yang paling tinggi berdasarkan umur adalah sebesar 27 (33,3%)
orang adalah umur 10 tahun.

2. Variabel Penelitian
a)

Status Gizi
Status gizi ditentukan menggunakan indeks IMT menurut Umur. Hasilnya dapat dilihat pada tabel
4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi
Status gizi
Frekuensi
n
Sangat kurus
5
Kurus
16
Normal
52
Gemuk
5
Obesitas
3
Jumlah
81
sumber data: data primer terolah 2012

%
6,2
19,8
64,2
6,2
3,7
100,0

Tabel di atas menyebutkan bahwa sebanyak 21 (26%) siswa adalah kurus dan sangat kurus,
sebanyak 8 (9,9%) siswa adalah gemuk dan obesitas dan sebanyak 52 (64,2%) siswa adalah status gizi
normal.
b) Kebiasaan Makan Pagi
Distribusi responden berdasarkan kebiasaan makan pagi dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Ditribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Pagi
Kebiasaan Makan Pagi
Frekuensi
n
%
Setiap hari
69
85,2
Sering
12
14,8
Jumlah
81
100,0
sumber data: data primer terolah 2012
Tabel 4.6 menyebutkan sebanyak 69 (85,2%) siswa setiap hari makan pagi sebelum berangkat ke
sekolah dan sebanyak 12 (14,8%) siswa menyatakan sering makan pagi sebelum berangkat ke sekolah.

Jenis makanan yang sering dikonsumsi setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, dapat dilihat
pada tabel 4.7
Tabel 4.7. Jenis Makanan Yang Dikonsumsi Untuk Sarapan Pagi
Jenis Makanan
Makanan:
Nasi lauk/nasi goreng/nasi,dll
Bubur
Mie
Minuman:
Susu
Teh manis
Energen
Kopi
Makanan ringan:
Singkong/Ubi jalar rebus
Kue (pisang,talam,wajik,dll)
Roti (tawar/isi)
Biskuit
sumber data: data primer terolah 2012

Frekuensi
n

22
56
17

27,7
69,1
21,0

45
45
5
1

58,4
58,4
6,5
1,3

3
11
16
10

3,9
14,3
20,8
13,0

Tabel 4.7 menyebutkan jenis makanan yang biasanya dikonsumsi sebelum berangkat sekolah yang
paling banyak sebesar 56 (69,1%) siswa biasanya mengkonsumsi bubur, dan yang paling rendah
sebesar 17 (21%) siswa mengkonsumsi mie.
Jenis minuman yang biasanya diminum sebelum berangkat sekolah yang paling banyak adalah
susu dan teh manis sebesar 45 (58,4%) siswa , dan yang paling sedikit diminum sebelum berangkat ke
sekolah adalah kopi sebesar 1 (1,3%) siswa.
Jenis makanan ringan atau snack yang juga dikonsumsi sebelum berangkat ke sekolah yang paling
banyak adalah roti sebesar 16 (20,8%) siswa dan yang paling sedikit dikonsumsi adalah ubi (singkong
atau ubi jalar) sebesar 3 (3,9%) siswa.
c)

Prestasi Belajar
Prestasi belajar diketahui dari nilai rata-rata untuk semua mata pelajaran dapat dilihat pada tabel
4.8.
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar
Prestasi belajar

Frekuensi
n
%
Baik
64
79,0
Kurang
17
21,0
Jumlah
81
100,0
sumber data: data primer terolah 2012
Tabel 4.8 menunjukkan sebanyak 64 (79,0%) siswa prestasi baik dan sebanyak 17 (21,0%) siswa
prestasi kurang. Nilai rata rata prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Kelas 3,4 dan 5


Kelas
Min - Max
III
7,20
6-9
IV
7,99
6-9
V
8,23
7-9
sumber data: data primer terolah 2012

SD
0,713
0,638
0,383

Tabel 4.9 menunjukkan rata-rata nilai yang paling tinggi untuk kelas V yaitu 8,23 dan yang paling
rendah untuk kelas III yaitu 7,20. Rata-rata nilai yang paling rendah yaitu 5,0 dan terdapat pada kelas
III dan yang paling tinggi yaitu 9,5 dan terdapat dikelas V.
Tabel 4.10. Nilai Rata-rata dari Setiap Mata Pelajaran
Mata pelajaran
Agama
PKN
Bhs. Indonesia
Matematika
IPA
IPS
Seni budaya dan ketrampilan
Penjaskes
PLSBD
Bhs.Inggris
sumber data: data primer terolah 2012

