Anda di halaman 1dari 16

Agama Islam

Taqwa

Disusun Oleh :
Nama

: Ratu Shabrina Dhia Ayudini (164101077)


Rina Nuraeni

(164101023)

Rizal Aditya (164101051)


Kelas

: A 2016

Dosen

: Bpk. Yusef Rafiki., S.Ag.,M.M.

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Ilmu Kesehatan
Tasikmalaya
2016

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Manusia ditakdirkan hidup sebagai makhluk sosial. Artinya selama
kita hidup pasti memerlukan bantuan orang lain. Tidak benar adanya
kalau kita tidak membutuhkan bantuan orang lain. Begitu halnya kita
membutuhkan

pertolongan

kepada

Allah

SWT.

Kadang

kita

membutuhkan Allah SWT. saat kita butuh bantuannya saja selepas itu
kadang kita melupakan sang pencipta kita. Maka dari itu kitaa harus
lebih mendekatkan diri kita kepada sang pencipta, Karen kalau Allah
SWT tidak menciptakan kta, kita tidak akan bisa merasakan nikmatnya
duniawi yang kadang membuat kita lupa akan Allah SWT dan
menjalankan perintah yang Allah SWT perintahkan.
Taqwa

adalah

merupakan

kumpulan

tindakan

semua

seseorang

kebaikan

untuk

yang

melindungi

hakikatnya
dirinya

dari

hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul taqwa


adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dari kejahatan dan hal-hal
yang meragukan (syubhat). Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102
yang berbunyi, Bertaqwalah kamu sekalian dengan sebenar-benarnya
taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan
muslim, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang,
diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.
Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita
melihat-Nya dan jika kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa
Dia melihat kita. Taqwa adalah tidak terus menerus melakukan
maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Taqwa kepada Allah
adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam
keadaan tidak melakukan apa yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya
selalu. Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa
ketakwaan bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah
namun

melalaikan

yang

wajib.

Beliau

rahimahullah

berkata,

Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang


hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi
hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan segala yang
diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah.
Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal
kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.Termasuk dalam
cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang
datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan
syariat, bukan dengan tata cara yang diada-adakan (baca: bidah).
Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan
kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada
Allah, baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika
berada di tengah keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy alMatin karya Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah
Makan dari itu, fungsi taqwa adalah untuk melindungi diri kita
dari segala macam larangan dan menjalankan perintahnya. Kita
sebagai manusia yang beriman harus menjalankan segala perintahnya
dan menjauhi segala larangannya.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.

Apa pengertian Taqwa?


Apa saja ruang lingkup Taqwa?
Ada berapa tingkatan dalam Taqwa?
Bagaimana ciri-ciri orang bertaqwa?

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.

Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

mengetahui apa pengertian dari Taqwa.


mengetahui apa saja ruang lingkup Taqwa.
mengertahui ada berapa tingkatan dalam Taqwa.
mengetahui bagaimana ciri-ciri orang yang bertaqwa.

BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti
takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Maka taqwa dapat
diartikan sebagai sikap memelihara keimanan yang diwujudkan
dalam pengalaman ajaran agama islam. Taqwa secara bahasa
berarti penjagaan/ perlindungan yang membentengi manusia dari
hal-hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Oleh karena itu,
orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah
berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan perintah-Nya dan tidak
melanggar

larangan-Nya

kerena

takut

terjerumus

ke

dalam

perbuatan dosa.
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya
memelihara.

"memelihara

diri

dalam

menjalani

hidup

sesuai

tuntunan/petunjuk allah" Adapun dari asal bahasa arab quraish


taqwa lebih dekat dengan kata waqa Waqa bermakna melindungi
sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang
membahayakan dan merugikan. Itulah maka, ketika seekor kuda
melakukan langkahnya dengan sangat hati-hati, baik karena tidak
adanya tapal kuda, atau karena adanya luka-luka atau adanya rasa
sakit atau tanahnya yang sangat kasar, orang-orang Arab biasa
mengatakan Waqal Farso Minul Hafa (Taj). Dari kata waqa ini taqwa
bisa di artikan berusaha memelihara dari ketentuan allah dan

melindungi diri dari dosa/larangan allah. bisa juga diartikan berhati


hati dalam menjalani hidup sesuai petunjuk Allah.

Taqwa atau takwa dalam bahasa Arab berarti memelihara diri


dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut
saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
a. Melaksanakan segala perintah Allah
b. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
c. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan
Allah
d. Taqwa

adalah

Percaya

pada

yang

ghoib,

mendirikan

sholat,

menginfaqkan dari apa yg dirizqikan oleh Allah, percaya pada


Quran dan kitab-kitab sebelumnya, yakin pada hari akhir.
e. Taqwa adalah memihak kepada segala hal yang positif, anti kepada
segala hal yang negatif.
f. Taqwa adalah membangun kesejahteraan semua umat manusia dan
memberantas korupsi dan ma'shiyat.
Seperti ayat tersebut :
1. Allah berfirman

g.













Hai orang-orang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan
sebenar-benarnya taqwa. (QS. Ali Imran: 102).
2. Allah berfirman,






Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu
dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik
untuk dirimu. dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. AtTaghabun: 16)

3. Ayat berikut ini menjelaskan pengertian ayat pertama.









Hai orang-orang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dan
berkatalah dengan perkataan yang baik. (QS. Al-Ahzab: 70).
Ayat-ayat yang berkaitan dengan perintah bertaqwa sangat
banyak dan populer, di antaranya:
4. Allah berfirman,

















..Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah pasti Dia menjadikan
untuknya jalan keluar (2). Dan memberinya rezeki yang tanpa
disangka-sangka.. (QS. At-Thalaq: 2-3).

5. Allah berfirman,






















Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Allah
niscaya Dia akan menjadikan pembeda bagi kalian, menghapus
kesalahan kalian dan mengampuni kalian. Dan Allah memiliki
kemuliaan yang agung. (QS. Al-Anfal: 29).

2.2 Ruang Lingkup Taqwa


A. Hubungan dengan Allah SWT
Seorang yang bertaqwa (muttaqin) adalah seorang yang
menghambakan dirinya kepada Allah SWT dan selalu menjaga
hubungan dengannya setiap saat sehingga kita dapat menghindari
dari kejahatan dan kemunkaran serta membuatnya konsisten
terhadap aturan-aturan Allah. Memelihara hubungan dengan Allah
dimulai dengan melaksanakan ibadah secara sunguh-sungguh dan
ikhlas seperti mendirikan shalat dengan khusyuk sehingga dapat
memberikan warna dalam kehidupan kita, melaksanakan puasa
dengan ikhlas dapat melahirkan kesabaran dan pengendalian diri,
menunaikan

zakat

menjauhkan

kita

dapat
dari

mendatangkan

ketamakan.

Dan

sikap
hati

peduli
yang

dan
dapat

mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari takabur dan


mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala perintah-perintah Allah
tersebut ditetapkannya bukan untuk kepentingan Allah sendiri
melainkan merupakan untuk keselamatan manusia.
Ketaqwaan

kepada

Allah

dapat

dilakukan

dengan

cara

beriman kepada Allah menurut cara-cara yang diajarkan-Nya


melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk
dan pedoman hidup manusia, seperti yang terdapat dalam surat Aliimran ayat 138 yang artinya:


inilah (Al-quran) suatu ketenangan bagi manusia dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa . (QS. Ali-imran
3:138)
Manusia

juga

harus

beribadah

kepada

Allah

dengan

menjalankan shalat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa


selama sebulan penuh dalam setahun, melakukan ibadah haji sekali
dalam seumur hidup, semua itu kita lakukan menurut ketentuanketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sebagai hamba Allah sudah
sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikanNya, bersabar dalam menerima segala cobaan yang diberikan oleh
Allah serta memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan.
B. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan
baik dengan sesama serta lingkungannya, manusia juga harus bisa
menjaga hati nuraninya dengan baik seperti yang telah dicontohkan
oleh nabi Muhammad SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf,
adil, ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri dll. Selain itu
manusia juga harus bisa mengendalikan hawa nafsunya karena tak
banyak diantara umat manusia yang tidak dapat mengendalikan
hawa nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya menjadi budak
nafsu belaka seperti yang tertulis dalam Al-quran Surat Yusuf ayat
53 yang artinya:

Dan

aku

tidak

membebaskan

diriku

(berbuat

kesalahan),

sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali siapa


yang diberi rahmat oleh tuhanku. Sesungguhnya tuhanku maha
pengampum lagi maha penyayang. (QS. Yusuf 12:53)
Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan
diri sendiri agar mampu mengendalikan hawa nafsu tersebut.
Ketaqawaan terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan ciri-ciri
sabar, tawaqal, syukur dan berani. Sebagai umat manusia kita harus
bersikap sabar dalam menerima apa saja yang datang kepada
dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam
menjalani segala perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah
tersebut terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu
bisa dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia juga harus
selalu

berusaha

dalam

menjalankan

segala

sesuatu

dan

menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena umat manusia


hanya bisa berencana tetapi Allah yang menentukan, serta selalu
bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam
menghadapi resiko dari seemua perbuatan yang telah ditentukan.
C. Hubungan manusia dengan manusia
Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai
kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangasaan dll. Semua konsep
tersebut

memberikan

gambaran

tentang

ajaran-ajaran

yang

berhubungan dengan manusia dengan manusia (hablum minannas)


atau

disebut

pula

sebagai

ajaran

kemasyarakatan,

manusia

diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka


hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan bernegara.
Mereka saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia
dirsebut sebagai makhluk social. Maka tak ada tempatnya diantara
mereka saling membanggakan dan menyombongkan diri., sebab
kelebihan suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan
martabatnya, ataupun dari jenis kelaminnya karena bagaimanapun

semua

manusia

sama

derajatnya

dimata

allah,

yang

membedakannya adalah ketaqwaannya. Artinya orang yang paling


bertaqwa adalah orang yang paling mulia disisi Allah swt.

Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesama


manusia. Hubungan antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara
antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidupnya yang
selaras dengan nilai dan norma agama, selain itu sikap taqwa juga
tercemin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain,
melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan
keadilan. Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan menjadi motor
penggerak, gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk
kebaikan dan kebijakan.
Surat Al-baqarah ayat 177:












Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatukebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada allah, hari kemudian, malaikat, kitab, nabi,
danmemberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak
yatim, oaring miskin, musafir(yang memerlukan pertolongan), dan
orang-orangyang

meminta-minta,

dan

(merdekakanlah)hamba

sahaya, mendirikan shalat danmenunaikan zakat. Dan orang-orang


yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang yang bersabar
dalam kesempatan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka
itulah

orang

yang

benar(imannya)mereka

bertaqwa. (Al- baqarah 2:177).

itulah

orang

yang

Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa ialah orang yang


beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat dan kitab Allah.
Aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang
yang bertaqwa dan dasar hubungan dengan Allah. Selanjutnya Allan
menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta
dan

orang-orang

menepati

janji.

Dalam

ayat

ini

Allah

menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek


tenggang rasa terhadap sesama manusia dijelaskan secara terurai,
yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga
mengeluarkan harta diposisikan antar aspek keimanan dan shalat.

D. Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup


Taqwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang
dengan lingkungan hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah
manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam,
sebagai

subjek

yang

bertanggung

jawab

menggelola

dan

memelihara lingkungannya. Sebagai penggelola, manusia akan


memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya didunia tanpa
harus merusak lingkungan disekitar mereka. Alam dan segala
petensi yang ada didalamnya telah diciptakan Allah untuk diolah
dan dimanfaatkan menjadi barang jadi yang berguna bagi manusia.
Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan
manusia untuk bekerja keras menggunakan tenaga dan pikirannya
sehingga

dapat

menghasilkan

barang

yang

bermanfaat

bagi

manusia. Disamping itu, manusia bertindak pula sebagai penjaga


dan

pemelihara

lingkungan

alam.

Menjaga

lingkunan

adalah

memberikan perhatian dan kepedulian kepada lingkungan hidup


dengan

saling

memberikan

manfaat.

Manusia

memanfaatkan

lingkungan untuk kesejahteraan hidupnya tanpa harus merusak dan


merugikan lingkungan itu sendiri.
Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menjaga
lingkungan dengan sebaik-baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan
sehingga dapat bermanfaat dan juga memeliharanya agar tidak
habis atau musnah. Fenomena kerusakan lingkungan sekarang ini
menunjukan

bahwa

manusia

jauh

dari

ketaqwaan.

Mereka

mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi


pada lingkungan itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka
membayangi kehidupan manusia. Contoh dari mala petaka itu
adalah hutan yang dibabat habis oleh manusia mengakibatkan
bencana banjir dan erosi tanah sehingga terjadi longsor yang dapat
merugikan manusia.

2.3 Tingkatan Taqwa


Ada tiga tingkatan dalam Taqwa :

1. Ketika seseorang melepaskan diri dari kekafiran dan mengadaadakan sekutu-sekutu bagi Allah, dia disebut orang yang taqwa. Di
dalam pengertian ini semua orang beriman tergolong taqwa
meskipun mereka masih terlibat beberapa dosa.

2. Jika seseorang menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah SWT
dan RasulNya (SAW), ia memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi.

