Anda di halaman 1dari 24

C.

Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan kecepatan reaksi antara disulfit dengan ion
yod adalah:
a. Sistem I
1. Mengisi kedalam 10 buah tabung reaksi masing-masing 10,9,8,7,6,5,4,3,2
dan 1 mL larutan S2O522. Menambahkan akuades ke dalam masing-masing tabung (kecuali tabung
yang berisi S2O52- sebanyak 10 mL) sampai volumenya tepat 10 mL (larutan
ini disebut larutan A).
3. Memasukkan 10 tabung reaksi lainnya dengan 10 mL I-, 1 mL S2O32- dan 1
mL larutan kanji (larutan ini disebut larutan B) menggunakan pipet tetes.
4. Mencampurkan isi tabung pertama dari larutan A dengan salah satu tabung
dari larutan B dengan cara sebagai berikut : masukkan isi tabung larutan A ke
dalam tabung B dan dituangkan hingga mengalami perubahan warna.
Pengukuran waktu dimulai pada saat menuangkan isi tabung A ke tabung B
dan berakhir pada saat terjadi perubahan warna (perubahan warna terjadi
sedikit demi sedikit).
5. Untuk tabung 2 tabung sampai dengan tabung 10, perlakuannya sama dengan
perlakuan tabung 1.
b. Sistem II
1. Mengisi ke dalam 10 buah tabung reaksi masing-masing 10 mL larutan S2O52(larutan ini disebut larutan C).

2. Memasukkan 10 buah tabung reaksi lainnya dengan 10,9,8,7,6,5,4,3,2 dan 1 mL


larutan I-.
3. Menambahkan akuades ke dalam masing-masing tabung (kecuali tabung yang
berisi I- sebanyak 10 mL) sampai volumenya tepat 10 mL
4. Menambahkan ke dalam masing-masing tabung 1 mL S2O52- dan 1 mL larutan
kanji (larutan ini disebut larutan D).
5. Mencampuran isi tabung pertama dari larutan C dengan salah satu tabung dari
larutan D dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada langkan a.3
diatas.

a. Sistem tabung I
larutan S2O52-

larutan I-

- diisi 10 tabung reaksi masingmasing 10,9,8,7,6,5,4,3,2,1 mL


dengan menggunakan pipet tetes
- ditambahkan akuades ke masing
tabung (kecuali larutan S2O52- 10
mL) sampai volumenya 10 mL

- diisi 10 tabung reaksi lainnya


masing-masing 10 mL
- ditambahkan 1 mL larutan
Na2S2O3

- ditambahkan 1 mL larutan
kanji
larutan B

larutan A

- dicampurkan dimasukkan isi tabung A


ke dalam tabung B sedikit demi sedikit
hingga terjadi perubahan warna
- diukur waktunya ketika menuangkan
tabung A ke tabung B
- dilakukan perlakuan sama untuk
tabung 2-10.

Hasil pengamatan

b. Sistem tabung II
larutan I-

larutan S2O52- diisi 10 tabung reaksi


masing-masing 10 mL
dengan menggunakan
pipet tetes
larutan C

- diisi ke 10 tabung reaksi lainnya


masing-masing 10,9,8,7,6,5,4,3,2,1
mL dengan menggunakan pipet tetes
- ditambahkan akuades ke masing
tabung (kecuali larutan I- 10 mL)
sampai volumenya 10 mL
- ditambahkan masing-masing tabung
reaksi 1 mL larutan kanji

larutan D

- dicampur dengan cara dimasukkan isi


tabung C ke dalam tabung sedikit demi
sedikit hingga terjadi perubahan warna
- diukur waktunya ketika menuangkan
tabung C ke tabung D hingga terjadi
perubahan warna
- dilakukan perlakuan sama untuk
tabung 2- 10.

