Latar Belakang
Korupsi merupakan tindak pidana yang memperkaya diri sendiri, golongan, kerabat
dengan cara melawan aturan hukum. yang secara langsung merugikan negara atau
perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang
memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara
untuk kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnyapendidikan,
kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaanlingkungan yang subur untuk
perilaku korupsi, rendahnya sumber dayamanusia, serta struktur ekonomi. Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan. Dampak korupsi dapat
terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.
Peraturan perundang-undangan (legislation) merupakan wujud dari politik hukum
institusi Negara dirancang dan disahkan sebagai undang-undang pemberantasan tindak
pidana korupsi. Secara parsial, dapat disimpulkan pemerintah dan bangsa Indonesia serius
melawan dan memberantas tindak pidana korupsi di negeri ini. Peran serta masyarakat dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diwujudkan dalam bentuk antara
lain mencari, memperoleh, memberikan data atau informasi tentang tindak pidana korupsi
dan hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara
demokrasi yang memberikan hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
A.
Pengertian
Korupsi merupakan tindakan memperkaya diri sendiri, golongan, kerabat dengan
cara melawan aturan hukum. Korupsi merupakan permasalah mendesak yang harus diatasi,
agar tercapai pertumbuhan dan geliat ekonomi yang sehat. Berbagai catatan tentang korupsi
yang setiap hari diberitakan oleh media massa baik cetak maupun elektronik, tergambar
adanya peningkatan dan pengembangan model-model korupsi. Retorika anti korupsi tidak
cukup ampuh untuk memberhentikan praktek tercela ini. Peraturan perundang-undang yang
merupakan bagian dari politik hukum yang dibuat oleh pemerintah, apabila tidak dibarengi
dengan kesungguhan untuk manifestasi dari peraturan perundang-undangan yang ada.
Politik hukum tidak cukup, apabila tidak ada recovery terhadap para eksekutor atau
para pelaku hukum. Konstelasi seperti ini mempertegas alasan dari politik hukum yang
dirancang oleh pemerintah tidak lebih hanya sekedar memenuhi meanstream yang sedang
terjadi. Dimensi politik hukum yang merupakan kebijakan pemberlakuan atau enactment
policy, merupakan kebijakan pemberlakuan sangat dominan di Negara berkembang, dimana
peraturan perundang-undangan kerap dijadikan instrumen politik oleh pemerintah, penguasa
tepatnya, untuk hal yang bersifat negatif atau positif. Dan konsep perundang-undangan
dengan dimensi seperti ini dominan terjadi di Indonesia, yang justru membuka pintu bagi
masuknya praktek korupsi melalui kelemahan perundang-undangan.
B.
1.
Dengan diberikannya hak dan kewajiban masyarakat dalam usaha penanggulangan korupsi
dipandang sebagai hal positif dalam upaya pencegahan dan pengungkapan kasus-kasus
1.
Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana korupsi;
2. Hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan memberikan informasi
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani
perkara tindak pidana korupsi;
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum
4.
5.
a.
b.
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tersebut, maka penulis dapat mengambil satu kesimpulan
bahwa peran serta masyarakat didalam pemberantasan korupsi itu sangat penting sekali.
Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
diwujudkan dalam bentuk antara lain mencari, memperoleh, memberikan data atau informasi
tentang tindak pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung
jawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Sesuai dengan prinsip
keterbukaan dalam negara demokrasi yang memberikan hak kepada masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi, maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai
hak dan tanggung jawab masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
B.
Saran
A.
mafia hukum itu adalah orang-orang yang memiliki kekuatan destruktif terhadap ketahanan
negara dan kewibawaan pemerintah termasuk lembaga penegak hukumnya.
Dalam menangani kasus KPK diberi kewenangan memperpendek jalur birokrasi dan
proses dalam penuntutan. Jadi KPK mengambil sekaligus dua peranan yaitu tugas Kepolisian
dan Kejaksaan yang selama ini dilihat tidak berdaya dalam memerangi korupsi. Disamping
itu dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, KPK diberi kewenangan
untuk melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang
menjalankan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi dan instansi
yang dalam melaksanakan pelayanan publik
(http://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/tinjauan-yuridis-mengenai-peranan-komisipemberantasan-korupsi-kpk-dalam-pemberantasan-tindak-pidana-korupsi-di-indonesia/).
KPK dapat mengambil alih kasus korupsi yang sedang ditangani kepolisian atau
kejaksaan apabila :
1.laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditinjaklanjuti;
2.Proses penanganan tindak pidana korupsi tidak ada kemajuan/berlarut-larut/ tetunda tanpa
alasan yang bisa dipertanggung jawabkan;
3.Penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku korupsi yang
sesungguhnya;
4.Penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi;
5.Adanya hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur tangan dari eksekutif,
yudikatif atau legislatif; atau
6.Keadaan lain yang menurut pertimbangnan kepolisian atau kejaksaan, penanganan tindak
pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk memerangi tindak pidana korupsi yang dikategorikan sebagai tindak pidana
luara biasa (extra ordinary crime), maka KPK diberi tambahan kewenangan yang tidak
dimiliki instititusi lain yaitu:
1.Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;
2.Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang berpergian keluar
negeri;
3.Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan
tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;
4.Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang
diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait;
5.Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi terkait;
Sanksi yang dikenakan kepada para koruptor di rasa tidak efektif dan efisien, karena perlu
kita ketahui banyaknya celah yang dilakukan koruptor untuk terbebas dari jeratan hukum.
