Oleh
1514101032
Ayat (2)
Melihat isi ketentuan pasal ini memberikan petunjuk bahwa lembaga peradilan umum
dan lembaga peradilan khusus berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Selain
itu, dibentuknya Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga peradilan tersendiri
membuktikan bahwa hak uji material terhadap perundangan secara konsentrasi dapat
dilakukan dengan cepat oleh mahkamah itu, tidak seperti sebelumnya.
Peradilan umum tugasnya mengadili perkara sipil (bukan militer) yang
menyangkut mengenai penyimpangan penyimpangan dari aturan hukum perdata
material dan hukum pidana material. Peradilan agama tugasnya mengadili perkara
yang dihadapi oleh orang orang islam, terutama dalam bidang hukum keluarga.
Peradilan militer tugasnya mengadili perkara yang dilakukan oleh prajurit Indonesia,
khususnya dalam tindak pidana berdasarkan hukum pidana militer. Peradilan tata
usaha negara tugasnya mengadili perkara atas perbuatan melawan hukum
(onrechtmatige overheidsdaad) oleh pegawai tata usaha negara.
C. Hukum Acara Perdata
Hukum acara perdata yang disebut juga hukum perdata formal mengatur
tentang cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum perdata
material. Fungsinya menyelesaikan masalah dalam mempertahankan kebenaran hak
individu. Asas asas pokok hukum acara perdata itu diuraikan di bawah ini :
1. Hakim Pasif
Maksudnya bahwa luas masalah yang dikemukakan dalam sidang perkara
perdata ditentukan oleh para pihak yang berperkara. Di lain pihak hakim tidak
diperkenankan memperluas masalah yang tidak diajukan. Hal itu karena
kedudukan hakim hanya sebagai penetap kebenaran dan keadilan para pihak.
2. Mendengarkan Para Pihak
Untuk memberikan putusan dalam perkara perdata, hendaknya para pihak
diberi kesempatan didengar pendapatnya. Bagi pihak yang tidak hadir (verstek),
walaupun diberi kesempatan untuk didengar, dianggap tidak mau menggunakan
kesempatan itu, kalau ketidakhadirannya sudah dianggap cukup waktu yang
diberikan, maka hakim dapat memberikan putusan. Akan tetapi, dalam hal para
pihak mau menggunakan kesempatan untuk didengar, proses persidangan untuk
perkara itu wajib diselesaikan.
Dua asas pokok hukum acara perdata ini dalam prosesnya dapat ditempuh
sebagai berikut :
menjaga
kelangsungan
pelaksanaan
hukum
pidana
material.
putusan
pengadilan,
yang
mengatakan
kesalahannya
dan
yang diberi kuasa khusus untuk hal itu dapat meminta dilakukan
pemeriksaan dalam Pra-Peradilan.
Ada tiga kategori lamanya penahanan seseorang berdasarkan Pasal 24
30 KUHAP :
1. Penahanan dapat dilakukan oleh polisi selama satu hari dan selama
lamanya dua puluh hari. Perpanjangan oleh penuntut umum
(Jaksa) dapat dilakukan selama empat puluh hari. Setelah enam
puluh hari penahanan, tersangka harus sudah keluar dari tahanan
penyidik.
2. Kalau penahanan dilakukan oleh penuntut umum, selama
lamanya dua puluh hari dan dapat diperpanjang oleh ketua
pengadilan selama tiga puluh hari. Setelah waktu lima puluh hari,
tersangka harus sudah keluar dari tahanan.
3. Hakim pengadilan negeri dalam kepentingannya
untuk
dinyatakan bahwa pada setiap pengadilan harus ada hakim yang diberi
tugas khusus untuk membantu ketua dalam melakukan pengawasan dan
pengamatan terhadap putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana
perampasan kemerdekaan.
Kedua hukum acara, yaitu hukum acara perdata dan hukum acara
pidana itu aturannya berlaku menangani dan menyelesaikan perkara di
peradilan umum. Sementara itu, untuk orang orang tertentu yang
berkaitan dengan yang beragama Islam dan/atau dengan tugas negara
karena diangkat menjadi pegawai negara disediakan peradilan khusus.
Peradilan itu dinamakan peradilan khusus. Lembaga peradilan
khusus ini antara lain :
a. Peradilan Agama
Peradilan agama ini sudah ada sejak sebelum Belanda
menjajah Indonesia dan berdampingan dengan peradilan adat.
Setelah Belanda mulai menjajah Indonesia, peradilan ini justru
dilembagakan
melalui
perundang
undangannya
dan
Indonesia.
Peraturannya
dituangkan
dalam
Pengajuan permohonan
Pendaftaran permohonan dan pendaftaran sidang
Alat bukti
Pemeriksaan pendahuluan
Pemeriksaan persidangan
Putusan
hukum, dan asas putusan. Setiap putusan mempunyai hukum tetap tidak ada banding
dan/atau kasasi.
SUMBER :
Abdul Djamali, R., S.H., 2014. Penghantar Hukum Indonesia Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali
Pers.
Oleh
1514101032
peraturan
D. Dasar Hukum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Adanya
pengadministrasian anggota-anggotanya
Merupaka suatu organisasi dengan tujuan tertentu, diadakan rapat
lapisan
anggota-anggota,
hal
ini
dapat
dilihat
pada
Kata merasa dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004,
menurut Ketut Suraputra dapat diartikan bahwa kepentingan tersebut (kerugian)
belum perlu sudah nyata-nyata terjadi. Contoh; seseorang yang telah
mendapatkan IMB, maka tetangganya sudah dapat mengajukan gugatan terhadap
KTUN tersebut, bilamana ia merasa kepentingannya dirugikan.
