Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Kanker

Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang


tidak terkendali,infasi jaringan lokal dan metastasis. Pada kanker atau neoplasia
tidak ganas biasanya menimbulkan gejala terjadinya pembengkakkan dan adanya
penekanan terhadap jaringan yang lain.Sedangkan untuk beberapa tumor tidak
ganas cenderung untuk dapat menjadi ganas (1) (dipiro).
Etiologi Kanker
Penyebab primer untuk terjadinya kanker pada manusia belum diketahui.
Berbagai faktor penyebabnya antara lain : (2,3,4)
1. Zat-zat karsinogenik
a. Karsinogenik kimia
Benzene dianggap berhubungan dengan terjadinya leukemia akut.
Jelaga batubara, anthracene, creosota dihubungkan dengan kanker kulit,
larynx dan bronkhus. Asbestos sering menyebabkan mesothelioma pada
pekerja tambang dan pekerja kapal.
b. Karsinogenik Fisik
Sinar ultraviolet dianggap sebagai penyebab meningginya insidensi
kanker kulit pada pelaut atau petani, yang biasanya berhubungan dengan
sinar matahari secara berlebihan. Pekerja di bagian radiologi yang sering
terkena X-ray mempunyai kecenderungan untuk mendapat kanker kulit.
Contoh lain dari karsinogen fisik adalah iritasi mekanik, misalnya iritasi
kronis yang dihubungkan dengan perkembangan kanker seperti degenerasi
ganas dari scar luka bakar yang lama yang disebut Marjolin`s ulcer.
c. Drug Induced Cancer

2. Virus-virus onkogenik
Dikenal dua jenis virus yang dapat menyebabkan keganasan yaitu:
RNA virus dan DNA virus.
a. RNA virus menyebabkan leukemia, sarkoma dan urinari papiloma serta
kanker payudara.
b. DNA virus dianggap sebagai penyebab kanker: Eipstein Barr virus,
papilloma virus, Hepatitis B virus. Eipstein Barr virus (EBV) dianggap
sebagai penyebab dari kanker nasofaring. Hepatitis B virus berhubungan
dengan hepatocelluler carcinoma primer.
3. Faktor herediter
Kanker payudara ditemukan tiga kali lebih banyak pada seorang anak
perempuan dari seorang ibu yang menderita kanker payudara, dan ternyata pada
anak perempuan tersebut akan timbul kanker payudara pada usia yang lebih muda
daripada ibunya. Namun sulit ditentukan apakah kanker terjadi karena faktor
herediter sendiri atau karena kombinasi faktor-faktor lain seperti lingkungan,
kebiasaan hidup dan makanan.
4. Faktor lingkungan
Beberapa jenis hasil industri serta sisa pembakaran dapat bersifat
karsinogenik. Selain itu kebiasaan tertentu dapat mengakibatkan suatu keganasan,
misalnya, pemakai tembakau cenderung mendapat kanker paru sedangkan
pemakai alkohol cenderung mendapat kanker traktus digestivus. Pekerja industri
perminyakan yang banyak berhubungan dengan polisiklik hidrokarbon dijumpai
banyak menderita kanker kulit. Dengan meningkatnya perhatian terhadap faktor
lingkungan seperti polusi udara, kontaminasi air, proses makanan termasuk
pemakaian nitrat, nitrosamine untuk pengawetan daging serta sacharine, diduga
mempunyai sifat karsinogen yang potensial.
5. Faktor sosio ekonomi
faktor sosial ekonomi ternyata dapat mempengaruhi insidensi kanker.
Kanker gaster dan cervix dijumpai lebih tinggi pada golongan sosio ekonomi
rendah, sekitar tiga sampai empat kali lebih banyak daripada golongan sosio
ekonomi menengah dan tinggi.Pada literatur ada juga yang disebut dengan
keadaan Pre kanker.