III
8,1
7
7
7
7,1
7,2
7,2
7,5
6,8
-

IV
8,2
8,1
8,1
7,8
8
8
8
7,8
7,7
-

V
8,6
8,3
8.4
8,1
8,3
8,3
8,3
7,8
8,1
8

III-V
8,3
7,8
7,8
7,6
7,8
7,8
7,8
7,7
7,5
8

Tabel 4.10 menyebutkan nilai rata-rata setiap mata pelajaran yang paling tinggi adalah Agama
(8,3) dan Bahasa Inggris (8) sedangkan yang paling rendah adalah PLSBD (7,5) dan Matematika (7,6).
Nilai rata-rata mata pelajaran perkelas antara lain untuk kelas III, yang paling rendah PLSBD (6,8) dan
paling tinggi Agama (8,1), sedangkan untuk kelas IV yang paling rendah PLSBD (7,7) dan paling
tinggi agama (8,2), PKN (8,1) dan Bahasa Indonesia (8,1). Kelas V yang paling rendah Penjaskes (7,8)
dan yang paling tinggi Agama (8,3), Bahasa Indonesia (8,4).

c) Status Kesehatan
Status kesehatan dilihat dari jumlah hari sakit yang tertera pada rapor selama semester genap dan
dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kesehatan Selama 6 Bulan
Status kesehatan
0-3 hari
4-7 hari
>7 hari
Jumlah
sumber data: data primer terolah 2012

Frekuensi
n
69
8
4
81

%
85,2
9,9
4,9
100,0

Tabel 4.11 menunjukkan sebanyak 69 (85.2 %) siswa selalu hadir dan jumlah sakit dalam satu
semester hanya 3 hari sakit, dan sebanyak 4 (4.9 %) siswa yang tidak hadir lebih dari 7 hari (1 minggu)
karena sakit.

3. Hubungan Antar Variabel


a) Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Prestasi Belajar
Hubungan kebiasaan makan pagi siswa SD GMIT Kafemenanu 4 dengan prestasi belajar yang
telah diamati dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:
Tabel 4.12. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Prestasi Belajar
Kebiasaan makan

Prestasi belajar

pagi

baik

Total

Kurang

Setiap hari

59

85,5

10

14,5

69

85,1

Sering

41,7

58,3

12

14,8

Total

64

79,0

17

21,0

81

100.0

0,001

Tabel 4.12 menunjukkan responden yang setiap hari makan pagi mempunyai prestasi baik sebesar
59 (85,5%) siswa dan setiap hari makan pagi mempunyai prestasi belajar kurang sebesar 10 (14,5%)
siswa. Responden dengan kebiasaan sering makan pagi mempunyai prestasi belajar baik sebesar 5
(41,7%) siswa dan kebiasaan sering makan pagi mempunyai prestasi belajar kurang sebesar 7 (58.3%)
siswa. Uji Fisher dengan tingkat signifikansi 95 % (= 0,05) memperoleh hasil p=0,001 (p < 0,05),
berarti ada hubungan bermakna antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar siswa SD GMIT
Kefamenanu 4.

b) Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar


Hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.13. di bawah
ini:
Tabel 4.13. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar
Status gizi

Sangat kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Sangat gemuk
Total

Prestasi belajar
baik
kurang
n
%
n
%
4
80,0 1
20,0
13
81,2 3
18,8
42
80,8 10 19,2
4
80,0 1
20,0
1
33,3 2
66,7
64
79,0 17 21,0

Total
n
5
16
52
5
3
81

p
%
6,2
19,8
64,2
6,2
3,7
100.0

0.416

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa status gizi responden yang sangat kurus dengan prestasi baik
sebesar 4 (80,0%) siswa, sedangkan yang mempunyai prestasi kurang sebesar 1 siswa (20,0%). Status
gizi responden yang kurus dengan prestasi baik sebesar 13 (81,2%) siswa, sedangkan yang mempunyai
prestasi kurang sebesar 3 (18,8%) siswa. Status gizi responden yang normal dengan prestasi baik
sebesar 42 (80,8%) siswa, sedangkan yang mempunyai prestasi kurang sebesar 10 (19,2%) siswa.
Status gizi responden yang gemuk dengan prestasi baik sebesar 4 (80,0%) siswa, sedangkan yang
mempunyai prestasi kurang sebesar 1 (20,0%) siswa. Status gizi responden yang sangat gemuk dengan

prestasi baik sebesar 1 (33,3%) siswa, sedangkan yang mempunyai prestasi kurang sebesar 2 (66,7%)
siswa.
Uji Chi square digunakan dan diperoleh hasil p = 0.416 (p > 0,05), yang artinya tidak ada
hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar GMIT Kefamenanu 4.

c) Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Status Gizi


Hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi dapat dilihat pada tabel 4.14 di bawah ini:
Tabel 4.14. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Status Gizi
Kebiasaan makan
pagi

