Anda di halaman 1dari 28

MENERAPKAN

RESTRUKTURISASI ANGGARAN

VOLUME IV NO. 20 APRIL - JUNI 2010

DAFTAR ISI
daftar

isi
REALITA

WAWASAN
RKAKL Generasi Baru

Saat ini istilah output, sub-output, komponen dan


sub-komponen menjadi topik yang ramai dibicarakan oleh
praktisi perencanaan anggaran negara. Sebagian bisa mengerti,
sebagian bingung, sebagian lagi sedikit bingung dan sebagian
lagi sangat bingung. Istilah tersebut di atas sebenarnya
merupakan imbas dari perubahan kebijakan di bidang
penganggaran.

ANALISA
PENGANGGURAN BERBASIS
KENERJA
Mungkinkah Diimplementasikan?

APBN-P 2010...?

11

Kenapa Anggaran Responsif Gender?

13

Semangat pemerintahan yang baik (Good Governance) yang tertuang


dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara: Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
harus terus dikumandangkan.

15

Sebagaimana diamanatkan Undang-undang RI No. 17


Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undangundang RI No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, bahwa penyusunan Rencana
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN)
berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan
memperhitungkan ketersediaan anggaran. Dimana RKP
merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional.

Warta PERENCANA

17

Untuk mensejahterakan masyarakat dengan melalui strategi


pencapaian sasaran pembangunan yang dikenal dengan triple
tract strategy yaitu pro-job, pro-poor dan pro-growth.

Sumber Air Baku di


Lokasi KTM Belitang

20

Program Transmigrasi
Sebagai Lokomotif
Pembangunan di Jambi

22

Menjelang bulan September, masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L)


pemerintah sibuk sendiri menyusun usulan program/kegiatan dan anggaran
yang selanjutnya dibahas di Ditjen Anggaran - Kementerian Keuangan.

Anggaran Hemat

PRO POOR

INFO
KOMPUTER

24

Sejarah Akuntabilitas

26

Krisis Likuiditas &


RAPBN 2009

27

LENSA

28

diterbitkan setiap triwulan oleh Biro Perencanaan Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi RI
(SK Sekjen No. KEP 394/SJ/III/2008)

ISSN: 1978-3299 Pengarah Sekretaris Jenderal Depnakertrans RI Penanggung Jawab Kepala Biro Perencanaan Koordinator Conrad Hendrarto
Pemimpin Redaksi Jadid Malawi Sekretariat Redaksi Yeti Yulas, Diyah N. Redaktur Musrifah Mufti, Tati Juliati, Widyantoro M., Mery Hartati, Nur Siti Balian
Editor Helaria P. Candra, Tuty H. Kiman Pracetak Gatot Sutejo Pembantu Umum Sudarmanto, Asmari
Alamat Redaksi: Biro Perencanaan Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi RI Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Selatan
Tel/fax: (021) 7973060, 7973082, 7992661 E-mail: redaksi_waper@nakertrans.go.id
Redaksi menerima kiriman karya tulis Anda. Materi seputar perencanaan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian baik di pusat maupun di
daerah. Naskah yang dimuat akan diberi imbalan sepantasnya.

VOLUME IV NO. 20

APRIL
APRIL--JUNI
JUNI2010
2010

Warta PERENCANA

pengantar redaksi

im penerbit majalah Warta Perencana pada


edisi 20 volume IV tahun 2010 ini mengajak
pembaca mendalami persoalan perencanaan
penganggaran, persoalan ini diangkat sebagai
topik edisi kali ini. Dimana rencana kerja anggaran
kementerian/ lembaga tahun 2011 diarahkan untuk
melakukan retruktukturisasi yang lebih konstruktif dan
informatif. Dengan penyusunan anggaran berbasis
kinerja, anggaran responsif gender, yang hemat dan
berorientasi pada pengurangan kemiskinan. Disajikan
dalam beberapa rubrik.
Sajian utama pada Rubrik Wawasan, rubrik ini
memuat beberapa tulisan antara lain: mengenai RKAKL
Generasi Baru, yang menyampaikan restrukturisasi
anggaran. Hal inilah yang sedikit membingungkan
bagi para praktisi anggaran (pengguna aplikasi, red).
Karena harus memulai dari awal untuk dapat mengerti
dan memahaminya. Disini diperlukan kesamaan visi
antara Ditjen Anggaran dan para stakeholder di bidang
perencanaan anggaran untuk secara bersama-sama

editorial

alam proses pembangunan,


ternyata perempuan masih
termarginalkan. Sengaja atau
tidak, masih saja terjadi diskriminasi
atas hak perempuan dan juga
belum optimalnya pemberdayaan
perempuan untuk meningkatkan
kesejahteraan diri dan keluarganya.
Untuk itu, pemerintah telah
menetapkan Pengarusutamaan
Gender (PUG) sebagai salah satu dari
tiga Kebijakan Pengarusutamaan
dalam RPJMN 2010-2014.
Pengarusutamaan Gender
(PUG) dalam pembangunan
adalah strategi yang digunakan
untuk mengurangi kesenjangan
antara penduduk perempuan dan
laki-laki dalam mengakses dan
mendapatkan manfaat
pembangunan,
serta meningkatkan
partisipasi dan
mengontrol proses

melakukan restrukturisasi ke arah yang lebih baik.


Rubrik Analisa edisi kali ini memuat beberapa
tulisan antara lain: Penganggaran Berbasis Kinerja
mungkinkah bisa diimplementasikan?; Apa yang terjadi
dengan penyusunan APBN-P 2010; Hal baru yang
menjadi perhatian dalam penganggaran ke depan
yaitu Penerapan ARG, ada apa dengan penyusunan
anggaran responsif gender (ARG)?; Selanjutnya
bagaimana penyusunan Anggaran Hemat, aspek
apa saja yang terkait dengan masalah ini; Pro Poor
merupakan salah satu upaya penyusunan anggaran
yang berpihak pada pengurangan kemiskinan.
Salah satu wujud pembangunan ketransmigrasian
disajikan melalui Rubrik Realita yaitu Mencari Air Baku
di Lokasi KTM Belitang; dan Program Transmigrasi
sebagai Lokomotif Pembangunan di Jambi.
Sebagai sajian penutup, beberapa naskah dikemas
dalam Rubrik Info, antara lain: Komputer; Sejarah
Akuntabilitas; Krisis Likuiditas & RAPBN 2009.

*) Conrad Hendrarto
pembangunan. PUG dilakukan
dengan mengintegrasikan
perspektif gender ke dalam proses
pembangunan di segala bidang.
Penerapan PUG akan menghasil
kan kebijakan publik yang lebih
efektif untuk mewujudkan pem
bangunan yang lebih adil dan merata
bagi seluruh penduduk Indonesia,
baik perempuan maupun laki-laki.
Dalam Inpres Nomor 9 tahun 2000
tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional, jajaran
pemerintah diamanahkan untuk me
laksanakan pengarusutamaan gender
guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan program dan anggaran,
pelaksanaan, pemantauan, dan
evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional yang ber
perspektif gender sesuai dengan
bidang tugas dan fungsi, serta
kewenangan masing-masing.
Untuk itu, dalam proses
penyusunan anggaran tahun
2011, Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi harus sudah
menerapkan Anggaran Responsif
Gender (ARG). Ketentuan ini
mengacu pada Peraturan Menteri

Keuangan 104 Tahun 2010 tentang


Anggaran Resonsif Gender. ARG
akan mengakomodir keadilan
bagi perempuan dan lelaki dalam
memperoleh akses, manfaat, partisi
pasi dalam pengambilan keputusan
dan pengendalian sumber daya serta
kesetaraan terhadap kesempatan
dan peluang dalam menikmati hasil
pembangunan. ARG melekat pada
struktur program dan kegiatan
dalam Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL).
Demikian pentingnya ARG, maka
dalam INPRES Nomor 3 Tahun 2010
tentang Program Pembangunan
yang Berkeadilan, perencanaan
dan penganggaran yang responsif
gender bidang ketenagakerjaan
dalam pelatihan, pemagangan dan
kewirausahaan merupakan salah satu
rencana aksi pada tahun 2010 ini.
Perbedaan adalah Karunia Allah,
Bagaimana Kita Menyikapinya
dengan Positif menjadi Suatu
Potensi Pembangunan yang Adil

Conrad Hendrarto
Koordinator Penerbitan
WARTA PERENCANA

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

wawasan
*) Irwan Suliantoro

Generasi Baru
Saat ini istilah output, sub-output, komponen dan subkomponen menjadi topik yang ramai dibicarakan oleh praktisi
perencanaan anggaran negara. Sebagian bisa mengerti, sebagian
bingung, sebagian lagi sedikit bingung dan sebagian lagi sangat
bingung. Istilah tersebut di atas sebenarnya merupakan imbas
dari perubahan kebijakan di bidang penganggaran.

ementerian Keuangan
melalui Direktorat Jenderal
Anggaran berusaha untuk
merestrukturisasi informasi kinerja
dan belanja pada dokumen
perencanaan anggaran ke arah yang
lebih konstruktif dan informatif.
Restrukturisasi tersebut selain
mengubah dokumen perencanaan
yang ada, juga mengubah struktur
pengisian data. Hal inilah yang
sedikit membingungkan bagi
para praktisi anggaran, karena
harus memulai dari awal untuk
dapat mengerti dan memahaminya.
Disini diperlukan kesamaan visi
antara Ditjen Anggaran dan para
stakeholder di bidang perencanaan
anggaran untuk secara bersamasama melakukan restrukturisasi ke
arah yang lebih baik.

Empat Dokumen Utama

RKAKL format baru, dari sisi


fungsionalitas, dokumennya
terbagi menjadi empat kelompok,
yaitu dokumen kinerja, dokumen
belanja, dokumen pendapatan dan
dokumen Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah (KPJM). Pertama,
dokumen kinerja menggambarkan
outcome, indikator kinerja utama,
output kegiatan dan indikator kinerja
kegiatan. Data kinerja tersebut

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

merupakan representasi dari RenjaKL yang dikompilasi oleh Bappenas.