Ayat alquran tentang nutrisi kanker


Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman
untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur dan segala macam buahbuahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi orang-orang yang berfikir.(QS
An-Nahl:11).
Kemudian makanlah dari segala(macam)buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhan-mu yang telah (dimudahkan bagimu). Dari
perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.(QS An-Nahl:69)

Almaidah ayat :
dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.
Pada ayat diatas disebutkan bahwa kita harus memakan makanan yang halal lagi
baik. Karena yang halal lagi baik itu sudah pasti makanan yang bergizi yang baik
untuk kesehatan tubuh. Dan yang haram merupakan makanan yang tidak (tidak
baik untuk kesehatan). Misalnya Babi, babi didalam alquran haram dimakan
karena daginga babi mengandung cacing pita yang memiliki segmen. Sehingga
apabila dia pindah dari tubuh babi ke manusia maka akan dapat berkembang biak.

Tanda dan gejala kanker


Gejala kanker timbul dari organ tubuh yang diserang sesuai dengan jenis
kanker, gejala kanker pada tahap awal berupa kelelahan secara terus menerus,
demam akibat sel kanker mempengaruhi sistem pertahanan tubuh sebagai respon
dari kerja sistem imun tubuh tidak sesuai.
Gejala kanker tahap lanjut berbeda-beda. Perbedaan gejala tergantung
lokasi dan keganasan sel kanker. Menurut Sunaryati gejala kanker yaitu
penurunan berat badan tidak sengaja dan terlihat signifikan, pertumbuhan rambut
tidak normal, nyeri akibat kanker sudah menyebar.
Diagnosis Kanker
Deteksi dini kanker dapat meningkatkan pengobatan yang berhasil dan prognosis
baik. Dokter menggunakan informasi dari gejala dan beberapa prosedur lain untuk

mendiagnosis kanker. Teknik pencitraan seperti X-ray, CT scan, MRI scan, PET
scan, dan ultrasound digunakan secara teratur untuk mendeteksi lokasi tumor.
Dokter juga dapat melakukan endoskopi. Pengekstrakan sel-sel kanker dan
melihat di bawah mikroskop adalah satu-satunya cara mutlak untuk mendiagnosis
kanker. Prosedur ini disebut biopsi. Tes diagnostik molekul yang sering digunakan
juga seperti menganalisis lemak, protein, dan DNA pada tingkat molekul. Sebagai
contoh, sel-sel kanker prostat mensekresi zat kimia yang disebut PSA (prostatespecific antigen) ke dalam aliran darah yang dapat dideteksi oleh tes darah.
Molekuler diagnostik, biopsi, dan teknik pencitraan digunakan secara bersamasama untuk mendiagnosis kanker.
Manajemen nutrisi pada kanker
Tujuan manajemen nutrisi secara umum pada pasien kanker adalah untuk
menyediakan makanan yang mengandung cukup kalori dan protein,mengkoreksi
defisit nutrisi,mencegah keadaan imunosupresi dan meminimalkan penuruan
berat.
1. Penyebab Malnutrisi
Penyebab malnutrisi pada penderita kanker adalah multifaktorial. Secara
umum penyebabnya dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu
A. BERKURANGNYA ASUPAN MAKANAN DAN MALABSOBSI
Efek Tumor
a. Efek langsung :
Tumor dari traktus gastrointestinal seperti tumor lidah, faring,
esophagus dan lambung yang menyebabkan obstruksi atau tumor dari luar
traktus gastrointestinal yang menyebabkan obstruksi antaralain tumor
kepala leher, pancreas, hepar atau tumor lain yang metastasis ke abdominal
(Sheke, 1996; Waller, 1996; Woodruff,1997). Gangguan pencernaan dan
absorbsi misalnya pada kanker pankres, limfoma usus halus, tumor vilous
colon (Waller, 1996).
b. Efek tidak langsung (remote effect):
Tumor dapat menimbulkan anorexia tanpa melibatkan traktus
gastrointestinal secara langsung. Terjadi akibat adanya penurunan rasa
kecap, kualitas penciuman, gangguan neuroendokrin, gangguan pada
hypothalamic appetite control center sehingga terjadi gangguan kontrol
asupan makanan dan rasa cepat kenyang (Walsh, 1989; Waller, 1996;
Shike, 1996, Woodruff, 1997)

Efek Samping Pengobatan Antitumor


-

Kemoterapi dapat menyebabkan nausea, vomiting, nyeri abdomen,

mukositis, ileus diare dan malabsorbsi.


