Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. STATUS GIZI BALITA


Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana memerlukan perhatian
dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya. Disamping itu balita membutuhkan
zat gizi yang seimbang agar status gizinya baik, serta proses pertumbuhan tidak
terhambat, karena balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita
akibat kekurangan gizi (Santoso, 2003).
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan
kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan
mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat
( Muchtadi, 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan, dan penggunaan makanan (Suhardjo, 2003). Status gizi (nutriens)
adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur prosesproses kehidupan (Al Matsier, 2001). Gizi merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik
apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan
zat gizi optimal terpenuhi (Wiryo, 2002). Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari
keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi
tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh
(Supariasa, 2002). Menurut Wiryo (2002), Zat gizi terdiri atas:
a. Karbohidrat
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat organik yang
mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan dari
sudut dan fungsinya. Karbohidrat yang terkandung dalam makanan pada

umumnya hanya ada 3 jenis yaitu: Polisakarida, Disakarida, dan Monosakarida


(Santoso, 2003). Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani.
Fungsi utama karbohirat yaitu:
1) Sumber utama energi yang murah.
2) Memberikan rangsangan mekanik.
3) Melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran bubur makanan
serta memudahkan pembuangan tinja.
b. Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling erat
hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung unsur C, H, O dan unsur
khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat maupun lemak yaitu nitrogen.
Protein nabati dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani
didapat dari hewan.
Protein berfungsi:
1) Membangun sel-sel yang rusak.
2) Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.
3) Membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap protein menghasilkan sekitar
4,1 kalori (Santoso , 2003).
c. Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari unsurunsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak dan gliserol, apabila
bergabung dengan zat lain akan membentuk lipoid, fosfolipoid dan sterol.
Fungsi lemak antara lain :
1) Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan bagi
organ tertentu dari tubuh.
2) Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi kesehatan kulit
dan rambut.
3) Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang larut dalam lemak
( Santoso , 2003).

d. Vitamin
Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk karena disangka
suatu ikatan organic amine dan merupakan zat vitamin yang dibutuhkan untuk
kehidupan. Ternyata zat ini bukan merupakan amine, sehingga diubah menjadi
vitamin.
Fungsi vitamin sebagai berikut:
1) Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolism umum, dan reproduksi.
2) Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport calsium ke
dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D adalah susu.
3) Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah dan
metabolisme selenium. Umumnya bahan makanan kacangkacangan atau bijibijian khususnya bentuk kecambah, mengandung vitamin E yang baik.
4) Vitamin K : menadion, berfungsi di dalam proses sintesis prothrombine yang
diperlukan dalampembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi tinggi
di dalam ginjal. Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin K
diperlukan garam empedu dan lemak (Santoso, 2003).
e. Mineral
Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang
sedikit.Mineral mempunyai fungsi :
-

Sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon, dan enzim.

Sebagai zat pengatur

a) Berbagai proses metabolisme.


b) Keseimbangan cairan tubuh
c) Proses pembekuan darah.
d) Kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot.
2. Jumlah Makanan yang dibutuhkan
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan Oleh Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi ke IV (LIPI, 1998) adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan

Gizi (AKG) rata-rata perhari

3. Dampak yang diakibatkan oleh kekurangan gizi


Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan
pertumbuhan dan perkemb angannya yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu anak
yang bergizi kurang tersebut kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap
akan lebih terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Santoso, 2003). Dampak
yang mungkin muncul dalam pembangunan bangsa di masa depan karena masalah
gizi antara lain :
a. Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak. Hal
ini berarti berkurangnya kuantitas sumber daya manusia di masa depan.
b. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya
kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah untuk
meningkatkan fasilitas kesehatan
c. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anakanak. tidak
dapat diperbaiki bila terjadi kekurangan gizi semasa anak dikandung sampai
umur kira-kira tiga tahun. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini,
berarti hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat
dibutuhkan bagi pembangunan bangsa.
d. Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja,
yang berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja manusia
e. Kekurangan gizi pada umumya adalah menurunnya tingkat kesehatan
masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah masalah
konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan gizi
memerlukan pendekatan dan penggarapan diberbagai disiplin, baik teknis
kesehatan, teknis produksi, sosial budaya dan lain sebagainya (Suhardjo,
2003).

4. Gizi Buruk Pada Balita


Keadaan gizi kurang tingkat berat pada masa bayi dan balita ditandai dengan dua
macam sindrom yang jelas yaitu Kwashiorkor, karena kurang konsumsi protein dan
Marasmus karena kurang konsumsi energi dan protein. Kwarsiorkor banyak dijumpai
pada bayi dan balita pada keluarga berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang
sekali pendidikannya. Sedangkan Marasmus banyak terjadi pada bayi dibawah usia 1
tahun, yang disebabkan karena tidak mendapatkan ASI atau penggantinya (Suhardjo,
2003). Kekurangan energi yang kronis pada anak-anak dapat menyebabkan anak
balita lemah, pertumbuhan jasmaninya terlambat, dan perkembangan selanjutnya
terganggu. Pada orang dewasa ditandai dengan menurunnya berat badan dan
menurunnya produktifitas kerja. Kekurangan gizi pada semua umur dapat
menyebabkan mudahnya terkena serangan infeksi dan penyakit

lainnya serta

lambatnya proses regenerasi sel tubuh (Suhardjo, 2003).


5. Kekurangan Energi Protein
Kekurangan Energi Protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi ( Supariasa, 2002). Orang yang mengidap gejala
klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya nampak kurus. Namun gejala
klinis KEP berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Marasmus,
Kwasiorkor, atau Marasmic-Kwasiorkor. Tandatanda marasmus meliputi anak
tanpak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit; wajah seperti orang tua,
cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkitis sangat sedikit, bahkan
sampai tidak ada, sering disertai diare kronik atau konstipasi susah buang air, serta
penyakit kronik, tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang. Tanda
tanda kwasiokor meliputi odema, umumnya seluruh tubuh terutama pada punggung
kaki, wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu,rambut tipis kemerahan
seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok, perubahan
status mental dan rewel, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi) lebih nyata bila
diperiksa pada posisi berdiri atau duduk, kelainan kulit berupa bercak merah muda

yang luas dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, sering disertai
penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare.
klasifikasi status gizi

6. Penilainaan status gizi

Penilaian status gizi berdasarkan KMS (Depkes RI, 2000). Pertumbuhan balita
dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS,
dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil
penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis
pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang
sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan
umurnya (Depkes RI, 2000).
a. Balita naik berat badannya bila :
1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.
b. Balita tidak naik berat badannya bila :
Garis pertumbuhannya turun, atau garis pertumbuhannya mendatar, atau garis
pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.
c. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami
gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung
dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut
tidak nail (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus
langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
d. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
f. Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna
atau pindah ke pita warna diatasnya.

Penilaian Status Gizi balita dapat dibagi 2 (dua) (Soegiyanto & Wiyono,
2007):
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Tetapi dalam penilaian ini
menggunakan penilaian Antopometri (Arisman, 2004).
Antropometri:

secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari


sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam
tubuh.
Indeks Antropometri :
1. Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahanperubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan jumlah
makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya

dalam

keadaan

abnormal,

terdapat

kemungkinan

perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih


lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini,
maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
2. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan
tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan
tidak seperti berat badan, relative kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
3. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.


Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Dari
berbagai jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikan dibutuhkan
ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para ahli
gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu persen terhadap
median, persentil, dan standar deviasi unit. Persen Terhadap Median.
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi
median sama dengan persentil
b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu :
survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian
ini menggunakan survey konsumsi dengan metode kuantitatif recall 24 jam.
Survei Konsumsi :
Survei Konsumsi pangan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang
dikonsumsi.
Pengumpulan

data

konsumsi

makanan

dapat

memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga,


dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
zat gizi.
Untuk dapat melakukan recall, makanan dengan baik terlebih
dahulu harus mempelajari jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi
oleh kelompok sasaran survey. Oleh karena itu kadang-kadang perlu
dilakukan survey pasar. Tujuannya adalah mengetahui sasaran berat dari
tiap jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi menjadi


(Supariasa, 2002) :
a. Faktor langsung
1) Keadaan infeksi
Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2002) menyatakan bahwa
ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan
kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi yang sinergis antara
malnutrisi

dengan penyakit

infeksi. Mekanisme

patologisnya

dapat

bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu


penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya
absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan
kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan perdarahan
terus menerus serta meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan
kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat dalam tubuh.
2) Konsumsi makan
Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk mengetahui
kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk
mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan
malnutrisi.
b. Faktor tidak langsung
1) Pengaruh budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain
sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi
pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih terdapat pantangan,
tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan
menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh
adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Jarak
kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan
mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang
rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan

disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat


tradisional.
2) Pola pemberiaan makanan
Program pemberian makanan tambahan juga merupakan factor
langsung yang merupakan program untuk menambah nutrisi pada balita ini
biasanua diperoleh saat mengikuti posyandu. Adapun pemberin tambahan
makanan tersebut berupa makanan pengganti ASI yang biasa didapat dari
puskesmas setempat (Almatsier, 2002).
3) Faktor sosial ekonomi
Faktor sposial ekonomi dibedakan berdasarkan :
a) Data sosial
Data sosial ini meliputi keadaan penduduk di suatu masyarakat, keadaan
keluarga, pendidikan, perumahan, penyimpanan makanan, air dan kakus
b) Data ekonomi
Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan yang
terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan dan
sebagainya serta harga makanan yang tergantung pada pasar dan n variasi
musim. Di negara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian
rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada
pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi (Almatsier,
2002).
4) Pola Asuh Keluarga
Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada
anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang
akan berdampak terhadap perkembangan fisik, mental dan emosional.
5) Produksi pangan
Data yang relevan untuk produksi pangan adalah penyediaan makanan
keluarga, sistem pertanian, tanah, peternakan dan perikanan serta keuangan.

6) Pelayanan kesehatan dan pendidikan


Pelayanan kesehatan meliputi ketercukupan jumlah pusat-pusat
pelayanan kesehatan yang terdiri dari kecukupan jumlah rumah sakit, jumlah
tenaga kesehatan, jumlah staf dan lain-lain. Fasilitas pendidikan meliputi
jumlah anak sekolah, remaja dan organisasi karang tarunanya serta media
masa seperti radio, televisi dan lain.

B . POSYANDU
1. Pengertian :
Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan bentuk peran serta masyarakat,
yang dikelola oleh kader kesehatan, sasarannya adalah seluruh masyarakat.
2. Sasaran
Bayi, anak, Ibu hamil ( melahirkan, nifas dan menyusui), Pasangan Usia Subur
(PUS).
3. Tujuan
Mememlihara dan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia
subur.
4. Tempat posyandu :
Bisa didirikan di kelurahan / desa atau RW, dusun atau RT bila diperlukan dan
dimungkinkan. Satu posyandu paling baik untuk melayani 80- 100 balita.
5. Posyandu digolongkan pada empat tingkatan berdasarkan pada beberapa
indikator sebagai berikut:
a. Posyandu Pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap.
b. Posyandu masya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari delapan kali dalam setahun, dengan rata-rata jumlah kader lima
orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KIA, KB, Gizi
dan menyusui) masih rendah yaitu < 50%. Ini menunjukkankegiatan
Posyandu sudah baik tetapi cakupan program masih rendah.
c. Posyandu Purnama adalah Posyandu yang frekuensinya > 8 kali pertahun,
rata-rata jumlah kader adalah lima orang atau lebih dan cakupan program
utamanya > 50% dan sudah ada program tambahan.
d. Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan
secara teratur, cakupan program utamanya sudah bagus. Ada program

tambahan dan dana sehat telah menajngkau > 50% kepala keluarga.
Kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.

C. KADER POSYANDU
1. Definisi Kader posyandu
Kader posyandu adalah pelaksana kegiatan Posyandu dari anggota
masyarakat yang telah dilatih dibawah bimbingan Puskesmas.(Budi
Rahayu.dkk, 2005:13).
2. Syarat-syarat menjadi kader posyandu.
Adapun syarat menjadi kader posyandu adalah :
1. Setiap warga desa setempat laki-laki maupun perempuan.
2. Bisa membaca dan menulis huruf latin.
3. Mempunyai waktu luang.
4. Memiliki kemampuan.
5. Mau bekerja sukarela dan tulus ikhlas. (Budi Rahayu dkk,2005:13)
3. Tugas-tugas kader posyandu.
Dari tugas-tugas kader ini dibagi menjadi :
a. Tugas persiapan pada hari buka Posyandu.
Menyiapkan alat-alat bahan.
Mengundang dan menggerakkan masyarakat untuk datang ke

Posyandu.
Menghubungi Pokja Posyandu.
Melaksanakan pemberian tugas antara kader.

b. Tugas pada hari buka Posyandu.


Meja 1: mendaftar bayi/Balita dan mendaftar ibu hamil.
Meja 2: menimbang bayi/bayi dan mencatat hasil penimbangan.
Meja 3: mengisi buku KIA
Meja 4: menjelaskan data buku KIA berdasarkan hasil timbang,
memberikan penyuluhan dan memberikan rujukan ke Puskesmas jika
diperlukan.

Meja 5: pemberian imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan


kesehatan, pengobatan, pelayanan konsultasi.

Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader dan untuk meja V


dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya: dokter, bidan, perawat,
juru imunisasi dan sebagainya.
c. Tugas setelah hari buka Posyandu.
Memindahkan catatan buku KIA / KMS ke buku register.
Mengevaluasi hasil kegiatan.
Melaksanakan penyuluhan kelompok.
Melakukan kunjungan rumah bagi sasaran Posyandu yang
bermasalah.
4. Peran Kader
Peran

adalah

posisi

seseorang

dalam

struktur

sosial

atau

mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan dengan


orang lain. Tingkat peranan seseorang di dalam suatu kegiatan khususnya
peran kader posyandu adalah sebagai berikut:
a. Pelaksana
Dalam kegiatan Posyandu kader memegang peranan pelaksana kegiatan
posyandu dan menggerakkan keaktifan ibu.
b. Pengelola
Kader aktif dalam berbagai kegiatan, bahkan tidak hanya dalam
pelaksanaan tetapi juga hal-hal yang bersifat pengelolaan seperti
perencanaan kegiatan, pencatatan dan pelaporan pertemuan kader (Dekes
RI,2006:17).
5. Karakteristik kader posyandu
a. Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang
pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Produktivitas menurun

dengan bertambahnya umur, hal ini disebabkan karena keterampilanketerampilan fisik seperti kecepatan,

kelenturan, kekuatan dan

koordinasi, akan menurun dengan bertambahnya umur. Dalam suatu


lembaga, karyawan yang sudah lama bekerja di sebuah sistem artinya
sudah bertambah tua, bisa mengalami peningkatan karena pengalaman
dan

lebih

bijaksana

dalam

pengambilan

keputusan.

(Wahit

Iqbal,dkk,2006:145)
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu.
Pendidikan dapat menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan
diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap
berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangannya sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Tingkat pendidikan seseorang akan
berpengaruh dalam member respon yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan member respon yang lebih rasional terhadap
informasi yang datang dan akan berfikir sejauhmana keuntungan yang
mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut. (Kuncoroningrat,1997)
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan hal yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.


(Wahit Iqbal,2006:145)
d. Lama kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas. Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari
prestasi kerja sebelumnya. Tetapi sampai saat ini belum dapat diambil
kesimpulan yang meyakinkan antara kedua variabel tersebut. Yang jelas
yaitu, karyawan-karyawan senior ini lebih kecil angka absen kerjanya
dan angka pindah kerja. .
e. Pendapatan
Merupakan jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga dalam satu
bulan yang dapat dikategorikan dalam penghasilan yang kurang, cukup
maupun berpenghasilan tinggi yang nantinya akan berpengaruh dalam
memantau tumbuh kembang. Adapun cara mengukur pendapatan tersebut
dengan melihat nilai nominal yang diperoleh kemudian dikategorikan
sesuai klasifikasi yang telah ditentukan Biro Pusat Statistik pada tahun
2005 sebagai berikut 1) kurang dari Rp. 500.000,- dinyatakan kurang, 2)
Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,- dinyatakan cukup, 3) Lebih
dari 2 juta dinyatakan tinggi. Atau menggunakan standar UMR (Upah
Minimum Regional) yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.
Pengukuran pendapatan juga dapat dilakukan berdasarkan persepsi
individu berdasarkan pendapatannya selama satu bulan dengan
dinyatakan ke dalam persepsi kurang, cukup dan tinggi menurut tingkat
kecukupan kebutuhannya.(Biro pusat statistik,2007:20)
f. Pelatihan
Pelatihan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut
masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan

tentang kesehatan yang lebih baik yang dapat berpengaruh terhadap


perilakunya. Secara umum tujuan dari pelatihan ialah mengubah perilaku
individu atau masyarakat dibidang kesehatan.
g. Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan antara lain:
1). Tahu (Know)
2). Memahami (Komprehension)
3). Aplikasi (Application)
4). Analisis (Analysis)
5). Sintesis (Synthetic)
6). Evaluasi (Evaluation)
(Notoatmojo .,2003:129-130)

D. KERANGKA TEORI

Status gizi
balita

Factor
langsung

Infeksi
Konsumsi
makanan

Factor tidak
langsung

budaya
Social ekonomi

Pola asuh keluarga


Produksi pangan
pendidikan

Pelayanan
kesehatan
Pendidikan

pekerjaan
Kader
posyandu
Lama kerja

Rumah sakit
Puskesmas
posyandu

Pengetahuan

E. KERANGKA KONSEP

PENINGKATAN KUALITAS
KADER POSYANDU

PENILAIAN SCRENING
STATUS GIZI BALITA

Anda mungkin juga menyukai