2. Tergugat
Yang dapat digugat atau dijadikan tergugat sebagaimana diuraikan dalam
pengertian tergugat diatas adalah jabatan yang ada pada Badan Tata Usaha
Negara yang mengeluarkan KTUN berdasarkan wewenang dari Badan TUN itu
atau wewenang yang dilimpahkan kepadanya. Hal ini mengandung arti bahwa
bukanlah orangnya secara pribadi yang digugat tetapi jabatan yang melekat
kepada orang tersebut. Misalnya; Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng,
Bupati Buleleng dan lain-lain, sehingga tidak akan menjadi masalah ketika terjadi
pergantian orang pada jabatan tersebut.
Sebagai jabatan TUN yang memiliki kewenangan pemerintahan, sehingga
dapat menjadi pihak Tergugat dalam Sengketa TUN dapat dikelompokkan
menjadi:
eksekutif.
Instansi-instansi dalam lingkungan kekuasaan negara diluar lingkungan
eksekutif yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, melaksanakan
Untuk dapat menentukan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara menjadi
Tergugat dalam Sengketa Tata Usaha Negara, perlu lebih dahulu diperhatikan
jenis dari wewenang Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut pada waktu
mengeluarkan KTUN. Jenis wewenang yang dimaksud adalah:
a. Atribusi adalah wewenang yang langsung diberikan atau langsung
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan kepada Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara. Dalam hal ini, yang menjadi Tergugat apabila terjadi
Sengketa Tata Usaha Negara adalah yang menerima wewenang secara
atribusi ini.
b. Mandat adalah wewenang yang diberikan kepada mandataris (penerima
mandat) dari mandans (pemberi mandat) melaksanakan wewenang untuk
dan atas nama mandans. Pada wewenang yang diberikan dengan mandat,
mandataris hanya diberikan kewenangan untuk mengeluarkan KTUN
untuk dan atas nama mandans, dengan demikian tidak sampai ada
pengalihan wewenang dari mandans kepada mandataris. Oleh karena itu,
tanggungjawab atas dikeluarkannya KTUN tersebut masih tetap ada pada
mandans, sehingga yang menjadi Tergugat apabila terjadi Sengketa Tata
Usaha Negara adalah mandans (Pemberi mandat).
c. Delegasi adalah wewenang yang diberikan dengan penyerahan wewenang
dari delegans (pemberi delegasi) kepada delegataris (penerima delegasi).
Dalam hal ini, delegataris telah diberikan tanggung jawab untuk
mengeluarkan KTUN untuk dan atas nama delegataris sendiri, sehingga
yang menjadi Tergugat apabila terjadi Sengketa Tata Usaha Negara adalah
delegataris (Penerima Delegasi).
F. Obyek dalam Peradilan Tata Usaha Negara
Yang menjadi obyek dalam Peradilan Tata Usaha Negara adalah Keputusan
Tata Usaha Negara (KTUN). Keputusan Tata Usaha Negara adalah penetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan
hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan hukum perdata.
1. Penetapan tertulis bukan hanya dilihat dari bentuknya saja tetapi lebih ditekankan
kepada isinya, yang berisi kejelasan tentang:
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara mana yang mengeluarkannya
Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan tersebut
Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya.
Hal tersebut membawa konsekuensi bahwa sebuah memo atau nota pun kalau
sudah memenuhi ketiga kreteria diatas dapat dianggap sebagai Keputusan Tata
Usaha Negara (KTUN).
2. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN
Sebagai suatu Keputusan TUN, Penetapan tertulis itu juga merupakan salah
satu instrumen yuridis pemerintahan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
TUN dalam rangka pelaksanaan suatu bidang urusan pemerintahan. Selanjutnya
mengenai apa dan siapa yang dimaksud dengan Badan atau Pejabat TUN sebagai
subjek Tergugat, disebutkan dalam pasal 1 angka 2 :Badan atau Pejabat Tata
Usaha negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Badan atau Pejabat TUN di sini ukurannya ditentukan oleh fungsi yang
dilaksanakan Badan atau Pejabat TUN pada saat tindakan hukum TUN itu
dilakukan. Sehingga apabila yang diperbuat itu berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku merupakan suatu pelaksanaan dari urusan pemerintahan,
maka apa saja dan siapa saja yang melaksanakan fungsi demikian itu, saat itu juga
dapat dianggap sebagai suatu Badan atau Pejabat TUN. Yang dimaksud dengan
urusan pemerintahan adalah segala macam urusan mengenai masyarakat bangsa
dan negara yang bukan merupakan tugas legislatif ataupun yudikatif. Dengan
demikian apa dan siapa saja tersebut tidak terbatas pada instansi-instansi resmi
yang berada dalam lingkungan pemerintah saja, akan tetapi dimungkinkan juga
instansi yang berada dalam lingkungan kekuasaan legislatif maupun yudikatif
pun, bahkan dimungkinkan pihak swasta, dapat dikategorikan sebagai Badan atau
Pejabat TUN dalam konteks sebagai subjek di Peratun.
SUMBER :
1. HUKUM PERADILAN TATA USAHA NEGARA
2. http://idrusonly.blogspot.co.id/2013/11/hukum-acara-peradilan-tata-usaha-negara.html
3. http://www.fakultashukum-universitaspanjisakti.com/jurnal-kerta-widya/32-bahankuliah-ptun.html