Penggunaan obat analgesik opioid dapat menyebabkan nausea, konstipasi
dan gas distension pada usus halus dan usus besar sehingga menyebabkan

malabsorbsi (narcotic bowel syndrome)


penggunaan diuretik sering menyebabkan penurunan kadar zinc yang
mengakibatkan penurunan rasa kecap (Walsh, 1989; Twycross, 1990;

Shike, 1996; Bruera, 2003; Trujillo, 2005).


Radioterapi dapat memberikan reaksi akut dan delayed reaction
(komplikasi kronis). Reaksi akut dapat terjadi dalam 3 hari sampai 1
minggu terapi, dapat berupa kesulitan menelan akibat edema dan
mukositis orofaring menyebabkan disfagia dan odinofagia, penurunan
produksi saliva dengan konsekuensi penurunan enzim (radiasi kepala
leher), nausea vomiting, enteritis atau diare (radiasi daerah abdominal).
Komplikasi akhir berupa keradangan mucosal persisten, fibrosis intestinal

dan striktur (Shike, 1996; Bruera, 2003; Trujillo, 2005).


B. Gangguan Metabolisme
Metabolisme berkaitan erat degan metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak. Pada pasien kanker metabolisme zat tersebut mengalami perubahan
-

dan berpengaruh pada terjadinya penurunan berat badan.


Perubahan metabolisme karbohidrat
Perubahan metabolisme karbohidra yang sering terjadi adalah intoleransi
glukosa, diduga akibat dari peningkatan resistensi insulin dan pelepasan
insulin yang tidak adekuat. Peningkatan resistensi insulin sepertinya
dimediasi oleh sitokin seperti TNF melalui fosforilasi reseptor insulin
dan substrat reseptor insulin serta menurunkan ekspresi transporter
glukosa (GLUT-4). Gangguan metabolisme karbohidrat yang lain yaitu
terdapat peningkatan asam laktat. Sel kanker sangat membutuhkan glukosa
sebagi sumber energi. Berbeda dengan sel normal, sel tumor mendapatkan
energi dari metabolisme anaerob melalui siklus kori dan asam laktat
sebagai produk akhir. Siklus kori merupakan siklus tidak efisien, karena

untk sintesa 1 molekul glukosa dibutuhkan 6 molekul ATP, dan hanya 2


-

moleku ATP yang dihasilkan (Sutandyo,2009).


Perubahan Metabolisme Protein
Metabolisme protein pada pasien kanker yaitu terjadi peningkatan
protein turn-over, peningkatan sintesi protein di hati, penurunan sintesis
protein di otot skelet dan peningkatan pemecahan protein otot yang
berakibat terjadinya wasting. Deplesi massa otot skelet merupakan
perubahan yang paling penting pada kaheksia kanker. Massa otot dapat
berkurang sekitar 75% ketika terjadi kehilangan berat badan sebesar 30%

dan keadaan tersebut sangat dekat dengan kematian (Sutandyo,2009).


Perubahan metabolisme Lemak
Pada kaheksia kanker terjadi deplesi jaringan lemak paling besar yaitu
sekitar 85% baik melalui peningkatan lipolisis atau penurunan lipogenesis.
Perubahan metabolisme lemak terjadi melalui peningkatan mobilisasi
lipid, penurunan lipogenesis, dan penurunan aktivitas lipoprotein lipase
(LPL).
Pasien kanker mengalami turn-over gliserol dan asam lemak yang
tinggi, dan peningkatan mobilisasi lipid sering terjadi bahkan sebelum
terjadi penurunan berat badan. Terdapat bebrapa bukti bahwa peningkatan
mobilisasi asam lemak merupakan bagian dari peningkatan aktivitas
reseptor adrenergik-. Pasien kanker yang mengalami kehilangan berat
badan juga mengalami peningkatan level katekolamin di urin dan plasma,
peningkatan

denyut

jantung

dan

penigkatan

oksidasi

lemak

(Sutandyo,2009).
TERAPI NUTRISI
Tujuan terapi nutrisi :
Mempertahankan atau memperbaiki status gizi
Mengurangi gejala sindrom kaheksia kanker
Mencegah komplikasi lebih lanjut yaitu deplesi sistem imun,
infeksi, atau sepsis akibat malnutrisi
Memenuhi kecukupan mikronutrien (Reksodiputro,2009).
Penilaian Status Nutrisi

Penentuan status nutrisi pada penderita kanker berdasarkan atas


anamnesis, pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan antropometri dan meriksaan
laboratorium (Denke, 1998; Bristian, 2004).
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik merupakan cara efektif dalam
penentuan status nutrisi penderita. Pada anamnesis perlu ditanyakan adalah berat
badan rata-rata pada 3 bulan terakhir, informasi tentang asupan makanan baik
jenis makanan, kemampuan mengkonsumsi makanan dan ha-hal yang
berpengaruh terhadapnya misalnya adanya nyeri, mual-muntah, sulit menelan,
luka berbau dan terapi yang sedang dijalani.
Pemeriksaan fisik meliputi adanya kulit kering, bersisik, atrofi otot
(muscle wasting) adanya edema pitting, penurunan kekuatan otot dan cadangan
lemak, pemeriksaan antropometri berupa BB, body mass index (BMI= rasio
BB/TB), ketebalan otot triceps (triceps skinfold thickness) dan midarm mucle
sirumference. BMI dapat digunakan untuk menilai status nutrisi penderita. Nilai
BMI 18,5 24,9 kg/m2 adalah normal, protein energy-malnutrition : ringan BMI
17,0 18,4 kg/m2, sedang BMI 16,0 16,9 kg/m2 dan berat BMI < 16,0 kg/m2
(Lutz, 1994; Denke, 1998; Bristian, 2004).
Pemeriksaan laboratoris dengan menentukan kadar protein serum terdiri
dari albumin serum, trasferin dan prealbumin. Pengukuran kadar protein serum
dapat menolong memprediksi prognosis penderita. Kadar albumin yang rendah
secara kronis diikuti dengan perpanjangan hospital stay, penyembuhan luka yang
buruk, infeksi dan meningkatkan mortalitas. Kadar prealbumin < 5 mg/dl
menunjukkan prognosis buruk, 5,0 10,9 mg/dl menunjukkan resiko yang
bermakna dan memerlukan support nutrisi yang agresif, 11.0 15 mg/dl
meningkatkan resiko dan perlu nutrisi dan monitor yang ketat (Denke, 1998;
Bristian, 2004; Shike, 2005).
KEBUTUHAN NUTRISI
Nutrisi yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan nutrisi
secara individual baik jumlah maupun komposisinya. Kebutuhan nutrisi
pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu kewaktu

selama

perjalanan

penyakit

serta

tergantung

dari

terapi

yang

dijalankan (Peckenpaugh, 2005).


A. Kebutuhan Energi
Secara umum dianjurkan kebutuhan energi dan protein sama dengan
stress sedang, untk tumor solid sekitar 0-20%. Metode lain untuk
menghitung energi dengan cara yang lebih mudah dan praktis untuk
digunakan diklinik adalah sebagai berikut: untuk mempertahankan
status gizi, asupan kalori dianjurkan25-35 kal/kgBB sedangkan untuk
menggantikan

cadangan

tubuh

dianjurkan

40-50

kal/kgBB

(Peckenpaugh, 2005).
B. Kebutuhan Protein
Sebagian besar pasien kanker mempunyai imbang nitrogen yang
negative. Oleh karena itu dukungan nutrisi harus dapat memenuhi
kebutuhan

sintesa

protein

dan

menurunkan

degradasi

protein.

Kebutuhan protein untuk pasien kanker dengan adanya peningkatan


kebutuhan atau pasien dengan hipermetabolisme atau wasting yang
berat dianjurkan 1,5-2 gr/kgBB (Peckenpaugh, 2005).
C. Kebutuhan Lemak
kebutuhan lemak dapat diberikan antara 30-50% dari kebutuhan kalori
total (Peckenpaugh, 2005).
CARA PEMBERIAN NUTRISI
Terapi nutrisi tergantung dari kondisi pasien, status nutrisi, dan lokasi
tiumor serta insikasi terapi untuk pasien. Strategi dukungan nutrisi
tergantung dari masalah nutrisi yang dihadapi dan derajat deplesi
(Sutandyo,2009).
A. Nutrisi Oral
Bila memungkinkan nutrisi secara oral merupakan pilihan utama untuk
dukungan nutrisi. Namun pada pasien kanker yang mengalami
anoreksia, mual perubahan rasa kecap dan disfagia pemberian
makanan per oral dapat menjadi masalah dan perlu perhatian khusus.
Sebagian besar pasien dapat mentoleransi makanan dengan porsi
kecil dan sering. Untuk dapat meningkatkan asupan makanan pasien
dianjurkan mengkonsumsi makanan atau minuman berkalori tinggi.

Pada pasien dengan gangguan menelan, makanan dapat diberikan


dalam bentuk lunak atau cair dengan suhu kamar atau dingin
(Sutandyo,2009).
B. Nutrisi Enteral Bila asupan nutrisi melalui oral tidak adekuat, maka
pemberian nutrisi dilakukan dengan cara lain. Pasien kanker dengan
fungsi saluran cerna yang masih baik, pemberian nutrisi enteral bisa
melalui nasogastrik, lambung, duodenum, atau jejunum teragantung
lokasi kanker, dan pemberiannya dapat dilakukan secara bolus,
intermitten, atau kontinu. Nutrisi enteral berguna untuk menormalkan
fungsi usus, lebih murah, kurang invasive dan kurang risiko dibanding
parenteral (Sutandyo,2009).
C. Nutrisi Parenteral Pemberian nutrisi parenteral pada pasien kanker
memberikan risiko namun pada keadaan tertentu cara pemberian
nutrisi ini perlu dipertimbangkan. Nutrisi parenteral dipertimbangkan
bila fungsi saluran cerna tidak dapat digunakan atau jika terapi nutrisi
enteral tidak dapat mencapai nutrisi yang adekuat. Nutrisi parenteral
juga diperlukan untuk pasien yang tidak dapat mentolerir penggunaan
saluran cerna akibat mual, muntah, obstruksi dan malabsorpsi. Pasien
kanker yang mendapat nutrisi parenteral perlu dipantau dengan ketat
untuk mencegah komplikasi (Sutandyo,2009).
MONITORING
Monitoring pada pemberian

nutrisi yang adkuat harus dilakukan

secara rutin dan teratur meliputi :


-

Perubahan status medis selama terapi dan masa pemulihan


Perubahan status nutrisi yang disebabkan efek sampin
terapi,proses

penyakitnya

sendiri

sehingga

asupan

tidak

adekuat.
Perubahan kebutuhan nutrisi selama terapi dan masa pemulihan
Perubahan parameter laboratorium selama terapi dan pemulihan

Apabila terdapat perubahan pada salahsatu hasil evaluasi maka


perencanaan nutrisi harus disesuaikan dapat berupa perubahan pilihan
makanan,waktu pemberian makanan,komposisi nutrien atau cara
pemberian.

Anda mungkin juga menyukai