Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker leher rahim adalah keganasan dari leher rahim (serviks) yang
disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Human Papilloma Virus
(HPV) adalah infeksi seksual yang paling banyak terjadi di dunia. Terjadi pada
sebanyak 75% perempuan yang aktif secara seksual (Groopman 1999). Walaupun
infeksi HPV tersebar luas, hanya sedikit orang yang tahu bahwa terinfeksi karena
penyakit ini jarang menimbulkan gejala.
Diperkirakan setiap 1 juta perempuan yang terinfeksi, sekitar 10% nya
(100.000) akan mengalami perubahan pra-kanker jadi jaringan ikat leher rahim
(dysplasia). Dari kelompok perempuan tersebut, sekitar 8% (8000) akan menjadi
kanker awal terbatas pada lapisan luar sel-sel leher rahim Carsinoma In Situ (CIS),
dan sekitar 1.600 akan berkembang menjadi kanker ganas (invasive cancer) bila lesi
pra kanker atau CIS tidak terdeteksi dan tidak diobati.
Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita
diseluruh dunia. Kanker ini adalah jenis kanker kedua yang paling umum pada
perempuan, dialami oleh lebih dari 1,4 juta perempuan diseluruh dunia (Farley et
al.2001). Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar 231.000
perempuan meninggal karena penyakit tersebut.
Di Indonesia, prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per 1000 penduduk
(Riskerdas 2013), serta merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) dari seluruh
penyebab kematian (Riskerdas,2013). Estimasi insidens kanker payudara di
Indonesia sebesar 40 per 100.000 perempuan dan kanker leher Rahim 17 per
100.000 perempuan (Globocan/IARC 2012). Berdasarkan laporan tahunan program
Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Tanjung Paku, angka pencapaian cakupan
deteksi dini Ca mamae dan Ca serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
pada tahun 2015 tergolong masih rendah dari target yakni 13,87 % (96 orang dari
target sebesar 692 Orang). Ini artinya cakupan deteksi dini Ca mamae dan Ca
serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku masih jauh dari target.

Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan


pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan.
Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini serta mendapat pengobatan yang
cept dan tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup lebih lama. Oleh
karena itu, penting dilakukan pemeriksaan rutin secara berkala sebagai upaya
pencegahan dan deteksi dini kanker.
Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau
kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan
orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan.
skrining kanker serviks dilakukan dengan tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat).
Deteksi dini kanker leher Rahim dilakukan pada kelompok sasaran
perempuan 20 tahun ke atas yang sudah pernah berhubungan seksual, namun
prioritas program deteksi dini di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun
dengan target 80 % perempuan sampai tahun 2019.
Saat ini program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah menjamin
pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim berupa pemeriksaan IVA, pap smear,
bahkan krioterapi. Namun deteksi dini kanker serviks dengan metoda IVA
memang belum semua puskesmas di kabupaten maupun kota di Indonesia yang
merealisasikannya. Salah satu kota yang telah merealisasikannya adalah Kota
solok.
Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang
rendahnya cakupan wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA sebagai
deteksi dini kanker serviks di Kota Solok khususnya wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Paku 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Rendahnya cakupan deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks di
wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku kota Solok tahun 2015 dan belum

diketahuinya masalah yang menyebabkan rendahnya cakupan deteksi dini kanker


payudara dan kanker serviks.
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang program atau upaya kesehatan
masyarakat yang dilaksanakan oleh puskesmas Tanjung Paku Kota
Solok.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui bagaimana cakupan pencapaian program deteksi
dini Ca Mammae dan Ca Cerviks diwilayah kerja puskesmas Tanjung
Paku Kota Solok tahun 2015.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang mempengaruhi dalam
pencapaian program deteksi dini Ca Mammae dan Ca Cerviks
diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2015.
3. Untuk mengetahui dan mencari bagaimana solusi yang diharapkan
dapat mengatasi masalah yang menghambat pencapaian program
deteksi dini Ca Mamae dan Ca Cerviks di wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Paku Kota Solok tahun 2015.
1.4 Manfaat
1.4.1

Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang manfaat deteksi dini Ca Mammae
dan Ca Cerviks dan Pencapaian deteksi dini Ca Mammae dan Ca Cerviks
diwilayah kerja puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2015.

1.4.2

Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penulisan ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
mahasiswa yang akan mengevaluasi program yang sama.

1.4.3

Bagi Puskesmas Tanjung Paku


Sebagai alternative pemecahan masalah rendahnya cakupan program deteksi
dini Ca Mammae dan Ca Cerviks di wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup penulisan dalam pembahasan masalah ini adalah mengenai
gambaran menagement program deteksi dini Ca Mammae dan Ca Cerviks
diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas
merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesahatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat
esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. UKM esensial meliputi
pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu


c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerja sama dengan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya

manusia

puskesmas
g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayan kesehatan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,


berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan

pelayanan

kesehatan

yang

mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.


e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.
2.2 Kanker Serviks
2.2.1

Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel

di daerah skuamomuskular junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan


mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada
serviks atau atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang
senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 3555 tahun.

Gambar 2.1 Anatomi Serviks


2.2.2

Epidemiologi
Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita dan

menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80%
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Kanker serviks disebabkan oleh
infeksi yang terus menerus dari Human Papiloma Virus (HPV). Penularan penyakit
kanker ini dapat melalui hubungan seksual, ditemukan lebih tinggi pada perempuan
yang mulai berhubungan seksual sebelum usia 16 tahun (Bustan, 2007). Kanker
serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara
berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru
diseluruh dunia, 77% berada dinegara berkembang (Syamsudin, 2001).
Angka prevalensi didunia mengenai kanker serviks adalah 99,7%, tanpa
penatalaksanaan yang adekuat, diperkirakan kematian akibat kanker serviks
akanmeningkat 25% dalam 10 tahun mendatang (Rasyidi,2007).
Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru diantara 100.000
penduduk pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru pertahunnya, dengan
kanker serviks menempati urutan pertama diantara kanker pada wanita (Mustari,
2006).
Penyebab utama tingginya angka kejadian kanker serviks di negara
berkembang karena tidak adanya program skrining (deteksi dini) yang efektif bagi
wanita dengan sosial ekonomi rendah. Di Indonesia hambatan test skrining cukup
besar, terutama karena belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan (Emilia,
2010).

Secara umum diseluruh dunia, baik insiden dan mortalitas kanker serviks
berada pada urutan kedua setelah kanker payudara, sedangkan pada negara
berkembang kanker serviks masih menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian pada wanita (Sarjadi, 1995).
2.2.3

Etiologi
Penyebab prime kanker leher Rahim adalah infeksi kronik leher Rahim oleh

satu atau lebih virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe onkogenik yang beresiko
tinggi menyebabkan kanker leher Rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual
(Sexually Transmitted Disease). Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia
belasan tahun sampai tiga puluh, walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 1020 tahun sesudahnya. Infeksi virus HPV yang beresiko tinggi menjadi kanker
adalah tipe 16, 18, 45, 56, 13 dimana HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada sekitar
70 % kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan perubahan sel-sel leher
Rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade intraepithelial lesion/
LISDT) yang merupakan lesi prakanker. Sementara HPV yang beresiko sedang dan
rendah menyebabkan kanker (tipe nononkogenik) berturut-turut adalah tipe 30, 31,
33, 35, 39, 51, 52, 58, 66 dan 6, 11, 42, 43, 44, 53, 54, 55, 13.
2.2.4

Faktor Resiko
Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :

1. Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya
kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut
merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu
pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan
tubuh akibat usia.
2. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap
terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker
leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia >
20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-

benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi
atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat
di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru
matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang
menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di
bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa
pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang.
Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima
rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena
masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel
kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya
rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga
perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah
sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia
di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap
perubahan.
3. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti
pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit
kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan
mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih
banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi kanker.
4. Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanitaperokok mengandung
nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi
virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi
atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun
serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin
yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim.

10

5. Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena


penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus
HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga
wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker
leher rahim.
6. Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak
anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai
literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak)
termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim.
Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada
seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak
dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus
(HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.
7. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan
kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun
dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral
mungkin dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim karena jaringan leher
rahim merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon steroid
perempuan. Hingga tahun 2004, telah dilakukan studi epidemiologis tentang
hubungan antara kanker leher rahim dan penggunaan kontrasepsi oral.
Meskipun demikian, efek penggunaan kontrasepsi oral terhadap risiko kanker
leher rahim masih kontroversional. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan
oleh Khasbiyah (2004) dengan menggunakan studi kasus kontrol. Hasil studi
tidak menemukan adanya peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau
mantan

pengguna

kontrasepsi

oral

karena

hasil

penelitian

tidak

memperlihatkan hubungan dengan nilai p>0,05


2.2.5 Perjalanan Penyakit Kanker Serviks
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) atau Virus Papiloma Manusia biasa
terjadi pada perempuan usia reproduksi. Infeksi ini dapat menetap, berkembang
menjadi displasi atau sembuh sempurna. Virus ini ditemukan pada 95% kasus

11

Kanker Leher Rahim. Ada dua golongan HPV yaitu HPV risiko tinggi atau disebut
HPV onkogenik yaitu utamanya tipe 16, 18, dan 31, 33, 45, 52, 58; sedangkan HPV
risiko rendah atau HPV non-onkogenik yaitu tipe 6, 11, 32, dsb.
Proses terjadinya Kanker Leher Rahim sangat erat berhubungan dengan
proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah
perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi
sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi.
Sel yang mengalami mutasi disebut sel displastik dan kelainan epitelnya
disebut displasia (Neoplasia Intraepitel Leher rahim/ NIS). Dimulai dari displasia
ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Lesi displasia dikenal juga sebagai lesi prakanker. Perbedaan
derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat
ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang
menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalisnya masih utuh. Pada lesi
prakanker derajat ringan dapat mengalami regresi spontan dan menjadi normal
kembali. Tetapi pada lesi derajat sedang dan berat lebih berpotensi berubah menjadi
kanker invasif.

