Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Permasalahan


Kejahatan adalah perbuatan dan peristiwa yang seringkali terjadi dalam kehidupan manusia di
masyarakat. Pada dasarnya istilah peristiwa yang dinamakan kejahatan itu di berikan kepada perbuatan
manusia yang melakukan tindak kejahatan, yang setiap orang dapat merasakannya, misalkan
pembunuhan, pencurian, pemerkosaan dan berbagai kejahatan.
Berbagai kejahatan terus menjadi pemberitaan yang hangat di media masa. Kejahatan itu terus
berkembang dengan berbagai modus operandinya yang sangat meresahkan masyarakat sebagai suatu
kenyataan social. masalah kriminalitas atau kejahatan ini tidak dapat dihindari dan memang selalu ada
sehingga wajar bila menimbulkan keresahan, karena kriminalitas di anggap sebagai suatu gangguan
terhadap kesejahteraan manusia.
Dari beberapa kasus kejahatan salah satunya, tentang kejahatan pemerkosaan. aspek historis kejahatan
pemerkosaan adalah suatu perbuatan seksual atau persetubuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki
atas diri seorang wanita, secara paksa dan tindak pidana kekerasan.

2. TUJUAN
Sehubungan dengan perkembangan ini, penduduk dan pemerintah membuat reaki untuk memberantas
masalah kejahatan untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan harus diketahui terlebih dahulu apa
yang menjadi faktor-faktor penyebab timbulnya kejahatan itu. Karena kejahatan sebagai kenyataan sosial
yang mempunyai keterkaitan dengan fenomena yang ada dalam masyarakat yang paling mempengaruhi,
maka jika kita ingin menganalisa suatu kejahatan harus dikaji menurut proporsi yang sebenarnya.
Pemerintah harus berupa untuk menanggulangi kejahatan dan berbagai permasalahannya.
Dalam penelitian ini penulis mengangkat masalah kejahatan pemerkosaan yang berbuat cabul, dan
diberi judul Lima Begal Perkosa Wanita Bersuami Di Karawang .

Ini Kronologis 5 Begal Perkosa Wanita


Bersuami di Karawang
PEMBAHASAN
Tragedi memilukan kasus perkosaan terjadi di Karawang. Lima pria secara brutal memerkosa
seorang wanita bersuami secara brutal di Kecamatan Cikampek, Karawang, Senin (9/5/2016).
Peristiwa terjadi pada 2 Mei 2016 lalu. Wanita berinisial BA ini dibonceng suaminya, JOM,
menggunakan sepeda motor menuju rumahnya Kampung Palem, Desa Tirtasari, Karawang. yang
sedang melintas menggunakan sepeda motor.

Di Jalan Tanggul Irigasi yang sedang sepi, ada lima begal menghadang motor JOM dan BA.
kejadian sadis itu berawal saat pelaku yang dalam kondisi mabuk menghadang pasangan suamiistri berinisial JOM dan BA itu.Kemudian begal itu membawa korban ke wilayah Desa
Pawarengan, Kecamatan Cikampek. Di sebuah rumah kosong, si suami dipukuli hingga pingsan.
Sedangkan si istri diseret ke belakang rumah kosong. Tersangka KUS, DK dan HEN menghajar
dan menyekap BA, lalu merampas motor korban. Setelah itu, JOM diancam akan dibunuh jika
berontak, kemudian para pelaku membawa korban ke ruko kosong .
Di lokasi itu, para begal memerkosa wanita secara bergiliran dan brutal di belakang rumah
kosong tersebut. Usai menggahi BA Kelima penjahat ini kemudian meninggalkan korban yang
terbaring lemas sendirian. Pelaku langsung kabur sambil menggondol barang berharga korban
seperti ponsel dan motor korban. ,
Keluarga korban melapor ke Polres Karawang. Atas laporan itu, petugas yang sudah mengetahui
identitas pelaku langsung ditangkap. Polres Karawang bergerak cepat memburu tersangka.
Mendapat laporan, kita langsung menurunkan anggota untuk menangkap seluruh pelakunya,
katanya.
Beruntung Polres Karawang cepat tanggap, Dalam hitungan hari, polisi sukses membekuk para
pelaku. Mereka adalah pemerkosaan oleh lima orang pelaku yaitu, Kusnadi, Dede Kurniawan,
Hendra, Anda dan Tarma. Sementara korbannya JOM, warga Desa Tirtasari, Kecamatan
Tirtamulya masih trauma.
Kasatreskrim Polres Karawang AKP Doni Wicaksono mengatakan, tersangka, KUS, HEN, DK,
TAR, dan AN ditangkap di rumah masing-masing. Sementara korbannya JOM, warga Desa
Tirtasari, Kecamatan Tirtamulya masih trauma.
Kelima tersangka dibekuk dan tengah diperiksa. Penjahat seks ini melakukan perbuatan bejat itu
setelah dipengaruhi minuman keras. Polisi juga menyita dari tangan pelaku, satu unit ponsel
Nokia, satu jam tangan warna hitam, satu unit sepeda motor milik korban dan pakaian korban.
Menurut Dony, pelaku dapat dijerat dengan dua pasar berlapis, yakni pasal 365 tentang
pencurian dan kekerasan dan pasal 289 KUH Pidana.
KESIMPULAN Pasal 365 KUHP

Pasal 365
(1). Dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun, dihukum pencurian
yang didahului, disertai atau di ikuti dengan kekerasan terhadap orang, dengan
maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap
tangan supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi kawannya yang turut
melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya barang yang dicuri itu
tetap ada ditangannya.

(2). Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun, dijatuhkan


1e. jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam didalam sebuah rumah atau
pekarangan yang tertutup, yang ada rumahnya atau dijalan atau didalam kereta api
atau trem yang sedang berjalan
2e. jika perbuatan itu dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih
3e. jika sitersalah masuk ketempat melakukan kejahatan itu dengan jalan
membongkar atau memanjat, atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah
palsu atau pakaian jabatan palsu
4e. jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat
(3). Hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun dijatuhkan jika karena
perbuatan itu ada orang mati
(4). Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan, jika perbuatan itu menjadikan orang
mendapat luka berat atau mati, oleh satu hal yang diterangkan dalam No.1 dan 3
Pasal 289
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan
atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang
menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun

pemerkosaan dapat terjadi bukan semata-mata disebabkan oleh dorongan seksual yang tidak bisa
dikendalikan dan membutuhkan pelampiasan, namun dapat disebabkan oleh faktor emosi seperti hasrat
pelaku untuk melakukan balas dendam terhadap yang pernah menyakitinya, atau menjadikan sebagai
sasaran kemarahannya, sehingga dijadikan korban.
terjadinya pemerkosaan juga didukung oleh pengaruh lingkungan. Posisi pelaku dengan korban pun
didukung oleh peran lingkungan (seperti jauh dari keramaian, sepi dan ruang tertutup) yang
memungkinkan pelaku dapat leluasa menjalankan aksi-aksi kejahatannya.
Penyebab pemerkosaan adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak menghargai etika berpakaian yang
menutup aurat, yang dapat merangsang pihak lain untuk berbuat tidak senonoh dan jahat.
Gaya hidup atau mode pergaulan antara laki-laki dengan perempuan yang semakin bebas,
tidak bisa lagi membedakan antara yang seharusnya boleh dikerjakan dengan yang dilarang
dalam hubungannya dengan kaedah akhlak mengenai hubungan laki-laki dengan perempuan.
2. Rendahnya pengalaman dan penghayatan terhadap norma-norma keagamana yang terjadi
ditengah masyarakat. Nilai-nilai keagamaan yang semakin terkikis di masyarakat.

3. Tingkat kontrol masyarakat (social control) yang rendah, yaitu berbagai perilaku yang di duga
sebagai penyimpangan, melanggar hukum dan norma keagamaan kurang mendapat responsi
dan pengawasan dari unsur-unsur masyarakat. Putusan hakim yang terasa tidak adil, seperti
putusan yang cukup ringan yang dijatuhkan pada pelaku. Hal ini dimungkinkan dapat
mendorong anggota-anggota masyarakat lainnya untuk berbuat keji dan jahat.
4. Ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan emosi dan nafsu seksualnya. Nafsu seksualnya
dibiarkan mengembar adan menuntutnya untuk di carikan pemuasnya.
5. Keinginan pelaku untuk melakukan atau melampiaskan balas dendam terhadap sikap, ucapan
dan perilaku korban yang di anggap menyakiti dan merugikannya
.
Pemulihan hak-hak korban harus dilihat sebagai bagian integral, artinya baik hak-hak yang berkenaan
dengan peran korban dalam system peradilan pidana (mulai dari tahap pra-ajudikai, ajudikasi dan pasca
ajudikasi) maupun hak-hak yang berkenaan dengan penderitaan yang dialami korban, baik fisik maupun
mental pemulihan penderitaan non-fisik tidak cukup jika hanya diwujudkan dalam bentuk materil, akan
tetapi harus diimbangi dengan kepuasan immaterial, seperti jaminan bahwa pelaku kejahatan tidak akan
mengulang perbuatan serupa. Atas dasar-dasar kerugian yang diderita korban upaya pemulihan hak-hak
korban harus berupa keterpaduan program dari berbagai usaha. Usaha-usaha dimaksud meliputi usaha
dibidang kesejahteraan sosial, system pelayanan yang lebih manusiawi dengan melibatkan masyarakat
umum, negara dan pelaku kejahatan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai