Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang

Ekonomi beberapa negara didunia sedang mengalami perlambatan.


Beberapa diantaranya adalah China dan Amerika Serikat. Perekonomian China
yang melambat mengakibatkan Bank Sentral Tingkok melakukan devaluasi Yuan,
sehingga berdampak pada beberapa mitra dagang China, salah satunya adalah
Indonesia. Selain China, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat juga tidak sesuai
dengan perkiraan dan terjadi ketidakpastian kenaikan suku bunga Amerika Serikat
yang juga berpengaruh terhadap Ekonomi Indonesia teruatama pada nilai tukar
rupiah.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada kuartal II tahun 2015,
Namun diharapkan akan membaik pada kuartal III dan kuartal IV. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada kuartal II 2015 tercatat 4,67% (yoy), menurun
dibandingkan dengan kuartal I sebesar 4,72% (yoy).
Tabel 1 : Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (%,yoy)
yoy % tahun dasar
2014
2015
Komponen
I
II
III
IV
I
II
5,6
5,5
5,4
5,2 5.0
4.9
Konsumsi Rumah Tangga
1
6
2
8 1
7
3,6
0,7
4,5
1,4 2.6
2.1
Konsumsi Pemerintah
3
6
1
1 5
3
Pembentukan Modal Tetap
5,4
4,3
3,4
3,8 4.3
3.6
Domestik Bruto
2
4
7
6 7
9
- 0,4
0,7
0,6
2,8 1.0
0.0
Ekspor Barang dan Jasa
4
6
9
6 4
9
0,7
5,0
3,6
0,1 2.3
6.9
Impor Barang dan Jasa
4
6
7
4 8
8
5,1
5,0
5,0 4.7
4.6
PDP
6
7
5
3 2
7
Sumber : Badan Pusat Statistik

2010
III
4.96
6.56
4.62
0.69
6.11
4.73

Perlambatan ekonomi didukung oleh beberapa faktor. Konsumsi rumah


tangga (RT) mengalami perlambatan. Konsumsi rumah tangga kuartal II 2015
tumbuh 4,97% (yoy) dan kuartal III sebesar 4,96 % (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yaitu 5,01 % (yoy).

Hal tersebut

dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang menurun. Kemudian, Konsumsi

pemerintah sebesar 2,13% (yoy) pada kuartal II, lebih rendah dari kuartal I 2015
yang tumbuh sebesar 2,71% (yoy. ). Namun pada kuartal III tumbuh sebesar 6,56
% (yoy). Konsumsi pemerintah yang melambat diakibatkan oleh kecepatan
penyerapan belanja pemerintah yang tidak sesuai perkiraan. Pembentukan modal
tetap domestik bruto juga mengalami hal yang sama tumbuh melambat, pada
kuartal I sebesar 4,37% (yoy) , sedangkan kuartal II menjadi 3,69% (yoy) dan
meningkat pada kuartal III sebesar 4,63 % (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh
realisasi infrastruktur pemerintah yang masih terbilang rendah. Pada kuartal II
2015 ekspor barang dan jasa mengalami penurunan (-0,09% ,yoy) , dibandingkan
dengan kuartal sebelumnya (-1,04%, yoy). Ekspor membaik kondisinya pada
kuartal III sebesar (-0,69%, yoy) . Pertumbuhan ekspor masih belum maksimal
karena pemulihan ekonomi global yang belum maksimal dan masih menurunnya
harga komoditas. Sebaliknya impor justru mengalami peningkatan sebesar 6,98%
(yoy), lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,38%.
Pada kuartal ketiga membaik pada posisi 6,11 % (yoy).
Pada perlambatan ekonomi nilai tukar rupiah mengalami depresiasi yang
cukup besar terutama akibat antisipasi para investor terhadap rencana kenaikan
suku bunga Amerika Serikat. Pada kuartal II 2015, rupiah melemah sebesar
2,47% ke level Rp13.131 per dolar AS hingga secara berkelanjutan terdepresiasi
sebesar 1,94% pada level Rp13.333 per dolar AS. Faktor lain yang turut andil
dalam melemahnya rupiah adalah permintaan valas untuk pembayaran utang dan
dividen. Sementara itu inflasi pada kuartal II 2015 relatif terkendali dan rendah
yaitu sebesar 0,73% (qtq) yang lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya
sebesar 1,25% (qtq).
Perlambatan ekonomi berdampak pada hampir semua sektor. Sektor yang
cukup besar terkena imbas dari perlambatan ekonomi antara lain perbankan,
industri ritel, elektronik, otomotif, komoditas, dan lain-lain. Namun ditengah
pengaruh perlambatan ekonomi yang terjadi, ada beberapa sektor yang justru
hanya terpengaruh sedikit oleh perlambatan ekonomi diantaranya sektor umkm
seperti yang terjadi saat krisis 1998 serta sektor lainnya adalah sektor pariwisata.
Pada saat melemahnya perekonomian dunia, sektor pariwisata justru tetap tumbuh
optimistis. Walaupun terjadi penurunan daya beli masyarakat, namun kebutuhan

akan rekreasi dan sebagainya membuat sektor ini tidak terkena dampak yang
signifikan.

Tabel II : Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara per Bulan ke Indonesia


Menurut Pintu Masuk 2015
2015
Pelabuhan
Septem
Masuk
April
Mei
Juni
Juli Agustus
ber Oktober
Soekarno159873. 189307. 174319. 175347. 252914. 212706. 197487.
Hatta
00
00
00
00
00
00
00
Ngurah
309888. 287141. 357712. 381890. 298638. 379397. 366759.
Rai
00
00
00
00
00
00
00
Kualanam
15167.0 17558.0 15479.0 15879.0 16490.0 14857.0 14160.0
u
0
0
0
0
0
0
0
125816. 148920. 132569. 109931. 134540. 117089. 123750.
Batam
00
00
00
00
00
00
00
Sam
Ratulangi
1044.00 1011.00 1007.00 2089.00 2247.00 1410.00 1297.00
16063.0 17355.0 15004.0 17134.0 18311.0 18167.0 15798.0
Juanda
0
0
0
0
0
0
0
Entikong
1491.00 2424.00 1662.00 2573.00 1710.00 1693.00 1455.00
Adi
Sumarmo
660.00
618.00
581.00
542.00
740.00
805.00
412.00
Minangkab
au
3106.00 3975.00 3008.00 2962.00 3685.00 3767.00 3349.00
Tanjung
Priok
5527.00 5342.00 4877.00 3951.00 5174.00 4515.00 4854.00
Tanjung
Pinang
7477.00 7772.00 7735.00 6521.00 7941.00 7095.00 6233.00
Lombok
5725.00 5713.00 4410.00 5316.00 8089.00 7440.00 7419.00
Makassar
929.00
900.00
906.00 1194.00 1115.00 1343.00
961.00
Sepinggan
631.00
540.00
765.00
572.00
574.00
663.00
595.00
Sultan
Syarif
Kasim II
2112.00 2503.00 1954.00 2660.00 2488.00 1752.00
462.00
Adi
Sucipto
5871.00 8152.00 5710.00 4852.00 6502.00 8479.00 7442.00
Husein
Sastraneg
16884.0 18902.0 15314.0
10323.0 10531.0 10722.0
ara
0
0
0 6619.00
0
0
0
Tanjung
22211.0 24026.0 27247.0 28181.0 34193.0 24337.0 19333.0
Uban
0
0
0
0
0
0
0
Balai
Karimun
8343.00 9468.00 7797.00 7339.00 7511.00 6876.00 7674.00
41064.0 41872.0 37092.0 38681.0 37357.0 46257.0 35656.0
Lainnya
0
0
0
0
0
0
0
Total
749882. 793499. 815148. 814233. 850542. 869179. 825818.

00

00

00

00

00

Sumber : Badan Pusat Statistik


Di Indonesia sepanjang tahun 2015 kedatangan para wisatawan asing
cenderung mengalami peningkatan setiap bulannya, walaupun terjadi penurunan
di bulan Juli dan Oktober. Hal ini membuktikan bahwa perlambatan ekonomi
yang terjadi di tahun 2015 tidak begitu signifikan dampaknya terhadap sektor
pariwisata.
Pariwisata memiliki potensi yang cukup tinggi sebagai tulang punggung
perekonomian suatu negara. Negara-negara didunia mulai sadar akan potensi
tersebut sehingga berlomba-lomba untuk memperbaiki negaranya agar menjadi
destinasi yang aman dan nyaman bagi pengunjung. Beberapa negara yang sudah
melakukan hal tersebut adalah Uni Emirat Arab dengan wisata Dubai dan Korea
Selatan yang memaksimalkan pariwisata sebagai sumber pemasukan negara. Di
Asia Tenggara terdapat Singapura, Malaysia, bahkan Thailand yang sedang gencar
untuk mempromosikan pariwisatanya.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar pada sektor pariwisata.
Keindahan alam, budaya yang beragam serta kuliner nusantara dapat dijadikan
magnet pariwisata Indonesia. Namun pariwisata harus ditunjang dengan
infrastruktur yang memadai. Pada saat ini provinsi Bali merupakan destinasi
wisata favorit wisatawan asing. Beberapa wilayah yang memiliki keindahan alam
dan budaya yang beragam seperti Sulawesi, Maluku, Papua dan lainnya kurang
dikenal. Dapat dibayangkan jika wilayah-wilayah tersebut dimaksimalkan seperti
pulau Dewata. Selain infrastuktur, diperlukan strategi pemasaran yang baik untuk
mengenalkan pariwisata Indonesia dikancah Internasional. Strategi pemasaran
sebagai ujung tombak dari sektor pariwisata

harus digencarkan baik oleh

Pemerintah maupun rakyat Indonesia.Sehingga harapan untuk menjadikan sektor


pariwisata sebagai penunjang utama pada saat melambatnya perekonomian bukan
merupakan hal yang tidak mungkin.

00

00

Anda mungkin juga menyukai