PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker leher rahim adalah keganasan dari leher rahim (serviks) yang
disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Human Papilloma Virus
(HPV) adalah infeksi seksual yang paling banyak terjadi di dunia. Terjadi pada
sebanyak 75% perempuan yang aktif secara seksual (Groopman 1999). Walaupun
infeksi HPV tersebar luas, hanya sedikit orang yang tahu bahwa terinfeksi karena
penyakit ini jarang menimbulkan gejala.
Diperkirakan setiap 1 juta perempuan yang terinfeksi, sekitar 10% nya
(100.000) akan mengalami perubahan pra-kanker jadi jaringan ikat leher rahim
(dysplasia). Dari kelompok perempuan tersebut, sekitar 8% (8000) akan menjadi
kanker awal terbatas pada lapisan luar sel-sel leher rahim Carsinoma In Situ (CIS),
dan sekitar 1.600 akan berkembang menjadi kanker ganas (invasive cancer) bila lesi
pra kanker atau CIS tidak terdeteksi dan tidak diobati.
Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita
diseluruh dunia. Kanker ini adalah jenis kanker kedua yang paling umum pada
perempuan, dialami oleh lebih dari 1,4 juta perempuan diseluruh dunia (Farley et
al.2001). Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar 231.000
perempuan meninggal karena penyakit tersebut.
Di Indonesia, prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per 1000 penduduk
(Riskerdas 2013), serta merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) dari seluruh
penyebab kematian (Riskerdas,2013). Estimasi insidens kanker payudara di
Indonesia sebesar 40 per 100.000 perempuan dan kanker leher Rahim 17 per
100.000 perempuan (Globocan/IARC 2012). Berdasarkan laporan tahunan program
Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Tanjung Paku, angka pencapaian cakupan
deteksi dini Ca mamae dan Ca serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
pada tahun 2015 tergolong masih rendah dari target yakni 13,87 % (96 orang dari
target sebesar 692 Orang). Ini artinya cakupan deteksi dini Ca mamae dan Ca
serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku masih jauh dari target.
Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang manfaat deteksi dini Ca Mammae
dan Ca Cerviks dan Pencapaian deteksi dini Ca Mammae dan Ca Cerviks
diwilayah kerja puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2015.
1.4.2
1.4.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas
merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesahatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat
esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. UKM esensial meliputi
pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.
manusia
puskesmas
g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayan kesehatan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
pelayanan
kesehatan
yang
mengutamakan
Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel
Epidemiologi
Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita dan
menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80%
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Kanker serviks disebabkan oleh
infeksi yang terus menerus dari Human Papiloma Virus (HPV). Penularan penyakit
kanker ini dapat melalui hubungan seksual, ditemukan lebih tinggi pada perempuan
yang mulai berhubungan seksual sebelum usia 16 tahun (Bustan, 2007). Kanker
serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara
berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru
diseluruh dunia, 77% berada dinegara berkembang (Syamsudin, 2001).
Angka prevalensi didunia mengenai kanker serviks adalah 99,7%, tanpa
penatalaksanaan yang adekuat, diperkirakan kematian akibat kanker serviks
akanmeningkat 25% dalam 10 tahun mendatang (Rasyidi,2007).
Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru diantara 100.000
penduduk pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru pertahunnya, dengan
kanker serviks menempati urutan pertama diantara kanker pada wanita (Mustari,
2006).
Penyebab utama tingginya angka kejadian kanker serviks di negara
berkembang karena tidak adanya program skrining (deteksi dini) yang efektif bagi
wanita dengan sosial ekonomi rendah. Di Indonesia hambatan test skrining cukup
besar, terutama karena belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan (Emilia,
2010).
Secara umum diseluruh dunia, baik insiden dan mortalitas kanker serviks
berada pada urutan kedua setelah kanker payudara, sedangkan pada negara
berkembang kanker serviks masih menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian pada wanita (Sarjadi, 1995).
2.2.3
Etiologi
Penyebab prime kanker leher Rahim adalah infeksi kronik leher Rahim oleh
satu atau lebih virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe onkogenik yang beresiko
tinggi menyebabkan kanker leher Rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual
(Sexually Transmitted Disease). Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia
belasan tahun sampai tiga puluh, walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 1020 tahun sesudahnya. Infeksi virus HPV yang beresiko tinggi menjadi kanker
adalah tipe 16, 18, 45, 56, 13 dimana HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada sekitar
70 % kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan perubahan sel-sel leher
Rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade intraepithelial lesion/
LISDT) yang merupakan lesi prakanker. Sementara HPV yang beresiko sedang dan
rendah menyebabkan kanker (tipe nononkogenik) berturut-turut adalah tipe 30, 31,
33, 35, 39, 51, 52, 58, 66 dan 6, 11, 42, 43, 44, 53, 54, 55, 13.