Kedua, dokumen belanja merupakan
dokumen yang menggambarkan
alokasi belanja satker menurut
struktur belanja yang ada. Struktur
belanja tesebut meliputi satker,
program, kegiatan, output, suboutput, komponen, subkomponen,
akun dan detil/rincian. Ketiga,
dokumen pendapatan merupakan
dokumen yang menggambarkan
rencana pendapatan (terutama
PNBP) baik yang bersifat umum
maupun fungsional. Rencana
pendapatan tersebut dirinci hingga

per-akun. Keempat, dokumen


KPJM merupakan dokumen yang
menggambarkan rencana kinerja
dan belanja per-output kegiatan
dalam perspektif jangka menengah
(empat tahun). Jadi perencanaan
output dan belanja tidak sematamata difokuskan pada tahun
anggaran berjalan atau tahun
anggaran yang diusulkan, tetapi
juga fokus pada forward estimate
untuk dua tahun kedepan.
Dari empat fungsionalitas
yang ada, dokumen belanja
merupakan dokumen yang paling
kompleks karena selain mepunyai
struktur data yang panjang, juga
mempunyai banyak aturan main
yang menjadi kebijakan dari sisi
penganggaran negara. Untuk lebih
jelasnya, struktur dari sisi belanja
RKAKL dapat digambarkan di
bawah ini.

wawasan
Program

Program adalah penjabaran


kebijakan Kementerian/Lembaga
dalam bentuk satu atau beberapa
kegiatan dengan menggunakan
sumber daya yang disediakan
untuk mencapai hasil yang
terukur (sasaran program) sesuai
dengan misinya yang dilaksanakan
instansi atau masyarakat, dalam
koordinasi Kementerian /Lembaga
yang bersangkutan. Program ini
mencerminkan sasaran strategis
dari Kementerian/Lembaga. Contoh
program misalnya Program
Perlindungan Tenaga Kerja dan
Pengembangan Sistem Pengawasan
Ketenagakerjaan. Untuk RKAKL
format baru ini, program tidak
melekat pada fungsi dan subfungsi
tertentu, tetapi berdiri sendiri yang
melekat pada masing-masing unit
eselon satu.
Program dibedakan atas program
teknis dan program generik.
Program teknis merupakan program
yang diarahkan untuk menghasilkan
pelayanan kepada kelompok sasaran/
masyarakat (eksternal). Program
generik merupakan program yang
diarahkan untuk mendukung pelayan
an aparatur dan/atau administrasi
pemerintah (internal) dan memiliki
karakteristik sejenis pada setiap
Kementerian/Lembaga. Contoh
program generik yaitu Program
Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya,
Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur, Program
Pengawasan dan Peningkatan
Akuntabilitas Aparatur, Program
Penelitian dan Pengembangan,
Program Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur.

Kegiatan

Kegiatan merupakan sekumpulan


tindakan pengerahan sumber daya
baik yang berupa personel (sumber
daya manusia), barang modal
(termasuk peralatan dan teknologi),
dana, atau kombinasi dari beberapa
atau semua jenis sumber daya
tersebut sebagai masukan (input)
untuk menghasilkan keluaran

(output) dalam bentuk barang/


jasa. Kegiatan merupakan
rangkaian aktivitas yang saling
berhubungan yang ditujukan
untuk mencapai output tertentu
yang dapat dideskripsikan baik
secara kualitatif mapun kuantitatif
dengan biaya tertentu.
Kegiatan dibedakan atas kegiat
an generik dan kegiatan teknis.
Kegiatan generik merupakan kegiatan
yg digunakan oleh beberapa eselon
dua yang memiliki karakteristik
sejenis. Kegiatan teknis merupakan
kegiatan spesifik yang bersifat
prioritas maupun nonprioritas.
Contoh kegiatan teknis yaitu
Penyusunan Perencanaan Tenaga
Kerja.

Output

Output merupakan keluaran


akhir dari suatu kegiatan yang
bersifat spesifik dan terukur yang
berupa barang/jasa dan diarahkan
untuk mendukung pencapaian
outcome dari suatu program.
Dalam suatu kegiatan, kuantitas
atau jumlah suatu output bisa
lebih dari satu jenis tergantung
dari realitas yang ada. Dari sisi
penanggungjawab, output
mencerminkan sasaran kinerja

dari eselon dua/satker sesuai tugasfungsi atau penugasan prioritas


pembangunan nasional.
Untuk konteks kegiatan yang
bersifat fungsional atau birokratis,
output dapat berupa kebijakan,
laporan atau rekomendasi.
Contohnya Pedoman Penyusunan
Perencanaan Tenaga Kerja,
Dokumen Perencanaan dan
Pengelolaan Anggaran, Kebijakan
Bidang Ketenagakerjaan. Hal
yang sering salah kaprah dalam
menentukan nomenklatur
output yaitu adanya output
yang diidentifikasikan sebagai
aktivitas, contohnya Harmonisasi
Kebijakan Jaminan Sosial, dimana
harmonisasi lebih mengarah ke
aktivitas, bukan produk/jasa.
Contoh lain adalah Penyusunan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
dimana kata penyusunan lebih
mengarah ke aktivitas, bukan
produk/jasa.
Dari sisi fungsi birokrasi,
output kegiatan dibedakan atas
output manajemen dan output
teknis. Output manajemen
merupakan output kegiatan yang
bertujuan untuk mendukung
kelancaran birokrasi secara
umum pada unit eselon dua

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

wawasan

atau yang melaksanakan fungsi


kesekretariatan. Output teknis
merupakan output yang dihasilkan
oleh kegiatan dalam rangka
pelaksanaan fungsi teknis suatu
unit eselon dua (satker) dan
atau dihasilkan dalam rangka
penugasan prioritas pembangunan
nasional. Pada RKAKL, nomenklatur
output ini sudah didefinisikan
sehingga satker-satker tinggal
memilihnya sesuai dengan tugas
dan fungsi dari satker yang
bersangkutan.

Sub-Output

Sub-output merupakan
bagian dari suatu keluaran yang
mendukung pencapaian output
di level atasnya. Sub-output
mempunyai ruang lingkup yang
masih satu rumpun dengan lingkup
output di level atasnya. Berbeda
dengan nomenklatur output
yang sudah didefinisikan di awal
pengisian RKAKL, nomenklatur
sub-output dibuat sendiri oleh
satker sesuai kebutuhan. Sebagai
contoh pada output Pedoman
Penyusunan Perencanaan Tenaga
Kerja (PTK) mempunyai dua
sub-output yaitu Pedoman
Penyusunan PTK Dalam Negeri
dan sub-output Pedoman
Penyusunan PTK Luar Negeri.
Sub-output tersebut bersifat
optional, dalam arti dapat
digunakan (direkam) atau tidak
digunakan. Selain itu, data suboutput juga dapat dinaikkan

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

levelnya menjadi output.


Bila hal ini dilakukan,
maka nomenklatur output
Pedoman Penyusunan
PTK dapat dihilangkan
dan diganti menjadi
dua output dengan
nomenklatur Pedoman
Penyusunan PTK Dalam
Negeri dan Pedoman
Penyusunan PTK Luar
Negeri. Pilihan untuk
menjadikan sub-output
menjadi output atau
sebaliknya diserahkan
sepenuhnya kepada
satker. Yang perlu dipertimbangkan
adalah semakin banyak jumlah
nomenklatur output, maka aspek
fleksibilitas dalam realokasi
anggaran menjadi semakin
berkurang. Artinya perlu jalur
birokrasi yang lebih panjang dalam
revisi anggaran apabila jumlah
output suatu kegiatan relatif banyak.

Komponen

Komponen merupakan
struktur input berupa tahapan
yang diperlukan dalam
pencapaian output atau suboutput. Komponen dapat juga
merupakan struktur pendukung
dalam pencapaian output atau
sub-output. Sebagai contoh pada
sub-output Pedoman Penyusunan
PTK Dalam Negeri mempunyai
komponen antara lain Penyusunan
Permenakertrans Makro dan
komponen Sosialisasi PTK.
Yang perlu diperhatikan adalah
kode komponen. Sebenarnya tidak
ada kodifikasi pada level komponen,
kode yang dicantumkan merupakan
urutan angka tiga digit yang
nomor kode dan nomenklaturnya
diserahkan kepada satker. Namun
untuk kode komponen 001
diperuntukkan khusus bagi
komponen pembayaran gaji/
tunjangan dan kode komponen
002 khusus untuk operasional
kantor. Dengan demikian, kode
komponen yang bisa direkam/
digunakan adalah kode dengan
nomor urut mulai 011.

Sub-Komponen

Sama seperti komponen, subkomponen merupakan struktur


input yang berupa sub-tahapan
di bawah komponen. Sebagai
contoh komponen Sosialisasi
PTK mempunyai sub-komponen
Sosialisasi PTK Angkatan I,
Sosialisasi PTK Angkatan II dan
seterusnya. Sub-komponen ini
bersifat optional, jadi bisa direkam
atau bisa tidak direkam. Proses
pada level ini kemudian diteruskan
hingga level akun dan detil akun
yang mekanisme sama seperti
tahun lalu.
Data belanja tersebut di atas
bersama data kinerja dan data
pendapatan kemudian diramu
menjadi dokumen perencanaan
anggaran yang meliputi Formulir 1,
Formulir 2 dan Formulir 3. Formulir
1, merupakan rencana pencapaian
sasaran strategis yang berupa rekap
alokasi anggaran per-program pada
Kementerian/Lembaga. Formulir 2,
merupakan rencana pencapaian
outcome yang berupa rekap alokasi
anggaran per-output kegiatan pada
masing-masing unit eselon satu.
Sedang Formulir 3 mirip dengan
Fomulir 2 dengan tambahan
informasi KPJM pada level output.
Selain tiga formulir tersebut,
terdapat formulir lain yang berupa
kertas kerja yang digunakan pada
level satker. Kertas kerja terdiri empat
jenis, yaitu kertas kerja Bagian A
yang memuat data kinerja satker,
Bagian B yang memuat rincian
belanja, Bagian C yang memuat
rencana pendapatan dan Bagian D
yang memuat perkiraan maju untuk
alokasi belanja.
Mungkin sedikit agak sulit
dalam memahami hal-hal baru
terkait dengan RKAKL fomat baru.
Dibutuhkan kesamaan persepsi,
waktu dan juga itikad yang baik untuk
bersama-sama menuju perubahan
yang konstruktif. Setuju?

Irwan Suliantoro
Praktisi Anggaran

analisa
*) Tri Djoko

PENGANGGARAN
BERBASIS KINERJA

Mungkinkah Diimplementasikan?
Menjelang bulan September, masing-masing Kementerian/
Lembaga (K/L) pemerintah sibuk sendiri menyusun usulan
program/kegiatan dan anggaran yang selanjutnya dibahas di
Ditjen Anggaran - Kementerian Keuangan.

agi Anda yang kebetulan


ditugasi untuk menyusun
usulan tersebut, seringkali
diingatkan untuk menambahkan
10%-15% dari usulan yang
sudah ada (baseline), tanpa
melihat hasilnya yang telah
dicapai dari kegiatan tersebut.
Di sisi lain, monitoring dan
evaluasi pelaksanaan program/
kegiatan dan anggaran kita
masih berorientasi pada besaran
penyerapan anggaran pada

tahun yang bersangkutan, belum


melihat apakah pelaksanaan
kegiatan dan anggaran tersebut
telah mengarah pada visi dan
kebijakan suatu organisasi yang
telah ditetapkan.
Dari contoh di atas, dapat
dikatakan bahwa dalam
pengusulan program/kegiatan dan
anggaran maupun monitoring
pelaksanaan kegiatan dan
anggaran, masih terfokus pada
besaran uang (anggaran), belum

mengarah pada keterkaitan


antara pendanaan dengan
keluaran (output) maupun hasil
(outcome).
Lalu, apa itu penganggaran
berbasis kinerja? Jawabannya
bermacam-macam. Belum ada
satu kesatuan pendapat, setiap
orang berhak untuk menyatakan
pendapatnya.

Penganggaran Berbasis
Kinerja

Pasal 3 ayat (1), UndangUndang Nomor 17 Tahun


2003 tentang Keuangan
Negara menyatakan bahwa
Penganggaran Berbasis Kinerja
(PBK) adalah penyusunan
anggaran dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan
antara pendanaan dengan
keluaran (output) dan
hasil (outcome), termasuk
efisiensi dalam pencapaian
hasil dari keluaran tersebut.
Indikator kinerja dan sasaran
merupakan bagian dari sistem
penganggaran berdasarkan
kinerja dalam rangka
mendukung perbaikan efisiensi
dan efektivitas pemanfatan
sumber daya dan memperkuat
proses pengambilan keputusan.
Penyusunan anggaran harus

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

analisa
prioritas serta kebijakan
Kementerian/Lembaga.
Penganggaran berdasarkan
kinerja bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dalam
pelaksanaan anggaran dengan
menghubungkan beban kerja
dan kegiatan dengan biaya.
Tujuan akhir dari penerapan
penganggaran berbasis
kinerja adalah meningkatkan
kualitas pelayanan publik dan
memperkuat dampak dari
peningkatan pelayanan publik.

Proses Penyusunan Anggaran

bertitik tolak dari keluaran yang


ingin dicapai (output based).
Setelah keluaran ditetapkan
sebagai target yang akan
dicapai, maka dialokasikan
sejumlah dana yang diperlukan
dengan mempertimbangkan
efisiensi, target dapat dicapai
dengan pemanfaatan dana
seoptimal mungkin. Penerapan
anggaran berbasis kinerja
menuntut adanya perubahan
pola pikir (mindset), karena
sistem anggaran yang lama
masih berorientasi pada
tersedianya dana (input based).
Salah satu kegiatan di dalam
Peraturan Pemerintah mengenai
Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga adalah
proses pelaporan kinerja
yang notabenenya evaluasi
mengenai efisiensi dan
efektivitas suatu kebijakan.
Penerapan penganggaran
berdasarkan kinerja merupakan
bagian tidak terpisahkan dalam
pelaksanaan penyempurnaan
manajemen keuangan yang
bertujuan untuk meningkatkan
transparansi, dan akuntabilitas
pelayanan publik serta
efektivitas dari rencana kerja

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

yang telah ditetapkan. Hal


ini sejalan dengan beberapa
penyempurnaan lainnya
di bidang manajemen
keuangan, seperti penerapan
anggaran terpadu, dan
kerangka pengeluaran jangka
menengah, yang berusaha
untuk menghubungkan antara
kebijakan, perencanaan,
penganggaran, dan
pelaksanaan.
Satu hal yang penting dan
mendasar dalam penyempurnaan
manajemen keuangan ini
adanya kewenangan dan
tanggungjawab yang lebih besar
bagi Kementerian/Lembaga
dalam mengelola program dan
kegiatan yang ada dalam lingkup
kerjanya, dimana penganggaran
berdasarkan kinerja akan sangat
membantu dalam penerapannya.
Pendekatan ini dimaksudkan
untuk memperbaiki kelemahan
sistem lama, artinya suatu
sistem penganggaran yang
disusun dengan penekanan
terhadap pengendalian atas
input dengan perubahan yang
cenderung konservatif dari
anggaran tahun sebelumnya
dan kurang mempertimbangkan

Proses penganggaran selama


ini dilaksanakan secara tahunan
untuk menyusun kebutuhan
anggaran bagi implementasi
kebijakan selama satu tahun
anggaran. Dengan demikian
proses optimasi dalam alokasi
sumber dana terbatas pada
tahun yang bersangkutan.
Penganggaran yang sifatnya
tahunan, mengandung
beberapa kelemahan. Pertama,
Penganggaran tahunan
cenderung kurang disiplin dalam
mengaitkan alokasi anggaran
dengan kebijakan. Penetapan
prioritas suatu kebijakan serta
implikasi kegiatannya tidak
secara eksplisit terkait dengan
kebijakan dan kegiatan yang
implementasinya membutuhkna
lebih dari satu tahun anggaran.
Perbedaan persepsi mengenai
relevansi dan pentingnya
sebuah kebijakan yang
disebabkan oleh perspektif
waktu, berpotensi menyebabkan
inefisiensi alokasi anggaran.
Kedua, banyak kegiatan yang
pelaksanaannya membutuhkan
lebih dari satu tahun
anggaran, yang apabila sudah
diputuskan sebagai prioritas,
memerlukan komitmen dalam
pelaksanaannya dan dukungan
dalam penganggarannya yang

analisa
lebih dari satu tahun. Ketiga,
penganggaran tahunan secara
teori memulai proses dari titik
nol setiap awal siklus tahunan
penyusunan anggaran. Proses
politik yang terjadi dalam
penyusunan anggaran tahunan
seperti ini bila dikombinasikan
dengan ketidakpastian dukungan
anggaran bagi kegiatan yang
sifatnya multiyears akan
berpotensi mempengaruhi
disiplin fiskal.

PBK & LAKIP

Pemikiran sistem
penganggaran berbasis
kinerja sebenarnya telah
lama digagas pada jamannya
Pemerintahan Gus Dur, dengan
terbitnya Instruksi Presiden
Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP),
yang ditindaklanjuti dengan
Keputusan Lembaga Administrasi
Negara (LAN) No. 239/
IX/6/8/2003 tentang Pedoman
Penyusunan LAKIP.
Secara substansial
antara LAKIP dengan sistem
penganggaran berbasis kinerja
hampir sama sebangun. Keduaduanya pada dasarnya adalah
dalam upaya mengukur kinerja
suatu unit organisasi dengan
pendekatan pada indikator
output, outcome, efisiensi
dan efektivitas. Pertanyaan
yang timbul, mengapa kedua
laporan dan pendekatan
yang hampir sama, tetapi
penyusunan laporannya harus
dibuat berbeda? Dilihat dari
penyusunannya saja, ini sudah
tidak efisien. Sudah seharus
nya Kementerian Negara
Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi,
Bappenas, LAN, dan Kementerian
Keuangan untuk berupaya
integrasi dan sinkronisasi guna

mencapai efisiensi, waktu, biaya


dan sumber daya manusia.

Implementasi PBK

Penerapan metode
perencanaan dan
penganggaran berbasis
kinerja akan dilakukan secara
bertahap dan baru dimulai
pada tahun 2009. Dalam tahun
2010 beberapa K/L yang lain
direncanakan juga akan dimulai
menggunakan pendekatan
anggaran berbasis kinerja
yaitu Kementerian Pendidikan
Nasional, Kementerian
Kesehatan, Kementerian
Pekerjaan Umum, Kementerian
Pertanian, Kemeneg PPN/Badan
Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Penganggaran berbasis
kinerja merupakan pendekatan
dalam sistem penganggaran
yang menekankan pada
pencapaian hasil dan keluaran
dari program/kegiatan dengan
meningkatkan efisiensi dan
efektifitas penggunaan sumber
daya yang terbatas.
Dalam praktiknya, masih
banyak dijumpai kelemahan,
antara lain: pertama, Belum
dirumuskan secara jelas

bagaimana pengukuran
kinerja dan berapa target
yang harus dicapai, misalnya,
sasaran Program Peningkatan
Pengawasan dan Akuntabilitas
Aparatur Negara yang
dirumuskan dalam RKP adalah
terwujudnya sistem pengawasan
dan audit yang akuntabel di
lingkungan aparatur negara.
Kedua, Penamaan program
dan kegiatan Kementerian/
lembaga belum menunjukkan
core business. Hal ini terjadi,
untuk program yang sama
ditiap Kementerian/Lembaga
mendefinisikan sendiri-sendiri,
yang kemungkinan besar
berbeda-beda, sehinggga
pada akhirnya menyulitkan
pendefinisian ukuran kinerja
nasional untuk program
tersebut. Ketiga, dari sisi proses
penyusunan anggaran, formulir
RKA-KL yang digunakan sampai
dengan penganggaran tahun
2009 masih kurang memadai
dalam memberikan informasi
kinerja suatu K/L, baik kinerja
keluaran (output) maupun
hasil (outcome) kegiatan.
Formulir RKA-KL mengharuskan
Kementerian/Lembaga
melakukan perhitungan detil

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

analisa

anggaran per kegiatan, sub


kegiatan, jenis belanja, dan
mata anggaran. Keempat,
dalam pembahasan anggaran
di DPR, kinerja belum dijadikan
dasar dalam mengalokasikan
dan acuan dalam pembahasan
anggaran. Pembahasan anggaran
lebih cenderung pada hal-hal
yang sifatnya detil dan berfokus
pada sisi input (input base).
Kelima, dalam pelaksanaan
anggaran ternyata juga masih
banyak mengalami kendala,
proyek-proyek pembangunan
berjalan lamban dan sering baru
bisa direalisasikan pada akhirakhir tahun anggaran.
Masih banyak aspek
yang perlu dibenahi dalam
penerapan penganggaran
berbasis kinerja pada K/L antara
lain mencakup perencanaan
kinerja, proses penyusunan dan
pembahasan anggaran, formatformat dokumen anggaran
sampai pada pelaporannnya.
Terkait dengan perencanaan
kinerja, perlu dilakukan
restrukturisasi dan pemetaan
penamaan program dan kegiatan

10

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

dalam RKP, Renja, dan RKA-KL,


sehingga pendefinisian program
lebih mencerminkan outcome
pemerintah dan program-program
yang menjadi core business
masing-masing kementerian/
lembaga. Keterkaitan antara
output kegiatan dan outcome
program harus tergambar dengan
jelas. Oleh karena itu perlu
disiapkan tolok ukur kinerja untuk
setiap instansi pemerintah yang
menjadi ukuran keberhasilan
instansi tersebut. Dalam
mendukung proses penyusunan
anggaran perlu disusun Standar
Biaya Umum yang lebih
berorientasi ke output/outcome.
Masing-masing instansi perlu
didorong untuk menyusun Harga
Satuan Biaya Khusus (HSBK) per
kegiatan dan program.
Format dokumen
anggaran RKA-KL dan APBN
perlu disempurnakan dan
disederhanakan agar tidak
perlu detail sampai dengan sub
kegiatan tetapi cukup sampai
dengan program dan kegiatan
serta difokuskan pada hal-hal
yang strategis yang merupakan

layanan instansi pemerintah


kepada masyarakatnya. Hal
penting yang perlu diingat
adalah bahwa penganggaran
kinerja tidak boleh berhenti
hanya sampai pada
penyusunannya, namun harus
diatur mekanisme pelaporannya
agar dapat memberikan umpan
balik untuk peningkatan kinerja.
Melihat begitu banyak
aspek-aspek yang masih
harus dibenahi untuk menuju
suatu sistem penganggaran
berbasis kinerja, sementara
hingga saat ini baru ada 6
Kementerian/Lembaga (mana
aja?) yang menerapkan
penyusunan PBK, mungkinkah
ini dapat diterapkan ke seluruh
Kementerian/Lembaga sampai
dengan Tahun 2014. Sementara,
bagaimana penerapan sistem
ini untuk instansi di tingkat
daerah, baik di tingkat
pemerintah provinsi, kabupaten
dan kota? Belum ditambah lagi,
bila akan mengintegrasikan
dalam penyusunan laporan
antara Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) dengan Penganggaran
Berbasis Kinerja. Yang lebih
repot lagi, apabila terjadi
pergantian presiden atau
ganti menteri, ganti kebijakan.
Yang jelas sudah siapkah anda
atau unit kerja anda untuk
merubah pola pikir (mindset)
dan pola budaya (cultureset)
kerja menuju perencanaan dan
penganggaran berbasis kinerja.
Wallahualam.
Referensi: Tulisan ini disarikan
dari berbagai sumber.

Drs. Tri Djoko

Kasubbag Evalap I
Biro Perencanaan

analisa
*) Mery Hartati

APBN-P 2010 ...?

esuai Undang-undang No.


47 Tahun 2009 ditetapkan,
bahwa Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) tahun
2010 perlu dilakukan perubahan.
Hal ini dilakukan mengingat
adanya beberapa pertimbangan
sebagai berikut: pertama, bahwa
APBN tahun 2010 merupakan
APBN transisi, yang disusun
oleh Pemerintahan yang periode
masa tugasnya berakhir pada
tahun 2009, bersamaan dengan
berakhirnya masa tugas DPR untuk
periode tersebut, namun akan
dilaksanakan oleh Pemerintahan
hasil Pemilihan Presiden tahun

2009. APBN tahun 2010 masih


bersifat baseline budget, artinya
anggaran tersebut hanya
memperhitungkan kebutuhan
dasar (pokok) bagi kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan kepada masyarakat.
Melalui pelaksanaan program
dan kegiatannya sesuai dengan
visi, misi dan platform Presiden
terpilih. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka APBN tahun 2010
dipandang perlu untuk di rubah.
Agar dapat mengakomodasi
dan menunjang kebijakan dan
program-program yang menjadi
prioritas Pemerintah untuk

diselesaikan dalam tahun 2010,


serta kegiatan-kegiatan penting
lainnya yang menjadi prioritas
RPJMN 2010-2014. Kedua, adanya
perkembangan dan perubahan yang
sangat signifikan, pada berbagai
indikator ekonomi makro yang
menjadi asumsi dasar penyusunan
APBN tahun 2010, yang tidak sesuai
lagi dengan kondisi riil saat ini dan
perkiraan setahun ke depan, serta
ketiga, adanya perubahan pokokpokok kebijakan fiskal tahun 2010,
sebagai dampak perkembangan
lingkungan ekonomi dan sosial,
serta upaya percepatan pencapaian
target pembangunan.

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

11

analisa
Kebijakan Kemenakertrans

Sesuai dengan tugas dan


fungsinya, Kemenakertrans
diamanatkan untuk mendukung
3 Prioritas Nasional, yaitu:
Penanggulangan Kemiskinan,
Iklim Investasi dan Usaha, serta
prioritas Nasional lainnya di
bidang Perekonomian. Pada tahun
anggaran 2010, Kemenakertrans
telah mendapatkan alokasi
APBN sebesar Rp. 2,86 triliyun,
tetapi dana tersebut belum
mencukupi untuk melaksanakan
seluruh kegiatan prioritas.
Penetapan kegiatan prioritas pada
Kemenakertrans ini didasarkan atas
beberapa pertimbangan antara
lain: kesatu, hasil Summit Nasional;
kedua, penelaahan Program
100 hari; ketiga, penugasan
sesuai RPJMN; keempat, Rencana
Strategis Kemenakertrans tahun
2010-2014; serta kelima, Kontrak
Kinerja Menakertrans dengan
Presiden RI.
Di samping memperhatikan
beberapa hal tersebut, besaran
anggaran yang tercantum dalam
RKA-KL 2010 masih menggunakan
anggaran yang bersifat baseline,
sehingga masih terdapat kegiatankegiatan yang belum tertampung.
Untuk itulah diharapkan kegiatan
tersebut dapat diakomodir melalui
APBN perubahan tahun 2010.

Dasar Kebijakan Perubahan


APBN 2010

Kebijakan Perubahan APBN


2010 pada Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, didasarkan
atas:
n Surat Edaran Menteri Keuangan
No. SE.2679/MK.02/2009,
tentang Pagu Definitif
Kementerian Negara/Lembaga
tahun 2010.
n Usulan APBN-P tahun 2010
Kemenakertrans berdasarkan
hasil Summit Nasional,
pengamatan 100 hari, RPJMN
2010-2014, Kontrak Kinerja,
Renstra Kemenakertrans 20102014, dan mempertimbangkan

12

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

hasil diskusi dan masukan


Komisi IX untuk meningkatkan
Anggaran sebesar
Rp.2.842.097.355.000,-.
n Usulan APBN-P 2010
Kemenakertrans merupakan
kegiatan prioritas, mendesak,
sesuai Tugas dan Fungsi Unit
Kerja yang belum dialokasikan
dalam APBN tahun 2010.
n Surat Menakertrans kepada
Menteri Keuangan No.B.11/MEN/
SJ-PR/I/2010, tanggal 13 Januari
2010 perihal Usulan APBN-P
Tahun 2010 Depnakertrans.
n Surat Menakertrans kepada
Menteri Keuangan No. B.30/
MEN/SJ-PR/I/2010, tanggal 29
Januari 2010 perihal Usulan
Tambahan APBN-P Tahun 2010
Kemenakertrans.

Usulan Kemenakertrans

Pada APBN 2010, Kemenaker


trans medapatkan alokasi anggaran
sebesar Rp. 2,86 triliyun atau sebesar
46,80 % dari usulan Pagu Indikatif
tahun 2010 sebesar Rp. 6,11
triliyun. Berarti terdapat kekurangan
anggaran sebesar Rp 3,25 triliyun
yang berdampak tidak terdanainya
beberapa kegiatan prioritas. Untuk
menutupi kekurangan alokasi dana
tersebut, Kemenakertrans telah
mengajukan usulan awal APBN-P
Tahun 2010 sebesar Rp 2,86 triliyun.

Dari hasil pembahasan


dengan Kementerian Keuangan
disetujui sebesar Rp 130,8 miliar.
Akan tetapi berdasarkan hasil
pembahasan Badan Anggaran DPRRI dengan Kementerian Keuangan,
Kemenakertrans mendapatkan
tambahan alokasi dana sebesar Rp
131 miliar. Dengan demikian maka
total APBN-P 2010 Kemenakertrans
sebesar Rp 261,8 miliar (9,11%) dari
usulan awal.

Alokasi APBN-P 2010

APBN Perubahan tahun 2010


Kemenakertrans telah dialokasikan
sebesar Rp. .. berdasarkan
Surat.... ,diharapkan
dengan alokasi tambahan ini
kinerja Kemenakertrans dapat
melaksanakan kegiatan prioritas
yang belum terdanai, dan dapat
dilaksanakan seoptimal mungkin
sesuai tujuan yang diamanatkan
oleh Pemerintah, guna memenuhi
harapan masyarakat luas
untuk mengurangi kemiskinan,
meningkatkan iklim investasi
dan usaha, serta meningkatan
perekonomian masyarakat pada
umumnya. Semoga!

Mery Hartati

Perencana Muda
Bagian PPA I Biro Perencanaan

analisa
*) Nur Siti Barlian

Kenapa

Anggaran Responsif
Gender?
Semangat pemerintahan yang baik (Good Governance) yang
tertuang dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara: Keuangan Negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan harus
terus dikumandangkan.

engan mengacu pada


amanat tersebut diatas serta
PP No. 20 dan 21 Tahun
2004, maka sistim penganggaran
yang dibangun dan dikembangkan
harus dapat mengimplementasikan
tiga pendekatan penganggaran
(pilar penganggaran), yaitu
penganggaran terpadu, kerangka
pengeluaran jangka menengah dan
penganggaran berbasis kinerja.

Anggaran Responsif Gender


Hal baru yang menjadi
perhatian dalam penganggaran
kedepan salah satunya adalah
penerapan Anggaran Responsif
Gender (ARG). Adapun ARG
merupakan anggaran yang
mengakomodasi keadilan bagi
perempuan dan laki-laki dalam
memperoleh akses, manfaat,
partisipasi dalam mengambil

keputusan dan mengontrol


sumber-sumber daya serta
kesetaraan terhadap kesempatan
dan peluang dalam menikmati
hasil pembangunan, penerapan
ARG merupakan strategi untuk
mengurangi kesenjangan,
partisipasi dan pemanfaatan hasil
pembangunan antara perempuan
dan laki-laki.
Konsep ARG muncul karena
adanya diskriminasi perolehan
manfaat, misalnya dalam hal
pemberdayaan, kesenjangan
partisipasi politik, rendahnya
kualitas hidup perempuan dan
anak, maupun kesenjangan
pencapaian pembangunan
antara perempuan dan laki-laki.
Upaya menurunkan ketimpangan
tersebut, pada sisi perencanaan
anggaran, dilakukan melalui
anggaran yang responsive gender.
Istilah gender dalam konsep
ini bukanlah pemisahan antara
laki-laki dan perempuan yang
berbasis pada pembedaan jenis
kelamin, gender diartikan sebagai
pembedaan peran dan tanggung
jawab antara laki-laki dan
perempuan sebagai hasil konstruksi
social budaya dan masyarakat.
Persepsi selama ini ARG hanya
diperuntukan kegiatan Pengarus
Utamaan Gender (PUG) dan
hanya terdapat pada program
pemberdayaan perempuan serta
berkutat seputar sosialisasi tentang
pengarusutamaan gender.

