BURN INJURY
EPIDERMIS
Terdiri atas keratinized stratified squamous epithelium
merupakan ectoderm origin
Lapisan kulit :
1. Stratum Corneum
o 25-30 lapisan keratinocyte yang telah mait
o interiornya mengandung keratin
o penebalan tidak normal callus
2. Stratum Lucidum (pada kulit keras)
o 3-5 lapis keratinocyte mati yang pipih dan jernih
3. Stratum Granulosum
o bagian tengah epidermis
o 3-5 lapis keratinocyte mati yang pipih dan jernih yang mengalami apoptosis
o oraganel mulai degenerasi mengandung keratohyalin mengubah tonofilamen menjadi keratin
o terdapat lamellar granule
4. Stratum Spinosum
o 8-10 lapis keratinocyte bersisi banyak
o spiny projection tonofilamen masuk ke dalam desmosome kekuatan dan fleksibilitas kulit
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)
lapisan terdalam epidermis
1 lapis kuboidal atau koliumnar kertinocyte
beberapa merupakan stem cell produksi keratinocyte baru
Terdiri atas 4 tipe cell :
o keratinocyte (90%) yang tersusun dalam 4-5 layer produksi keratin (fibrous protein yang keras)
melindungi kulit dari panas, mikroba, dan zat-zat kimia; produksi lamellar granule water repellent sealant
mengurangi keluar masuknya air serta masuknya materi asing
o melanocyte (8%) produksi melanin (yellow-red or black brown pigment) untuk warna kulit dan
penyerapan UV light
o langerhans cell (dari bone marrow yang bermigrasi) respons imun
o merkel cell (ada pada lapisan terdalam epidermis) deteksi aspek berbeda dari sentuhan
DERMIS
sebagian besar terdiri atas connective tissue
terdapat pembuluh darah, nerve, gland, hair follicle
terbagi atas :
1. Papillary Region
o 1/5 dari ketebalan dermis
o terdiri atas areolar CT yang mengandung fine elastic fiber
o area permukaan meningkat pesat karena ada struktur dermal papillae yang beberapa di antaranya
mengandung kapiler darah mengandung corpuscle of touch /meisner sensitivitas terhdap
sentuhan
o free nerve ending lainnya menghantarkan rangsang hangat, dingin, sakit, geli, atau gatal
2. Reticular Region
o menempel pada lapisan subkutan, terdiri atas dense irregular CT yang mengandung fibroblast,
collagen, dan elastic fiber kekuatan, ekstensibilitas, dan elastisitas
o terdapat beberapa adipose cell, hair follicle, nerve, sebaceous dan sweat gland
HYPODERMIS (SUBKUTAN)
terdiri atas areolar CT dan jaringan adipose
sebagai tempat penyimpanan lemak dan terdapat pembuluh darah besar
terdapat pacinian corpuscle sensitive terhadap tekanan
PROTEKSI TUBUH
st
THERMOREGULATOR
Kulit berperan penting dalam pertukaran panas dan sebagai termoregulator, dengan cara merespon aliran darah
menuju kulit dan sekresi kelenjar keringat, juga pertukaran panas antara jaringan dengan lingkungan.
Kulit mengatur pelepasan panas dalam tubuh ketika berhubungan dengan lingkungan. Ketika berada di daerah
dengan suhu tinggi lalu berpindah ke daerah dingin, aliran panas terbesar dari pusat panas tubuh akan mengalir
ke seluruh bagian tubuh.
Panas dihantarkan melalui 2 cara, yaitu konduksi melalui jaringan dan konveksi oleh darah, dimana panas akan
mengalir dari jaringan yang panas ke jaringan dengan suhu yang lebih rendah. Aliran panas melalui darah
bergantung pada aliran darah dan perbedaan suhu antar jaringan dan darah yang mensuplai jaringan tersebut.
Sederhananya, mekanisme kerja kulit sebagai termoregulator adalah sebagai berikut :
1. Mengatur pengeluaran keringat meningkat saat tubuh panas
2. Mengatur aliran darah ke kulit vasodilatasi saat tubuh panas
INFORMASI SENSORIK
Meliputi sensasi sentuhan, tekanan, getaran, dan rangsang geli karena ada corpuscular receptor (pacini, meissner,
dan ruffini) yang mendapatkan rangsangan dari merkel cell yang berada di stratum basale lapisan epidermis
HAIR
Tumbuh di seluruh permukaan tubuh, kecuali telapak tangan, punggung dan telapak kaki, bibir, sekitar jari
tangan dan kaki, dan organ genital eksternal
Satu helai rambut disebut pilus
3 jenis rambut tumbuh selama kita hidup, yaitu : lanugo, vellus, dan terminal hair
o Lanugo rambut halus dan tidak berpigmen yang muncul sejak pekan ke-20 kehamilan dan akan luruh
ketika lahir
Vellus rambut utama manusia selama hidupnya, ditemukan utamanya pada ekstrimitas atas dan bawah
o Terminal hair rambut yang kasar, terpigmentasi, lebih panjang dari vellus, ditemukan pada kepala, alis,
dan bulu mata
Pada masa pubertas, terminal hair menggantikan vellus pada axilla dan sekitar pubis. Diferensiasi vellus menjadi
terminal hair karena pengaruh androgen.
Struktur rambut yaitu :
o Folikel rambut, hasil invaginasi dari epidermis yang mengandung helai rambut
o Hair bulb, terdiri dari sel epitel hidup, yang dikelilingi oleh rambut kecil papilla. Papilla terdiri dari pembuluh
darah dan serabut saraf.
o Root/akar rambut dalam folikel, tertanam dalam lapisan kulit
o Shaft rambut yang memanjang hingga keluar permukaan kulit, terdiri dari outer cuticle yang menyertai
cortex yang berisi keratinocyte dan inner medulla.
Hair root dan shaft merupakan sel epitel mati
menutupi hampir semua permukaan tubuh kecuali beberapa bagian sepert telapak tangan dan telapak kaki.
terdiri atas 3 bagian : shaft terlihat dari luar kulit, root penetrasi ke dermis, dermal root sheath dense
dermis yang mengelilingi hair follicle
terdapat arrector pili rambut berdiri
hair root plexus sensitif terhadap sentuhan
NAIL
Kuku merupakan bagian keras pada jari yang tersusun dari keratin padat
Fungsi : melindungi bagian ujung dari jari yang bersifat lunak dari trauma mekanik
SWEAT GLAND
Kelenjar keringat sebagai penghasil keringat berbentuk tabung yang menggulung, berada di lapisan dermis.
Terdiri dari 2 tipe kelenjar, yaitu :
o Eccrine
Berasal dari penonjolan ke dalam lapisan epidermis, hingga lapisan reticular dermis. Saluran ekstretory
memanjang hingga permukaan kulit.
Diperkirakan terdapat 2,5 juta saluran keringat yang ada di permukaan kulit, yang utamanya berada di
bagian telapak tangan dan kaki, axilla, dan dahi.
Berasal dari epidermis, dengan saluran yang langsung terbuka ke hair follicle, berukuran lebih besar
dari kelenjar eccrine.
Keringat yang dihasilkan cenderung tidak berbau, kecuali bila terkontaminasi mikroorganisme
pathogen.
SEBACEOUS GLAND
Kelenjar keringat ditemukan dalam folikel rambut, khususnya di kulit kepala, wajah, dada, dan punggung.
Merupakan derivat dari epidermis yang menghasilkan sekret minyak, biasa disebut sebum.
Ukurannya membesar sesuai dengan pertambahan usia dan menjadi aktif pada masa pubertas karena sensitive
terhadap androgen.
BURN INJURY
DEFINISI
Burn adalah kerusakan kulit (cutaneous) yang disebabkan oleh thermal/panas, bahan kimia, atau listrik.
Burn merupakan kerusakan multisystem interaksi antara shock, inflamasi, dan sistem imun.
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika: 1,1 juta orang mengalami luka bakar per tahunnya, 45.000 diantaranya memerlukan rawat inap, dan
sekitar 4.500 orang meninggal
Burn biasanya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda (young adult)
Pada usia < 8 tahun, lebih sering disebabkan oleh scald (air mendidih)
Anak-anak yang lenih tua dan dewasa biasanya terbakar karena ledakan api
Chemical atau cairan panas, diikuti listrik, dan kemudian lelehan atau logam panas sering menjadi penyebab
work-related burn
Faktor Risiko :
o Water heater diletakan terlalu tinggi
o Tempat bekerja yang yang terexposure pada bahan kimia, listrik, atau iradiasi
o Anak-anak, dan orang tua karena tipisnya kulit jadi mudah terbakar
o Kecerobohan membuang punting rokok
o Kabel listrik yang tidak terlindungi dengan baik
ETIOLOGI
1.
THERMAL
a. Scald Burns
Penyebab: biasanya air panas
Biasa mendera civilian practice (?)