Gambar 2.2 Perjalanan Penyakit Kanker Serviks

12

2.2.6

Klasifikasi dan Stadium


Tabel 2.1 Klasifikasi histologik kanker serviks

13

Tabel 2.2 Staging FIGO,2009

14

15

Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dianjurkan


oleh Federation International of Gynecology and Obtetricts (FIGO),
yaitu sebagai berikut :
a. Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS). Tumor masih
dangkal, hanya tumbuh dilapisan sel serviks.
b. Stadium 1, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar
kemanapun, stadium ini dibedakan menjadi:
-

Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa mikroskop,


kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.

Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop,


kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.

Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang.


Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm.

Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang.


Ukuran lebih besar dari 4 cm.

16

c. Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar
panggul. Stadium II dibagi menjadi :
-

Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum


menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina.

Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan


serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.

d. Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan
serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin
ke kandung kemih.
e. Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh,
seperti kandung kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:
-

Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti


kandung kemih dan rektum.

Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh


seperti paru-paru.

2.2.7

Gejala
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker

ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan
getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan
kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal,
terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala
berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus
serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang
keluar berbentuk mukoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah
lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi,
sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta

17

mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin
progresif. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada
klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal
toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar
berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Gejala
lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal
dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena
penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut. Pada
pemeriksaan Pap Smear ditemukannya sel-sel abnormal di bagian bawah serviks
yang dapat dideteksi melalui, atau yang baru-baru ini disosialisasikan yaitu dengan
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan
gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul
gejala-gejala seperti pendarahan serta keputihan pada vagina yang tidak normal,
sakit saat buang airkecildanrasasakitsaatberhubunganseksual(Wiknjosastro,
1997).
2.2.8

Skrining Kanker Leher Rahim Dengan Pendekatan Komprehensif

1. Pendekatan KomprehensifPendekatan KOMPREHENSIF atau dengan


istilah Dilihat dan Diobati /See and Treat untuk pencegahan Kanker Leher
Rahim melalui pemeriksaan IVA yang dilanjutkan dengan pengobatan
krioterapi, pelaksanaan skrining dengan cara melihat dan mengobati klien,
dapat dilakukan pada saat kunjungan yang sama. Dengan kata lain, apabila
seorang klien yang dinilai IVA (+) akan mendapatkan tawaran pilihan
pengobatan dengan krioterapi atau rujukan untuk pelayanan lain, pada hari
yang sama saat dia menjalani skrining tersebut. Pendekatan ini bertujuan
untuk menghindari kunjungan berulang dari ibu/klien dan mengurangi
kemungkinan ketidakhadiran kembali ibu/klien pada kunjungan berikutnya.
Walaupun

pada

keadaan

tertentu,

seorang

perempuan/klien

harus

memintakan persetujuan suami untuk dilakukan krioterapi sehingga


memungkinkan pelaksanaan krioterapi bukan pada hari yang sama dengan
pemeriksaan IVA. Pendekatan komprehensif untuk pencegahan Kanker

18

Leher Rahim yang menggunakan IVA dan krioterapi merupakan pilihan


pertama sebagai sarana skrining dan pengobatan. Oleh karena itu, panduan
ini memfokuskan pada penyelenggaraan komprehensif menggunakan IVA
dan krioterapi.
Bagan 2.1 Tindak lanjut tes IVA positif dan Pengobatan di FKTP

2. Kelompok Sasaran Skrining


Melihat dari perjalanan penyakit Kanker Leher Rahim, kelompok sasaran
skrining Kanker Leher Rahim adalah:
a. Perempuan berusia 30 - 50 tahun
b. Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS dengan discharge
(keluar cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen
bawah (bahkan jika di luar kelompok usia tersebut).

19

c. Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu hal yang rutin,
perempuan yang sedang hamil dapat menjalani skrining dengan aman,
tetapi tidak boleh menjalani pengobatan dengan krioterapi) oleh karena
itu IVA belum dapat dimasukkan pelayanan rutin pada klinik antenatal.
d. Perempuan yang mendatangi Puskesmas, klinik IMS, dan klinik KB
dianjurkan untuk skrining Kanker Leher Rahim.

3. Frekuensi SkriningSeorang perempuan yang mendapat hasil tes IVAnegatif, harus menjalani skrining 3 - 5 tahun sekali. Mereka yang
mempunyai hasil tes IVA-positif dan mendapatkan pengobatan, harus
menjalani tes IVA berikutnya enam bulan kemudian.

4. Pemberi Pelayanan SVA


a. Petugas Kesehatan
a) Bidan terlatih
b) Dokter umum terlatih
c) Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (DSOG)
b. Tempat Pelayanan
a) Puskesmas dan jaringannya
b) Klinik
c) Dokter praktek mandiri

20

c. Pelatihan Petugas Kesehatan


Petugas yang akan melakukan IVA dan krioterapi dipilih sesuai
kebutuhan program dengan kriteria berikut:
a) Berpengalaman dalam memberikan pelayanan KB.
b) Berpengalaman dalam memberi konseling dan edukasi
kelompok.
c) Berpengalaman dalam melakukan pemeriksaan panggul.
d) Berpenglihatan baik untuk memeriksa leher rahim secara
visual.
Petugas akan mengikuti pelatihan berbasis kompetensi dengan
modul-modul di bawah ini:
a) Gambaran umum, Permasalahan Kanker Leher Rahim di
masyarakat.
b) Anatomi dan fisiologi, Pemahaman tentang SSK (Sambungan
Skuamo Kolumnar).
c) Etiologi dan faktor risiko
d) Patogenesis/karsinogenesis
e) Pencegahan Infeksi
f) Konseling perorangan dan edukasi kelompok
g) Melakukan IVA

21

h) Melakukan Papsmear
i) Melakukan Krioterapi
j) Deteksi dini Kanker Payudara
k) Pencatatan dan pelaporan
Panduan khusus pelatihan dapat dilihat dalam dokumen terpisah,
modul Pelatihan untuk pegangan pelatih, petugas, dan buku acuan
Pencegahan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim.

5. Bagan Alur
Program Skrining Kanker Leher Rahim mengikuti bagan alur sebagaimana
tercantum dibawah ini. Bagan alur tersebut menjelaskan langkah-langkah
khusus yang harus diikuti pada tiap tahap proses, tergantung hasil
pemeriksaan klien secara perorangan

22

Bagan 2.2 Diagram alur untuk pencegahan kanker leher rahim

23

6. Inspeksi Visual dengan Asam Cuka (IVA)


Pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka (IVA)
berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas
setelah pengolesan asam asetat atau cuka (35%). Daerah yang tidak normal akan

24

berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang
mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker.
IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya
sederhana karena:
a. Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan
b. Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk
skrining Kanker Leher Rahim
c. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di
semua jenjang sistem kesehatan
d. Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan)
e. Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah
didapat dan tersedia
f. Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan skrining yang
tidak bersifat invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai
lesi prakanker.
Langkah-langkah pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut :
a. Konseling Kelompok atau Perorangan Sebelum Menjalani IVA
Sebelum menjalani tes IVA, ibu dikumpulkan untuk edukasi kelompok dan
sesi konseling bila memungkinkan. Pada saat presentasi dalam edukasi
kelompok, topik-topik berikut harus dibahas:
1) Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA dan
krioterapi
2) Sifat dari Kanker Leher Rahim sebagai sebuah penyakit

25

3) Faktor-faktor risiko terkena penyakit tersebut


4) Pentingnya skrining dan pengobatan dini
5) Konsekuensi bila tidak menjalani skrining
6) Mengkaji pilihan pengobatan jika hasil tes IVA positif
7) Peran pasangan pria dalam skrining dan keputusan menjalani
pengobatan
8) Pentingnya pendekatan kunjungan tunggal sehingga ibu siap menjalani
krioterapi pada hari yang sama jika mereka mendapat hasil IVA positif
9) Arti dari tes IVA positif atau negatif
10) Pentingnya membersihkan daerah genital sebelum menjalani tes IVA
b. Tindakan IVA
Tindakan IVA dimulai dengan penilaian klien dan persiapan, tindakan IVA,
pencatatan dan diakhiri dengan konseling hasil pemeriksaan. Penilaian klien
didahului dengan menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi
dan harus ditulis di status, termasuk komponen berikut:
1) Paritas
2) Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali
menikah
3) Pemakaian alat KB
4) Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah
5) Riwayat IMS (termasuk HIV)
6) Merokok

26

7) Hasil pap smear sebelumnya yang abnormal


8) Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita Kanker
Leher Rahim
9) Penggunaan steroids atau obat-obat alergi yang lama (kronis)
a) Penilaian Klien dan Persiapan
Terdapat beberapa langkah untuk melakukan penilaian klien dan persiapan
tindakan IVA yaitu:
1) Sebelum melakukan tes IVA, diskusikan tindakan dengan ibu/klien.
Jelaskan mengapa tes tersebut dianjurkan dan apa yang akan terjadi pada
saat pemeriksaan. Diskusikan juga mengenai sifat temuan yang paling
mungkin dan tindak lanjut atau pengobatan yang mungkin diperlukan.
2) Pastikan semua peralatan dan bahan yang diperlukan tersedia, termasuk
spekulum steril atau yang telah di DTT, kapas lidi dalam wadah bersih,
botol berisi larutan asam asetat dan sumber cahaya yang memadai. Tes
sumber cahaya untuk memastikan apakah masih berfungsi.
3) Bawa ibu ke ruang pemeriksaan. Minta dia untuk Buang Air Kecil
(BAK) jika belum dilakukan. Jika tangannya kurang bersih, minta ibu
membersihkan dan membilas daerah kemaluan sampai bersih. Minta ibu
untuk melepas pakaian (termasuk pakaian dalam) sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan panggul dan tes IVA.
4) Bantu ibu untuk memposisikan dirinya di meja ginekologi dan tutup
badan ibu dengan kain, nyalakan lampu/senter dan arahkan ke vagina
ibu.
5) Cuci tangan secara merata dengan sabun dan air sampai benar-benar
bersih, kemudian keringkan dengan kain bersih atau diangin-anginkan.
Lakukan palpasi abdomen, dan perhatikan apabila ada kelainan. Periksa

27

juga bagian lipat paha, apakah ada benjolan atau ulkus (apabila terdapat
ulkus terbuka, pemeriksaan dilakukan dengan memakai sarung tangan).
Cuci tangan kembali.
6) Pakai sepasang sarung tangan periksa yang baru pada kedua tangan atau
sarung tangan bedah yang telah di-DTT1.
7) Atur peralatan dan bahan pada nampan atau wadah yang telah di- DTT,
jika belum dilakukan.

b) Tes IVA
Tes IVA dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Inspeksi/periksa genitalia eksternal dan lihat apakah terjadi discharge
pada mulut uretra. Palpasi kelenjar Skenes and Bartholins. Jangan
menyentuh klitoris, karena akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada
ibu. Katakan pada ibu/klien bahwa spekulum akan dimasukkan dan
mungkin ibu akan merasakan beberapa tekanan.

28

Gambar 2.3 Palpasi Kelenjar Skene

2) Dengan hati-hati masukkan spekulum sepenuhnya atau sampai terasa


ada tahanan lalu secara perlahan buka bilah/daun spekulum untuk
melihat Atur spekulum sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat. Hal
tersebut mungkin sulit pada kasus dengan leher rahim yang berukuran
besar atau sangat anterior atau posterior. Mungkin perlu menggunakan
spatula atau alat lain untuk mendorong leher rahim dengan hati-hati ke
atas atau ke bawah agar dapat terlihat.

Gambar 2.4 Memasang Spekulum

29

3) Bila leher rahim dapat terlihat seluruh kunci spekulum dalam posisi
terbuka sehingga tetap berada di tempatnya saat melihat leher rahim.
Dengan cara ini petugas memiliki satu tangan yang bebas bergerak.
4) Jika sedang memakai sarung tangan lapis pertama/luar, celupkan tangan
tersebut ke dalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan
tersebut dengan membalik sisi dalam ke luar. Jika sarung tangan bedah
akan digunakan kembali, didesinfeksi dengan merendam ke dalam
larutan klorin 0.5% selama 10 menit. Jika ingin membuang, buang
sarung tangan ke dalam wadah anti bocor atau kantung plastik.
5) Pindahkan sumber cahaya agar leher rahim dapat terlihat dengan jelas.
6) Amati

leher

rahim

apakah

ada

infeksi

(cervicitis)

seperti

discharge/cairan keputihan mucous ectopi (ectropion); kista Nabothy


atau

kista

Nabothian,

nanah,

atau

lesi

strawberry

(infeksi

Trichomonas).
7) Gunakan kapas lidi bersih untuk membersihkan cairan yang keluar,
darah atau mukosa dari leher rahim. Buang kapas lidi ke dalam wadah
anti bocor atau kantung plastik.
8) Identifikasi ostium servikalis dan SSK serta daerah di sekitarnya.
9) Basahi kapas lidi dengan larutan asam asetat dan oleskan pada leher
rahim. Bila perlu, gunakan kapas lidi bersih untuk mengulang
pengolesan asam asetat sampai seluruh permukaan leher rahim benarbenar telah dioleskan asam asetat secara merata. Buang kapas lidi yang
telah dipakai.
10) Setelah leher rahim dioleskan larutan asam asetat, tunggu selama 1
menit agar diserap dan memunculkan reaksi acetowhite.

30

11) Periksa SSK dengan teliti. Lihat apakah leher rahim mudah berdarah.
Cari apakah ada bercak putih yang tebal atau epithel acetowhite. yang
menandakan IVA positif

Gambar2.5IVANegatifdanIVAPositif

12) Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan
kapas lidi bersih untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris yang
terjadi saat pemeriksaan dan mungkin mengganggu pandangan. Buang
kapas lidi yang telah dipakai.
13) Bila pemeriksaan visual pada leher rahim telah selesai, gunakan kapas
lidi yang baru untuk menghilangkan sisa asam asetat dari leher rahim
dan vagina. Buang kapas sehabis dipakai pada tempatnya.
14) Lepaskan spekulum secara halus. Jika hasil tes IVA negatif, letakkan
spekulum ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
didesinfeksi. Jika hasil tes IVA positif dan setelah konseling pasien
menginginkan pengobatan segera, letakan spekulum pada nampan atau
wadah agar dapat digunakan pada saat krioterapi.
15) Lakukan pemeriksaan bimanual dan rectovagina (bila diindikasikan).
Periksa kelembutan gerakan leher rahim; ukuran, bentuk, dan posisi
rahim; apakah ada kehamilan atau abnormalitas dan pembesaran uterus

31

atau kepekaan (tenderness) pada adnexa.

c) Setelah Tes IVA


1) Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi larutan klorin 0.5% atau
alkohol untuk menghindari kontaminasi silang antar pasien.
2) Celupkan kedua sarung tangan yang masih akan dipakai lagi ke dalam
larutan klorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dengan cara membalik sisi
dalam ke luar lalu letakkan ke dalam wadah anti bocor atau kantung
plastik. Jika pemeriksaan rectovaginal telah dilakukan, sarung tangan
harus dibuang. Jika sarung tangan bedah akan dipakai ulang, rendam
kedua sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
desinfeksi.
3) Cuci tangan dengan air sabun sampai benar-benar bersih lalu keringkan
dengan kain yang bersih atau dengan cara diangin-anginkan.
4) Jika hasil tes IVA negatif, minta ibu untuk mundur dan bantu ibu untuk
duduk. Minta ibu agar berpakaian.
5) Catat hasil temuan tes IVA bersama temuan lain seperti bukti adanya
infeksi (cervicitis); ectropion; kista Nabothian, ulkus atau strawberry
leher rahim. Jika terjadi perubahan acetowhite, yang merupakan ciri
adanya lesi-prakanker, catat hasil pemeriksaan leher rahim sebagai
abnormal.
6) Diskusikan dengan klien hasil tes IVA dan pemeriksaan panggul
bersama Ibu/klien. Jika hasil tes IVA negatif, beritahu kapan klien harus
kembali untuk tes IVA
7) Jika hasil tes IVA positif atau diduga ada kanker, katakan pada ibu/klien
langkah selanjutnya yang dianjurkan. Jika pengobatan dapat segera

32

diberikan, diskusikan kemungkinan tersebut bersamanya. Jika perlu


rujukan untuk tes atau pengobatan lebih lanjut, aturlah waktu untuk
rujukan dan berikan formulir yang diperlukan sebelum ibu/klien tersebut
meninggalkan Puskesmas/klinik. Akan lebih baik jika kepastian waktu
rujukan dapat disampaikan pada waktu itu juga.

Tabel 2.3 Kategori Klasifikasi IVA

33

Tabel 2.4 Tindakan rujukan yang dianjurkan

.
.

2.2.9

Penatalaksanaan

34

Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan


secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang
sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim
onkologi).
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita
untuk hamil lagi.
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan),
kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk
menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi
(Wiknjosastro, 1997).

Tabel 2.5 Terapi Karsinoma Serviks

35

1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama
dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk
hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan
merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif
adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan
paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.
Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO).
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung,
ginjal dan hepar.
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar
ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan

36

tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di


sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi
dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B.
Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya
bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi
penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada
daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk
merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada dua jenis
radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari sebuah mesin
besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah
melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3
hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa
diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi
penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung kemih dan
rektum dan ovarium berhenti berfungsi (Gale & Charette, 2000).
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui
infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya
untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan
pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiag
nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan
atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain,
pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus,
kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang
lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan
dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan
kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah
digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis

37

tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat


yang

digunakan

pada

kasus

kanker

serviks

antara

lain

CAP

(Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin)


dan lain lain (Prayetni, 1997).
2.2.10 Pencegahan Kanker Leher Rahim
Sebagaimana telah disebutkan diatas, HPV adalah infeksi menular seksual
yang paling banyak terjadi di dunia. Walaupun kondom dan praktik-praktik seks
yang aman melindungi dari berbagai IMS, termasuk HIV/AIDS, alat-alat tersebut
masih kurang efektif dalam mencegah penularan HPV. Hal ini karena virus
papiloma tinggal di sel-sel kulit (pipih/squamous) yang menutupi daerah pubis
(vulva atau penis) serta sel-sel sebelah dalam sepanjang vagina dan leher rahim
pada perempuan, serta uretra dan anus pada kedua jenis kelamin. Kondom tidak
menutupi seluruh batang penis, dan juga tidak membatasi kontak dengan kulit
pubis. Oleh karena itu, pada saat senggama bahkan dengan memakai kondom, selsel kulit yang mengandung HPV bisa bersentuhan dengan vulva atau vagina,
sehingga memungkinkan virus dapat mencapai leher rahim. Selain itu, friksi yang
terjadi ketika berhubungan seksual dipercaya dapat menyebabkan sobeknya dinding
vagina dalam ukuran mikroskopis yang semakin memungkinkan terjadinya
penularan. Lebih dari itu, bahkan sel-sel mati yang terlepas saat berhubungan dapat
mengandung HPV dan tetap dapat menular sampai beberapa hari (Roben, Lowy
and Schiller 1997)
a. Pencegahan Primer
Menurut sumber, cara yang paling efektif untuk mencegah kanker leher rahim
dan kanker genital lain dapat berupa vaksin. Tiap orang perlu diberikan imunisasi
sejak usia dini sebelum mereka aktif secara seksual. Manfaat dari vaksin tersebut
terutama nyata di Negara yang sedang berkembang, dimana pelayanan kesehatan
untuk perempuan sangat sedikit. Tetapi, pemberian vaksin tidak mudah karena
respon kekebalan tubuh seseorang tampaknya tergantung pada tipe/jenis HPV.
Sebagai contoh, seseorang yang dilindungi dari 16 tetap berisiko terinfeksi tipe lain
yang dapat menyebabkan kanker, seperti tipe 18 atau 33. Lebih lanjut, tampaknya

38

ada beberapa sub-tipe atau varian pada tipe 16, dan mungkin juga pada tipe-tipe
lainnya. Terakhir, seperti telah disebutkan, tipe HPV yang terkait dengan penyakit
kanker berbeda-beda berdasarkan wilayah geografis. Dengan meningkatnya
perjalanan internasional, berbagai tipe karsinogen akan segera menyebar ke seluruh
dunia. Oleh karena itu, sebuah vaksin yang mengandung campuran beberapa tipe
harus diciptakan (Groopman 1999, Stewart et al. 1996).
Terlepas dari masalah tersebut, saat ini sedang dilakukan pengujian keamanan
dari dua vaksin yang dapat melindungi perempuan dari virus papiloma yang terkait
dengan kanker leher rahim. Namun, vaksin tersebut diperkirakan baru tersedia
beberapa tahun lagi, dan butuh beberapa tahun lagi sebelum akhirnya dapat
terjangkau di negara-negara yang sedang berkembang.
Blumenthal (2002) membahas kompleksitas penerapan program vaksinasi dan
perlunya melanjutkan program pencegahan sekunder sementara waktu, dan
menekankan perbedaan antara sebuah vaksin dan sebuah program vaksinasi.
Memang benar bahwa suatu vaksin tidak akan efektif kecuali ada program yang
berhasil yang dapat menjamin ketersediaan, akses dan penerimaan/akseptabilitas.
Terakhir, ada pula beberapa upaya untuk menghasilkan vaksin penyembuhan akan
meningkatkan system kekebalan tubuh seseorang yang telah terinfeksi dan
menyebabkan kanker mengecil atau bahkan menghilang. Vaksin seperti ini
ditargetkan untuk menonaktifkan protein E6 dan E7, yaitu protein viral yang
menghambat kerja protein yang mengatur pertumbuhan sel (Rb dan p53) (Massimi
dan Banks 1997).
Uji coba klinis telah dilakukan pada penelitian efektifitas kedua vaksin baik
vaksin penyembuhan maupun vaksin profilaksis untuk HPV. Schreckenberger dan
Kaufman (2004) menyimpulkan bahwa walaupun vaksin profilaksis untuk HPV
yang berhasil telah sampai pada uji coba klinis yang lebih besar, vaksin
penyembuhan HPV, walaupun terjadi induksi sel T, kurang berhasil karena
kemampuan tumor dalam membuat kekebalan untuk melawan vaksin tersebut.
Akibatnya, ajuvan (komponen yang meningkatkan respons kekebalan tubuh) bagi
modulasi kekebalan tubuh sistemik dan local diwajibkan agar terapi/pengobatan
dapat efektif.

39

Roden, Ling dan Wu (2004) menunjukan kemajuan pengembangan vaksin


pencegahan. Vaksin pencegahan menargetkan protein yang terhubung dengan
kapsul virus dan memaksa produksi antibody penetralisir. Walaupun vaksin
pengobatan menghadapi banyak tantangan, berbagai bentuk vaksin sedang diuji
coba untuk menargetkan HPV-16 E6 dan E7 dan masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Koutsky
et al. (2002), partikel yang menyerupai virus HPV-16 digunakan sebagai vaksin dan
menghasilkan 100% keampuhan pada 768 perempuan. Tetapi, penulis hanya
menilai satu sub tipe dari HPV dan mungkin diperlukan banyak vaksinasi untuk
meningkatkan kekebalan tubuh. Terakhir, vaksin yang saat ini diuji membutuhkan
pendingin, yang kadang bisa menjadi hambatan untuk mendapatkan akses di
negara-negara sedang berkembang.
Sampai sebuah vaksin pelindung tersedia dan mudah didapat secara luas,
pencegahan primer harus memfokuskan untuk terus merubah praktik seksual dan
perilaku lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi, dan programprogram pencegahan sekunder harus terus menapis dan menangani perempuan yang
menderita pra-kanker dan kanker. Sama seperti perang melawan HIV/AIDS,
konseling untuk mengurangi risiko yang terkait dengan faktor risiko harus
diterapkan di semua sistem pelayanan kesehatan, khususnya fasilitas yang
menangani remaja. Pesan-pesan tersebut harus memperingatkan para remaja bahwa
praktek-praktek yang dibuat untuk meminimalkan risiko terpapar HIV/AIDS dan
IMS lainnya (mis., penggunaan kondom pria dan perempuan) tidak efektif dalam
mencegah penularan HPV. Selain itu, berbagai upaya keras untuk mengurangi
minat remaja, khususnya remaja putri, untuk mencoba merokok dan melakukan
aktivitas seksual harus disebarluaskan secara terus menerus.
b. Pencegahan Sekunder
Seperti telah dibahas sebelumnya, walaupun saat ini pencegahan infeksi HPV
sulit dilakukan, pada perempuan yang telah terinfeksi ada kebutuhan untuk segera :

Mengidentifikasi mereka yang mengalami lesi pra-kanker awal dan mudah


diobati, dan

40

Memberikan pengobatan berbiaya rendah bagi mereka sebelum lesi


berkembang menjadi kanker

BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Profil Puskesmas
3.1.1 Kondisi Geografis

41

Gambar 3.1 Puskesmas Tanjung Paku


Puskesmas Tajung Paku merupakan satu dari Puskesmas yang ada di Kota
Solok. Berdiri pada tahun 1983 dengan luas tanah 1050 M2, merupakan Puskesmas
Rawat Jalan. Puskesmas Tanjung Paku terletak di wilayah kerja Kecamatan
Tanjung Harapan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
-

Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan VI Suku Kota Solok


Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Saok Laweh Kabupaten

Solok
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Simpang Rumbio
Kota Solok

42

Gambar 3.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku


Jarak antara Puskesmas Tanjung Paku dengan Ibukota Propinsi Sumatera
Barat 65 Km, dengan luas wilayah kerja 22,64 Km yang berbagi atas 4
(empat)kelurahan, yaitu :
1.
2.
3.
4.
3.1.2

Kelurahan Koto Panjang


Kelurahan PPA
Kelurahan Tanjung Paku
Kelurahan Kmpung Jawa

Kondisi Demografis dan Kependudukan


Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk 20.765 jiwa, dengan jumlah

penduduk perkelurahan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun
2015
No

Kelurahan

Jumlah Penduduk
Laki

Kota Panjang

1.115

Perempuan
1.139

Jumlah KK
Jumlah
2.254

439

43

PPA

2.890

2.954

5.844

1186

Tanjung Paku

3.007

3.073

6.080

1196

Kampung Jawa

3.258

3.329

6.587

1502

10.270

10.495

20.765

4.223

Jumlah

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2015
3.1.3

Sosial Budaya
1. Agama
Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk mayoritas beragama islam
2. Suku
Sebagian besar masyarakatnya Suku Minang
3. Mata Pencarian
Masyarakat Puskesmas Tanjung Paku bermata pencarian sebagai
pegawai, pedagang dan petani.
4. Sarana Kependidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Puskesmas Tanjung Paku
cukup lengkap, yaitu 16 TK/PAUD, 18 SD/MI, 3 SLTP, 3 SLTA dan 2
PT. Pada tabel berikut dapat dilihat fasilitas pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Paku menurut Kelurahan :

Tabel 3.2. Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku


Tahun 2015

No

Kelurahan

TK/Paud SD/MIN SLTP SLTA/SMK

PT

Kota Panjang

PPA

Tanjung Paku

Kampung Jawa

44

Jumlah

18

18

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2015
3.1.4

Sumber Daya Kesehatan


1. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Tanjung Paku sudah

cukup memadai, yang masih kurang adalah tenaga non kesehatan.