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

13

analisa
ARG berfokus untuk mewujudkan
kesetaraan kesempatan gender
yang didahului dengan melakukan
analisis situasi (suatu program/
kegiatan) dengan lensa gender
untuk identifikasi masalah/
kebutuhan perempuan dan lakilaki dari tahapan perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi.

Prinsip Dasar ARG

Prinsip dasar ARG adalah


sebagai pola anggaran yang
akan menjembatani kesenjangan
status, peran dan tanggung jawab
antara laki-laki dan perempuan,.
Bukanlah anggaran yang terpisah
untuk laki-laki dan perempuan, dan
pengalokasiannya bukan hanya
berada dalam program khusus
pemberdayaan perempuan, juga
bukan bagi-bagi anggaran (50 %
laki-laki, 50 % perempuan).
ARG dapat terlaksana apabila
didukung oleh: kemauan politik,
yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP), transparansi
dalam proses penganggaran dan
partisipasi serta keterlibatan semua
pihak, ketersediaan data yang
terpilah, sumber daya manusia yang
memadai (perencana anggaran
yang mampu melakukan
analisis gender) serta
akuntabilitas dalam hal
pemantauan dan evaluasi.
Sistim penganggaran
ARG tidak secara tegas
disebutkan baik
dari pendekatan
maupun klasifikasi
angaran, tetapi lebih
menekankan pada
masalah kesetaraan

penganggaran, keadilan, dengan


mempertimbangkan peran
dan hubungan gendernya,
dalam memperoleh akses,
manfaat, partisipasi serta proses
pengambilan keputusan dan
mempunyai control terhadap
sumber-sumber daya serta
kesetaraan dalam kesempatan/
peluang untuk memilih dan
menikmati hasil pembangunan.

Skema Struktur Anggaran


Anggaran Responsif
Gender, melekat pada struktur
penganggaran yang ada dalam
RKA-KL, tepatnya pada level
terbawah yaitu subkegiatan.

Dalam pelaksanaan ARG


perlu disusun metodologi, tools,
indicator untuk perencanaan dan
penganggaran yang responsive
gender, perlu pengintegrasian
perspektif gender dalam program
pembangunan nasional dan
yang paling penting adalah
adanya komitmen dan kesadaran
semua pemangku kepentingan
(steakholders) dalam mendukung
anggaran yang responsive gender,
yang muara akhirnya adalah
penuangan kegiatan dalam RKAKL yang menggambarkan manfaat
pembangunan yang setara.
Adapun Skema Struktur Anggaran
dapat digambarkan sebagai berikut:

STRUKTUR ANGGARAN
PROGRAM

KEGIATAN

ARG

SUB KEGIATAN

OUTCOME

Indikator
Kinerja
Utama
(IKU)

OUTPUT

Indikator
Kinerja
Kegiatan
(IKK)

SUB OUTPUT

Indikator
Keluaran

GRUP AKUN
Proses Pelaksanaan

DETAIL BELANJA

Nur Siti Barlian

Perencana Muda
Bagian PPA I Biro Perencanaan

14

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

analisa

*) Jadid Malawi

Anggaran Hemat
Sebagaimana diamanatkan Undang-undang RI No. 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-undang RI No. 25
tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
bahwa penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (RAPBN) berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) dengan memperhitungkan ketersediaan anggaran. Dimana
RKP merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional.

alam penyusunan anggaran


penulis akan mendekatkan
kepada peraturan
pemerintah. Tersirat dalam PP
Nomor 21 Tahun 2004, disebutkan
bahwa kementerian/lembaga
diharuskan menyusun anggaran
dengan mengacu kepada tiga
aspek utama, yaitu: indikator
kinerja, standar biaya dan evaluasi
kinerja. Ketiga aspek tersebut akan
diuraikan secara singkat.

Indikator kinerja

Indikator kinerja merupakan


uraian ringkas yang menggambar
kan suatu kinerja yang akan diukur
dalam pelaksanaan suatu program/
kegiatan. Penetapan suatu indikator
kinerja harus terukur, sejalan dengan
pencapaian tujuan organisasi, ter
sedia biayanya, mempunyai dasar
yang cukup atau argumentasi untuk
ditetapkan (adequate), dan dapat
dimonitor keberhasilannya.
Penyusunan anggaran yang
mengacu kepada indikator kinerja
dicerminkan dalam satuan output
yang terukur. Pendekatan ini
menekankan bahwa program dan
kegiatan kementerian/lembaga
harus diarahkan untuk mencapai
hasil dan keluaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP).

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

15

analisa
Standar Biaya

Penyusunan anggaran juga


didasarkan atas harga per unit
satuan atas keluaran atau kegiatan
guna mencapai efisiensi. Dalam
penerapan penganggaran perlu
ditentukan metode perhitungan
biaya untuk masing-masing unit
keluaran dan memperhitungkan
biaya bersama (common cost)
suatu biaya yang diakibatkan
oleh pemanfaatan fasilitas secara
bersama untuk menghasilkan
beberapa keluaran.
Dalam menyusun suatu rencana
kegiatan, kementerian/lembaga
berpedoman pada standar biaya
yang sudah ditetapkan. Standar
biaya berguna untuk mengukur
input dalam menghasilkan unit
keluaran. Terdapat dua standar
biaya yaitu standar biaya umum
dan standar biaya khusus, kedua
standar ini menjadi pedoman
bagi kementerian/lembaga dalam
menyusun anggaran. Penyusunan
standar biaya yang baik akan
mengurangi pemborosan anggaran.

Evaluasi kinerja

Jika suatu indikator kinerja


telah ditetapkan, maka evaluasi
kinerja baru dapat dilakukan.
Evaluasi kinerja merupakan alat
(tools) untuk melihat apakah suatu
strategi, pelaksanaan kegiatan
yang direncanakan berhasil atau
gagal dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Dimana sistem pengukuran
kinerja merupakan elemen
pokok dari laporan akuntabilitas
instansi pemerintah, yang akan
merubah paradigma pengukuran
keberhasilan berdasarkan sumber
daya yang dikelolanya sesuai
dengan rencana yang telah
disusun. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan suatu Instansi
Pemerintah, maka seluruh aktivitas
yang dilaksanakan harus dapat
diukur, dan pengukuran tersebut
tidak semata-mata kepada input
dari program akan tetapi lebih
ditekankan kepada keluaran,
proses, manfaat dan dampak.

16

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

Hemat

Spirit hemat sebagai landasan


penyusunan anggaran yang mem
beri manfaat besar bagi orang
banyak. Spirit ini menjadi landasan
dalam menyusun anggaran me
lalui rencana kerja anggaran
kementerian/lembaga. Menciptakan
indikator keluaran untuk mencapai
visi dan misi kementerian/ lembaga
sesuai dengan tugas dan fungsinya
haruslah tepat dan jelas. Kejelasan
dalam menyusun indikator keluar
an akan memudahkan bagi
kementerian/lembaga dalam
menyusun suatu rencana kegiatan.
Indikator keluaran yang
baik biasanya disusun dengan
bahasa yang jelas sehingga akan
memudahkan pula bagi penelaah
dalam meneliti kesesuaian program
dan kegiatan. Indikator keluaran

yang baik akan menjadi titik tolak


semua program dan kegiatan
sehingga fokus. Program dan
kegiatan yang tidak mendukung
tercapainya indikator keluaran
akan dihapus.
Kesederhanaan rencana
kegiatan suatu kementerian/
lembaga akan menjadikan
kementerian/lembaga lebih efisien
dalam mengalokasikan anggaran.
Efisiensi dalam pengalokasian
anggaran ini diharapkan
berdampak pada belanja
kementerian/lembaga yang lebih
hemat. Semoga!

Jadid Malawi

Perencana Madya
Biro Perencanaan

realita
*) Tati Juliati

PRO POOR
Untuk mensejahterakan masyarakat dengan melalui strategi
pencapaian sasaran pembangunan yang dikenal dengan triple
tract strategy yaitu pro-job, pro-poor dan pro-growth.

erencanaan dan Anggaran


yang berorientasi pada
pengurangan kemiskinan
(pro-poor) merupakan upaya
peningkatan kesejahteraan rakyat
Indonesia. Pro-poor diyakini
mampu menyeimbangkan

dorongan bagi pertumbuhan


dan penciptaan kesempatan
kerja dengan perluasan
pelayanan dasar dan penyediaan
jaminan sosial bagi seluruh
warga negara. Pro-poor dalam
penganggaran di tingkat
nasional akan
memastikan bahwa
sumber daya
yang memadai
akan dialokasikan
dan dibelanjakan
dengan efektif
untuk mengurangi
kemiskinan.
Jumlah
penduduk miskin di
Indonesia, dari masa
ke masa jumlahnya
bertambah
walaupun
persentasenya
menurun dan
merupakan
tantangan yang
cukup berat
dalam lima tahun
ke depan. Jika
dilihat proporsi
persebarannya,
jumlah dan
persentase
penduduk

miskin di perdesaan lebih


tinggi dibanding perkotaan.
Pemerintah telah berupaya
melakukan langkah-langkah
strategis dalam penanggulangan
kemiskinan dengan
menciptakan berbagai program
pembangunan yang dirancang
dengan berbagai asumsi, dan
menghasilkan berbagai program
penanggulangan kemiskinan,
namun ternyata belum mampu
mengatasi kemiskinan itu sendiri.