0
Air suhu 60 C bisa menyebabkan deep partial thickness atau full thickness burn dalam 3 detik,
0
sedangkan untuk air bersuhu 69 C hanya butuh waktu 1 detik
b.
c.
2.
Flame Burns
Penyebab: kebakaran rumah, kecerobohan menggunakan cairan yang mudah meledak, atau ledakan
kompor
Pasien yang berpakaian biasanya mengalami full thickness burn
Contact Burns
Penyebab: logam panas, plastic, kaca, atau batubara panas
Sering terjadi di batita, kecelakaan industry, atau kecelakaan motor
th
Biasanya 4 degree burn
NONTHERMAL
a. Chemical Burns
Kontak langsung dengan zat yang secara langsung bersifat toxin pada kulit atau lapisan respiratory
atau alimentary tract
Beberapa bahan kimia, disebut vesicant, seperti alkali, acid, atau bahan organic bisa menyebabkan
melepuhnya permukaan epitel
b. Flash Burns
Penyebab: eksplosi gas alam, propane, butane, protoleum distillates, alcohol, dan bisa juga karena
listrik. Luka bakar yang ditimbulkan biasanya luas
Untuk electrical burn: karen konduksi arus listrik ke tubuh atau jaringan
c. Radioactive
Dewasa
Anak
9%
9%
18%
18%
18%
1%
18%
10%
16%
16%
15%
-
Metode yang lebih akurat untuk menentukan ukuran luka bakar adalah dengan Lund-Bowder Chart.
KEDALAMAN BURN
Merupakan faktor utama yang menyebabkan kematian akibat luka bakar, serta mempengaruhi fungsi dan
appearance dari anggota tubuh yang mengalaminya.
Luka bakar yang sembuh dalam 3 minggu biasanya tidak akan mengakibatkan gangguan fungsional dan
hypertrophic scar, walaupun terjadi long-term pigmentary changes.
Luka bakar yang sembuh >3 minggu biasanya akan menyebabkan hypertrophic scar, terjadi gangguan
fungsional dan dalam beberapa minggu/bulan pertama daerah yang terluka hanya dilindungi oleh epitel yang
tipis dan rapuh. Luka jenis ini harus segera dilakukan early excision dan grafting.
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh suhu penyebab luka, ketebalan kulit yang terluka, durasi terjadinya
kontak, dan kemampuan kulit untuk mendissipasi panas (cth: blood flow). Misal, luka karena tersiram cairan
panas pada infant dan orang tua akan lebih dalam dibandingkan luka pada bagian tubuh yang sama pada orang
dewasa.
Kedalaman luka bakar diklasifikasikan menjadi:
1. Shallow burns
a. First degree (epidermal burns)
o Hanya tejadi pada epidermis.
o Tidak melepuh, hanya terjadi erythema dikarenakan dermal vasodilation dan terasa sangat sakit.
o Setelah 2-3 hari, erythema dan rasa sakit akan hilang.
o Setelah 4 hari, epitel yang terluka akan berdesquamates dalam fenomena yang disebut peeling
(mengalupas).
b. Second degree (superficial-partial thickness)
o Melibatkan lapisan atas dari dermis.
o Biasanya terdapat lepuhan dengan cairan yang mengumpul diantara epidermis dan dermis.
Lepuhan mungkin tidak terjadi sampai beberapa jam setelah luka.
o Ketika bagian yang melepuh telah dihilangkan, luka akan berwarna pink dan basah, ketika ada
udara yang lewat akan terasa sakit. Luka ini hypersensitive dan jika diberi tekanan, warnanya akan
memucat.
o Jika infeksi tidak terjadi, luka akan sembuh secara <3 minggu tanpa menyebabkan gangguan
fungsi. Selain itu juga jarang menyebabkan hypertrophic scarring, namun pada individu yang
berpigmen, luka yang sembuh warnanya tidak akan menyamai warna kulit disekelilingnya.
2. Deep burns
a. Second degree (deep-partial thickness)
o Melibatkan lapisan reticular dari dermis.
o Menyebabkan lepuhan, namun permukaan lukanya berwarna berbeda-beda pink dan putih setelah
luka dikarenakan perbedaan supply darah ke dermis.
o Pasien lebih merasa tidak nyaman dibandingkan dengan sakit. Ketika luka diberikan tekanan,
capillary refill terjadi secara lambat atau tidak terjadi sama sekali.
o Luka tidak sensitive terhadap tusukan dibandingkan daerah sekitarnya.
o Pada hari kedua, luka biasanya menjadi putih dan setengah kering.
o Jika tidak diexcisi dan tidak dilakukan grafting, serta infeksi bisa dicegah, luka akan smebuh dalam
3-9 minggu dengan pembentukan scar.
b.
c.
o Jika dilakukan terapi fisik secara aktif, fungsi sendi dapat dikembalikan.
Third degree (full thickness)
o Melibatkan sampai seluruh lapisan dari dermis.
o Hanya dapat disembuhkan dengan wound contracture, epitelialisasi dari margin luka, atau skin
grafting.
o Terlihat putih, merah cherry atau hitam, dan terdapat/tidak terdapat lepuhan.
o Dideskripsikan terlihat leathery, kaku, dan depressed jika dibandingkan dengan kulit yang normal.
o Manifestasi klinis yang terlihat menyerupai deep partial thickness. Warnanya pink atau putih, jarang
memucat jika diberi tekanan, dan mungkin terlihat putih dan kering. Pada beberapa kasus, luka
terlihat tembus cahaya dengan darah yang menggumpal terlihat.
o Menyebabkan eschar, yaitu dermis yang secara struktur masih intact namun mati dan
berdenaturasi.
Fourth degree
o Tidak hanya melibatkan seluruh lapisan kulit, tapi juga lapisan subkutan dan struktur dalam
lainnya.
o Lukanya terlihat gosong, dan hanya dari penyebab terbakarnya kita dapat menentukan seberapa
banyak jaringan yang rusak.
o Biasanya disebabkan karena electrical burns, contact burns, dan immersion burns serta pasien
dalam keadaan tidak sadar saat terjadi.
PATHOPHYSIOLOGY
Orang yang mengalami luka bakar akan mengalami Systemic Inflammatory Respone Syndrome (SIRS).
Perubahan pathologis yang terjadi antara lain :
o hypermetabolisme
o meningkatnya permeabiltas endotel, seluLer dan epitel
o perubahan hemodynamic
o microtorombosis.
Manifestasi SIRS pada cardiovascular akan menghilang dalam 24-72 jam.
Burn Shock
Burn Shock adalah kondisi hypovelemi baik komponen cardiovascular maupun komponen seluler.
Adanya trauma jaringan dan hypovolemic shock akan menyebabkan dikeluarkannya mediator baik mediator
sistemik maupun mediator local sehingga menyebabkan meningkatnya permeabilitas vascular dan tekanan
hidrostatik mikrovaskular.
Mediator2 yang berperan dalam hal ini antara lain :
1. Histamin
o Histamin dikeluarkan dalam jumlah yang banyak oleh Mast Cell pada kulit yang terbakar sesaat setelah
terjadi kerusakan.
o Histamin bekerja dengan mengganggu endothelial tight junction menyebabakan cairan dan protein
dapat keluar ke ekstravascular.
o Serum histamine mencapai puncak pada beberapa jam pertama terbakar, hal ini menunjukan bahwa
histamine ikut serta dalam perubahan permebalitas microvascular, hanya di paling awal.
2. Serotonin
o Serotonin dikeluarkan secepatnya setelah terjadinya luka bakar melalui platelet aggregation.
o Serotonin bekerja secara langsung untuk meningkatkan pulmonary vascular resistance.
o Secara
tidak
langsung,
adanya
serotonin
menunjukan
efek
vasokonstriksi
noreephineprin,histamine,angiotensin II,dan eicosanoid pada level mikrovaskuler
3. Eicosanoid
o Merupakan produk dari Metabolisme Arachidonic Acid, dikeluarkan pada jaringan yang terbakar dan
berkontribusi dalam pembentukan burn edema.
o Zat ini tidak bekerja secara langsung merubah permeabilitas vascular, tetapi meningkatkan level
prostaglandin seperti PGE2 dan prostacyclin PGI2 yang menyebabkan dilatasi arteri pada jaringan yang
terbakar dan meningkatkan aliran darah dan tekanan hidrostatik pada microsirkulasi yang mengalami
injuri. Hal ini menyebabkan pembentukan edema.
4. Kinins
Terutama bradykinis meningkatkan permebilitas terutama pada venule.
5. Platelet activating factor
o Dikeluarkan setelah burn injury dan meningkatkan permeabilitas kapiler.
Bersamaan dengan kebocoran microvascular systemic sesaat setelah adanya burn terjadi
hypercoagulable dan hyperfibrinolytic state.
Selain hilangnya integritas microvascular, thermal injury juga menyebabkan perubahan pada level
seluler. Reduksi dari cardiac output setelah burn injury merupakan hasil dari cellular shock,
hypovolemic shock dan increased systemic vascular resistance karena sympathetic stimulation dari
dikeluarkanya berbagai mediator. Cardiac myocyte shock terjadi karena impaired calcium homeostasis.