Sebaiknya pemerintah harus memberikan sanksi yang benar-benar membuat jera dan
takut untuk melakukan korupsi. Mungkin seperti halnya dengan cara menyita seluruh harta
kekayaan koruptor baik harta atas namanya sendiri, istri ataupun anak-anaknya alias
dimiskinkan. Sehingga koruptor tidak dapat bergerak tanpa adanya uang. Sedangkan
hukuman penjara sudah kita ketahui bahwa leluasanya koruptor untuk bertindak semaunya
tanpa ada rasa jera dan takut. Seperti koruptor Gayus Tambunan yang masih dapat keluar
masuk penjara dengan memberikan sejumlah uang kepada penegak hukum yang memiliki
moralitas rendah, banyak lagi koruptor lain yang mendapat fasilitas istimewa dipenjaara ialah
Artalita Suryani, belum lagi pejabat tinggi lain yang tidak terungkap.
Sanksi dengan memiskinkan koruptor dengan semiskin-miskinnya atau menyita
seluruh harta kekayaannya dirasa lebih efisien dan efektif. Karena koruptor dapat bergerak
hanya karena masih adanya uang yang dimilikinya, akan tetapi apabila koruptor tidak
memiliki harta maka mereka tidak dapat bertindak semaunya. Sanksi ini tidak hanya
memberikan rasa jera dan takut tetapi dapat memberi sanksi sosial dan sanksi moral. Apabila
ini dapat diterapkan dengan adil maka tujuan negara berdasarkan Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 akan tercapai dan terlaksana sehingga kehidupan
bangsa yang sejahtera, adil, dan makmur dapat dirasakan seluruh masyarakat indonesia sesuai
dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan.
KEJAKSAAN
1.
Pengertian Kejaksaan
Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang kejaksaan
Republik Indonesia, bahwa jaksa adalah
pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini untuk bertindak sebagai
penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
serta wewenang lain berdasarkan undang-undang (Hartanti, 2005:32).
Jadi dapat dikatakan bahwa kejaksaan adalah sebuah lembaga dimana supremasi
hukum ditegakkan, mengingat lembaga ini adalah pelaksana dari putusan pengadilan.
Lembaga inilah yang memberikan perlindungan terhadap kepentingan umum dan dapat
dikatakan bahwa kejaksaan adalah tempat dimana hak asasi manusia diperjuangkan dan
ditegakkan.
2.
a.
1.
2.
hukum tetap;
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
4.
5.
penyidik.
b. b. Di bidang perdata dan tata usaha Negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak
baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama Negara atau pemerintah
Kejaksaan berwenang untuk mengadakan penyelidikan dan penyidikan. Berdasarkan Pasal 5
Ayat (1) butir a KUHAP, penyelidik memiliki wewenang yakni;
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
2. Mencari keterangan dan barang bukti.
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
4.
pengenal diri.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Dalam penjelasan KUHAP yang dimaksud dengan tindakan lain adalah tindakan
dari penyelidik untuk kepentingan penyelidikan dengan syarat :
a.
b.
c.
Tindakan tersebut harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan jabatanya
3.
B.
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
undang-undang yang lainnya. (Hartanti, 2005:39)
Jadi jika dikaitkan dengan tindak pidana korupsi, polri memilki peran dan andil besar
dalam mencagah merebaknya tipikor ini. Apalagi polri adalah elemen penting yang dapat
menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah.
C.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
keuangan negara merupakan kewajiban yang berat, sehingga perlu dibentuk suatu
BadanPemeriksaan Keuangan yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah.
Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara
yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Tuntutan reformasi telah menghendaki terwujudnya penyelenggaraan negara yang
bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) menuju tata pemerintah yang
baik, mengharuskan perubahan peraturan perundang-undangan dan kelembagaan negara.
Perubahan ketiga UUD 45 merupakan salah satu reformasi atas ketentuan pasal 23
ayat (5) tentang Badan Pemeriksaan Keuangan. Bab tentang Badan Pemeriksaan Keuangan
adalah bab baru. Sebelumnya Badan Pemeriksaan Keuangan diatur dalam satu ayat, yakni
dalam pasal 23 ayat (5) UUD 1945 Untuk memeriksa keuangan negara diadakan suatu
Badan Pemeriksaan Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Pewakilan Rakyat. Perubahan UUD 1945
menjadi tiga pasal yaitu, pasal 23E, pasal 23F, pasal 23G.
Dipisahkanya BPK dalam bab tersendiri ( BAB VIIIA), yang sebelumnya merupakan
bagian dari BAB VIII tentang Hal Keuangan dimaksudkan untuk memberikan dasar hukum
yang kuat serta pengaturan rinci mengenai BPK yang bebas dan mandiri. Dalam
kedudukannya sebagai pemeriksa keuangan negara dan APBD, serta untuk dapat menjangkau
pemeriksaan di daerah, BPK membuka kantor di setiap provinsi.