Hasil pengamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Data Pengamatan
Sistem

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabung I
Volume
Volume
S2O52H2 O
10
0
9
1
8
2
7
3
6
4
5
5
4
6
3
7
2
8
1
9

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

2. Perhitungan
1) Perhitungan Konsentrasi Larutan

a. Penentuan S 2 O52

Sistem I, Tabung 1:

Tabung II
Volume
Volume
IH2 O
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Waktu
(s)
18,51
13,07
4,99
5,56
2,32
0,92
0,79
1,01
1,40
0,82
0,79
0,72
0,80
0,79
0,79
0,79
0,86
0,79
0,75
0,69

Volume
Campuran
(mL)
18
20,5
15,6
17
17,5
16
16
14
14
13
15
16
13
17
15
14,5
13
14
15
13

S O
2

2
5

V yang Diambil
S 2 O52 awal
V Total

1 mL
0,04 M
13 mL

= 0,00308 M

Tabung 2 :
Diambil
S O = V yang
S O awal
V Total
2

2
5

2
5

2 mL
0,04 M
14 mL

= 0,00571 M

Tabung 3 :
Diambil
S O = V yang
S O awal
V Total
2

2
5

2
5

3 mL
0,04 M
14mL

= 0,00857 M

Tabung 4 :
Diambil
S O = V yang
S O awal
V Total
2

2
5

2
5

4 mL
0,04 M
16mL

= 0,01 M

Tabung 5 :

S O
2

2
5

V yang Diambil
S 2 O52 awal
V Total

5mL
0,04 M
16mL

= 0,0125 M
Tabung 6 :

S O
2

2
5

V yang Diambil
S 2 O52 awal
V
Total
=

6mL
0,04 M
17,5mL

= 0,01371 M
Tabung 7 :

S O
2

2
5

V yang Diambil
S 2 O52 awal
V Total
=

7mL
0,04 M
17mL

= 0,01647 M
Tabung 8 :

S O
2

2
5

V yang Diambil
S 2 O52 awal
V
Total
=

8mL
0,04 M
15,6mL

= 0,02051 M
Tabung 9 :

S O
2

2
5

V yang Diambil
S 2 O52 awal
V
Total
=

9mL
0,04 M
20,5mL

= 0,01756 M
Tabung 10 :

S O
2

2
5

V yang Diambil
S 2 O52 awal
V Total
=

10mL
0,04 M
18mL

= 0,02222 M

b. Penentuan I

Sistem II, Tabung 1:

V yang Diambil
I awal
V Total

1mL
0,1 M
13 mL

= 0,00769 M
Tabung 2 :

V yang Diambil
I awal
V Total

2 mL
0,1 M
15mL

= 0,01333 M
Tabung 3 :

V yang Diambil
I awal
V Total

3 mL
0,1 M
14mL

= 0,00857 M

Tabung 4 :

V yang Diambil
I awal
V Total

4mL
0,1 M
13mL

= 0,03077 M
Tabung 5 :

V yang Diambil
I awal
V Total

5 mL
0,1 M
14,5 mL

= 0,0348 M
Tabung 6 :

V yang Diambil
I awal
V Total

6mL
0,1 M
15 mL

= 0,03333 M
Tabung 7 :

V yang Diambil
I awal
V Total

7 mL
0,1 M
17mL

= 0,04118 M
Tabung 8 :

V yang Diambil
I awal
V Total

8 mL
0,1 M
13 mL

= 0,06154 M
Tabung 9 :

V yang Diambil
I awal
V Total

9 mL
0,1 M
16 mL

= 0,0225 M
Tabung 10 :

V yang Diambil
I awal
V Total

10 mL
0,1 M
15mL

= 0,06667 M
c. Penentuan
-

1
(1/waktu)
t

Sistem I, Tabung 10 :
t = 18,51 s
1
1
= 18,51 = 0,05402 s-1
t

Tabung 9 :
t = 13,07 s

1
1
= 13,07 = 0,07651 s-1
t

Tabung 8 :
t = 4,99 s
1
1
= 4,99 = 0,2004 s-1
t

Tabung 7
t = 5,56 s
1
1
=
= 0,17986 s-1
t 5,56

Tabung 6 :
t = 2,32 s
1
1
= 2,32 = 0,43103 s-1
t

Tabung 5 :
t = 0,92 s
1
1
= 0,92 = 1,08696 s-1
t

Tabung 4 :
t = 0,79 s
1
1
= 0,79 = 1,26582 s-1
t

Tabung 3 :
t = 1,01 s
1
1
= 1,01 = 0,9901 s-1
t

Tabung 2 :

t = 1,40 s
1
1
= 1,40 = 0,71429 s-1
t

Tabung 1 :
t = 0,82 s
1
1
= 0,82 = 1,21951 s-1
t

- Sistem II, Tabung 10 :


t = 0,79 s
1

1
0,79

= 1,26582 s-1

Tabung 9 :
t = 0,72 s
1

= 1,38889 s-1

0,72

Tabung 8 :
t = 0,80 s
1

1
0,80

= 1,25 s-1

Tabung 7 :
t = 0,79 s
1

1
0,79

= 1,26582 s-1

Tabung 6 :
t = 0,79 s
1

1
0,79

= 1,26582 s-1

Tabung 5 :
t = 0,79 s
1

1
4

= 1,26852 s-1

Tabung 4 :
t = 0,86 s
1

1
0,86

= 1,16279 s-1

Tabung 3 :
t = 0,79 s
1

1
0,79

= 1,26852 s-1

Tabung 2 :
t = 0,75 s
1

1
0,75

= 1,33333 s-1

Tabung 1 :
t = 0,69 s
1

1
0,69

= 1,44928 s-1

2. Tabel Hasil Perhitungan


Satu
an

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Tabung I
Volu Volum
me
e
S2O52H2 O
10
0
9
1
8
2
7
3
6
4
5
5
4
6
3
7
2
8
1
9
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

3. Grafik
Sistem I

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Tabung II
Volu Volm
me
e
IH2 O
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Waktu
(s)

S2O52-

18,51
13,07
4,99
5,56
2,32
0,92
0,79
1,01
1,40
0,82
0,79
0,72
0,80
0,79
0,79
0,79
0,86
0,79
0,75
0,69

0,02222
0,01756
0,02051
0,01647
0,01371
0,0125
0,01
0,00857
0,00571
0,00308

I-

0,06667
0,0225
0,06154
0,04118
0,03333
0,0348
0,03077
0,00857
0,01333
0,00769

1/waktu
(detik-1)

0,05402
0,07651
0,2004
0,17986
0,43103
1,08696
1,26582
0,9901
0,71429
1,21951
1,26582
1,38889
1,25
1,26582
1,26582
1,26582
1,16279
1,26582
1,33333
1,44928

Kurva Hubungan S2O52- Vs 1/t


y = -64.632x + 1.4642
R = 0.6864

1.5

1/t

1
0.5
0
0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

S2O52-

Sistem II

Kurva Hubungan I- Vs 1/t


2

1/t

1.5
1
0.5

y = -1.9312x + 1.3532
R = 0.2423

0
0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

I-

4. Penentuan Tetapan Laju (k)


Sistem I
y = -64.632x + 1.4642

karena,

y=

11
Ao
kt

maka,

1
1

a - 64.632

= -0,01547 L/mol s
Sistem II

y = -1.9312x + 1.3532

karena,

y=

11
Ao
kt

maka,

1
1

a 1,9312

= -0,51781 L/mol s

5. Orde Reaksi dan Orde Total


d [S2 O5 2 ]
x

= k [S2 O5 2 ] [I ]y
dt
x

d[S2 O5 2 ] = k [S2 O5 2 ] [I ]y dt
x

ln [S2 O5 2 ] = kt [S2 O5 2 ] [I ]y
ln[S2 O5 2 ]
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
t
Untuk orde x terhadap konsentrasi S2O52- Pada plot 1.a jika t = 18,51 s dan [S2O52- ] = 0,02222 M dan [I-] = 0,1 M
ln[S2 O5 2 ]
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
t
ln[ 0,022 ]
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
18,51
3,806
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
18,51
0,2 = k [0,022]x [0,1]y

.... pers. (1)

- Pada plot 1.b, jika t = 13,07 s dan [S2O52- ] = 0,01756 M dan [I-] = 0,1 M
ln[S2 O5 2 ]
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
t
ln[ 0.01756]
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
13,07
4,042
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
13,07
0,3

= k [0,017]x [0,1]y ..... pers. (2)

- dibandingkan anatara pers. 1 dengan per. 2


0,2 = k [0,022]x [0,1]y
0,3 = k [0,017]x [0,1]y
0,67= 1,294x
X=

Untuk orde y terhadap konsentrasi I- Pada plot 2.c jika t = 0,79 s dan [S2O52- ] = 0,04 M dan [I-] = 0,06667 M
ln[S2 O5 2 ]
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
t
ln[ 0.04]
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
5
3,21887
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
0,79
4 = k [0,04]x [0,06]y

.... pers. (1)

- Pada plot 2.d, jika t = 0,72 s dan [S2O52- ] = 0,04 M dan [I-] = 0,0225 M

ln[S2 O5 2 ]
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
t
ln[ 0.04]
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
5
3,21887
x
= k [S2 O5 2 ] [I ]y
0,72
4 = k [0,04]x [0,02]y ..... pers. (2)
- dibandingkan anatar pers. 1 dengan per. 2
4 = k [0,06]x [0,01]y
4 = k [0,02]x [0,01]y

Untuk Orde Total

Jadi orde total yang diperoleh adalah


2. Reaksi

Na2S2O5 + 2H2O
H2S2O5
I2 + S2O52-

2NaOH + H2S2O5

S2O52- + 2H+
S4O102- +2 I-

B. Pembahasan

Laju reaksi kimia ke kanan bergantung pada konsentrasi reaktan. Hubungan


antara laju reaksi dan konsentrasi disebut rumus laju atau dapat disebut sebagai
tetapan kesebandingan k yang dinamakan tetapan laju untuk reaksi. Tetapan laju
tidak bergantung pada konsentrasi , akan tetapi untuk kebanyakan (tetapi tidak
semua) reaksi dengan reaktan tunggal akan menghasilkan perbandingan atau grafik
yang lurus dengan konsentrasi reaktan (Oxtoby dkk., 1990).
Percobaan ini dimulai dengan memasukkan S2O52- ke dalam 10 tabung
dengan variasi berbeda yaitu dari volume 1 mL hingga 10 mL, dimana larutan
tersebut nantinya masing-masing akan ditambahkan dengan larutan KI dengan
volume 10 mL sebagai langkah awal. Tujuan dilakukannya variasi volume dari
kedua larutan tersebut adalah agar nantinya diperoleh konsentrasi yang berbedabeda antara volume yang satu dengan yang lain sehingga dapat diketahui bagaimana
konsentrasi dapat mempengaruhi suatu kecepatan atau laju suatu reaksi ketika salah
satu pereaksi atau reaktannya divariasikan konsentrasinya.
Hukum laju dapat ditentukan dengan melakukan serangkain eksperimen
secara sistematik pada reaksi A + B C, untuk menentukan orde reaksi terhadap
A maka konsentrasi A dibuat tetap sementara konsentrasi B divariasi kemudian
ditentukan laju reaksinya pada variasi konsentrasi tersebut. Sedangkan untuk
menentukan

orde reaksi B, maka konsentrasi B dibuat tetap sementara itu

konsentrasi A divariasi kemudian diukur laju reaksinya pada variasi konsentrasi


tersebut (Naomi dkk., 2014).

Langkah sebelumnya merupakan langkah percobaan untuk sistem I dimana


yang divariasikan adalah volume dari S2O52-. Selanjutnya untuk sistem II dilakukan
prosedur yang sama dimana yang divariasikan adalah volume dari KI yang
digunakan. Tujuan variasi volume I- juga sama dengan variasi S2O52-. Selanjutnya
untuk sistem I larutan KI ditambah dengan beberapa mL S2O32- dan larutan kanji
1%, tujuannya agar ketika larutan KI tersebut ditambahkan dengan larutan S2O52maka ion yod dapat terbentuk. Ketika kedua larutan dicampur, saat itu waktu
dihitung untuk menentukan pada detik keberapa ion yod terbentuk Terbentuknya
ion yod dapat ditandai dengan timbulnya warna biru pada larutan campuran.
Berdasarkan hasil pengamatan, larutan campuran tidak menghasilkan warna biru
dan hanya berwarna putih keruh saja dimana hal tersebut dapat diakibatkan oleh
kurang telitinya prosedur yang dilakukan maupun kualitas bahan yang digunakan.
Menurut teori Lecathelier, reaksi kimia pada dasarnya adalah suatu reaksi
kesetimbangan, artinya kecepatan reaksi arah ke kanan (k1) dan ke kiri (k-1) sama
besar. Reaksi kimia bergeser ke kiri atau ke kanan tergantung pada suhu reaksi dan
pengambilan hasil reaksi. Tetapan kecepatan reaksi kimia (K) pada dasarnya adalah
rasio tetapan kecepatan reaksi ke kanan dibagi dengan kecepatan reaksi ke kiri
(Wibowo dan Luthfia, 2014).
Faktor faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah sebagai
berikut: 1) Waktu yaitu Semakin lama waktu reaksi, maka reaksi yang terjadi akan
semakin mendekati sempurna karena waktu kontak antara zat-zat tersebut akan
semakin lama. Tetapi perlu diperhatikan bahwa waktu reaksi yang berlebih dapat
menyebabkan reaksi yang berlanjut ke reaksi yang tidak diingirkan, sehingga perlu

dicari waktu reaksi optimumnya 2)Temperatur dimana Untuk setiap kenaikkan


temperatur akan memberikan kenaikan harga k. Semakin besar harga k, maka
kecepatan reaksi akan semakin besar pula. 3) Konsentrasi dan komposisi yaitu
pengaruh terhadap kecepatan reaksi, selain itu adaya zat inert juga mempengaruhi
kecepatan reaksi Suatu reaksi biasanya dapat berubah menjadi produk dengan cepat
apabila direaksikan dengan konsentrasi yang tinggi, tetapi itu tidak berlaku pada
semua reaksi. Sehingga perlu dicari perbandingan yang baik yang nantinya
didapatkan konversi produk yang sangat tinggi (Dewati, 2010).
Setelah dilakukan langkah pada sistem I dilakukan pula langkah pada sistem
II dengan cara yang sama dimana pada sistem II larutan yang divariasikan
volumenya adalah S2O52-. Setelah dilakukan proses pencampuran dari masingmasing sistem dimana volume campuran juga ditentukan untuk menentukan
konsentrasi maka dapat dihitung nilai dari 1/t agar dapat dibuat grafik hubungan
antara konsentrasi S2O52- dengan 1/t serta konsentrasi I- dengan 1/t. Berdasarkan
grafik yang diperoleh dan persamaan garisnya, maka orde reaksi dapat ditentukan.
Orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi
komponen itu dalam hukum laju. Orde keseluruhan reaksi merupakan penjumlahan
orde semua komponennya. Reaksi tidak harus mempunyai orde bilangan bulat.
Demikian halnya dengan banyak reaksi fase-fase. Contohnya jika reaksi memiliki
hukum laju:
V= k [A]1/2[B]
Maka reaksi ini mempunyai orde reaksi setengah dalam A, orde pertama dalam B,
dan secara keseluruhan mempunyai orde tiga setengah (Atkins, 1999)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh persamaan garis untuk hubungan


antara konsentrasi S2O52- dengan 1/t adalah dan persamaan garis untuk
grafik hubungan antara konsentrasi I- dengan 1/t adalah.sehingga
berdasarkan kedua persamaan garis tersebut, maka orde reaksi total dapat diperoleh
yaitu.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan, dan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:


1) Kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi pereaksi karena semakin besar
konsentrasi pereaksi, maka semakin banyak molekul pereaksi yang tersedia
dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga
sehingga kecepatan reaksi meningkat.
2) Asumsi-asumsi yang digunakan dalam metode diferensial adalah banyaknya
konsentrasi pereaksi yang berkurang dalam satuan waktu tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W.1997. Kimia Fisika II. Jakarta :Erlangga.


Dewati, R. 2010.Kinetika Reaksi Pembuatan Asam Oksalat Dari Sabut Siwalan
Dengan Oksidator H2O2. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik.10 (1).
Naomi, P. Anna, M.L.G. dan Muhammad, Y.T. 2013. Pembuatan Sabun Lunak
dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal
Teknik Kimia. Vol. 19 (2).
Oxtoby, D.W, Gillis H.P. dan Norman H.N. 1990. Prinsip-prinsip Kimia Modern
Edisi Keempat Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Wibowo, H.B. dan Luthfia, H.A. 2014. Penentuan Tetapan Kecepatan dan Suhu
Reaksi untuk Memilih Proses Pembuatan Butadien (Determination Of
Reaction Rate Constant And Temperature For Selecting Butadiene
Processes). Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara. Vol. 9 (1).

Anda mungkin juga menyukai