Hypermetabolism
Resting energy expenditure (REE) setelah burn injury dapat 100% lebih tinggi dari prediksi berdasarkan
standar kalkulasi untuk ukuran, usia, umur dan berat.
o Fenomena ini terjadi karena meningkatnya jumlah panas yang hilang dari luka bakar dan meningkatkan
beta-adrenergic stimulation.
o Menghitung REE membantu untuk mengetahui Basal Metabolic Rate (BMR).
Metabolisme glukosa meningkat pada hamper semua pasien yang sakit begitu pula yang mengalami luka
bakar.
o Pada pasien yang mengalami luka bakar terjadi peningkatan Gluconeogenesis dan Glycogenolisis.
o Plasma insulin level meningkat pada orang yang mengalami luka bakar.
o Namun, Basal rate glukosa production tetap meningkat walaupun terjadi kondisi
hyperinsulinemia,kondisi ini dpaat disebut sebagai hepatic insulin resistance.
Lypolisis terjadi bila terjadi kebutuhan berlebih sumber energy.
o Pada pasien yang mengalami luka bakar, mayoritas pengeluaran asam lemak tidak dioksidasi namun di
re-esterisasi menjadi trigliserida, hal ini menyebabkan adanya penumpukan lemak pada hati
(Steatosis).
o Salah satu cara untuk mengurangi stetosis adalah dengan Beta-bloker(propanolol).
Proteolysis meningkat pada pasien bila dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi isnitrogenous,
isocaloric diet.
o Protein diekresikan terutama pada urine dalam bentuk urea.Hal ini menyebabkan meningkatnya efflux
asam amino dari skeletal muscle,termasuk gluconeogenic amino acid.
o Penyembuhan luka memerlukan pengingkatan protein synthesis dan peningkatan immunologic activity.
o Protein intake lebih dari 1 kg/hari dianjurkan untuk orang yang mengalami thermal injury,sedangkan
untuk orang yang mengalami luka bakar dengan fungsi ginjal yang normal dianjurkan menkonsumsi
protein 2 kg/hari
2.
Neuroendocrine respone
Cathecolamine meningkat setelah terjadi burn injury, dan merupakan mediator endocrine utama pada
respon hypermetabolisme.
o Untuk mengurangi efek hypermetabolisme karena cathecolami dapat diberika beberapa pilihan obat
antara lain : propanolol,GH (Growth Hormone) dan Oxandrolone.
o Awalnya GH diperacaya sebagai anticatabolic agent,namun tempatnya akhirnya digantikan oleh
propanolol yang lebih murah,aman dan memiliki efektifitas yang sama.Propanolol lebih superior
dibandingkan GH,sedangkan GH sama dengan oxandrolone dalam mengurnagi katabolisme.
Serum hormone thyroid berubah dengan pasien dengan luka bakar yang besar,T3 dan T4 akan
turun,revese T3 akan meningkat. Burn injury menyebabkan hypercortilism.
3.
Airway
Padamkan api
Perhatikan jalan napas (airway)
Berikan Cardiopulmonary resuscitation (CPR) pada kasus luka akibat sengatan listrik atau
keracunan CO parah
Berikan 100% oxygen via nonrebreather mask (apabila terdapat kecurigaan pasien menginhalasi
asap)
c.
Cold Application
Luka bakar kecil (scalds) mungkin dapat diobati dengan aplikasi air dingin secara cepat
Pendinginan tidak cukup menurunkan temperatur kulit sehingga tidak cukup untuk dapat mencegah
kerusakkan jaringan hanya dapat menunda pembentukan edema dengan mengurangi produksi
inisial thromboxane
Tidak boleh menggunakan air es apabila digunakan pada luka bakar yang besar menyebabkan
hipotermi sistemik & vasokonstriksi pada jaringan kutan memperparah kerusakkan
c.
Tetanus Prophylaxis
Ditentukan oleh status imunisasi pasien saat ini:
Imunisasi terakhir dilakukan pada <5 years tidak diberikan imunisasi tetanus
Imunisasi terakhir dilakukan pada < 10 years diberikan tetanus toxoid booster
Status imunisasi tidak diketahui hyperimmune serum (i.e. Hyper-Tet)
d.
Gastric Decompression
Pemberian makanan secara enteral, bertujuan :
o Mengurangi risiko terjadinya gastric ulceration (Curlings ulcer)
o Mencegah ileus
o Memperlambat proses katabolisme
Tranport pasien lebih dari beberapa jam dekompresi lambung dengan menggunakan
nasogastric tube
Pain Control
Pada fase shock medikasi melalui IV (IM atau SC bergantung pada perfusi jaringan sehingga
perlu dihindari
Pemberian opiate dosis rendah IV hingga efek analgesia mencukupi tanpa menyebabkan
terjadinya hipotensi
f.
Psychosocial Care
Harus dilakukan sesegera mungkin
Pasien dengan keluarga diberikan kenyamanan dan diberi tahu penilaian yang realistis
mengenai prognosis dari luka bakar
Mungkin terjadi kehilangan keluarga/hewan peliharaan/barang-barang tentukan seberapa besar,
berusaha mengerti
Jika ada luka bakar mencurigakan pada anak-anak dan kemungkinan adanya aniaya fisik, secara
hukum harus dilaporkan kepada pihak berwajib
Apabila pasien ditransfer pada 1 postburn day luka dapat dibalut dengan gauze
Ukuran luka bakar dikalkulasi menetukan level yang tepat untuk fluid resuscitation
Pulsasi distal dari wilayah circumferential burn harus dimonitor
Pasien diselimuti oleh alas tidur yang bersih dan tetap hangat
a.
Escharotomy
Thoracic Escharotomy
o Deep circumferential burns wound pada thorax inelastisitas pada chest wall tekanan yang
dibutuhkan untuk ventilasi dan arterial PCO2 meningkat early respiratory distress
o Thoracic escharotomy jarang dibutuhkan apabila dilakukan maka secara bilateralnpada
anterior axillary lines
o
ii. Escharotomy of the Extremities
o Pembentukan edema di bawah
jaringan yang tight, menyebabkan
pembentukkan
eschar
di
circumferential
burn.
Pada
ekstremitas
apabila tidak
disadari
dan
dirawat
escahrotomy:
cyanosis
deep tissue pain
progressive paresthesia
progressive
decrease
or
absence of pulses
sensation of cold extremities
o Ultrasonic flowmeter (Doppler):
menilai arterial blood flow
menilai perlunya escharotomy
menilai
apakah
sirkulasi
mencukupi setelah melakukan
escharotomy
i.
Dapat dilakukan sebagai bedside procedure pada ruang steril dengan scalpel atau dengan
electrocautery
Tidak memerlukan local anesthesia (karena eschar tidak bersensasi)
IV opitate atau anxiolytic sebaiknya diberikan
Insisi dilakukan dengan menghindari struktur neuromuskular dan vascular yang besar
dilakukan pada aspek mid-medial atau mid-lateral dari ekstremitas (salah satu)
Ketika satu insisi escharotomy tsb. tidak cukup untuk mengembalikan perfusi, dilakukan
escharotomy sekunder pada aspek kontralateral dari ekstremitas sisi yang sama.
Pasien dengan circumferential burn mengalami risiko untuk menderita compartment syndrome
hingga 72 jam sesudah kejadian senantiasa menilai tanda-tanda peningkatan tekanan
compartment (tetap bisa terjadi setelah dekompresi awal) jika ada tanda-tanda meski sudah
dilakukan escharotomy yang awalnya terlihat cukup siapkan fasciotomy operatif darurat
Crystalloid Resuscitation
o Lactated Ringers solution (LR) Na (sodium) concentration 130 mEq/L
o Quantity tergantung monitoring dari parameter (urinary output 0.5 mL/kg/hour perfusi
terhadap end-organ mencukupi)
o Pada luka bakar mayor, hypoproteinemia, dan terutama hypoalbuminemia terjadi sbg konsekuensi
respon fase akut
o Crystalloid resuscitation greater edema formation dibandingkan dengan regimen lainnya
2.
Colloid Resuscitation
o Starlings Law plasma protein menghasilkan tekanan oncotic ke dalam yang berlawanan
dengan tekanan hidrostatis intravascular (ke luar)
o Protein dibutuhkan untuk mempertahankan intravascular volume
o The Evans formula 1 mL/kg/% TBSA luka bakar larutan colloid dan crystalloid pada 24 jam
pertama
o Beberapa larutan colloid yang tersedia:
Heat-fixed plasma protein solutions
Albumin solutions dan hetastarch
Fresh Frozen Plasma (FFP)
o Colloid yang paling sering digunakan : larutan albumin
o Sering digunakan di klinis : LR solution (2L/24h) + FFP (75 mL/kg/24h)
o FFP bertujuan untuk
menurunkan volume resusitasi
membatasi pertambahan berat
mengurangi edema
3.
Hypertoninc Saline
o Salt solution of 240-300 mEq/L of sodium mengurangi edema dan mempertahankan perfusion
o Rekomendasi saat ini: serum sodium tidak boleh melebihi 160 mEq/dL
o Masih dalam tahap experimental
4.
Dextran
o Colloid terdiri atas molekul glukosa yang telah terpolimerisasi dalam bentuk rantai dan membentuk
high-molecular-weight polysaccharides
o MW 40 kd = low molecular weight dextran (LMWD)
6.
Overresucitaton
Abdominal Compartment Syndrome (ACS) jarang terjadi, terjadi sbg konsekuensi dari thermal
trauma, dapat dicegah, dan bersifat iatrogenic (akibat resusitasi yang tidak bijaksana)
Problem: minoritas pasien membutuhkan volume yang lebih banyak (>1.5 times) untuk
memastikan kesuksesan resusitasi
Alternative: Plasmapharesis (plasma exchange therapy), high dose IV vit. C
Fascial Excision
Untuk pasien dengan deep full-thickness burns, atau large, life-threatening full-thickness burns
Technique: electrocautery w/ cutting and coagulating capabilities
Keuntungan:
reliable bed of known viability
blood loss is less
less experience required to ensure an optimal bed
tourniquetes can routinely be used for extremities
Kerugian:
longer operative times
possibility of severe cosmetic deformity
higher incidence of distal edema when the excision is circumferential
greater danger of damage to superficial neuromuscular structures
cutaneous denervation
3.
Early Reconstruction
o Graft junctures harus dihindari pada bagian joints, dan harus dibuat ecara transverse apabila
memungkinkan
o Thick STSGs (split-thickness skin grafts) (>0.015 inch) memberikan penampakan yang lebih
baik daripada thin grafts (<= 0.010 inch)
o Thick graft digunakan pada bagian wajah, leher, dan bagian lain yang penting secara
kosmetik, kecuali tangan
4.
Meshed graft luka akan tetap ada, hindari untuk digunakan pada area-area yang memiliki
kepentingan kosmetik; biasa digunakan apabila donor sites terbatas
Donor Sites
o Seiring dengan perkembangan teknik early E&G, care dan proses penyembuhan pada donor
sites menjadi prioritas
o Donor sites biasa terasa sakit karena lukanya merupakan luka superficial partial-thickness
o Moist wound mengalami proses penyembuhan yang superior dibandingkan dry wound healing
o Donor sites yang mengalami penembuhan belum tentu bebas dari risiko komplikasi: infection,
hypertophic scarring, pigmenation changes, and blistering
b. Skin Substitutes
Kulit buatan saat ini telah tersedia, dapat berfungsi sebagai barrier (epidermis) dan menyediakan durabilitas
dan fleksibilitas struktural dari dermis. Harus permanen, mampu menahan hypertrophic scarring,
menyediakan pgimentasi normal, dan dapat memenuhi pertumbuhan (anak-anak yang bertumbuh)
1.
Dermal Substitutes
Saat ini ada 3 dermal substitutes yang dapat digunakkan di United States:
INTEGRA, bilaminate membrane consisting of a porous collagen-chondroitin 6-sulfate fibrillar
layer (dermal analogue) bonded to a thin silicone layer (temporary epidermis)
AlloDerm, cryopreserved allogeneic dermis from xhich the epithelial elements have been
removed w/ hypertonic saline prior to freeze-drying
Dermagraft, human neonatal fibroblasts cultured on Biobrane (a biosynthetic dressing
composed of a silicone membrane coated on one side with pocrine collagen and imbedded w/
nylon mesh)
2.
Cultured Skin
Apligraf = pembalut biologis tersusun atas cultured neonatal keratinocytes dan fibroblasts
Indikasi:
Pasien yang berusia tua dan memiliki risiko signifikan untuk nonhealing donor site, yang
memiliki luka bakar dalam yang kecil yang mulai bergranulasi
Meningkatkan hasil kosmetik dari penggunaan meshed STSGs
Cultured Epithelial Autograft (CEAs) e.g., Epicel
Terbuat dari full-thickness biopsy dari kulit pasien sendiri dan membutuhkan 3 minggu untuk dapat
tumbuh
Caloric Requirements
o Total energy expenditure dapat meningkat sekitar 15-100% diatas kebutuhan basal
o Kalkulasi kebutuhan kalori per hari pada pasien dengan luka bakar dapat dihitung dengan Longs
modification of Harris-Benedict equation BMR dikalikan dengan faktor-faktor stress tergantung
dari tipe injury (modifikasi untuk luka bakar = 1.5)
o
Parameters:
Resting Energy Expenditure (REE)
Diukur secara peiodik dengan indirect calorimetry
Perlu diperhitungkan adanya fluktuasi kebutuhan energi (misal pada saat stres fisik,
penggantian pembalut, dsb.) menyediakan kompensasi
Total Urine Nitrogen (TUN)
Mencerminkan derajat katabolisme di dalam tubuh perlu dimonitor secara regular tujuan:
positive nitrogen balance
a.