Keanggotaan BPK terdiri dari 9 (sembilan) orang anggota, yang keanggotaannya
diresmikan dengan Keputusan Presiden dengan susunan terdiri atas seorang Ketua merangkap
anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota untuk masa
jabatan selama 5 (lima) tahun.
1.
a.
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah,
b.
c.
Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undangundang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan
d.
dipublikasikan.
BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
e.
f.
g.
kewenangannya.
Hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang telah
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum.
Dari tugas BPK yang disebutkan di atas, terdapat fungsi BPK yaitu:
a.
Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan
b.
c.
d.
pembangunan.
Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan.
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas bpkp.
Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan
b.
Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan
lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
c.
Melakukan pemeriksaan di tempat periyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat
pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan
terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,
pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
negara.
d.
Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK.
e.
f.
Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
g.
Menggunakan tenaga ahli dan/ atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan
atas nama BPK.
h.
i.
j.
E.
1.
Pelaksanaan Penyidikan
Penyidikan dilakukan oleh Polri/Jaksa/KPK sendiri. Dengan membawa alat bukti yang
sah, seperti: keterangan ahli, keterangan saksi, surat dan petunjuk. Penyidikan dapat berupa
penggeledahan, penyitaan, penangkapan, penahanan, dan pemanggilan.
Penggeledahan dilakukan terhadap orang dan tempat-tempat yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi yang sesuai dengan prosedur yaitu adanya surat perintah
penggeledahan, surat ijin dan atau dilaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat,
serta adanya saksi-saksi dan setelah itu penyidik membuat berita acara penggeledahan.
Penyitaan dilaksanakan terhadap surat-surat dan barang-barang yang berkaitan dengan
tindak pidana dimana penyitaan dilaksanakan sesuai prosedur, adanya surat perintah
penyitaan, surat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat, adanya saksi-saksi yang turut
menanda tangani, dan dibuatkan berita acara penyitaan serta surat dan barang-barang yang
disita dibuat label dan dirawat dengan baik.
Penangkapan dilaksanakan sesuai prosedur, adanya surat perintah penangkapan, satu
lembar diserahkan kepada keluarga dan dalam surat perintah disebutkan pasal-pasal yang
disangkakan dan alasan penangkapan, dilaksanakan dalam waktu 1 x 24 jam.
Penahanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur, adanya surat perintah penahanan dengan
memuat pasal-pasal dan alasan penahanan, satu lembar surat perintah penahanan diserahkan
pada keluarganya, waktu penahanan selama 20 hari dan dapat diperpanjang selama 40 hari.
Pemanggilan dilakukan dengan berdasarkan identitas si tersangka dengan menyertakan surat
tugas penangkapan.
2.
Proses Penyelidikan
Setelah dirasa bukti telah ada, yakni dengan mewawancarai baik saksi, saksi ahli, maupun
tersangka, ataupun melalui cara pengamatan yang cermat maupun penyamaran.
3.
Proses Pemeriksaan
Pemeriksaan dilaksanakan dalam penyidikan diharapkan untuk dapat memperoleh
keterangan baik dari saksi maupun tersangka.
Pemeriksaan harus mengarah dan sesuai dengan unsur-unsur dan pasal-pasal yang
disangkakan. Hasilnya harus disesuaikan dengan keterangan saksi-saksi, saksi ahli dan
barang bukti yang ada.
Hasil pemeriksaan tersangka dituangkan dalam berita acara pemeriksaan dan ditanda tangani
oleh tersangka serta penyidik.
Pemeriksaan saksi ahli juga harus berhubungan dengan keterangan tersangka dan barang
bukti yang ada.
Hasil pemeriksaan saksi /saksi ahli dituangkan dalam berita acara pemeriksaan
kemudian ditanda tangani oleh saksi/saksi ahli dan penyidik yang memeriksa.
penyelesaian/pemberkasan perkara.
Penyelesaian/pemberkasan diharapkan dapat dilakukan dalam waktu cepat sejalan dengan
kecepatan dalam pemeriksaan maupun pengumpulan bukti-bukti. Pengiriman berkas perkara
kepada Penuntut Umum. Lalu berkas diteruskan ke Kejaksaan untuk dilaksanakan
pelaksanaan pemidanaan (disarikan dari arriwp97-Police Hazard UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS PENYIDIK TIPIKOR DALAM MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN POLRI.html).
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Empat lembaga di atas ketika mau dan berani bersinergi dalam upaya pemberantasan
korupsi akan sangat membantu dalam menciptakan good governance. Maka sangatlah perlu
kita sebagai warga Indonesia juga berpartisipasi dalam mencegah budaya korupsi terus
merajalela. Mulai dari diri kita dan mulai dari sekarang.
Demikian makalah ini kami susun, semoga ada manfaat darinya. Kepada Bapak dosen
Pengampu dan para pembaca, kami selaku penyusun memohon kritik dan saran untuk
penyempurnaan penulisan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.