Anda di halaman 1dari 2

Kontribusiku bagi Indonesia

Saya Sitha, umur saya 23 tahun, saya adalah anak tunggal dari Bapak Sahat
Parulian dan Ibu Mastina Siti. Saya lahir di Bandung pada tanggal 9 September
1991. Saya merasa sangat beruntung karena memiliki orangtua yang selalu
mendukung apa yang saya impikan. Sejak kecil saya ingin menjadi dokter, dan
saya selalu merasakan dukungan dari kedua orangtua saya sejak pertama masuk
sekolah, menjalani pendidikan dasar dan menengah, sehingga saya bisa diterima
ke dalam pendidikan kedokteran di Universitas Padjadjaran.
Selama pendidikan kedokteran yang saya sudah tempuh, saya memiliki
keinginan untuk berkontribusi untuk Indonesia, dan saya diberikan kesempatan
sebagai seorang mahasiswa, dalam bentuk KKN (Kuliah Kerja Nyata). Pada saat
itu saya memilih Garut sebagai kabupaten yang akan saya tuju bersama dengan
rekan-rekan saya dari fakultas lain di Universitas Padjadjaran Bandung karena
kami ingin melihat sisi lain dari Jawa Barat dan memperbaiki kondisi lingkungan
tersebut sesuai dengan kemampuan yang telah kami dapat selama menempuh
pendidikan di universitas. Saya menetap selama satu bulan di Desa Margamulya,
Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut yang membutuhkan sekitar 8 jam
perjalanan darat dari Kota Bandung. Selama berada di sana, saya dan rekanrekan saya berdialog dengan tokoh masyarakat di sana dan mengidentifikasi
permasalahan yang ada di desa tersebut. Desa Margamulya merupakan desa
yang mengandalkan pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama, namun
teknologi yang digunakan masih tergolong sederhana. Oleh karena itu rekan
saya dari Fakultas Pertanian berbagi ilmu bagaimana cara meningkatkan potensi
ladang yang sudah ada. Saya sendiri sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
menemukan permasalahan tentang kesadaran masyarakat untuk hidup bersih
masih kurang sehingga angka kejadian diare anak cukup tinggi. Saya
memberikan penyuluhan mengenai cara mencuci tangan yang benar, cara
mencuci perabot makanan anak untuk mencegah diare, dan penanganan
sederhana di rumah untuk anak yang menderita diare untuk mencegah
kegawatan seperti dehidrasi. Selain itu saya juga berbagi ilmu mengenai
penyakit demam berdarah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
bahaya penyakit tersebut bila terlambat ditangani beserta cara mencegahnya.
Setelah saya menyelesaikan pendidikan dokter, saya bekerja sebagai dokter
internship di Kalimantan Timur, di Kota Bontang yang membutuhkan 6 jam
perjalanan darat dari Kota Balikpapan. Sebagai seseorang yang dilahirkan dan
tumbuh besar di Pulau Jawa, saya memilih Kalimantan karena ingin melihat
keadaan Indonesia bagian lain. Disana saya menemukan beragam kebudayaan
yang belum pernah saya lihat sebelumnya, percampuran budaya para
pendatang dari Jawa, Sulawesi, dan para penduduk lokal. Di sana pelayanan
kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas terletak di tengah kota dan masih
banyak masyarakat yang aksesnya jauh karena tinggal di pinggir pantai bahkan
di pulau terpisah yang membutuhkan perjalanan laut sekitar 1-2 jam. Ketika saya
bekerja di Puskesmas, saya dan rekan paramedis pergi secara rutin mengunjungi
tempat-tempat
tersebut
dan
memberi
pelayanan
Posyandu, seperti
penimbangan berat bayi dan anak beserta vaksinasi gratis, pemeriksaan
kehamilan, pengobatan umum, pelayanan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu)
beserta edukasi mengenai pola makan dan olahraga yang baik.

Saat ini, selain bekerja sebagai asisten dari seorang spesialis bedah plastik
yang juga seorang dosen di Departemen Bedah Fakultas Kedokteran Unpad, saya
bekerja di sebuah klinik di Ciparay, Kabupaten Bandung. Disana saya bertemu
dengan banyak pasien yang kurang mampu dan rumahnya berjarak sangat jauh
dari rumah sakit yang memadai. Dan disitu saya tersadar bahwa di pulau Jawa
yang sudah dicap maju pelayanan kesehatan tetap tidak merata.
Saya berencana untuk melanjutkan pendidikan saya untuk menjadi seorang
spesialis bedah plastik, karena dengan menjadi seorang spesialis bedah plastik
saya akan dapat memberi kontribusi lebih untuk Indonesia. Seorang spesialis
bedah plastik dapat melakukan operasi yang berefek sangat besar untuk orang
yang membutuhkannya, seperti pada anak dengan cacat bawaan seperti bibir
sumbing yang berhak untuk hidup tidak dipandang sebelah mata. Juga menolong
orang yang terkena musibah kecelakaan, orang yang menderita kanker ganas,
mereka yang kehilangan kemampuan fungsi organ yang baik karena proses
pengobatannya, yang tidak sedikit juga mengalami cacat pada wajah dan bentuk
tubuh normal sehingga kesulitan dalam menjalani keseharian dan mendapat
pekerjaan yang layak. Selain itu saya akan terus terlibat dalam proses
pendidikan mahasiswa kedokteran untuk menjamin perbaikan mutu dokter
Indonesia dan kualitas pelayanan kesehatan untuk rakyat Indonesia. Saya juga
akan terus berusaha untuk melakukan penelitian dalam menemukan terobosan
di bidang saya yang bertujuan untuk memajukan kualitas kesehatan di Indonesia
dan meningkatkan daya saing Indonesia di mata internasional.

Anda mungkin juga menyukai