Tabel 3.3 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Paku Th 2015
No

Jenis Tenaga

Jumlah (Orang)

Keterangan

Dokter Umum

1 Ka. Pus

Dokter Gigi

Kesehatan Masyarakat

1 TU, 1 Promkes

Tenaga Perawat

17

5 Sukarela
2 Kontrak

Tenaga Bidan

18

1 Sukarela
3 PTT

Tenaga Sanitarian

Tenaga Gizi

Tenaga Perawat Gigi

Tenaga Apotik/Gudang Obat

10

Tenaga Analisis

11

Tenaga Refraksi Optisi

12

Tenaga RM

13

Tenaga Elektromedik

14

Tenaga Umum

15

Tenaga Supir

Kontrak

16

Tenaga Kebersihan

Kontrak

17

Tenaga Penjaga Malam

Kontrak

1 Sukarela

1 Kontrak

45

Jumlah

63

2. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung
Paku adalah

Tabel 3.4. Sarana dan Prasarana Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2015
No

Jenis Sarana dan Prasarana

Jumlah

Puskesmas Induk

Puskesmas Pembantu

Poskeskel

Posyandu Balita

32

Posyandu Lansia

11

Apotik

Optikal

Toko Obat Berizin

RSUD/RST

10

Rumah Sakit Swasta

11

Labor

12

Sarana Transportasi Kendaraan Roda 4 Puskesmas Tanjung Paku

13

Sarana Transportasi Kendaraan Roda 2 Puskesmas Tanjung Paku

22

46

Jumlah

93

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2015
3.2 Visi, Misi, Sasaran, dan Strategi
3.2.1 Visi :
Terwujudnya Pelayanan Prima Menuju Masyarakat Mandiri untuk Hidup
Sehat 2020
3.2.2

3.2.3
3.2.4

Misi :
- Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber PHBS
- Meningkatkan kemitraan dengan Stake Holder bidang kesehatan
- Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
- Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan
- Memantapkan manajemen puskesmas dan sistem informasi
- Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
- Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) beserta kesehatan lingkungan
Motto :
Pelayanan kami pengabdian terbaik
Sasaran :
Sasaran yang digunakan diperoleh dari data sasaran program kesehatan tahun
2015 Kota Solok Kecamatan Tanjung Harapan, yaitu:

Tabel 3.5 Sasaran Kerja Puskesmas Tanjung Paku tahun 2015


No

Kelurahan

Jumlah
Pendudu

Bayi
0-12 bln

Balita

PUS

Bumil

Bulin

Bufas

k
1

Kt Panjang

2090

43

168

377

48

46

128

PPA

5404

113

434

974

124

118

112

Tj Paku

5627

117

452

1014

129

123

117

Kp Jawa

6093

127

490

1098

139

133

128

Total

19.214

408

1544

3462

440

420

400

47

3.3 Gambaran umum program kesehatan masyarakat


Upaya kesehatan layanan dasar yang diselenggarakan puskesmas meliputi 6
upaya kesehatan wajib ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan atau
inovasi. Adapun hasil kegiatan dari upaya kesehatan tersebut adalah sebagai
berikut:
3.3.1 Upaya kesehatan wajib
1. Promosi Kesehatan
Kegiatan yang dilakukan:
4 Penyuluhan di sekolah
5 Penyuluhan di posyandu
6 Penyuluhan keliling
7 Survey PHBS
2. KIA dan KB
Kegiatan yang dilakukan:
8 Kelas ibu hamil
9 Pelayanan ANC
10 Kunjungan bumil resti
11 Kunjungan nifas
12 Pemantauan stiker P4K/ANC berkualitas
13 Otopsi verbal
Kegiatan pada program kesehatan anak:
14 DDTK
15 Kelas ibu balita
16 Kunjungan rumah balita bermasalah

Kegiatan pada Keluarga Berencana


17 Pelayanan dan konseling
18 Penanganan komplikasi ringan
3. Gizi Masyarakat
Kegiatan yang dilakukan:
19 Penimbangan masal dan pemberian vitamin A, dilakukan pada bulan
februari dan agustus
20 Pengukuran status gizi murid PAUD/TK
21 Pengukuran status gizi siswa SMP/SMA

48

22
23
24
25
26
27
28

Pemantauan status gizi sekolah yang mendapat PMT-AS


Kunjungan rumah balita gizi kurang dan buruk serta bumil KEK
Pemantauan posyandu
Pemberian PMT pemulihan
TFC
Pendataan Kadarzi
Pengambilan sampel garam RT dan pemeriksaan gondok murid SD untuk

survey GAKY
29 Kelas ASI ekslusif
30 Kelas MP-ASI
31 Kelas Gizi
32 Kegiatan rutin seperti:
- Pemberian vitamin A
- Pemberian tablet FE
- Pemantauan pertumbuhan balita
4. P2PL
Kegiatan yang dilakukan:
1) Program Imunisasi
- Pelayanan imunisasi
- BIAS
- TT WUS
- Sweeping
- Pelacakan KIPI
2) Program P2P
- Sosialisasi P2P dan surveilans
- Survey dan pemetaan wilayah TB
- Penyegaran kader TB
- Penyuluhan HIV-AIDS, IMS, dan TB untuk pemula
- Survey epidemiologi
- PTM
- Posbindu
3) Program TB
- Penyuluhan TB pada pemuda dan masyarakat lainnya
- Penjaringan suspek dan penemuan penderita TB BTA positif
- Penyuluhan TB pada penderita dan pasien yang diduga TB
- Survey dan pemetaaan TB
- Pelacakan kasus kontak
- Pelaksaanaan PMO
- Pemantauan gizi penderita TB
4) Rabies
- Penyuluhan bahaya penyakit Rabies dan penanggulangan dini
kasus gigitan hewan tersangka rabies bagi petugas dan tokoh
masyarakat

49

Pemberian vaksin anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR)

pada kasus sesuai indikasi


Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien yang mendapat

VAR dan SAR


5) PPTM (program penyakit tidak menular)
- Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus yang tergolong
-

penyakit tidak menular di poli


Melakukan pemeriksaan dan pembinaan calon jamaah haji
Melakukan sosialisasi tentang deteksi dini penyakit kanker leher

rahim dan kanker payudara kepada masyarakat


Melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker
payudara wanita yang sudah pernah berhubungan seksual terutama

yang berusia 30 tahun sampai dengan 50 tahun


Melakukan konseling pra IVA dan pra krioterapi
Melakukan tindakan krioterapi pada pasien iva positif yang

kandidat krioterapi
Melakukan rujukan kasus tumor atau benjolan payudara
Melakukan rujukan kasus curiga kanker leher rahim atau kasus IVA

positif lesi luas (bukan kandidat krioterapi)


- Melakukan pembinaan kegiatan posbindu di kelurahan
6) Program DBD
- Penyuluhan penyakit, pencegahan, dan pemberantasan DBD
-

kepada masyarakat
Pemantauan jentik oleh kader jumantik
Pemberian bubuk abate pada masyarakat yang dimonitoring oleh

petugas surveylans
Melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) pada kasus positif

DBD
- Melakukan Fogging pada kasus yang dianggap perlu.
7) Penemuan dan penanggulangan kasus ISPA dan Pneumonia
- Melakukan penyuluhan ISPA dan pneumonia pada pasien yang
-

tersangka pneumonia
Pencatatan dan pelaporan kasus ISPA dan pneumonia berkunjung

ke puskesmas
- Melakukan kunjungan rumah pada pasien tersangka pneumonia
- Melakukan rujukan kasus pada pneumonia sedang-berat
8) Penemuan dan penanggulangan diare

50

Penyuluhan diare dan penanggulangan diare di rumah di rumah


sebelum dan sesudah dibawa ke pelayanan kesehatan kepada tokoh

masyarakat dan kader posyandu


Penemuan dan penatalaksanaan kasus diare
Melakukan rujukan kasus diare dengan dehidrasi sedang sampai

dengan berat
Melakukan penyelidikan epidemiologi pada kasus diare berdampak

KLB
9) Pelaksanaan program VCT dan IMS
- Melakukan penyuluhan VCT dan IMS pada masyarakat
- Melakukan kerja sama dengan LSM dalam penjaringan masyarakat
-

beresiko
Melakukan pemeriksaan VCT dan IMS pada klien yang datang

sendiri atau diantar oleh penjangkauannya (LSM) ke puskesmas


Melakukan pemeriksaan VCT dan HIV pada ibu hamil
Melakukan mobile VCT dan IMS di kampus dan instansi yang

berminat
- Melakukan tindak lanjut pada kasus-kasus positif VCT dan IMS
5. Kesehatan Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan:
- Inspeksi sanitasi dasar
- Rumah sehat
- Pemeriksaan TTU-TPM
- STBM
- Pengelolaan sampah rumah tangga
- Pembinaan dan pengawasan kualitas air
- Penyuluhan hygiene sanitasi ke sekolah
- Penyuluhan kawasan sehat
3.3.2 Program pengembangan
1. UKS
Kegiatan yang dilakukan:
- Skrining murid kelas 1 SD/SMP/SMA
- Pembinaan SD
- Pelatihan dokter kecil atau kader kesehatan
2. Perkesmas
Kegiatan yang dilakukan:
- Asuhan keperawatan pada keluarga
- Kunjungan rumah KK Resti
3. Kesehatan jiwa
Kegiatan yang dilakukan:

51

4.

5.

6.

7.

- Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa


- Rujukan kasus jiwa
Kesehatan mata
Kegiatan yang dilakukan:
- Penemuan dan penanganan kasus mata
- Rujukan kasus mata
Kesehatan lansia
Kegiatan yang dilakukan:
- Pelayanan di dalam dan di luar gedung
- Pembinaan kelompok lansia
- Senam lansia
- Penyuluhan kesehatan lansia
- Deteksi dini kesehatan lansia
PKPR
Kegiatan yang dilakukan:
- Pelatihan kader PKPR
- Penyuluhan dan konsultasi ke sekolah
- Konsultasi bagi remaja
Kesehatan gigi dan mulut
Kegiatan yang dilakukan:
1) Dalam gedung
- Pelayanan kedaruratan gigi
- Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar
- Pelayanan medik gigi dasar
2) Luar gedung
- UKGS
- UKGM

3.4 Fokus Kajian Program Kesehatan Masyarakat


3.4.1 Identifikasi masalah kesehatan masyarakat
1.1.

Target dan capaian program puskesmas Tanjung Paku tahun 2015

sebagai pelayanan wajib


Hasil kegiatan:
Tabel 3.6 Hasil Kegiatan promosi kesehatan puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Penyuluhan di posyandu

62 kali

Penyuluhan ke sekolah

46 kali

Penyuluhan keliling

8 kali

Target

52

Kelurahan siaga

100%

92%

Tabel 3.7 Hasil Kegiatan program kesehatan Ibu puskesmas Tanjung Paku tahun
2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Cakupan K1

98,2%

100%

Cakupan K

89,5%

95%

Persalinan oleh nakes

77,2%

90%

Persalinan komplikasi obstetri yang ditangani

100%

80%

Kunjungan nifas

77,2%

90%

Deteksi bumil resti oleh nakes

98%

100%

Deteksi bumil resti oleh masyarakat

73,

100%

Kematian bumil/busulin/bufas

Cakupan neonates

68,2%

90%

Tabel 3.8 Hasil Kegiatan kesehatan Anak puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Cakupan KN1

78,2%

90%

Cakupan KN lengkap

68,2%

90%

Neonatus dengan komplikasi yang ditangani

100%

80%

Pelayanan kesehatan bayi

90%

87%

DDTK bayi kali pertahun

75,38%

90%

Bayi DDTK yang dirujuk

DDTK balita 2 kali pertahun

90%

85%

Balita DDTK yang dirujuk

8 orang

53

DDTK apras 2 kali pertahun

10

Pelayanan kesehatan anak balita

100%

83%

11

Cakupan MTBM

97,

80%

12

Jumlah kunjungan neonatus MTBM yang 0

dirujuk
13

Cakupan MTBs

79%

80%

Jumlah kunjungan MTBS yang dirujuk

3 kasus

15

Jumlah kematian neonatus

3 kasus

Jumlah kematian bayi

17

Jumlah kematian balita

3 kasus

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan kesehatan KB puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Jumlah PUS

2940

Peserta KB baru

9,18%

Peserta KB aktif

73,9%

70%

DO

9,79%

KB Paska salin

11,48%

PUS Gakin

KB aktif gakin

757 jiwa
63,12%

70%

Tabel 3.10 Hasil Kegiatan kesehatan Gizi puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Cakupan D/S balita

65,2%

85%

Cakupan N/D balita

78,3%

78%

Cakupan BGM/D balita

0,2%

3,6%

54

Cakupan ASI ekslusif

88,4%

80%

Cakupan vitamin A balita

81,5%

85%

Cakupan penimbangan masal

82,8%

90%

Cakupan Fe3 ibu hamil

101,6%

95%

Cakupan Fe ibu nifas

74,9%

78%

Cakupan vitamin A ibu nifas

74,9%

78%

10

Cakupan PMT pemulihan balita hizi kurang

100%

100%

11

Cakupan TFC

100%

100%

12

Kasus gizi buruk

3 kasus

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit

Tabel 3.11 Hasil Kegiatan program kesehatan Ibu puskesmas Tanjung Paku tahun
2015
No

Kegiatan

pencapaian

Target

Penemuan BTA positif

7 orang

34 Orang

BTA positif kambuh

4 orang

BTA negatif, rontgen positif

3 orang

Pencegahan dan pemberantasan DBD


Tabel 3.12 capaian program pencegahan dan pemberantasan DBD puskesmas
Tanjung Paku tahun 2015

55

No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Angka bebas jentik (ABJ)

82,6 %

95%

Penemuan kasus DBD

28 kasus

Penanganan kasus DBD

100%

100%

Kematian akibat DBD

Penemuan dan penanggulangan ISPA dan Pneumonia


Tabel 3.13 capaian program Penemuan dan penanggulangan ISPA dan Pneumonia
puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Penemuan kasus pneumonia

116 kasus

210 kasus

Penanganan kasus pneumonia

Kematian akibat pneumonia

Penemuan dan penanggulangan kasus diare


Tabel 3.14 capaian program Penemuan dan penanggulangan kasus diare
puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Penemuan kasus diare

320 kasus

Pemakaian oralit

1280 bungkus

Kasus diare yang dirujuk

Kematian akibat diare

Pelaksanaan program VCT dan IMS


Tabel 3.15 capaian program VCT dan IMS puskesmas Tanjung Paku tahun 2015

56

No

Kegiatan

pencapaian

Target

Mobile VCT

6 Kali

Klien VCT laki-laki

142 orang

Klien VCT perempuan

444 orang

Bumil yang diperiksa HIV

157 orang

498 orang

Mobile IMS

3 kali

Klien IMS laki-laki

142 Orang

Klien IMS perempuan

444 Orang

Penemuan dan penanganan kasus rabies


Tabel 3.16 capaian program Penemuan dan penanganan kasus rabies puskesmas
Tanjung Paku tahun 2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Kasus gigitan oleh binatang penular rabies

19 kasus

Pemberian VAR

12 kasus

Pemberian SAR

Program penyakit tidak menular (PTM)


Tabel 3.17 capaian Program PTM puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Cakupan deteksi dini Ca Mammae 96 orang

Target
692 orang

dan Ca Cerviks
2

Kasus tumor jinak pada mammae

Kasus curiga kanker mammae

Kelainan lain pada mammae

57

Kasus IVA positif

2 orang

Kasus curiga kanker cerviks

Kelainan lain pada kanker cerviks

1 orang

Pemeriksaan calon jamaah haji

77 orang

Jumlah calon jamaah >60 tahun

27 orang

10

Jumlah calon jamaah 50-60tahun

26 Orang

11

Jumlah calon jamaah <50 tahun

24 orang

12

Penyakit terbanyak calon jamaah

Jantung

dan

pembuluh -

darah, metabolik

Program imunisasi
Tabel 3.18 capaian Program imunisasi puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No

Kegiatan

Kontak pertama

Pencapaian

Target

a. HB0

95,6%

95 %

b. BCG

99,6%

95%

c. DPT+HB1

97,8%

95%

a. DPT+HB3

97,8%

90%

b. Polio

98,9%

90%

c. Campak

96,8%

90%

98,5%

95%

a. Pentavalen

11,7%

80%

b. Campak

4,6%

80%

Kontak lengkap

BIAS campak anak SD


Imunisasi lanjutan

58

c. BIAS campak

93%

95%

d. BIAS DT/TT

96,4%

90%

Tabel 3.19 capaian Program kesehatan lingkungan puskesmas Tanjung Paku tahun
2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Akses air bersih