Penyebab

Kemiskinan ini disebabkan


oleh ketiadaan lapangan
pekerjaan atau pengangguran
yang merupakan tantangan
utama bangsa ini. Penciptaan
lapangan kerja dapat menyerap
sebagian jumlah penganggur
yang ada. Pertumbuhan
ekonomi yang rendah harus
dientaskan secara sistematis
dan terpadu. Kemiskinan
juga menyebabkan kualitas
kesehatan rendah, dan
akibatnya mobilitas dan aktivitas
individu maupun kelompok
menjadi rendah, baik dalam
aktivitas ekonomi maupun
tingkat produktivitasnya. Dalam
suatu keluarga, dalam hal ini
menyebabkan kemampuan
untuk membiayai anak sekolah
menjadi rendah, kualitas
kesehatan keluarga tidak
terpenuhi, dan selanjutnya

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

17

realita

terbukalah kecenderungan
berbagai bentuk tindak
kekerasan baik di dalam
keluarga maupun di lingkungan
sekitarnya. Keadaan yang
demikian pada akhirnya akan
membuat ketidakmampuan dan
keterbelakangan.
Dengan solusi dari sektor
pendidikan dan kesehatan,
yang akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan,
didukung oleh infrastruktur
yang baik dan merata di seluruh
wilayah, dengan tata kelola
pemerintahan yang baik. Semua
itu harus dilakukan secara
sinergis. Lembaga perencana
pemerintah di tingkat pusat
dan daerah dituntut untuk
berkonribusi mengatasi berbagai
permasalahan bangsa ini.
Namun disadari ataupun tidak,
pelaksanaan berbagai program
pemerintah tersebut tidak
terpadu dan sporadik, bahkan
sering bersifat sesaat.

Upaya Penanggulangan

Program penanggulanagan

18

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

kemiskinan, misalnya subsidi


BBM, pemberian beras miskin
yang dirancang oleh pemerintah
untuk membantu penduduk
miskin, Gerakan Sayang Ibu
(GSI) untuk menurunkan
angka kematian ibu dan angka
kematian bayi pada keluarga
miskin, pemberian kartu
sehat dan berbagai program
pemberdayaan ekonomi yang
dilaksanakan melalui dinasdinas untuk meningkatkan
pendapatan keluarga miskin,
ataupun berbagai bantuan bea
siswa untuk anak-anak keluarga
miskin, seluruhnya sengaja
direncanakan dan dilaksanakan
untuk membantu penduduk
miskin.
Oleh karena itu telah
dilakukan upaya koordinasi
yang dikembangkan
dalam bentuk pelaksanaan
penanggulangan kemiskinan
di tingkat terendah, khususnya
untuk mengurangi beban biaya
pendidikan dan kesehatan
keluarga. Diharapkan apabila
beban biaya pendidikan dan
kesehatan keluarga miskin

dapat dikurangi, maka keluarga


miskin dapat lebih fokus dalam
melakukan aktivitas ekonomi
dan dapat menerima beban
upaya fasilitasi dan penguatan.
Untuk itu strategi ke depan
harus dikembangkan secara
mandiri oleh masyarakat desa/
kelurahan dengan dilandasi
semangat kebersamaan
dan keberpihakan kepada
keluarga miskin. Artinya
dalam rancangan pelaksanaan
program harus memberi ruang
kepada masyarakat untuk
membangun dirinya sendiri,
dalam bentuk mobilisasi dan
pemanfaatan seluruh potensi
masyarakat.
Upaya penanggulangan
kemiskinan, yaitu: Pertama,
mendorong kegiatan ekonomi
nasional yang pro rakyat agar
dapat mendorong turunnya
angka kemiskinan. Termasuk
di dalamnya ialah menjaga
kondisi ekonomi makro agar
dapat mendorong kegiatan
ekonomi riil yang berpihak pada
penanggulangan kemiskinan.
Upaya menjaga inflasi agar
tidak menurunkan daya beli
masyarakat miskin, termasuk
menjaga harga kebutuhan
pokok utama, seperti beras,
menjadi tantangan serius yang
harus dihadapi.
Kedua, meningkatkan
akses masyrakat miskin
terhadap pelayanan dasar
seperti pendidikan, kesehatan,
dan gizi, termasuk keluarga
berencana, serta akses terhadap
infrastruktur dasar seperti
sanitasi dan air bersih. Ini
merupakan tantangan yang
tidak ringan, mengingat secara
geografis Indonesia merupakan
negara yang sangat luas.
Ketiga, melibatkan
masyarakat miskin untuk
dapat meningkatkan kapasitas

realita
sendiri dalam menanggulangi
kemiskinan. Berkaitan
dengan pemberdayaan
masyarakat miskin, pemerintah
meluncurkan program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM). Program ini selin
bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam
menanggulangi kemiskinan,
juga ditujukan untuk dapat
menciptakan kesempatan kerja
sekaligus memenuhi kebutuhan
infrastruktur di berbagai
peloksok Indonesia.
Keempat, belum
berkembangnya sistem
perlindungan sosial, baik yang
berbentuk bantuan sosial
bagi mereka yang rentan
maupun sistem jaminan sosial
berbasis asuransi terutama bagi
masyarakat miskin.
Kelima, adanya kesenjangan
yang mencolok antar berbagai
daerah. Kesenjangan tersebut
dapat dilihat dari tingkat
kedalaman kemiskinan yang
sangat berbeda antar daerah
satu dengan yang lainnya.
Ditinjau dari proporsinya,
tingkat kemiskinan di propinsipropinsi di luar pulau Jawa
lebih tinggi dibandingkan
dengan proporsi tingkat
kemiskinan di Jawa. Selain
itu kesenjangan dapat dilihat
pula dari perbedaan angka
indeks pembangunan manusia
yang mencolok antar daerah,
termasuk antar perkotaan dan
perdesaan.

Target

Upaya penanggulangan
kemiskinan seperti dijelaskan
di atas mengharuskan adanya
kebijakan menyeluruh serta
terukur pencapaiannya.
Mengatasi masalah
kemiskinan pada akhirnya
tidak hanya soal mempercepat

pengangguran jumlah
penduduk miskin, melainkan
lebih penting adalah
bagaimana meningkatkan
kesejahteraan penduduk miskin.
Penanggulangan kemiskinan
harus dilaksanakan secara
menyeluruh, menyangkut multi
sektor, multi pelaku, dan multi
waktu. Dan diharapkan akan
terwujudnya visi nasional
yaitu Terwujudnya Indonesia
Yang Sejahtera, Demokratis,
dan Berkeadilan dengan

penekanan pada peningkatan


kesejahteraan rakyat melalui
pembangunan ekonomi dengan
sasaran untuk menurunkan
tingkat pengangguran terbuka
hingga sekitar 5-6 persen, dan
menurunkan tingkat kemskinan
absolut menjadi sekitar 8-10
persen pada ahir 2014.

Tati Juliati

Perencana Muda
Biro Perencanaan

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

19

realita
*) Yupiter Ersan

Sumber Air Baku


di Lokasi KTM Belitang

emperhatikan situasi
pusat KTM Belitang
berserta desa-desa
sekitarnya terdeteksi dalam
katagori sebagai lokasi yang tidak
rawan air, hal ini terbukti dari hasil
pengamatan lapangan sebagian
besar warga dapat memanfaatkan
sarana air bersih standar
berupa sumur gali. Ditinjau dari
segi kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas pun memenuhi syarat
untuk dimanfaatkan sebagai

20

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

sarana air bersih. Begitupun


dengan desa-desa sekitar KTM
Belitang, ternyata sudah ada
yang mendapatkan pelayanan
air bersih dari PDAM maupun
memanfaatkan sumur dalam
artesis.

Kondisi Geografis

Kawasan Kota Terpadu


Mandiri (KTM) Belitang terletak
di Provinsi Sumatera Selatan.
Secara geografis terletak

antara 1040 36 0 - 1040 42


0 BT dan 40 4 0 - 40 10 0
LS dengan luas 135.056 Ha.
Secara administratif kawasan ini
mencakup 5 kecamatan yaitu;
Kecamatan Belitang, Belitang
II, Belitang III, Semendawai
Suku III dan Mandang Suku I.
Batas wilayah sebelah timur
dan barat Kabupaten Ogan
Komering Ilir, sebelah selatan
Kecamatan Madang Suku II
dan Madang Suku III di Provinsi

realita
Lampung. Sebelah utara
kecamatan Semendawai Barat,
Semendawai Suku II, Cempaka
dan Semendawai Timur.
Sebagian besar wilayah KTM
Belitang berupa daerah dataran
rendah ( kemiringan 0-3%) dan
berada pada ketinggian 25-125
m dpl.

Identifikasi

Lebih jelasnya, sumur gali


merupakan salah satu sumber
air yang mendominasi dalam
memenuhi kebutuhan air
sehari-hari masyarakat di lokasi
KTM Belitang untuk keperluan
mandi, mencuci, dan memasak.
Kedalaman muka air tanah
dangkal bervariasi antara 4 s/d
12 meter. Sementara sebagian
masyarakat Desa Taman Mulyo
memanfaatkan sumber air tanah
dalam untuk kebutuhan seharihari, dimana terdapat beberapa
titik sumber pengambilan air
tanah dengan kedalaman ratarata 60 - 80 meter dan visualisasi
kualitas air juga cukup baik
dengan warna yang jernih.
Bahkan terdapat air tanah dalam
dengan potensi air artesis positif,
dimana air tanah tersebut keluar
darikedalaman tanah tanpa
dilakukan pemompaan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat
di Desa Taman Harjo dengan
kedalam 80 meter.

Potensi Sumber Air

Lalu bagaimana dengan


potensi Sumber Air Baku di
KTM Belitang apabila tuntutan
kebutuhan air semakin besar
karena bertambahnya jumlah
penduduk dan pertumbuhan
industri, ternyata air hujan
dimusim penghujan yang
menjadi andalan, namun disaat
musim kemarau tidak dapat
menjadi andalan bagi warga.
Potensi air permukaan lain

berupa Sungai Macak yang


berjarak 10 km dari pusat KTM
dan terletak di Desa Taman
Harjo. Air sungai ini secara
kualitas memiliki kekeruhan
sangat tinggi dengan warna
kecoklatan. Sedangkan untuk
potensi tanah dangkal dapat
dibuat sumur gali yang
mencapai kedalaman 10 s/d 15
meter dan airnya jernih, dalam
hal ini tidak berwarna, tidak
bau, dan tidak berasa.
Mengantisipasi kekurangan
air ke depan di lokasi KTM
Belitang, didasarkan dari
hasil laporan akhir Pekerjaan
Penyusunan Desain Teknis Sarana
Air Bersih di KTM Belitang
diusulkan dengan pembuatan
Sistem Penyedian Air Bersih
dengan komponen-komponen,
meliputi : (i) pembuatan sumur
bor kedalaman 150 meter
dengan kapasitas 5 liter/detik; (ii)
penyediaan pompa air baku; (iii)
pembuatan Instalasi Pengolahan
Air (aerator) dan desinfektan;
(iv) pembuatan reservoir
berkapasitas 200 M3; (v)
pemasangan pompa distribusi;
dan (vi) pembuatan jarinngan
distribusi air bersih.
Kapasitas pelayanan
penyediaan Sarana Air Bersih
yang direncanakan dibagi dalam
2 (dua) tahap yaitu Tahap I
memenuhi kebutuhan air bersih
di Pusat KTM Belitang hingga
tahun 2013 dengan kapasitas
5 liter/detik dan Tahap II
memenuhi kebutuhan air bersih
desa-desa potensial di pusat
KTM Belitang s/d tahun 2018
dengan kapasitas 10 liter/detik.
Lebih detailnya cakupan daerah
pelayanan yang direncanakan
untuk Tahap I melayani Pusat
KTM Belitang dan Tahap II
melayani Desa Taman Mulyo,
Desa Taman Agung, dan Desa
Taman Harjo.

Pengelolaan SAB

Walaupun ditinjau dari segi


teknis dan ekonomis untuk saat
ini tidak layak dibangun Sarana
Air Bersih (SAB) Non Standar
berupa perpipaan dengan
pertimbangan sebagian besar
warga dapat memanfaatkan
Sarana Air Bersih Standar. Namun
hasil pekerjaan penyusunan
desain teknis sarana air bersih di
Lokasi KTM Belitang kami rasa
masih cukup representatife untuk
menjadi pertimbangan ke depan.
Manajemen pengelolaan
dan pendistribusian air kepada
masyarakat melalui koperasi
ataupun dikelola pemerintah
daerah setempat, kiranya dapat
menjadi alternatif mengatasi
kendala dalam hal pemeliharaan
dan penyediaan biaya operasional
serta meningkatkan tanggung
jawab masyarakat terhadap
investasi penyediaan investasi Air
Bersih Non Standar.
Sumber Berita: Nota Dinas Kasubdit
Pengembangan Sarana kepada Direktur
Pengembangan Sarana dan Prasarana
Kawasan Nomor: ND.004/P2MKT-PSPKPS/III/2010, tertanggal 3 Maret 2010

Yupiter Ersan

Kasie Pengkajian Subdit PSSP


Dit. PSPK

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

21

realita
*) Henni Arsita

Program Transmigrasi
Sebagai Lokomotif
Pembangunan di Jambi
ini dapat dilihat dari kemajuan
daerah-daerah permukiman
transmigrasi di daerah itu pada
saat ini. Beberapa unit permukiman
transmigrasi berkembang menjadi
kecamatan, misalnya UPT Rimbo
Bujang sekarang sudah menjadi
kecamatan Rimbo Bujang. UPT
Sungai Bahar sekarang sudah
menjadi kecamatan Sungai Bahar
dan UPT Pamenang berubah
menjadi kecamatan Pamenang.
Peningkatan status UPT menjadi
kecamatan sekaligus diikuti dengan
kesejahteraan masyarakatnya.

Peran Transmigran

enempatan Transmigrasi di
daerah Jambi dimulai tahun
1967/1968, penempatan
awal di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur yaitu di UPT Rantau Rasau I
sebanyak 49 Keluarga, berikutnya
ditempatkan 200 Keluarga di UPT
Rantau Rasau II. Di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur pada saat ini

sudah berhasil dibangun 201 UPT


(desa transmigrasi). Sampai dengan
saat ini jumlah transmigran yang
ditempatkan di Jambi sebanyak
82.157 Keluarga (349.323 jiwa).
Provinsi Jambi termasuk salah
satu daerah Sumatera yang
berhasil mengentaskan kemiskinan
melalui program tranmigrasi,

Kalau pada tahap awal


penempatan warga transmigran
sering makan nasi dengan lauk
pauk seadanya dan kemana-mana
berjalan kaki, bekerja dengan
ulet dan tekun kesejahteraannya
meningkat rumah sudah
permanen, makanan sudah
bergizi dan sudah mempunyai
kendaraan pribadi, melihat sangat
besarnya peran transmigrasi
untuk mengentaskan kemiskinan
selama ini. Pemerintah Provinsi
Jambi menjadikan transmigrasi
sebagai lokomotif pembangunan,
jumlah fakir miskin di daerah ini
masih cukup tinggi. Salah satu
penyebab kemiskinan adalah
keterpurukan industri perkayuan
dan perdagangan.

Peran Pemerintah dan SDA


Program pengentasan
kemiskinan yang telah dilakukan
selama ini belum sepenuhnya

22

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

realita
menekan angka kemiskinan.
Di ataranya melalui program
pemberian modal usaha kepada
pegusaha kecil, seperti kredit usaha
kecil maupun program perbantuan
berbentuk hibah.
Kepala Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Jambi
menjelaskan, bahwa program
transmigrasi diandalkan sebagai
solusi mengentaskan kemiskinan.
Karena program tersebut
berorentasi memandirikan
penduduk yang miskin dengan cara
tidak memberikan ikan kepada
penduduk miskin, melainkan
memberi pancing serta lubuk yang
banyak ikannya. Pola pemberian
bantuan tersebut memacu
penduduk miskin lebih kreatif,
inovatif dan tangguh membangun
keluarganya hingga mandiri.
Keberhasilan program
transmigrasi di Jambi juga di
dukung oleh potensi sumber daya
alam (SDA). Potensi sumber daya
alam sangat berpengaruh terhadap
pembangunan transmigrasi,
sampai saat ini beberapa UPT
yang maju pesat di Jambi dengan
menerapkan pola perkebunan
kelapa sawit dan karet.
Melihat besarnya potensi lahan
perkebunan kelapa sawit didalam
membangunan transmigrasi, maka
dengan ini pemerintah Provinsi
Jambi menetapkan bahwa program
transmigrasi diandalkan sebagai
upaya mengatasi kemiskinan.

Upaya Pembinaan dan


Harapan

Guna menjamin keberhasilan


pembangunan transmigrasi,
dilakukan upaya pembinaan
sosial, budaya, pertanian
dan perdagangan agar para
transmigran berusaha lebih
produktif, ekonomis dan tekun
berusaha. Pembinaan dilakukan
secara bersinambung di setiap UPT.
Permasalahan yang masih
belum dapat diatasi dalam
pembangunan transmigarasi di
daerah ini adalah infrastruktur,
khususnya jalan penghubung

dan jalan desa sebagai urat nadi


permukiman transmigrasi di Jambi.
Sehingga lokasi permukiman
transmigrasi sebagai pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi tidak
berakses secara baik.
Untuk mendukung pelaksanaan
program transmigrasi dibutuhkan
anggaran, dengan anggaran yang
memadai tentulah program akan
berjalan dengan optimal.
Sebanyak 20 juta jiwa
transmigrasi yang ada di
daerah-daerah luar Jawa sangat
membutuhkan pembinaan dan
perberdayaan SDM. Karena
program transmigrasi sebagai
program pilihan (PP . Th .),
maka tidak diwajibkan bagi
pemerintah daerah maupun kota
untuk mengikuti transmigrasi.
Sebanyak 165 kabupaten
menginginkan program
transmigrasi sebagai program
pilihan dan menjadi wewenang
pemda/pemkab (sumbernya dari
mana ..?).
Kita berupaya terus menerus
meningkatkan sumber daya

pengelola transmigrasi mulai dari


rekruitmen, pelatihan hingga
sampai kemudian pembinaan
kawasan yang harus dikelola secara
profesional. Melalui transmigrasi
pemerataan keadilan, kemudian
kesejahteraan bisa merata dan
melalui program transmigrasi
penggangguran dapat diatasi,
pertumbuhan ekonomi dan
sumber-sumber atau titik-titik
pertumbuhan baru ekonomi
bisa dilaksanakan (Menakertrans
Muhaimin Iskandar). Semoga!

Henni Arsita

Perencana Muda PP II
Biro Perencanaan

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

23

info
*) Andi Arfianto

KOMPUTER
Saat ini perkembangan dunia tidak luput akan penggunaan
komputer, dimana telah banyak membantu dalam perkembangan
sejarah manusia. Komputer pertama kali dikembangkan pada
pertengahan abad 20 (1940-1945), Pada saat itu komputer
berukuran sangat besar sebesar ruangan yang mengkonsumsi
banyak tenaga.

omputer saat ini yang


sudah terintegrasi dengan
sistem circuit jauh lebih
baik dibandingkan dengan
komputer terdahulu, selain itu
komputer saat ini berukuran
kecil dan tidak memakan ruang
yang sangat banyak, dan bahkan
saat ini komputer dimungkinkan
untuk digunakan sebagai sebuah
arloji yang dapat diaktifkan
dengan menggunakan baterai
jam. Komputer dengan berbagai
macam bentuk menandakan
akan perkembangan dan umur
informasi dan menggambarkan

24

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

mengenai apa yang di bayangkan


banyak orang mengenai Apa itu
Komputer?. Penggunaan sistem
komputer saat ini bisa ditemui
dari pemutar musik MP3, pada
beberapa mainan anak-anak dan
pada benda-benda elektronik
lainnya.
Kemampuan untuk memanggil
dan mengeksekusi daftar intruksi
disebut program, dengan adanya
program tersebut maka komputer
akan memiliki fungsi yang sangat
bermanfaat dan memiliki fungsi
yang melebihi sebuah kalkulator.
Selain itu Dengan adanya program
tersebut, maka komputer dapat
menjalankan tugas yang saling
terhubung antara
satu komputer
yang satu
dengan
komputer
yang lainnya.
Dan oleh
karena
itulah
saat ini
komputer
yang

digunakan untuk perangkat


Handphone sampai superkomputer
dapat menjalankan tugas yang
sama, dapat digunakan kapanpun
dan tidak memakan ruang yang
besar .
Komputer merupakan
serangkaian ataupun sekelompok
mesin elektronik yang terdiri
dari ribuan bahkan jutaan
komponen yang dapat saling
bekerja sama, serta membentuk
sebuah sistem kerja yang rapi dan
teliti. Sistem ini kemudian dapat
digunakan untuk melaksanakan
serangkaian pekerjaan secara
otomatis, berdasar urutan instruksi
ataupun program yang diberikan
kepadanya.

Hardware, Software &


Brainware

Definisi yang ada memberi


makna bahwa komputer memiliki
lebih dari satu bagian yang
saling bekerja sama, dan bagianbagain itu baru bisa bekerja
kalau ada aliran listrik yang
mengalir didalamnya. Istilah
mengenai sekelompok mesin,
ataupun istilah mengenai jutaan
komponen kemudian dikenal
sebagai hardware komputer atau
perangkat keras komputer.
Hardware komputer juga dapat
diartikan sebagai peralatan pisik
dari komputer itu sendiri. Peralatan
yang secara pisik dapat dilihat,
dipegang, ataupun dipindahkan.
Dalam hal ini, komputer tidak
mungkin bisa bekerja tanpa adanya
program yang telah dimasukkan
kedalamnya. Program ini bisa

info
berupa suatu prosedur pengoperasian dari komputer itu sendiri
ataupun pelbagai prosedur dalam
hal pemrosesan data yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dan
program-program inilah yang
kemudian disebut sebagai software
komputer atau perangkat lunak
komputer.
Dalam arti yang paling
luas, software komputer bisa
diartikan sebagai suatu prosedur
pengoperasian. Suatu acara yang
ditayangkan oleh TVRI, dapat
dianggap sebagai software dari
suatu peralatan televisi. Demikian
pula halnya dengan musik yang
telah direkam diatas kaset, data
diatas kertas, serta cerita ataupun
uraian yang ada didalam sebuah
buku.
Secara prinsip, komputer
hanyalah merupakan sebuah
alat; Alat yang bisa digunakan
untuk membantu manusia dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
Untuk bisa bekerja, alat tersebut
memerlukan adanya program
dan manusia. Pengertian manusia
kemudian dikenal dengan istilah
brainware (perangkat manusia).
Pengertian brianware ini bisa
mencakup orang-orang yang
bekerja secara langsung dengan
menggunakan komputer sebagai
alat bantu, ataupun orang-orang
yang tidak bekerja secara langsung
menggunakan komputer, tetapi
menerima hasil kerja dari komputer
yang berbentuk laporan.
Konsep hardware - software
- brainware adalah merupakan
konsep tri-tunggal yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan lainnya.
Untuk tahap pertama, manusia
harus memasukkan program
terlebih dahulu kedalam komputer.
Setelah Setelah program tersimpan
didalam komputer, maka komputer
baru bisa bekerja untuk membantu
manusia untuk menyelesaikan
persoalan ataupun pekerjaannya.
Pengertian dari hardware atau
dalam bahasa indonesianya disebut
juga dengan nama perangkat
keras adalah salah satu komponen

dari sebuah komputer yang sifat


alat nya bisa dilihat dan diraba
oleh manusia secara langsung
atau yang berbentuk nyata, yang
berfungsi untuk mendukung proses
komputerisasi.
Hardware dapat bekerja
berdasarkan perintah yang telah
ditentukan ada padanya, atau
yang juga disebut dengan dengan
istilah instruction set. Dengan
adanya perintah yang dapat
dimengerti oleh hardware tersebut,
maka hardware tersebut dapat
melakukan berbagai kegiatan yang
telah ditentukan oleh pemberi
perintah.

Komponen Komputer

Secara fisik, Komputer terdiri


dari beberapa komponen yang
merupakan suatu sistem. Sistem
adalah komponen-komponen yang
saling bekerja sama membentuk
suatu kesatuan. Apabila salah satu
komponen tidak berfungsi, akan
mengakibatkan tidak berfungsinya
suatu komputer dengan baik.
Komponen komputer ini termasuk
dalam kategori elemen perangkat
keras (hardware). Berdasarkan
fungsinya, perangkat keras
komputer dibagi menjadi: 1)
Input Divice (unit masukan); 2)
Process device (unit Pemrosesan);
3) Output device (unit keluaran);

4) Backing Storage ( unit


penyimpanan); 5) Periferal ( unit
tambahan).
Komponen dasar komputer
yang terdiri dari input, process,
output dan storage. Input
device terdiri dari keyboard dan
mouse, Process device adalah
microprocessor (ALU, Internal
Communication, Registers dan
control section). Output device
terdiri dari monitor dan printer,
Storage external memory terdiri
dari harddisk, Floppy drive, CD
ROM, Magnetic tape. Storage
internal memory terdiri dari RAM
dan ROM. Sedangkan komponen
Periferal Device merupakan
komponen tambahan atau sebagai
komponen yang belum ada atau
tidak ada sebelumnya. Komponen
Periferal ini contohnya : TV Tuner
Card, Modem, Capture Card.

Andi Arfianto, S.Kom.


Staf Evalap
Biro Perencanaan

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

25

info

*) Nela Rahmatutik

SEJARAH AKUNTABILITAS

enurut sejarah, akuntabilitas publik sangat


berkaitan dengan akuntansi, yaitu dengan
adanya pembukuan (bookkeeping). Menurut
Dubnick, akar konsep dari akuntabilitas dapat dilacak
dari zaman Raja William I di Inggris yaitu setelah
penaklukan Inggris atas Normandia. Dimana pada
tahun 1085, terkenal istilah Domesday Books, yang
digunakan untuk menilai dan mencatat semua harta
kekayaan para pemilik tanah yang ada di wilayah
Kerajaan. Domesday Books ini tidak hanya digunakan
untuk menarik pajak akan tetapi
digunakan pula sebagai alat kontrol
dan bukti pembukuan kekayaan
raja tersebut.

Makna

Saat ini akuntabilitas hadir


dalam berbagai bentuk dan
ukuran. Akuntabilitas kini beralih
dari hanya sekedar bookkeeping
menjadi simbol atau ikon dari good
governance baik di sektor publik
maupun di swasta. Akuntabilitas
sebagai ikon good governance
mengandung makna antara lain:
1) Menjanjikan adanya kesetaraan
dan keadilan dalam pemerintahan.
Dimana ada konsekuensi bagi
pejabat publik yang tidak dapat
menjawab pertanyaan stakeholder
(pemangku kepentingan).
Sehingga ia berusaha mewujudkan
pemerintahan yang adil dan setara, 2) Menjanjikan
adanya pembelajaran dan peningkatan. Dimana
pejabat publik yang diawasi oleh stakeholder berusaha
belajar untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik dan
melakukan peningkatan, 3) Menjanjikan transparansi
dan kehidupan yang demokratis, 4) Menjanjikan
kesesuaian antara integritas dan etika, yaitu adanya
integritas moral dan etika yang harus dipenuhi
oleh pejabat publik. (Mark Bovens, www.builtenvirontment.uwe.ac.uk, 2003).

26

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

Penggunaan

Inilah sebabnya dalam berbagai perjanjian


yang dibuat oleh beberapa negara, terdapat kata
akuntabilitas, misalnya: the Accountability for
Accountants Act, the Accountability for Presidential
Gift Act, the Arafat Accountability Act, the Polluter
Accountability Act, the Syria Accountability Act, the
United Nation Voting Accountability Act dan lain-lain.
Kata publik dalam akuntabilitas publik mempunyai
arti keterbukaan, yaitu informasi itu dapat diakses
oleh masyarakat. Informasi ini
misalnya berisi tentang bagaimana
pemerintah menggunakan uang
negara, penggunaan otoritas,
ataupun dalam mengelola suatu
badan di bawah hukum publik.
Akuntabilitas sering
didefinisikan sebagai
pertanggungjawaban dari orang
yang diberi mandat kepada
stakeholder yang memberi
mandat tersebut. Stakeholder
ini kemudian yang akan disebut
accountee. Sedangkan pejabat
publik yang harus memberikan
pertanggungjawaban ini disebut
accountor. Pertanggungjawaban ini
dapat berupa jawaban, penjelasan
dari apa yang telah dilakukan oleh
accountor. Intinya akuntabilitas
publik adalah tuntutan bagi
accountor untuk menjawab setiap
pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana
mereka menggunakan wewenang, ke mana sumber
daya yang telah dipergunakan, dan apa yang telah
didapat dari penggunaan sumber daya tersebut.

Nela Rahmatutik, S.Sos.


Staf Bagian PPA II
Biro Perencanaan

info

Krisis Likuiditas &


RAPBN 2009

risis likuiditas yang terjadi di Amerika


Serikat memberikan dampak pada
perekonomian global termasuk Indonesia.
Krisis yang diprediksikan akan terus berlangsung
hingga dua tahun ke depan, membuat banyak
negara melakukan penyesuaian-penyesuaian
perekonomiannya. Dan salah satu bidang yang
berbalik arah secara cukup drastis adalah trend
harga minyak dunia. Trend yang beberapa bulan
lalu mengarah pada
kenaikan harga minyak
dunia, sekarang
berbalik mengalami
penurunan harga.
Indonesia Crude Price
(ICP) yang pada Januari
2008 sebesar US $ 92
per barel, kemudian
meningkat menjadi US
$ 140 per barel, hingga
pada bulan Juni 2008
mencapai US $ 122 per
barel, merosot hingga
dibawah US $ 80 per
barel atau sekitar US $
77 per barel.
Menyikapi kondisi
perekonomian global
tersebut, Pemerintah
merombak total asumsi-asumsi dalam RAPBN
2009. Namun, alokasi dana pendidikan, sesuai
dengan amanat UUD 1945 tetap dipertahankan
sebesar 20%. Pada hari Senin (13/10/2008),
rapat kerja Pemerintah dengan Panitia Anggaran
DPR di Gedung DPR/MPR Jakarta menyepakati
perubahan-perubahan asumsi-asumsi dasar dalam
RAPBN 2009 sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi yang semula 6,3% turun


menjadi 5,5% hingga 6,1%;
2. Nilai tukar Rupiah dari Rp. 9.150 per dolar AS
dikoreksi menjadi Rp. 9.500 per dolar AS;
3. Tingkat inflasi, semula 6,2 % menjadi 7%;
4. SBI tiga bulan dari 8 % menjadi 8,5%;
5. ICP dari US$ 95 per barel menjadi US$ 85 per barel.
Menurut penjelasan Menteri Keuangan yang
sekaligus menjabat sebagai Menteri Koordinator
Perekonomian Ibu Sri
Mulyani, krisis global
yang diawali dengan
krisis keuangan di
negeri Paman Sam
ini mengakibatkan
berkurangnya
likuiditas sektor
keuangan, penurunan
pertumbuhan
perekonomian dunia,
serta koreksi terhadap
suku bunga pasar
modal dan nilai tukar.
Karena itu, menurut
menteri yang baru
saja mendapatkan
penghargaan sebagai
Finance Minister of
The Year 2008 for Asia
ini, Pemerintah perlu melakukan penyesuaian
RAPBN 2009 agar tetap kredibel dan realistis.
Namun, untuk anggaran pendidikan, tetap
dialokasikan 20%. Demikian penjelasan beliau
sebagaimana dimuat dalam situs. www.detik.com
(16/10/2008).
Sumber : Satya Susanto/www.anggaran.depkeu.
go.id
VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2009

27

LENSAlensa

xxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxx.

Rubrik LENSA berisi foto-foto aktifitas komunitas perencana. Redaksi menerima kiriman foto-foto dari seluruh
komunitas perencana baik di pusat maupun di daerah untuk dimuat dalam rubrik ini.

28

VOLUME IV NO. 20

APRIL - JUNI 2010

Warta PERENCANA

Anda mungkin juga menyukai