Setiap hari
Sering
Total

Kurus &
s.kurus
n
%
17
24.6
4
33.3
21
25.9

Status gizi
Normal
n
44
8
52

%
63.8
66.7
64.2

Total
Gemuk & s.
gemuk
n
%
8
11.6
0
0
8
9.9

n
69
12
81

%
85,1
14,8
100,0

0.427

Tabel 4.14 menunjukkan responden yang setiap hari makan pagi mempunyai status gizi kurus dan
sangat kurus sebesar 17 (24,6%) siswa, setiap hari makan pagi yang mempunyai status gizi normal
sebesar 44 (63,8%) siswa dan setiap hari makan pagi yang mempunyai status gizi gemuk dan sangat
gemuk sebesar 8 (11,6%) siswa.
Responden yang sering makan pagi yang mempunyai status gizi kurus dan sangat kurus sebesar 4
(33,3%) siswa, sering makan pagi yang mempunyai status gizi normal sebesar 8 (66,7%) siswa dan
tidak ada responden yang mempunyai status gizi gemuk dan sangat gemuk.
Uji Chi square digunakan dan diperoleh hasil p = 0,427 (p > 0,05), yang artinya tidak ada
hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi siswa sekolah dasar GMIT Kefamenanu.

B. PEMBAHASAN
1.

Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Prestasi Belajar


Analisis deskriptif dan uji Fischer dengan = 0,05 digunakan untuk mengetahui hubungan antara
kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara
kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar siswa.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sulasminingsih (2006) yang menyatakan ada hubungan antara
kebiasaan makan pagi dan prestasi belajar siswa di SDN Koroulon 1 Bimomartani, Ngemplak Sleman.
Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa responden penelitian dengan kebiasaan makan setiap hari
mempunyai prestasi belajar baik sebesar 85,5% dan kebiasaan makan setiap hari mempunyai prestasi
belajar kurang sebesar 14, 5%. Responden penelitian dengan kebiasaan makan pagi sering mempunyai
prestasi belajar baik sebesar 41,7% dan kebiasaan makan pagi sering yang mempunyai prestasi belajar
kurang sebesar 58,3%.
Responden yang setiap hari makan pagi memiliki prestasi lebih baik (85,5%) daripada responden
yang menyatakan sering makan pagi dengan kategori 3 sampai 4 kali makan pagi dalam seminggu

yang cenderung memiiliki prestasi belajar yang kurang (41,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat
(Almatsier, 2011) bahwa makan pagi sangat bermanfaat bagi orang dewasa untuk mempertahankan
ketahanan fisik, sedangkan bagi anak-anak sekolah untuk meningkatkan kemampuan belajar. Tidak
makan pagi bagi anak sekolah menyebabkan kurangnya kemampuan untuk konsentrasi belajar,
menimbulkan rasa lelah dan mengantuk.
Responden yang setiap hari sarapan akan tetapi prestasinya kurang dapat dikarenakan oleh jenis
makanan yang dikonsumsi kurang mengandung nilai gizi yang cukup. Jenis hidangan untuk makan
pagi dapat dipilih dan disusun sesuai keadaan , dan akan lebih baik terdiri akan makanan sumber
tenaga, sumber zat pembangun, dan zat pengatur (Depkes, 1996)
Kleiman dalam Nirwana (2011) menyatakan kebiasaan sarapan mempengaruhi prestasi belajar
anak di sekolah. Rata-rata anak yang tidak membiasakan sarapan pagi memilki daya pikir dan
kemampuan mengingat yang rendah dibandingkan dengan anak-anak yang dibiasakan untuk sarapan
pagi. Dari hasil wawancara terhadap responden yang sering makan pagi dan memiliki prestasi belajar
kurang akan sulit berkonsentrasi, lambat menanggapi dan memiliki perhatian yang rendah terhadap
pelajaran.
2.

Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar


Analisis deskriptif dan Uji Chi-square dengan = 0,05 digunakan untuk mengetahui hubungan
antara status gizi dengan prestasi belajar. Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara status
gizi dengan prestasi belajar.
Pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa status gizi responden yang sangat kurus dengan prestasi
baik sebesar 4 (80,0%) siswa, sedangkan yang mempunyai prestasi kurang sebesar 1 (20,0%) siswa.
Status gizi responden yang kurus dengan prestasi baik sebesar 13 (81,2%) siswa, sedangkan yang
mempunyai prestasi kurang sebesar 3 (18,8%) siswa. Status gizi responden yang normal dengan
prestasi baik sebesar 42 (80,8%), sedangkan yang mempunyai prestasi kurang sebesar 10 (19,2%)
siswa. Status gizi responden yang gemuk dengan prestasi baik sebesar 4 (80,0%) siswa, sedangkan
yang mempunyai prestasi kurang sebesar 1 (20,0%)%) siswa. Status gizi responden yang sangat gemuk
dengan prestasi baik sebesar 1 (33,3%) siswa, sedangkan yang mempunyai prestasi kurang sebesar 2
(66,7%) siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Almatsier (2010) bahwa gizi kurang secara langsung
disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi, karena makin bertambah
usia anak maka bertambah pula kebutuhannya.
Pendapat Soekirman (2000) menyebutkan bahwa timbulnya gizi kurang bukan saja karena
makanan yang kurang tetapi karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi
sering diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak yang makan tidak
cukup baik maka daya tahan tubuhnya dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit, kurang
nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang. Sebesar 19.2 % responden dengan status gizi
normal tetapi mempunyai prestasi belajar kurang.

10

Hal ini sesuai dengan pendapat Suryabrata (2011) faktor yang berasal dari luar diri responden
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain waktu belajar (pagi, siang, malam), tempat
belajar dan alat-alat yang dipakai untuk belajar dan juga faktor yang berasal dari dalm diri responden
yang meliputi rasa ingin tahu terhadap pelajaran.

3.

Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Status Gizi


Analisis deskriptif dan uji Chi-square dengan = 0,05 digunakan untuk mengetahui hubungan
antara kebiasaan makan pagi. Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan makan
pagi dengan status gizi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Ristiana (2009) bahwa tidak ada
hubungan antara tindakan sarapan dengan status gizi.
Pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa responden penelitian yang setiap hari makan pagi mempunyai
status gizi kurus dan sangat kurus sebesar 17 (24,6%) siswa, setiap hari makan pagi yang mempunyai
status gizi normal sebesar 44 (63,8%) siswa dan setiap hari makan pagi yang mempunyai status gizi
gemuk dan sangat gemuk sebesar 8 (11,6%) siswa. Responden yang sering makan pagi yang
mempunyai status gizi kurus dan sangat kurus sebesar 4 (33,3%) siswa, sering makan pagi yang
mempunyai status gizi normal sebesar 8 (66,7%) dan tidak ada responden yang mempunyai status gizi
gemuk dan sangat gemuk.
Dari hasil wawancara terhadap responden sebesar 24,6% setiap hari makan pagi tetapi status
gizinya kurus dan sangat kurus. Hal ini sesuai dengan pendapat Almatsier (2011) menyebutkan bahwa
kecukupan asupan makanan dan asupan gizi anak tidak hanya tergantung pada ketersediaan makanan,
tetapi juga faktor-faktor lain seperti budaya, lingkungan dan interaksi sosial. Setiap hari makan pagi
akan tetapi status gizi dari responden kurus dan sangat kurus ini juga disebabkan karena kebiasaan
yang biasanya setiba di rumah responden biasanya lebih banyak bermain dengan lingkungan sosial
sehingga responden lupa atau tidak ingin makan lagi. Sebanyak 66,7% responden yang sering makan
pagi mempunyai status gizi normal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyoningsih (2011) menyebutkan bahwa kebiasaan makan
dalam keluarga sangat berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang, kesukaan seseorang
terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga. Hasil wawancara
menyebutkan responden sering makan pagi karena dilatih atau ada dorongan dari Ibu yang
mengajarkan pentingnya makan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Apabila tidak makan pagi maka
akan mendapat hukuman kecil, ditegur.

11

KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan dapat dapat ditarikkesimpulan sebagai berikut :
1.

Kebiasaan makan pagi dari siswa antara lain setiap hari sebesar 85,2 % dan sering sebesar 14,8 %

2.

Status gizi siswa berdasarkan IMT menurut Umur antara lain normal sebesar 64,2 %, sangat kurus sebesar
6,2 %, kurus sebesar 19,8 %, gemuk sebesar 6,2 % dan sangat gemuk sebesar 3,7 %

3.

Prestasi belajar siswa antara lain baik sebesar 79 % dan kurang sebesar 21 %. Sedangkan nilai rata-rata
prestasi belajar siswa adalah 7,87

4.

Ada hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar GMIT
Kefamenanu 4

5.

Tidak ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa Sekolah dasar GMIT
Kefamenanu 4

6.

Tidak ada hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan status gizi siswa sekolah dasar GMIT
Kefamenanu 4

12

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Almatsier, Sunita., Susirah, Soetarjo., dan Moesijanti, Soekarti. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Dinas Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta (Dinkes DIY). 2008. Gizi Buruk. http://www.depkes.go.id pada 15 Januari
2012
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2.Jakarta : Papas Sinar Sinanti
Nirwana, A. 2011. Psikologi Bayi, Balita Dan Anak.Yogyakarta : Nuha Medika
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya.Jakarta : Dep. Pendidikan Nasional
Suryabrata, S. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Grafindo Persada

13

Anda mungkin juga menyukai