3. orang yang setiap saat selalu berupaya menggapai cinta Allah SWT,
ia memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi lagi.

2.4

Ciri-ciri orang Bertaqwa Menurut Al-Quran

1. Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang yang
bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut:
a. Beriman pada yang ghaib
b. Mendirikan salat
c. Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya

d. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan


sebelum mu.
e. Yakin kepada hari akhirat
Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan
yang taqwa, Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat" disebutnya juga
sembahyang.Setiap agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan
tempat yang berbeda-beda.
2. Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah
orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :
a. Beriman kepada Allah (Tuhan YME), hari akhirat, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi.
b. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
c.
d.
e.
f.
g.

miskin, musafir (orang dalam perjalanan), orang yang meminta-minta.


Membebaskan perbudakan
Mendirikan salat
Menunaikan zakat
Memenuhi janji bila berjanji
Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu peperangan.

3. Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan
mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang
yang bertaqwa, yaitu :
a. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit
b. Orang-orang yang menahan amarahnya
c. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
d. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya,
mereka ingat kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
e. Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.

Allah SWT telah menjabarkan berbagai ciri-ciri orang yang benar-benar


taqwa. Mereka menafkahkan rizkinya di jalan Allah SWT dalam keadaan lapang
maupun sempit. Menafkahkan rizki di jalan Allah SWT adalah jalan-hidup mereka.
Allah SWT (atas kehendakNya) menjauhkan mereka dari kesulitan (bala) kehidupan
lantaran kebajikan yang mereka perbuat ini.

Lebih dari itu, seseorang yang suka menolong orang lain tidak akan
mengambil atau memakan harta orang lain, malahan ia lebih suka berbuat kebaikan
bagi sesamanya. Aisyah RA sekali waktu pernah menginfaqkan sebutir anggur
karena pada waktu itu ia tidak memiliki apa-apa lagi. Beberapa muhsinin (orang yang
selalu berbuat baik) menginfaqkan sebutir bawang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Selamatkanlah dirimu dari api nereka dengan berinfaq, meskipun hanya
dengan sebutir kurma. (Bukhari & Muslim)
Di dalam Tafsir Kabir Imam Razi diceritakan bahwa suatu kali Nabi
Muhammad SAW mengajak umatnya untuk berinfaq. Beberapa dari mereka
memberikan emas dan perak. Seseorang datang hanya menyerahkan kulit kurma,
Saya tak memiliki selain ini. Seorang lain lagi mengatakan kepada Nabi
Muhammad SAW, Saya tak punya apapun untuk diinfaqkan. Saya infaqkan hargadiri saya. Jika ada seseorang menganiaya atau mencaci-maki saya, saya tidak akan
marah.

BAB III
Penutup
Taqwa adalah sikap memelihara keimanan yang diwujudkan
dalam pengalaman ajaran agama islam. Taqwa secara bahasa
berarti penjagaan/ perlindungan yang membentengi manusia dari
hal-hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Ada pun arti lain
dari taqwa yaitu Melaksanakan segala perintah Allah, Menjauhkan
diri dari segala yang dilarang Allah (haram), Ridho (menerima dan
ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah, Taqwa adalah
Percaya pada yang ghoib, mendirikan sholat, menginfaqkan dari apa
yg dirizqikan oleh Allah, percaya pada Quran dan kitab-kitab
sebelumnya, yakin pada hari akhir, Taqwa adalah memihak kepada
segala hal yang positif, anti kepada segala hal yang negative, Taqwa

adalah membangun kesejahteraan semua umat manusia dan


memberantas korupsi dan ma'shiyat.
Ruang lingkup taqwa ada 4, yaitu hubungan manusia kepada
Allah SWT, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan
manusia dengan sesame manusia dan hubungan manusia dengan
lingkungan sekitarnya. Taqwa mempunyai 3 tingkatan, yaitu Ketika
seseorang melepaskan diri dari kekafiran dan mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah, dia disebut orang yang taqwa. Di dalam
pengertian ini semua orang beriman tergolong taqwa meskipun
mereka masih terlibat beberapa dosa. Jika seseorang menjauhi
segala hal yang tidak disukai Allah SWT dan RasulNya (SAW), ia
memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi. Orang yang setiap saat
selalu berupaya menggapai cinta Allah SWT, ia memiliki tingkat
taqwa yang lebih tinggi lagi.

Daftar Pustaka :
1.
2.
3.
4.

https://id.wikipedia.org/wiki/Taqwa
www.dakwatuna.com
http://tafsirq.com
http://taqwadanberiman.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai