PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai suatu gangguan
psikotik, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Pada awalnya,
Benedict Morel (1809-1926), seorang dokter psikiatrik dari Perancis,
menggunakan istilah dmence prcoce untuk pasien dengan penyakit yang
dimulai pada masa remaja yang mengalami perburukan. Kemudian, Emil
Kreaplin (1856-1926) yang menerjemahkan istilah dmence prcoce menjadi
demensia prekoks yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif
(demensia) dan awitan dini (prekoks) yang nyata. Istilah skizofrenia itu sendiri
mulai dicetuskan oleh Eugen Bleuler (1857-1939) sebagai pengganti demensia
prekoks. Bleuler mengidentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal
dengan 4A, antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikotik yang paling sering
terjadi. Gangguan ini dapat terjadi baik pada wanita (usia awitan 25 - 35 tahun)
maupun pria (usia awitan 15 - 25 tahun). Skizofrenia sendiri adalah istilah
psikosis yang menggambarkan mispersepsi pikiran dan persepsi yang timbul
dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan, dan mencakup waham dan
halusinasi. Seorang pasien dapat dikatakan pasien skizofrenia bila manifestasi
klinis yang terjadi sudah selama 1 (satu) bulan (berdasarkan PPDJI-III).
Gejala yang ditimbulkan pada pasien skizofrenia mencangkup beberapa
fungsi, seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang salah
(waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan
aktivitas motorik (katatonik atau hyperactive behavior), gangguan dari
pengungkapan emosi (afek tumpul), tidak mampu merasakan kesenangan
(anhedonia sehingga menyebabkan afek datar). Akan tetapi, kesadaran dan
klasifikasi
atau
subtipe
skizofrenia
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizen yang berarti terpisah
atau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi
pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Skizofrenia
merupakan suatu sindrom psikotik kronis yang ditandai oleh gangguan pikiran
dan persepsi, afek tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat ditemukan uji
kognitif yang buruk.1
Skizofrenia adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi
pikiran dan persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai
kenyataan, dan mencakup waham dan halusinasi.2 Emil Kraepelin membagi
skizofrenia dalam beberapa jenis, menurut gejala utama yang terdapat pada
pasien, salah satunya adalah skizofrenia paranoid.9 Skizofrenia paranoid
merupakan subtipe yang paling umum (sering ditemui) dan paling stabil,
dimana waham dan halusinasi auditorik jelas terlihat.1,2,7 Pada pasien skizofrenia
paranoid, pasien mungkin tidak tampak sakit jiwa sampai muncul gejala-gejala
paranoid.6
2.2 Sejarah
Besarnya masalah klinis skizofrenia, secara terus-menerus telah menarik
perhatian tokoh-tokoh utama psikiatri dan neurologi sepanjang sejarah
gangguan ini. Tokoh-tokoh tersebut, yaitu:3,4
Benedict Morel (1809-1926), seorang dokter psikiatrik dari Perancis,
menggunakan istilah dmence prcoce untuk pasien dengan penyakit yang
penyakit yang memburuk dalam jangka waktu lama dan gejala klinis umum
berupa halusinasi dan waham. Dimana, demensia prekoks terkait dengan
konsep saat ini tentang skizofrenia.2 Emil Kraepelin membagi skizofrenia
dalam beberapa jenis. Penderita digolongkan ke dalam salah satu jenis
menurut gejala utama yang terdapat padanya.9
skizofrenia,
termasuk
suatu
gangguan
asosiasi,
khususnya
2.3 Epidemiologi
Skizofrenia ditemukan pada semua masyarakat dan area geografis dan
angka insidens serta prevalensinya secara kasar merata di seluruh dunia.
Menurut DSM-IV-TR, insidensi tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5 sampai
5,0 per 10.000 dengan beberapa variasi geografik.3 Skizofrenia yang menyerang
kurang lebih 1 persen populasi, biasanya bermula di bawah usia 25 tahun,
berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari semua kelas sosial.3,7
Skizofrenia terjadi pada 15 - 20/100.000 individu per tahun, dengan risiko
morbiditas selama hidup 0,85% (pria/wanita) dan kejadian puncak pada akhir
masa remaja atau awal dewasa. 2 Awitan skizofrenia di bawah usia 10 tahun atau
di atas usia 60 tahun sangat jarang. Laki-laki memiliki onset skizofrenia yang
lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai
25 tahun, dan untuk wanita usia puncak onsetnya adalah 25 sampai 35 tahun.4,7
Sejumlah studi mengindikasikan bahwa pria lebih cenderung mengalami
hendaya akibat gejala negatif daripada wanita dan bahwa wanita lebih
cenderung memiliki kemampuan fungsi sosial yang lebih baik daripada pria
sebelum awitan penyakit. Secara umum, hasil akhir pasin skizofrenia wanita
lebih baik dibandingkan hasil akhir pasien skizofrenia pria.3
2.4 Etiologi
Sampai saat ini, belum ditemukan etiologi pasti penyebab skizofrenia. 1,7
Namun, skizofrenia tidak hanya disebabkan oleh satu etiologi, melainkan
gabungan antara berbagai faktor yang dapat mendorong munculnya gejala mulai
dari faktor neurobiologis maupun faktor psikososial, diantaranya sebagai
berikut:
2.4.1 Faktor Neurobiologis
2.4.1.1 Faktor Genetika
Sesuai dengan penelitian hubungan darah (konsanguinitas), skizofrenia
adalah gangguan bersifat keluarga.7 Penelitian tentang adanya pengaruh
genetika atau keturunan terhadap terjadinya skizofrenia tersebut telah
membuktikan bahwa terjadinya peningkatan risiko terjadinya skizofrenia bila
terdapat anggota keluarga lainnya yang menderita skizofrenia, terutama bila
hubungan keluarga tersebut dekat (semakin dekat hubungan kekerabatan,
semakin tinggi risikonya).7
Diperkirakan bahwa sejumlah gen yang mempengaruhi perkembangan
otak memperbesar kerentanan menderita skizofrenia.2 Pada penelitian anak
kembar, terjadi peningkatan resiko seseorang menderita skizofrenia akan lebih
tinggi pada kembar identik atau monozigotik (mempunyai risiko 4-6 kali lebih
sering dibandingkan kembar dizigotik).7
Diperkirakan bahwa yang diturunkan
adalah
potensi
untuk
Populasi umum
1%
Kembar monozigotik
40 - 50 %
Kembar dizigotik
10 - 15 %
10 %
Orang tua
5%
10 - 15 %
skizofrenia
Anak dari kedua orang tua
30 - 40 %
skizofrenia
Tabel 1. Risiko Terjadinya Skizofrenia Selama Kehidupan.2,7
2.4.1.2 Faktor Neuroanatomi Struktural
Sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis merupakan tiga
daerah yang saling berhubungan, sehingga disfungsi pada salah satu daerah
mungkin melibatkan patologi primer di daerah lainnya.4 Gangguan pada
sistem limbik akan mengakibatkan gangguan pengendalian emosi. Gangguan
pada ganglia basalis, akan mengakibatkan gangguan atau keanehan pada
pergerakan (motorik), termasuk gaya berjalan, ekspresi wajah facial
grimacing. Pada pasien skizofrenia dapat ditemukan gangguan organik berupa
pelebaran ventrikel tiga dan lateral, atrofi bilateral lobus temporomedial dan
girus parahipokampus, hipokampus, dan amigdala.1,7
2.4.1.3 Faktor Neurokimia
Ketidakseimbangan yang
terjadi
pada
neurotransmitter
juga
adanya
gangguan
peningkatan aktivitas
neurotransmitter
sentral,
yaitu
terjadinya
Waham rujukan (reference), seperti bahwa orang asing atau televisi, radio
atau koran terutama mengarah kepada pasien; bila tidak mencapai intensitas
2.6 Patofisiologi
Ketidakseimbangan yang terjadi pada neurotransmiter juga diidentifikasi
sebagai penyebab skizofrenia. Ketidakseimbangan terjadi antara lain pada
dopamin yang mengalami peningkatan dalam aktivitasnya. Selain itu, terjadi
juga penurunan pada serotonin, norepinefrin, dan asam amio gammaaminobutyric acid (GABA) yang pada akhirnya juga mengakibatkan
peningkatkan dopaminergik. Neuroanatomi dari jalur neuronal dopamin pada
otak dapat menjelaskan gejala-gejala skizofrenia.
10
11
d. Jalur
Tuberoinfundibular:
organisasi
dalam
hipotalamus
dan
12
13
14
15
dari rumah sakit, pasien tersebut perlu di follow-up teratur oleh ahli
psikiatri.6
16
ketaatanberobatan
(compliance)
atau
kesetiaberobatan
dopamine
yang
meningkat
(Hiperaktivitas
sistem
17
18
setiap
pemberian
obat
APG-I,
maka
harus
disertakan
obat
19
Nama Generik
Sulpride
Clozapine
Nama Dagang
Sediaan
Dosis Anjurkan
Dogmatil Forte
Tab. 200 mg
300 - 600 mg/hari
Clorazil
Tab. 25 - 100 mg
25 - 100 mg/hari
Sizoril
Tab. 25 - 100 mg
Olanzapine
Zyprexa
Tab. 5 - 10 mg
10 - 20 mg/hari
Quetiapine
Seroquel
Tab. 25 - 100 mg
50 - 400 mg/hari
Zotepine
Lodopin
Tab. 25 - 50 mg
75 - 100 mg/hari
Risperidone
Risperidone
Tab 1 - 2 - 3 mg
2 - 6 mg/hari
Risperidal
Tab. 1 - 2 - 3 mg
Neripros
Tab. 1 - 2 - 3 mg
Persidal
Tab. 1 - 2 - 3 mg
Rizodal
Tab. 1 - 2 - 3 mg
Zofredal
Tab. 1 - 2 - 3 mg
Aripiprazole
Abilify
Tab. 10 - 15 mg
10 - 15 mg/hari
Tabel 3. Sediaan Obat Anti-psikosis Generasi II dan Dosis Anjuran (yang
beredar di Indonesia menurut MIMS Vol. 7, 2006).8
Apabila pada pasien skizofrenia, gejala negatif (afek tumpul, penarikan
diri, isi pikir miskin) lebih menonjol dari gejala positif (waham, halusinasi,
bicara kacau), maka obat anti-psikosis atipikal perlu dipertimbangkan.8
20
2.10 Prognosis
Dahulu, bila diagnosis skizofrenia telah dibuat, maka ini berarti bahwa sudah
tidak ada harapan lagi bagi orang yang bersangkutan, bahwa kepribadiannya selalu
akan menuju ke kemunduran mental (deteriorasi mental). 9 Sekarang dengan
pengobatan modern, ternyata bila penderita itu datang berobat dalam tahun pertama
setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga dari mereka akan sembuh sama
sekali (full remission atau recovery). Sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke
masyarakat walaupun masih didapati cacat sedikit yang mereka masih harus sering
diperiksa dan diobati selanjutnya (social recovery).9
Skizofrenia bersifat kronis dan membutuhkan waktu yang lama untuk
menghilangkan gejala.1,7 Sekitar 90% dengan episode psikotik pertama, sehat dalam
waktu satu tahun, 80% mengalami episode selanjutnya dalam lima tahun, dan 10%
meninggal karena bunuh diri.2 Kira-kira 50 persen dari semua pasien dengan
skizofrenia mencoba bunuh diri sekurang satu kali selama hidupnya, dan 10 sampai
15 persen pasien skizofrenik meninggal karena bunuh diri selama periode follow-up
20 tahun.4 Pasien skizofrenik laki-laki dan wanita sama-sama mungkin untuk
melakukan bunuh diri.
Prognosis Baik
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan
Prognosis Buruk
Onset muda
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan
Tidak
menikah,
bercerai,
janda/duda
Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga skizofrenia
(tidak ada keluarga yang menderita
skizofrenia)
21
atau
Sistem
pendukung
(terutama
dari
yang
keluarga)
kesembuhan pasien
Gejala positif
Jenis kelamin perempuan
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam tiga tahun
Sering timbul relaps
Riwayat penyerangan
Tabel 4. Menunjukkan Prognosis Baik dan Buruk dalam Skizofrenia.3
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. M
Usia
: 39 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Payakumbuh
I.
Riwayat Psikiatri
Anamesis dilakaukan secara autoanamnesis pada tanggal 24 Desember
2016 , pukul 10.00 WIB di Bangsal Gelatik RSJ HB Saanin Padang.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSJ HB Saanin dengan keluhan marah marah sejak
1 hari SMRSJ
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien, laki-laki usia 39 tahun datang ke IGD RSJ HB Saanin Padang
diantar oleh ayahnya dengan keluhan marah-marah sejak
22
1 hari SMRSJ.
Pasien marah-marah sampai melempar barang-barang dirumah. Pasein marahmarah tanpa sebab dan berkelahi dengan orang lain.
Pasien mengatakan ia mendengar suara atau bisikan-bisikan seperti
orang mengobrol, pasien tidak pernah mengenal suara itu. Suara atau bisikanbisikan itu hampir setiap hari di dengar pasien dan perasaan pasien menjadi
cemas karena bisikan-bisikan itu terus ada terdengar ditelingga pasien.
Pasien mengaku melihat adanya bayangan atau penampakan
menyerupai kuntilanak yang sering, berada didekatnya tetapi sosok
penampakan itu tidak sampai menganggu pasien
Saat menonton TV juga pasien megungkapkan bahwa pembawa acara
mengejek, menertawakan serta mengajak pasien mengobrol, dan pasien juga
merasa pikirannya bisa dibaca ataupun dikendalikan oleh orang lain. Selama
ini, pasien merasakan seperti ada seseorang yang mengikuti atau bahkan
seperti mengancam ingin membunuh pasien. Selain itu, pasien merasa seperti
ada seseorang yang mengontrolnya. Ini terungkap ketika pasien sedang berada
di luar rumah dan ingin kembali pulang, ketika separuh jalan pulang pasien
kembali ke tempat semula karena seperti ada yang mengontrol dan
menyuruhnya kembali ke tempat awal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sudah menderita gangguan jiwa sejak
1 5 tahun SMRSJ.
1 bulan dan
23
24
i. Aktivitas sosial
Pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
j. Situasi Kehidupan Pasien
Pasien laki laki umur 39 tahun, sudah menikah tapi bercerai, pasien
bekerja sebagai petani. Pasien saat ini tinggal di rumah orang tuanya.
Hubungan pasien dengan ayah kandung, ibu tiri, serta saudaranya
baik-baik saja. Tidak ada masalah dalam bersosialisasi dengan orang
lain, dan tidak terdapat keluarga yang memiliki gangguan jiwa.
k. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan hukum
E. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
Keterangan :
Laki- Laki
Perempuan
Pasien
25
26
Afek
Keserasian
: Serasi
B. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi
Halusinasi
: Terdapat riwayat halusinasi
Halusinasi auditorik : mendengar suara orang
Waham kejar
Waham referensi
megungkapkan
pembawa
acara
mengejek,
delution of control
thought broadcasting
dibaca oleh orang lain
27
tought of control
pasien
merasa
pikirannya
hari
Tempat
Saanin Padang
Orang
: Baik, pasien mengenali teman-temannya
3. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah SD
Daya ingat jangka sedang
Baik, pasien bisa mengingat kapan ia dirawat
Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat apa yang pasien makan tadi pagi
Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat 5 nama kota yang disebutkan oleh
pemeriksa
4. Pikiran abstrak
Baik, pasien mengetahui persamaan bola dan jeruk
5. Kemampuan visuospasial
Baik, pasien dapat menjelaskan jalan dari rumahnya ke rumah sakit
6.
Pengendalian impuls
Cukup, karena pasien belum bisa mengendalikan dirinya untuk tidak
tertawa lepas.
E. DAYA NILAI
28
sekitarnya.
Uji Daya Nilai : Baik, ketika ditanya apa yang akan pasien lakukan
jika melihat anak kecil menanggis terpisah dari ibunya di keramaian,
pasien menjawab akan membantu anak tersebut mencari ibunya, dan
jika dia tidak bisa menemukan ibu anak tersebut, dia akan meminta
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
i. Keadaan umum
: baik,
ii. Kesadaran
: compos mentis
iii. Tanda vital:
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Frekuensi nadi
: 80 x/menit
Frekuensi nafas
: 20 x/menit
Suhu
: Afebris
iv. Kulit
: dalam batas normal
v. Mata
: dalam batas normal
vi. THT
: dalam batas normal
vii. Leher
: dalam batas normal
viii. Thorax
: dalam batas normal
29
ix. Abdomen
x. Ekstremitas
B. Status Neurologis
i. Tanda rangsangan meningeal
ii. Tanda Efek Ekstrapiramidal
- Tremor
- Akatisia
- Bradikinesia
- Cara berjalan
- Keseimbangan
- Rigiditas
V.
: Negatif
: Negatif
: Negatif
: Negatif
: Normal
: Baik
: Negatif
Formulasi Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat
kelainan pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna yang
dapat menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi seharihari maka pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnosis Aksis I
Pada pasien ini tidak terdapat kelainan fisik yang menyebabkan
disfungsi otak, sehingga pasien ini bukan gangguan mental organic
(F.0).
Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif
dan minuman beralkohol. Maka pasien ini bukan gangguan mental
dan perilaku akibat NAPZA(F.1).
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita,
yang ditandai dengan adanya riwayat halusinasi visual, auditorik,
waham referensi , delusion of control, thought broadcasting, Maka
pasien termasuk gangguan psikotik (F.20).
Gangguan berupa halusinasi tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan
yaitu sejak 15 tahun SMRSJ, sehingga dikatakan menderita
skizofrenia (F.2)
30
Pada pasien ini ditemukan adanya riwayat halusinasi merasa ada yang
mengejarnya dan ingin membunuhnya. Maka pasien ini dikatakan
menderita gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).
Diagnosis Aksis II
Tumbuh kembang pada masa anak-anak baik, dapat bersosialisai
maka dari itu pasien tidak terdapat gangguan kepribadian. Fungsi
kognitif baik, tidak terdapat retardasi mental, oleh karena itu tidak
ditemukan gangguan kepribadian dan gangguan retardasi mental.
Maka pada aksis II tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis III
Pada anamnesis pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien ini
tidak ditemukan riwayat. Maka pada aksis III tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis IV
Pasien merupakan anak ke-5 dari 5 bersaudara. Pasien tinggal
bersama orangtua dan saudara nya. Maka diagnosis Aksis IV pada
pasien ini adalah terdapatnya gangguan dalam masalah rumah
tangga pasien yaitu pasien bercerai dengan istrinya
Diagnosis Aksis V
Pada pasien didapatkan gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
Maka pada aksis V didapatkan GAF Scale 60-51.
VI.
Formulasi multiaksial
Aksis I
: F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II
: Tidak ada diagnosis
Aksis III
: Tidak ada diagnosis
Aksis IV
: Gangguan dalam rumah tangga yaitu bercerai dengan istrinya
Aksis V
: GAF 60-51
VII.
Daftar Masalah
a. Organobiologik
31
b. Psikologis
:
1. Terdapat riwayat gangguan menilai realita berupa
Halusinasi auditorik
Halusinasi visual
2. Terdapat pula gangguan isi pikir berupa
Waham kejar, delusion of reference, delusion of control, thought
broadcasting
3. Terdapat perubahan emosi (menjadi cepat marah) saat obat habis
VIII. Prognosis
Quo Ad Vitam
Quo Ad Fungtionam
Quo Sanationam
: Dubia Ad bonam
: Dubia Ad bonam
: Dubia Ad malam
IX. Terapi
Psikofarmaka :
- Risperidon 2x2 mg
- Merlopam 1x1 mg
Psikoterapi :
Pada pasien
o Edukasi pentingnya minum obat secara teratur dan kontrol rutin setiap
bulan.
o Jika ada suara-suara jangan dipedulikan.
o Bila pada saat keluhan datang dan pasien merasa ketakutan, pasien
dapat mencari perlindungan dari anggota keluarganya atau jika masih
mengganggu juga segera kontrol ke dokter.
o Mencoba mengalihkan pikiran-pikiran negatif dengan mengisinya
dengan kegiatan positif yang bermanfaat.
o Lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
32
BAB IV
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizen yang berarti terpisah atau
pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Skizofrenia merupakan suatu
sindrom psikotik kronis yang ditandai oleh gangguan pikiran dan persepsi, afek
tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat ditemukan uji kognitif yang buruk.
Emil Kraepelin membagi skizofrenia dalam beberapa jenis, menurut gejala
utam yang terdapat pada pasien, salah satunya adalah skizofrenia paranoid.
Skizofrenia paranoid merupakan subtipe yang paling umum (sering ditemui) dan
paling stabil, dimana waham dan halusinasi auditorik jelas terlihat. Pada pasien
skizofrenia paranoid, pasien mungkin tidak tampak sakit jiwa sampai muncul
gejala-gejala paranoid.
Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia paranoid harus dilakukan sesegera
mungkin setelah didiagnosis, sebagaimana terbukti bahwa waktu yang panjang
antara onset gejala dan penatalaksanaan yang efektif, dapat berdampak lebih
buruk (kemunduran mental). Pasien skizofrenia mungkin tidak sembuh sempurna,
tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik, penderita dapat ditolong
33
untuk dapat berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah atau pun di luar rumah.
Terapi yang diberikan dapat dengan non-formakologi (rawat inap dan terapi
psikososial) melalui keluarga dan lingkungannya dan farmakologi dengan
pemberian obat anti-psikosis tipikal (APG-I) atau anti-psikosis atipikal (APG-II)
berdasarkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat).
DAFTAR PUSTAKA
1. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-3.
2. Gangguan Jiwa : Skizofrenia - Fenomena, Etiologi, Penangan dan Prognosis.
Editor : Rina Astikawati. At A Glance Psikiatri - Cornelius Katona, Claudia
Cooper, dan Mary Robertson. Edisi 4. Jakarta : Erlangga. 2012:18-21.
3. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan & Sadock
- Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2014:14768.
4. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tanggerang : Binarupa
Aksara Publisher. 2010:699-744.
5. Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham : Skizofrenia (F20).
Editor : Rusdi Maslim. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya. 2013:46-8.
6. Skizofrenia dan Gangguan Waham (Paranoid). Editor : Husny Muttaqin dan
Frans Dany. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
2013:147-50.
7. Skizofrenia. Editor : Sylvia D. Elvira dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar
Psikiatri. Edisi 2. Jakarta : Badan Penerbit FK UI. 2013:173-98.
34
35