2.2.4
Faktor Resiko
Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :
1. Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya
kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut
merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu
pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan
tubuh akibat usia.
2. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap
terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker
leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia >
20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-
benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi
atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat
di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru
matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang
menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di
bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa
pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang.
Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima
rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena
masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel
kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya
rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga
perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah
sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia
di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap
perubahan.
3. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti
pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit
kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan
mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih
banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi kanker.
4. Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanitaperokok mengandung
nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi
virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi
atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun
serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin
yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim.
10
pengguna
kontrasepsi
oral
karena
hasil
penelitian
tidak
11
Kanker Leher Rahim. Ada dua golongan HPV yaitu HPV risiko tinggi atau disebut
HPV onkogenik yaitu utamanya tipe 16, 18, dan 31, 33, 45, 52, 58; sedangkan HPV
risiko rendah atau HPV non-onkogenik yaitu tipe 6, 11, 32, dsb.
Proses terjadinya Kanker Leher Rahim sangat erat berhubungan dengan
proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah
perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi
sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi.
Sel yang mengalami mutasi disebut sel displastik dan kelainan epitelnya
disebut displasia (Neoplasia Intraepitel Leher rahim/ NIS). Dimulai dari displasia
ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Lesi displasia dikenal juga sebagai lesi prakanker. Perbedaan
derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat
ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang
menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalisnya masih utuh. Pada lesi
prakanker derajat ringan dapat mengalami regresi spontan dan menjadi normal
kembali. Tetapi pada lesi derajat sedang dan berat lebih berpotensi berubah menjadi
kanker invasif.
12
2.2.6
13
14
15
16
c. Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar
panggul. Stadium II dibagi menjadi :
-
d. Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan
serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin
ke kandung kemih.
e. Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh,
seperti kandung kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:
-
2.2.7
Gejala
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker
ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan
getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan
kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal,
terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala
berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus
serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang
keluar berbentuk mukoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah
lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi,
sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta
17
mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin
progresif. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada
klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal
toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar
berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Gejala
lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal
dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena
penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut. Pada
pemeriksaan Pap Smear ditemukannya sel-sel abnormal di bagian bawah serviks
yang dapat dideteksi melalui, atau yang baru-baru ini disosialisasikan yaitu dengan
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan
gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul
gejala-gejala seperti pendarahan serta keputihan pada vagina yang tidak normal,
sakit saat buang airkecildanrasasakitsaatberhubunganseksual(Wiknjosastro,
1997).
2.2.8
pada
keadaan
tertentu,
seorang
perempuan/klien
harus
18
19
c. Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu hal yang rutin,
perempuan yang sedang hamil dapat menjalani skrining dengan aman,
tetapi tidak boleh menjalani pengobatan dengan krioterapi) oleh karena
itu IVA belum dapat dimasukkan pelayanan rutin pada klinik antenatal.
d. Perempuan yang mendatangi Puskesmas, klinik IMS, dan klinik KB
dianjurkan untuk skrining Kanker Leher Rahim.
3. Frekuensi SkriningSeorang perempuan yang mendapat hasil tes IVAnegatif, harus menjalani skrining 3 - 5 tahun sekali. Mereka yang
mempunyai hasil tes IVA-positif dan mendapatkan pengobatan, harus
menjalani tes IVA berikutnya enam bulan kemudian.
20
21
h) Melakukan Papsmear
i) Melakukan Krioterapi
j) Deteksi dini Kanker Payudara
k) Pencatatan dan pelaporan
Panduan khusus pelatihan dapat dilihat dalam dokumen terpisah,
modul Pelatihan untuk pegangan pelatih, petugas, dan buku acuan
Pencegahan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim.
5. Bagan Alur
Program Skrining Kanker Leher Rahim mengikuti bagan alur sebagaimana
tercantum dibawah ini. Bagan alur tersebut menjelaskan langkah-langkah
khusus yang harus diikuti pada tiap tahap proses, tergantung hasil
pemeriksaan klien secara perorangan
22
23
24
berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang
mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker.
IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya
sederhana karena:
a. Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan
b. Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk
skrining Kanker Leher Rahim
c. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di
semua jenjang sistem kesehatan
d. Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan)
e. Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah
didapat dan tersedia
f. Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan skrining yang
tidak bersifat invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai
lesi prakanker.
Langkah-langkah pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut :
a. Konseling Kelompok atau Perorangan Sebelum Menjalani IVA
Sebelum menjalani tes IVA, ibu dikumpulkan untuk edukasi kelompok dan
sesi konseling bila memungkinkan. Pada saat presentasi dalam edukasi
kelompok, topik-topik berikut harus dibahas:
1) Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA dan
krioterapi
2) Sifat dari Kanker Leher Rahim sebagai sebuah penyakit
25
26
27
juga bagian lipat paha, apakah ada benjolan atau ulkus (apabila terdapat
ulkus terbuka, pemeriksaan dilakukan dengan memakai sarung tangan).
Cuci tangan kembali.
6) Pakai sepasang sarung tangan periksa yang baru pada kedua tangan atau
sarung tangan bedah yang telah di-DTT1.
7) Atur peralatan dan bahan pada nampan atau wadah yang telah di- DTT,
jika belum dilakukan.
b) Tes IVA
Tes IVA dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Inspeksi/periksa genitalia eksternal dan lihat apakah terjadi discharge
pada mulut uretra. Palpasi kelenjar Skenes and Bartholins. Jangan
menyentuh klitoris, karena akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada
ibu. Katakan pada ibu/klien bahwa spekulum akan dimasukkan dan
mungkin ibu akan merasakan beberapa tekanan.
28
29
3) Bila leher rahim dapat terlihat seluruh kunci spekulum dalam posisi
terbuka sehingga tetap berada di tempatnya saat melihat leher rahim.
Dengan cara ini petugas memiliki satu tangan yang bebas bergerak.
4) Jika sedang memakai sarung tangan lapis pertama/luar, celupkan tangan
tersebut ke dalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan
tersebut dengan membalik sisi dalam ke luar. Jika sarung tangan bedah
akan digunakan kembali, didesinfeksi dengan merendam ke dalam
larutan klorin 0.5% selama 10 menit. Jika ingin membuang, buang
sarung tangan ke dalam wadah anti bocor atau kantung plastik.
5) Pindahkan sumber cahaya agar leher rahim dapat terlihat dengan jelas.
6) Amati
leher
rahim
apakah
ada
infeksi
(cervicitis)
seperti
kista
Nabothian,
nanah,
atau
lesi
strawberry
(infeksi
Trichomonas).
7) Gunakan kapas lidi bersih untuk membersihkan cairan yang keluar,
darah atau mukosa dari leher rahim. Buang kapas lidi ke dalam wadah
anti bocor atau kantung plastik.
8) Identifikasi ostium servikalis dan SSK serta daerah di sekitarnya.
9) Basahi kapas lidi dengan larutan asam asetat dan oleskan pada leher
rahim. Bila perlu, gunakan kapas lidi bersih untuk mengulang
pengolesan asam asetat sampai seluruh permukaan leher rahim benarbenar telah dioleskan asam asetat secara merata. Buang kapas lidi yang
telah dipakai.
10) Setelah leher rahim dioleskan larutan asam asetat, tunggu selama 1
menit agar diserap dan memunculkan reaksi acetowhite.
30
11) Periksa SSK dengan teliti. Lihat apakah leher rahim mudah berdarah.
Cari apakah ada bercak putih yang tebal atau epithel acetowhite. yang
menandakan IVA positif
Gambar2.5IVANegatifdanIVAPositif
12) Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan
kapas lidi bersih untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris yang
terjadi saat pemeriksaan dan mungkin mengganggu pandangan. Buang
kapas lidi yang telah dipakai.
13) Bila pemeriksaan visual pada leher rahim telah selesai, gunakan kapas
lidi yang baru untuk menghilangkan sisa asam asetat dari leher rahim
dan vagina. Buang kapas sehabis dipakai pada tempatnya.
14) Lepaskan spekulum secara halus. Jika hasil tes IVA negatif, letakkan
spekulum ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
didesinfeksi. Jika hasil tes IVA positif dan setelah konseling pasien
menginginkan pengobatan segera, letakan spekulum pada nampan atau
wadah agar dapat digunakan pada saat krioterapi.
