Anda di halaman 1dari 10

ANALISI LAPORAN KEUANGAN

RASIO PASAR & AKTIVITAS

Oleh :
EKA HENNRYAWAN
ASTRI MELINDA
YUNI PERTAMA SARI
INNAMA NOVIANTI
VIVI FITRIASARI
BELLA SEPTIANING PUTRI
Dosen :
Bapak TEGUH GUNAWAN S. B. SE, M.A.
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

5.1

RASIO AKTIVITAS
A.

Pengertian Rasio Aktivitas


Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio
aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada
berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya
terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva
misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan
semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana
kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih
produktif.

B.

Tujuan Rasio Aktivitas


Beberapa tujuan yang hendak dicapai perusahaan dari penggunaan rasio aktivitas
antara lain:
a. Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau
berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
b. Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable),
dimana hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang
tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.
c. Untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.
d. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja
berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh
setiap modal kerja yang digunakan (working capital turn over).
e. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar dalam satu periode.
f. Untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan
penjualan.

C.

Manfaat Rasio Aktivitas


Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari rasio aktivitas, yakni sebagai berikut:
1. Dalam Piutang
Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang mampu
ditagih selama satu periode. Kemudian, manajemen juga dapat mengetahui
berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

Dengan demikian, dapat diketahui efektif atau tidaknya kegiatan perusahaan


dalam bidang penagihan.
Manajemen dapat mengetahui jumlah hari dalam rata-rata penagihan piutang
(days of receivable) sehingga manajemen dapat pula mengetahui jumlah hari
(berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.
2. Dalam Persediaan
Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.
Hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan atau rata-rata
industri. Kemudian perusahaan dapat pula membandingkan hasil ini dengan
pengukuran rasio beberapa periode yang lalu.
3. Dalam Modal Kerja dan Penjualan
Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal
kerja berputar dalam satu periode atau dengan kata lain, berapa penjualan yang
dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan.
4. Dalam bidang aktiva dan penjualan
a. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam
aktiva tetap berputar dalam satu periode.
b. Manajemen dapat mengetahui penggunaan semua aktiva perusahaan
dibandingkan dengan penjualan dalam suatu periode tertentu.
D. Jenis-jenis Rasio Aktivitas
Yang termasuk ke dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut:
1.

Total Assets Turn Over (perputaran aktiva)


Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total
aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan
perputarannya

total

aktiva

dalam

satu

periode

tertentu.

Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume
penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19).
Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran
aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik
yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan
menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam
menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat

memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau


diperbesar.
Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan,
tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan
menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.
Total assets turn over dihitung sebagai berikut:

2. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja)


Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan
modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi
utang lancar.
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap
kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya
penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah
modal kerja (Sawir, 2009:16).
Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar
dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan (Riyanto,
2008:335).
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan
selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.periode
perputaran modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat
dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai
dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti
makin cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya).
Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama
periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus:

3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turnover)


Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed
assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada
harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan,
atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17).
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan
aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya
lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak
aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain
seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai
output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin
efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus:

4. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover)


Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory
dan

tendensi

untuk

adanya

overstock

(Riyanto,

2008:334).

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan


barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk
menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya
manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.
Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio perputaran
persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market price),
persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at Cost), maka sebenarnya
rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur perputaran
fisik persediaan. Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi penjualan
dengan persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas (Sawir,
2003:15).

Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan rasio


perputaran persediaan (at market) sehingga bila ingin dibandingkan dengan
rasio industri rasio perputaran persediaan (at market) sebaiknya di gunakan.
Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah
gambaran keadaan sesaat. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan rata-rata
persediaan yaitu persediaan awal ditambah persediaan akhir dibagi dua.
Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus:

5. Rata-rata umur piutang


Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta
menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau
merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan
membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan
perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari.
Rata-rata piutang ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

6. Perputaran Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungn yang erat
dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu
pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang
tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang
rata-rata.

Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus :

Makin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan


dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over
investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin
karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada
perubahan dalam kebijak sanaan pemberian kredit.
5.2

RASIO PASAR
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang nghubungkan harga saham
dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa
yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa
mendatang (Moeljadi, 2006:75).
Rasio ini merupakan indicator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham,
ukuran prestasi perusahaan yang dipaling lengkap bagi para pemegang saham, serta
dapat membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan
dividen yang bessar sebelum melakukan penaman modal berupa saham. Namun rasio
pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat efesiensi rasio serta tidak
dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika dilihat
berdasarkan harga saham maupun jika dipergunakan oleh pihak manajemen
perusahaan. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau
para pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham
perusahaan dengan harga yang lebih tinggi disbanding dengan nilai buku saham
(Sutrisno, 2003:256).
Menurut Hanafi (2004:43). Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan,
relative terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada
sudut pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga
berkepentingan rasio ini. Rasio modal saham atau rasio pasar terdiri dari:

1. Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)


Menurut Alwi (2003:77), Earning Per Share (EPS) biasanya menjadi perhatian
pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajmeen. EPS
menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari seti lembar saham. Semakin
besar nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan
harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar
penentuan pembayaran deviden dan kenaikan harga saham di masa mendatang. Oleh
karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang
dilaporkan perusahaan. EPS hanya dihitung untuk saham biasa (Prastowo, 2005:93).

Laba Bersih - deviden saham istemewa

EPS =

Rata-rata tertimbang jumlah lembar saham biasa yang beredar


2. Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio)
Menurut Moeljadi (2006:75), Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak
investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan.
Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan
dalam menghasilakan laba di masa yang akan datang. Kesedian para investor untuk
menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan
peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah
pula (Prastowo 2005:96)

PER =

Harga pasar per lembar saham


Pendapatan per lembar saham

3. Rasio Pasar Per Buku (Market To Book Value Ratio)


Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang
ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan
wealth (kekayaan) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006:76)
Menurut prastowo (2005:99),jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya, investor
memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor pesimistik atau
prospek suatu saham, banyak saham dijual pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya
jika investor optimistic maka saham dijual dengan harga di atas nilai bukunya.

MBV =

Harga pasar per saham

Nilai buku per saham


Book value per share (nilai buku per saham) dihitung dengan membagi ekuitas saham
biasa dengan jumlah saham yang berdedar (Moeljadi, 2006:75)
4. Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)
Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang
(Jones, 2004:41). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah
satu komponen dari total return (Total Return = Yield + Price Change).
Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor.
Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai
dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali.
Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga pasar
saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan
macam ini akan cenderung lebih rendah (Hanafi, 2004:43)
DY =

Dividen per lembar saham


Harga per lembar saham

5. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)


Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada
investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan
(Hanafi, 2004:44)
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio
pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya

rendah akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan
dividen perusahaan. Menurut Alwi (2003:78), semakin besar rasio ini maka semakin lambat
atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.
DPR =

Dividen per lembar saham


Pendapatan per lembar saham

Anda mungkin juga menyukai