98%

100%

Jamban keluarga

95%

100%

Pembuangan limbah

100%

100%

Pengelolaan sampah

90%

100%

Rumah sehat

83%

85%

TTU

62%

90%

TPM

65,8%

65%

Kunjungan klinik sanitasi

0,03%

100%

Hasil kegiatan UKS puskesmas Tanjung Paku tahun 2015


Tabel 3.20 capaian kegiatan UKS puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Cakupan skrinning SD

17 sekolah

17 sekolah

Cakupan skrinning SMP/SMA

6 sekolah

6 Sekolah

Pelatihan dokter kecil

5 sekolah

Pembinaan sekolah sehat

5 sekolah

59

Hasil kegiatan kesehatan jiwa, kesehatan lansia, parkesmas, dan PKPR puskesmas
Tanjung Paku tahun 2015
Tabel 3.21 pencapaian kesehatan jiwa dan Lansia puskesmas Tanjung Paku tahun
2015
No

Kegiatan

Pencapaian

Target

Cakupan pelayanan jiwa

14,06%

15%

Total kunjungan pelayanan lansia

3714

5073

Tiga

penyakit

terbanyak

pada Hipertensi, penyakit otot, dan -

lansia
4

jaringan ikat, ISPA

Jumlah KK yang dibina pada 256 KK

Parkesmas
5

Pelayanan dalam dan luar gedung

2619 orang

3346 orang

Dari data di atas terlihat bahwa beberapa target bidang kesehatan yang menjadi
target pelayanan di puskesmas Tanjung Paku sudah mencapai sedangkan yang
belum tercapai adalah:
1. Imunisasi lanjutan
2. Deteksi dini Ca Mammae dan Ca Cerviks
3. Cakupan BGM/D balita
4. Kasus Gizi Buruk
5. BTA positif
6. Cakupan Fe 3 Bumil
7. Angka bebas jentik
8. Penemuan Kasus pneumonia
9. Lansia pelayanan dalam dan luar gedung
10. KB aktif gakin
11. Kunjungan klinik sanitasi
3.5 Penetapan Prioritas Masalah
Beberapa masalah yang ditemukan di puskesmas tanjung pakunharus
ditentukan prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

60

puskesmas. Upaya yang di lakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut


adalah menggunakan teknik criteria matrix dengan rumus P=IxTxR.
P : Prioritas masalah
I : Pentingnya masalah (Inportance)
T : Kelayakan teknologi (Technology)
R: Sumber daya yang tersedia (Resource)
Berikan nilai antara 1 sampai 5 untuk setiap criteria yang sesuai
Pentingnya masalah (I)
-

Semakin penting (Importance) masalah tersebut, makin diprioritaskan


penyelesaiannya
Ukuran pentingnya masalah banyak macam, diantaranya:
o Besarnya masalah (importancy)
o Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)
o Kenaikan besarnya masalah (rateof increase)
o Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet
need)
o Keuntungan social karena selesainya masalah (social benefit)
o Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
o Suasana politik (politic climate)

Pemberian nilai untuk pentingnya masalah


Nilai 5 : sangat penting
Nilai 4 : penting
Nilai 3 : agak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 1 : tidak penting

61

Kelayakan teknologi (T)


- Makin layak teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk mengtasi masalah
(technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut
- Kelayakan teknologi yang dimaksud adalah merujuk pada penguasaan ilmu dan
teknologi yang sesuai
Pemberian nilai untuk T
Nilai 5 : sangat mudah
Nilai 4 : mudah
Nilai 3 : agak mudah
Nilai 2 : kurang mudah
Nilai 1 : tidak mudah
Sumber daya yang tersedia (R)
-

Semakin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah

(resource availability), semakin diprioritaskan masalah tersebut.


Sumber daya yang dimaksudkan adalah tenaga (man), dana (money), dan
sarana (material).

Penilaian untuk R adalah


Nilai 5 : sangat tersedia
Nilai 4 : tersedia
Nilai 3 : agak tersedia
Nilai 2 : kurang tersedia
Nilai 1 : tidak tersedia
Penilaian prioritas masalah di Puskesmas Tanjung Paku

62

Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih lima


masalah yang memiliki cakupan terendah pada tahun berdasarkan teknik criteria
matrix. Penilaian lima masalah prioritas tersebut ditentukan ditentukan
berdasarkan data laporan tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang
program dan pimpinan puskesmas. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari
kesenjangan antara target dan pencapaian tetapi juga dilihat dari prioritas masalah,
pentingnya masalah, kelayakan teknologi, dan sumber daya yang tersedia. Adapun
masalah yang menjadi prioritas utama berdasarkan teknik criteria matrix adalah
rendahnya cakupan D/S pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
Kota Solok pada tahun 2015.
Tabel 3.22 Penilaian prioritas masalah berdasarkan teknik criteria matrix
Masalah

Total

Prioritas

Cakupan IVA

125

P1

BTA positif

100

P2

Cakupan KN lengkap

100

P3

Cakupan D/S pada balita

80

P4

Cakupan BGM/D balita

40

P5

Fish Bone

63

3.6 Analisis Sebab Akibat Masalah


Tabel 3.23 Analisis Sebab Akibat Masalah
No

Variabel masalah
Alternatif Pemecahan masalah
Faktor penyebab

Manusia

Penyebab masalah

Masih
pengetahuan

rendahnya
Wanita

Memberikan
penyuluhan

kepada

Usia Subur (WUS) yang

pengetahuan Wanita

sudah

Usia Subur (WUS)

melakukan

64

hubungan

seksual

tentang

pemeriksaan

melakukan hubungan
seksual

Masyarakat masih malu

pemeriksaan IVA

melakukan

tentang

Menjelaskan kepada

pemeriksaan IVA.

Wanita Usia Subur

Kurang aktifnya petugas

(WUS) yang sudah

dan

melakukan hubungan

kader

dalam

melakukan penjaringan

seksual

pasien baru di lapangan

pentingnya

Kurangnya

pemeriksaan IVA

motivasi

Wanita

Usia

Subur

(WUS)

yang

sudah

melakukan

tentang

Meningkatkan
keaktifan

petugas

dan kader kesehatan

hubungan

seksual

sudah

IVA
untuk

yang

dalam

untuk

melakukan

pemeriksaan IVA

penjaringan

Kurangnya

pasien

pelatihan

pasienyang

petugas petugas baru

dilakukan

di

tentang

posyandu

dan

PUSTU.

Dan

pemeriksaan

IVA

memberikan
penyegaran

ilmu

kepada petugas dan


kader
tentang

kesehatan
pentingnya

pemeriksaan IVA.

Memberikan
pelatihan

kepada

petugas

petugas

kesehatan

baru

tentang pemeriksaan

65

Metode

Kurang memanfaatkan media

IVA
Lebih

cetak dan media elektronik

media cetak dan media

untuk

eektronik untuk sosialisasi

sosialisasi

program

deteksi

tentang
dini

Ca

dalam promosi kesehatan

Serviks

deteksi dini Ca Serviks

Kurangnya kegiatan deteksi

kepada Masyarakat

dini

Ca

yang

Serviks

dilakukan di lapangan
3

Money

memanfaatkan

Memperbanyak

kegiatan

deteksi dini Ca Serviks di


lapangan
Menyediakaan

APBD

pembentukan kader/ petugas

khusus

untuk

kader/

IVA

petugas

yang

Dana

untuk

APBD

bertugas

mengajak dan merekrut


masyarakat
4

Material

untuk

ikut

Kurang tersedianya leaflet

dalam pemeriksaan IVA


Pengadaan leaflet untuk

tentang

mendukung

deteksi

dini

Ca

Serviks

pelaksanaan

program

serta

memperbanyak dan lebih


memanfaatkan poster dan
leaflet tentang deteksi dini
5

Lingkungan

Kurang

pedulinya

masyarakat

dalam

mendukung

program

Kurangnya dukungan
Keluarga (suami)

penyuluhan

kepada masyarakat tentang


peran

puskesmas

Ca Serviks.
Memberikan

mereka

mensukseskan

program

puskesmas

dari

Meningkatkan peranan dan


dukungan

dari

keluarga

(suami)

66

3.7 Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah


1. Man

Rendahnya pengetahuan serta kurangnya motivasi Wanita Usia Subur


(WUS) yang sudah melakukan hubungan seksual mengenai bahaya kanker
serviks dan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks
Kegiatan

: Penyuluhan kepada Wanita Usia Subur (WUS) yang


sudah melakukan hubungan seksual mengenai kanker
serviks dan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker
serviks serta memberikan pemahaman terhadap suami
mengenai pemeriksaan IVA

Tujuan

: Meningkatkan pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS)


yang

sudah

melakukan

hubungan

seksual

serta

memberikan pemahaman terhadap suami mengenai


pemeriksaan IVA
Sasaran

: Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan


Seksual

Lokasi

: Puskesmas. Puskesmas Pembantu, Posyandu

Volume Kegiatan : Sekali setahun


Pelaksanaan

: Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan


pemeriksaan IVA

Masyarakat masih malu untuk melakukan pemeriksaan IVA.


Kegiatan

: Penyuluhan kepada masyarakat mengenai kanker


serviks dan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker
serviks

Tujuan

Meningkatkan

pengetahuan

serta

memberikan

pemahaman Ibu tentang deteksi dini Ca Serviks


Sasaran

: Masyarakat

Lokasi

: Puskesmas. Puskesmas Pembantu, Posyandu

Volume Kegiatan : Sekali setahun

67

Pelaksanaan

: Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan


pemeriksaan IVA

Kurang aktifnya petugas dan kader dalam melakukan penjaringan pasien


baru di lapangan.
Kegiatan

: Memberikan penyuluhan dan melakukan pemeriksaan


IVA

Tujuan

: Menjaring pasien baru

Sasaran

: Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan


Seksual dan wanita yang mempunyai resiko tinggi (usia
30-5- tahun)

Lokasi

: Puskesmas. Puskesmas Pembantu, Posyandu

Volume Kegiatan : Sekali setahun


Pelaksanaan

: Dokter dan petugas yang mendapatkan pelatihan


pemeriksaan IVA

Kurangnya pelatihan petugas-petugas baru tentang pemeriksaan IVA


Kegiatan

: Memberikan pelatihan kepada petugas-petugas baru


tentang pemeriksaan IVA

Tujuan

: Meningkatkan pengetahuan petugas-petugas baru


tentang pemeriksaan IVA

Sasaran

: Petugas Puskesmas

Lokasi

: Puskesmas. Puskesmas Pembantu, Posyandu

Volume Kegiatan : Sekali setahun


Pelaksanaan

: Dokter, Kepala Puskesmas dan penanggung jawab


program

2. Method

Kurang memanfaatkan media cetak dan media elektronik untuk sosialisasi


tentang deteksi dini Ca Serviks
Kegiatan

: Melakukan promosi kesehatan tentang program deteksi


dini Ca Serviks melalui media elektronik radio maupun
media cetak

68

Tujuan

: Meningkatkan

pengetahuan

masyarakat

tentang

program pemeriksaan IVA


Sasaran

: Masyarakat

Lokasi

: Stasiun radio, percetakan koran

Volume Kegiatan : Sekali sebulan


Pelaksana

: Dokter, Kepala Puskesmas dan penanggung jawab


program.

3. Material

Tidak tersedianya leaflet


Kegiatan

: Pengadaan leaflet deteksi dini Ca Serviks

Tujuan

: Mempermudah penyebaran informasi tentang deteksi


dini Ca Serviks

Sasaran

: Masyarakat

Lokasi

: Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu

Volume Kefiatan : Sekali setahun


Pelaksana

: Penanggung jawab program

3.7 Plan of Action


No

Kegiatan

1.

Penyuluhan

Tujuan
Memberikan

Sasaran
Masyarakat

Lokasi

Volume
kegiatan

Pelaksanaan

Puskesmas Sekali

Dokter dan

informasi dan

Puskesmas setahun

petugas yang

edukasi

Pembantu,

mendapatkan

kepada

Posyandu

pelatihan

masyarakat

pemeriksaan

tentang

IVA

deteksi dini
Ca Serviks
2.

Jadwal

Meningkatkan

Wanita Usia

Puskesmas Sekali

Dokter dan

khusus untuk

angka

Subur (WUS)

Keliling

petugas yang

setahun

69

pemeriksaan

cakupan

yang sudah

mendapatkan

IVA gratis

pemeriksaan

berhubungan

pelatihan

melalui

IVA

seksual

pemeriksaan

program

IVA

puskesmas
kelliling
secara
berkala
3.

4.

Pelatihan

Meningkatkan

Petugas

Puskesma,

Sekali

Dokter, bidan

petugas

pengetahuan

kesehatan dan

Pustu, dan

setahun

dan petugas

kesehatan

petugas

kader

Posyandu

dan kader

kesehatan dan

mendapat

kader

pelatihan

terhadap

tentang

deteksi dini

deteksi dini

Ca Serviks

Ca Serviks

Pengadaan

Memberikan

leaflet

Masyarakat

yang

Puskesmas Sekali

Dokter dan

informasi dan

pustu,

coordinator

edukasi

posyandu

setahun

program

kepada
masyarakat
tentang
deteksi dini
5.

Promosi

Ca Serviks
Memberikan

kesehatan di

Masyarakat

Stasiun

Sekali

Dokter dan

informasi dan

radio,

sebulan

coordinator

media

edukasi

percetakan

elektronik

kepada

koran

(radio) dan

masyarakat

media cetak

tentang

(Koran)

deteksi dini

program

70

Ca Serviks

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data didapatkan dari laporan tahunan program Penyakit
Tidak Menular di Puskesmas Tanjung Paku, angka pencapaian cakupan deteksi dini
Ca mamae dan Ca serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku pada tahun
2015 sebanyak 96 orang dari target sebesar 692 Orang. Ini artinya cakupan deteksi
dini Ca mamae dan Ca serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku masih
jauh dari target.
Dilihat dari factor yang mempengaruhi rendahnya cakepan kunjungan wanita
untuk pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku di pengaruhi

71

oleh beberapa hal sebagai berikut : (1) Man : kurangnya pengetahuan tentang
program pemeriksaan IVA, Masyarakat masih malu untuk melakukan pemeriksaan
IVA, kurang aktifnya petugas dalam melakukan penjaringan pasien baru di
lapangan, dan kurangnya pelatihan petugas-petugas baru tentang pemeriksaan IVA;
(2) Methode : kurang memanfaatkan media cetak dan media elektronik untuk
sosialisasi tentang program pemeriksaan IVA; (3) Money : kurangnya anggaran
untuk melakukan promosi tentang pemeriksaan IVA; (4) Material : kurang
tersedianya poster dan leaflet tentang pemeriksaan IVA; (5) Lingkungan : kurang
pedulinya masyarakat dalam mendukung program puskesmas, dukungan suami
yang kurang.

4.2. Saran
1

Membentuk jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA dan membentuk


beberapa orang kader yang akan melakukan monitoring kegiatan setiap
bulan.

Memaksimalkan kinerja petugas serta membangun koordinasi lintas


sector / lintas program.

Memaksimalkan peran bidan desa dalam memberikan penyuluhan


tentang pemeriksaan IVA kepada masyarakat.

Lebih memanfaatkan media cetak dan media elektronik untuk sosialisasi


dalam promosi kesehatan deteksi dini Ca Serviks.

Menyediakan dana khusus untuk promosi kesehatan tentang deteksi dini


Ca Serviks

72

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan


Penyehatan Lingkungan. 2009. Pencegahan Kanker Rahim dan Kanker
Payudara. Jakarta : DEPKES RI

Hacker. 2001. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Jakarta : EGC

Hidayat. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Pustaka Pelajar

Mansjoer. 2005. Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun 2014.


http://sinforeg.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 22 Agustus 2015.

73

Rasjidi, B. 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta :


Sagung Seto

Romauli, S. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika

Sukaca. 2009. Kanker Leher Rahim. Yogyakarta : Briliant Books

Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta :


Sagung Seto

74

Anda mungkin juga menyukai

  • Penyesuaian
    Penyesuaian
    Dokumen22 halaman
    Penyesuaian
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Skizoafektif Tipe Campuran
    Skizoafektif Tipe Campuran
    Dokumen1 halaman
    Skizoafektif Tipe Campuran
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Case Skipar
    Case Skipar
    Dokumen35 halaman
    Case Skipar
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Case Skipar
    Case Skipar
    Dokumen35 halaman
    Case Skipar
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Fish Bone Imunisasi
    Fish Bone Imunisasi
    Dokumen2 halaman
    Fish Bone Imunisasi
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Case Skipar
    Case Skipar
    Dokumen35 halaman
    Case Skipar
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Dokumen52 halaman
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Bagan
    Daftar Bagan
    Dokumen1 halaman
    Daftar Bagan
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen6 halaman
    Kata Pengantar
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Dokumen52 halaman
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Referat Vertigo
    Referat Vertigo
    Dokumen22 halaman
    Referat Vertigo
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Fish Bone IVA
    Fish Bone IVA
    Dokumen2 halaman
    Fish Bone IVA
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    Dokumen52 halaman
    Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Kelenjar Tiroid
    Kelenjar Tiroid
    Dokumen26 halaman
    Kelenjar Tiroid
    Tina Tan
    100% (1)
  • Refrat
    Refrat
    Dokumen30 halaman
    Refrat
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Presentation 11
    Presentation 11
    Dokumen25 halaman
    Presentation 11
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Case Epilepsi
    Case Epilepsi
    Dokumen44 halaman
    Case Epilepsi
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Indonesia Vertigo PDF
    Jurnal Indonesia Vertigo PDF
    Dokumen4 halaman
    Jurnal Indonesia Vertigo PDF
    faizal arief
    0% (1)
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Case Kata Pengantar
    Case Kata Pengantar
    Dokumen6 halaman
    Case Kata Pengantar
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen45 halaman
    Bab I
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Fish Bone IVA
    Fish Bone IVA
    Dokumen2 halaman
    Fish Bone IVA
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Dan Daftar Isi
    Kata Pengantar Dan Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar Dan Daftar Isi
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    fitriyarevinasari
    Belum ada peringkat