15) Lakukan pemeriksaan bimanual dan rectovagina (bila diindikasikan).
Periksa kelembutan gerakan leher rahim; ukuran, bentuk, dan posisi
rahim; apakah ada kehamilan atau abnormalitas dan pembesaran uterus
31
32
33
.
.
2.2.9
Penatalaksanaan
34
35
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama
dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk
hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan
merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif
adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan
paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.
Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO).
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung,
ginjal dan hepar.
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar
ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan
36
37
digunakan
pada
kasus
kanker
serviks
antara
lain
CAP
38
ada beberapa sub-tipe atau varian pada tipe 16, dan mungkin juga pada tipe-tipe
lainnya. Terakhir, seperti telah disebutkan, tipe HPV yang terkait dengan penyakit
kanker berbeda-beda berdasarkan wilayah geografis. Dengan meningkatnya
perjalanan internasional, berbagai tipe karsinogen akan segera menyebar ke seluruh
dunia. Oleh karena itu, sebuah vaksin yang mengandung campuran beberapa tipe
harus diciptakan (Groopman 1999, Stewart et al. 1996).
Terlepas dari masalah tersebut, saat ini sedang dilakukan pengujian keamanan
dari dua vaksin yang dapat melindungi perempuan dari virus papiloma yang terkait
dengan kanker leher rahim. Namun, vaksin tersebut diperkirakan baru tersedia
beberapa tahun lagi, dan butuh beberapa tahun lagi sebelum akhirnya dapat
terjangkau di negara-negara yang sedang berkembang.
Blumenthal (2002) membahas kompleksitas penerapan program vaksinasi dan
perlunya melanjutkan program pencegahan sekunder sementara waktu, dan
menekankan perbedaan antara sebuah vaksin dan sebuah program vaksinasi.
Memang benar bahwa suatu vaksin tidak akan efektif kecuali ada program yang
berhasil yang dapat menjamin ketersediaan, akses dan penerimaan/akseptabilitas.
Terakhir, ada pula beberapa upaya untuk menghasilkan vaksin penyembuhan akan
meningkatkan system kekebalan tubuh seseorang yang telah terinfeksi dan
menyebabkan kanker mengecil atau bahkan menghilang. Vaksin seperti ini
ditargetkan untuk menonaktifkan protein E6 dan E7, yaitu protein viral yang
menghambat kerja protein yang mengatur pertumbuhan sel (Rb dan p53) (Massimi
dan Banks 1997).
Uji coba klinis telah dilakukan pada penelitian efektifitas kedua vaksin baik
vaksin penyembuhan maupun vaksin profilaksis untuk HPV. Schreckenberger dan
Kaufman (2004) menyimpulkan bahwa walaupun vaksin profilaksis untuk HPV
yang berhasil telah sampai pada uji coba klinis yang lebih besar, vaksin
penyembuhan HPV, walaupun terjadi induksi sel T, kurang berhasil karena
kemampuan tumor dalam membuat kekebalan untuk melawan vaksin tersebut.
Akibatnya, ajuvan (komponen yang meningkatkan respons kekebalan tubuh) bagi
modulasi kekebalan tubuh sistemik dan local diwajibkan agar terapi/pengobatan
dapat efektif.
39
40
BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Profil Puskesmas
3.1.1 Kondisi Geografis
41
Solok
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Simpang Rumbio
Kota Solok
42
Tabel 3.1. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun
2015
No
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Laki
Kota Panjang
1.115
Perempuan
1.139
Jumlah KK
Jumlah
2.254
439
43
PPA
2.890
2.954
5.844
1186
Tanjung Paku
3.007
3.073
6.080
1196
Kampung Jawa
3.258
3.329
6.587
1502
10.270
10.495
20.765
4.223
Jumlah
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2015
3.1.3
Sosial Budaya
1. Agama
Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk mayoritas beragama islam
2. Suku
Sebagian besar masyarakatnya Suku Minang
3. Mata Pencarian
Masyarakat Puskesmas Tanjung Paku bermata pencarian sebagai
pegawai, pedagang dan petani.
4. Sarana Kependidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Puskesmas Tanjung Paku
cukup lengkap, yaitu 16 TK/PAUD, 18 SD/MI, 3 SLTP, 3 SLTA dan 2
PT. Pada tabel berikut dapat dilihat fasilitas pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Paku menurut Kelurahan :
No
Kelurahan
PT
Kota Panjang
PPA
Tanjung Paku
Kampung Jawa
44
Jumlah
18
18
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2015
3.1.4
Jenis Tenaga
Jumlah (Orang)
Keterangan
Dokter Umum
1 Ka. Pus
Dokter Gigi
Kesehatan Masyarakat
1 TU, 1 Promkes
Tenaga Perawat
17
5 Sukarela
2 Kontrak
Tenaga Bidan
18
1 Sukarela
3 PTT
Tenaga Sanitarian
Tenaga Gizi
10
Tenaga Analisis
11
12
Tenaga RM
13
Tenaga Elektromedik
14
Tenaga Umum
15
Tenaga Supir
Kontrak
16
Tenaga Kebersihan
Kontrak
17
Kontrak
1 Sukarela
1 Kontrak
45
Jumlah
63
Tabel 3.4. Sarana dan Prasarana Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2015
No
Jumlah
Puskesmas Induk
Puskesmas Pembantu
Poskeskel
Posyandu Balita
32
Posyandu Lansia
11
Apotik
Optikal
RSUD/RST
10
11
Labor
12
13
22
46
Jumlah
93
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2015
3.2 Visi, Misi, Sasaran, dan Strategi
3.2.1 Visi :
Terwujudnya Pelayanan Prima Menuju Masyarakat Mandiri untuk Hidup
Sehat 2020
3.2.2
3.2.3
3.2.4
Misi :
- Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber PHBS
- Meningkatkan kemitraan dengan Stake Holder bidang kesehatan
- Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
- Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan
- Memantapkan manajemen puskesmas dan sistem informasi
- Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
- Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) beserta kesehatan lingkungan
Motto :
Pelayanan kami pengabdian terbaik
Sasaran :
Sasaran yang digunakan diperoleh dari data sasaran program kesehatan tahun
2015 Kota Solok Kecamatan Tanjung Harapan, yaitu:
Kelurahan
Jumlah
Pendudu
Bayi
0-12 bln
Balita
PUS
Bumil
Bulin
Bufas
k
1
Kt Panjang
2090
43
168
377
48
46
128
PPA
5404
113
434
974
124
118
112
Tj Paku
5627
117
452
1014
129
123
117
Kp Jawa
6093
127
490
1098
139
133
128
Total
19.214
408
1544
3462
440
420
400
47
48
22
23
24
25
26
27
28
survey GAKY
29 Kelas ASI ekslusif
30 Kelas MP-ASI
31 Kelas Gizi
32 Kegiatan rutin seperti:
- Pemberian vitamin A
- Pemberian tablet FE
- Pemantauan pertumbuhan balita
4. P2PL
Kegiatan yang dilakukan:
1) Program Imunisasi
- Pelayanan imunisasi
- BIAS
- TT WUS
- Sweeping
- Pelacakan KIPI
2) Program P2P
- Sosialisasi P2P dan surveilans
- Survey dan pemetaan wilayah TB
- Penyegaran kader TB
- Penyuluhan HIV-AIDS, IMS, dan TB untuk pemula
- Survey epidemiologi
- PTM
- Posbindu
3) Program TB
- Penyuluhan TB pada pemuda dan masyarakat lainnya
- Penjaringan suspek dan penemuan penderita TB BTA positif
- Penyuluhan TB pada penderita dan pasien yang diduga TB
- Survey dan pemetaaan TB
- Pelacakan kasus kontak
- Pelaksaanaan PMO
- Pemantauan gizi penderita TB
4) Rabies
- Penyuluhan bahaya penyakit Rabies dan penanggulangan dini
kasus gigitan hewan tersangka rabies bagi petugas dan tokoh
masyarakat
49
Pemberian vaksin anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR)
kandidat krioterapi
Melakukan rujukan kasus tumor atau benjolan payudara
Melakukan rujukan kasus curiga kanker leher rahim atau kasus IVA
kepada masyarakat
Pemantauan jentik oleh kader jumantik
Pemberian bubuk abate pada masyarakat yang dimonitoring oleh
petugas surveylans
Melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) pada kasus positif
DBD
- Melakukan Fogging pada kasus yang dianggap perlu.
7) Penemuan dan penanggulangan kasus ISPA dan Pneumonia
- Melakukan penyuluhan ISPA dan pneumonia pada pasien yang
-
tersangka pneumonia
Pencatatan dan pelaporan kasus ISPA dan pneumonia berkunjung
ke puskesmas
- Melakukan kunjungan rumah pada pasien tersangka pneumonia
- Melakukan rujukan kasus pada pneumonia sedang-berat
8) Penemuan dan penanggulangan diare
50
dengan berat
Melakukan penyelidikan epidemiologi pada kasus diare berdampak
KLB
9) Pelaksanaan program VCT dan IMS
- Melakukan penyuluhan VCT dan IMS pada masyarakat
- Melakukan kerja sama dengan LSM dalam penjaringan masyarakat
-
beresiko
Melakukan pemeriksaan VCT dan IMS pada klien yang datang
berminat
- Melakukan tindak lanjut pada kasus-kasus positif VCT dan IMS
5. Kesehatan Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan:
- Inspeksi sanitasi dasar
- Rumah sehat
- Pemeriksaan TTU-TPM
- STBM
- Pengelolaan sampah rumah tangga
- Pembinaan dan pengawasan kualitas air
- Penyuluhan hygiene sanitasi ke sekolah
- Penyuluhan kawasan sehat
3.3.2 Program pengembangan
1. UKS
Kegiatan yang dilakukan:
- Skrining murid kelas 1 SD/SMP/SMA
- Pembinaan SD
- Pelatihan dokter kecil atau kader kesehatan
2. Perkesmas
Kegiatan yang dilakukan:
- Asuhan keperawatan pada keluarga
- Kunjungan rumah KK Resti
3. Kesehatan jiwa
Kegiatan yang dilakukan:
51
4.
5.
6.
7.
Kegiatan
Pencapaian
Penyuluhan di posyandu
62 kali
Penyuluhan ke sekolah
46 kali
Penyuluhan keliling
8 kali
Target
52
Kelurahan siaga
100%
92%
Tabel 3.7 Hasil Kegiatan program kesehatan Ibu puskesmas Tanjung Paku tahun
2015
No
Kegiatan
Pencapaian
Target
Cakupan K1
98,2%
100%
Cakupan K
89,5%
95%
77,2%
90%
100%
80%
Kunjungan nifas
77,2%
90%
98%
100%
73,
100%
Kematian bumil/busulin/bufas
Cakupan neonates
68,2%
90%
Tabel 3.8 Hasil Kegiatan kesehatan Anak puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No
Kegiatan
Pencapaian
Target
Cakupan KN1
78,2%
90%
Cakupan KN lengkap
68,2%
90%
100%
80%
90%
87%
75,38%
90%
90%
85%
8 orang
53
10
100%
83%
11
Cakupan MTBM
97,
80%
12
dirujuk
13
Cakupan MTBs
79%
80%
3 kasus
15
3 kasus
17
3 kasus
Tabel 3.9 Hasil Kegiatan kesehatan KB puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No
Kegiatan
Pencapaian
Target
Jumlah PUS
2940
Peserta KB baru
9,18%
Peserta KB aktif
73,9%
70%
DO
9,79%
KB Paska salin
11,48%
PUS Gakin
KB aktif gakin
757 jiwa
63,12%
70%
Tabel 3.10 Hasil Kegiatan kesehatan Gizi puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No
Kegiatan
Pencapaian
Target
65,2%
85%
78,3%
78%
0,2%
3,6%
54
88,4%
80%
81,5%
85%
82,8%
90%
101,6%
95%
74,9%
78%
74,9%
78%
10
100%
100%
11
Cakupan TFC
100%
100%
12
3 kasus
Tabel 3.11 Hasil Kegiatan program kesehatan Ibu puskesmas Tanjung Paku tahun
2015
No
Kegiatan
pencapaian
Target
7 orang
34 Orang
4 orang
3 orang
55
No
Kegiatan
Pencapaian
Target
82,6 %
95%
28 kasus
100%
100%
Kegiatan
Pencapaian
Target
116 kasus
210 kasus
Kegiatan
Pencapaian
Target
320 kasus
Pemakaian oralit
1280 bungkus
56
No
Kegiatan
pencapaian
Target
Mobile VCT
6 Kali
142 orang
444 orang
157 orang
498 orang
Mobile IMS
3 kali
142 Orang
444 Orang
Kegiatan
Pencapaian
Target
19 kasus
Pemberian VAR
12 kasus
Pemberian SAR
Kegiatan
Pencapaian
Target
692 orang
dan Ca Cerviks
2
57
2 orang
1 orang
77 orang
27 orang
10
26 Orang
11
24 orang
12
Jantung
dan
pembuluh -
darah, metabolik
Program imunisasi
Tabel 3.18 capaian Program imunisasi puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No
Kegiatan
Kontak pertama
Pencapaian
Target
a. HB0
95,6%
95 %
b. BCG
99,6%
95%
c. DPT+HB1
97,8%
95%
a. DPT+HB3
97,8%
90%
b. Polio
98,9%
90%
c. Campak
96,8%
90%
98,5%
95%
a. Pentavalen
11,7%
80%
b. Campak
4,6%
80%
Kontak lengkap
58
c. BIAS campak
93%
95%
d. BIAS DT/TT
96,4%
90%
Tabel 3.19 capaian Program kesehatan lingkungan puskesmas Tanjung Paku tahun
2015
No
Kegiatan
Pencapaian
Target
98%
100%
Jamban keluarga
95%
100%
Pembuangan limbah
100%
100%
Pengelolaan sampah
90%
100%
Rumah sehat
83%
85%
TTU
62%
90%
TPM
65,8%
65%
0,03%
100%
Kegiatan
Pencapaian
Target
Cakupan skrinning SD
17 sekolah
17 sekolah
6 sekolah
6 Sekolah
5 sekolah
5 sekolah
59
Hasil kegiatan kesehatan jiwa, kesehatan lansia, parkesmas, dan PKPR puskesmas
Tanjung Paku tahun 2015
Tabel 3.21 pencapaian kesehatan jiwa dan Lansia puskesmas Tanjung Paku tahun
2015
No
Kegiatan
Pencapaian
Target
14,06%
15%
3714
5073
Tiga
penyakit
terbanyak
lansia
4
Parkesmas
5
2619 orang
3346 orang
Dari data di atas terlihat bahwa beberapa target bidang kesehatan yang menjadi
target pelayanan di puskesmas Tanjung Paku sudah mencapai sedangkan yang
belum tercapai adalah:
1. Imunisasi lanjutan
2. Deteksi dini Ca Mammae dan Ca Cerviks
3. Cakupan BGM/D balita
4. Kasus Gizi Buruk
5. BTA positif
6. Cakupan Fe 3 Bumil
7. Angka bebas jentik
8. Penemuan Kasus pneumonia
9. Lansia pelayanan dalam dan luar gedung
10. KB aktif gakin
11. Kunjungan klinik sanitasi
3.5 Penetapan Prioritas Masalah
Beberapa masalah yang ditemukan di puskesmas tanjung pakunharus
ditentukan prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
60
61
Semakin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah
62
Total
Prioritas
Cakupan IVA
125
P1
BTA positif
100
P2
Cakupan KN lengkap
100
P3
80
P4
40
P5
Fish Bone
63
Variabel masalah
Alternatif Pemecahan masalah
Faktor penyebab
Manusia
Penyebab masalah
Masih
pengetahuan
rendahnya
Wanita
Memberikan
penyuluhan
kepada
pengetahuan Wanita
sudah
melakukan
64
hubungan
seksual
tentang
pemeriksaan
melakukan hubungan
seksual
pemeriksaan IVA
melakukan
tentang
Menjelaskan kepada
pemeriksaan IVA.
dan
melakukan hubungan
kader
dalam
melakukan penjaringan
seksual
pentingnya
Kurangnya
pemeriksaan IVA
motivasi
Wanita
Usia
Subur
(WUS)
yang
sudah
melakukan
tentang
Meningkatkan
keaktifan
petugas
hubungan
seksual
sudah
IVA
untuk
yang
dalam
untuk
melakukan
pemeriksaan IVA
penjaringan
Kurangnya
pasien
pelatihan
pasienyang
dilakukan
di
tentang
posyandu
dan
PUSTU.
Dan
pemeriksaan
IVA
memberikan
penyegaran
ilmu
kesehatan
pentingnya
pemeriksaan IVA.
Memberikan
pelatihan
kepada
petugas
petugas
kesehatan
baru
tentang pemeriksaan
65
Metode
IVA
Lebih
untuk
sosialisasi
program
deteksi
tentang
dini
Ca
Serviks
kepada Masyarakat
dini
Ca
yang
Serviks
dilakukan di lapangan
3
Money
memanfaatkan
Memperbanyak
kegiatan
APBD
khusus
untuk
kader/
IVA
petugas
yang
Dana
untuk
APBD
bertugas
Material
untuk
ikut
tentang
mendukung
deteksi
dini
Ca
Serviks
pelaksanaan
program
serta
Lingkungan
Kurang
pedulinya
masyarakat
dalam
mendukung
program
Kurangnya dukungan
Keluarga (suami)
penyuluhan
puskesmas
Ca Serviks.
Memberikan
mereka
mensukseskan
program
puskesmas
dari
dari
keluarga
(suami)
66
Tujuan
sudah
melakukan
hubungan
seksual
serta
Lokasi
Tujuan
Meningkatkan
pengetahuan
serta
memberikan
: Masyarakat
Lokasi
67
Pelaksanaan
Tujuan
Sasaran
Lokasi
Tujuan
Sasaran
: Petugas Puskesmas
Lokasi
2. Method
68
Tujuan
: Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
tentang
: Masyarakat
Lokasi
3. Material
Tujuan
Sasaran
: Masyarakat
Lokasi
Kegiatan
1.
Penyuluhan
Tujuan
Memberikan
Sasaran
Masyarakat
Lokasi
Volume
kegiatan
Pelaksanaan
Puskesmas Sekali
Dokter dan
informasi dan
Puskesmas setahun
petugas yang
edukasi
Pembantu,
mendapatkan
kepada
Posyandu
pelatihan
masyarakat
pemeriksaan
tentang
IVA
deteksi dini
Ca Serviks
2.
Jadwal
Meningkatkan
Wanita Usia
Puskesmas Sekali
Dokter dan
khusus untuk
angka
Subur (WUS)
Keliling
petugas yang
setahun
69
pemeriksaan
cakupan
yang sudah
mendapatkan
IVA gratis
pemeriksaan
berhubungan
pelatihan
melalui
IVA
seksual
pemeriksaan
program
IVA
puskesmas
kelliling
secara
berkala
3.
4.
Pelatihan
Meningkatkan
Petugas
Puskesma,
Sekali
Dokter, bidan
petugas
pengetahuan
kesehatan dan
Pustu, dan
setahun
dan petugas
kesehatan
petugas
kader
Posyandu
dan kader
kesehatan dan
mendapat
kader
pelatihan
terhadap
tentang
deteksi dini
deteksi dini
Ca Serviks
Ca Serviks
Pengadaan
Memberikan
leaflet
Masyarakat
yang
Puskesmas Sekali
Dokter dan
informasi dan
pustu,
coordinator
edukasi
posyandu
setahun
program
kepada
masyarakat
tentang
deteksi dini
5.
Promosi
Ca Serviks
Memberikan
kesehatan di
Masyarakat
Stasiun
Sekali
Dokter dan
informasi dan
radio,
sebulan
coordinator
media
edukasi
percetakan
elektronik
kepada
koran
(radio) dan
masyarakat
media cetak
tentang
(Koran)
deteksi dini
program
70
Ca Serviks
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data didapatkan dari laporan tahunan program Penyakit
Tidak Menular di Puskesmas Tanjung Paku, angka pencapaian cakupan deteksi dini
Ca mamae dan Ca serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku pada tahun
2015 sebanyak 96 orang dari target sebesar 692 Orang. Ini artinya cakupan deteksi
dini Ca mamae dan Ca serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku masih
jauh dari target.
Dilihat dari factor yang mempengaruhi rendahnya cakepan kunjungan wanita
untuk pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku di pengaruhi
71
oleh beberapa hal sebagai berikut : (1) Man : kurangnya pengetahuan tentang
program pemeriksaan IVA, Masyarakat masih malu untuk melakukan pemeriksaan
IVA, kurang aktifnya petugas dalam melakukan penjaringan pasien baru di
lapangan, dan kurangnya pelatihan petugas-petugas baru tentang pemeriksaan IVA;
(2) Methode : kurang memanfaatkan media cetak dan media elektronik untuk
sosialisasi tentang program pemeriksaan IVA; (3) Money : kurangnya anggaran
untuk melakukan promosi tentang pemeriksaan IVA; (4) Material : kurang
tersedianya poster dan leaflet tentang pemeriksaan IVA; (5) Lingkungan : kurang
pedulinya masyarakat dalam mendukung program puskesmas, dukungan suami
yang kurang.
4.2. Saran
1
72
DAFTAR PUSTAKA
73
74