Carbohydrates
High-carbohydrate enteral nutrition formulations mengurangi poses katabolisme skeletal
muscle sparing
Optimal glucose oxidation during burn hypermetabolism terjadi pada intakes mendekati 5
mg/kg/minute apabila diberikan melebihi kecepatan ini nonxidative pathways yang tidak akan
membantu tercapainya energy balance
b.
Protein
glucose & protein-containing nutrients meningkatkan nitrogen balance dan mengizinkan lebih
banyak kalori untuk restorasi.
Protein administration (2g/kg/day)
synthesis protein visceral dan otot; namun kurang
berpengaruh pada rate of catabolism
Sementara pemberian exogenous glucose (7g/kg/day) mampu memperlambat catabolism, namun
memiliki efek yang terbatas pada protein synthesis
Exogenous Glutamine diperlukan untuk memenuhi kebutuhans meningkatkan outcomes pada
thermal injury
2.
3.
Route of Administration
a. Total Enteral Nutrition (TEN)
o diberikan makanan secara enteral dengan menggunakan gastric or duodenual feeding tube
o Severely-burned patient gastroparesis dapat membatasi kemampuan untuk dukungan nutrisi
intragastric nutritional support pemberian makanan postpyloric
o Keuntungan dibandingkan TPN :
maintain the integrity of GI tract via preservation of gut mucosal mass and immunity reduce
bacterial translocation and the incidence of gut-derived infection
enhances splanchnic perfusion improvement in gut O2 balance
adequate as ulcer prophylaxis (for Curlings ulcer and GI hemorrhage as burn-related
complications)
less expensive than TPN
b.
4.
Fat
low-fat enteral diets (<= 15% of nonprotein calories as fat) terbukti lebih baik karena dapat
mengurangi komplikasi infeksi, meningkatkan proses penyembuhan luka, mempersingkat waktu
perawatan dan menurunkan mortalitas
KOMPLIKASI
INHALATION INJURY
1.
2.
3.
Smoke Inhalation
Tracheostomy tidak boleh dilakukan dalam keadaan darurat dan sebaiknya tidak dilakukan
sebagai langkah awal dalam airway management.
Secara umum, terapi yang diberikan bersifat suportif, dengan tujuan utama menjaga suplai
oksigen yang cukup dan ventilasi hingga paru-paru sembuh.
Pada kasus ringan, diberikan oksigen yang sudah dilembabkan, pulmo toilet, bronchodilator.
Steroid dikontraindikasikan.
INFEKSI
Pendahuluan
o Luka bakar dapat mengaikabatkan immunosupresi yang bersifat profound, sesuai dengan TBSA yang
mengalami luka bakar.
o Hal ini mengakibatkan pasien luka bakar sangat rentan terhadap infeksi.
Faktor Risiko
o Anak-anak
o Inhalation injury sering menyebabkan infeksi, terutama pneumonia
o Premorbid diabetes
o Usia tidak mempengaruhi risiko infeksi, tetapi memiliki peran penting dalam outcome.
Manifestasi Klinis & Diagnosis
o Regulasi suhu tubuh berubah, sering ada hyperthermia (suhu 38.5 C)
Leukocytosis cenderung non-spesifik karena luka terbuka dalam jumlah besar akan menyebabkan elevasi
WBC yang bervariasi.
o Thrombocytopenia : manifestasi yang terpercaya (hampir pasti ada) dalam sepsis
o Peningkatan kebutuhan cairan, hipotensi, oliguria ; juga berhubungan dengan ketidakcukupan pemberian
cairan.
Infeksi Spesifik
o Infeksi pada Luka
Bakteri Gram-negatif, terutama Pseudomonas sp., merupakan organism dominan penyebab infeksi luka
yang fatal pada penderita luka bakar.
Inhalation injury disebut-sebut meningkatkan risiko pneumonia, biasanya karena infeksi pada saat
intubasi, bukan karena injury itu sendiri.