Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit
yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
yang terjadi karena seseorang terinfeksi HIV/AIDS (Nugroho, 2010). Setiap
tahunnya penyebaran HIV/AIDS mengalami perkembangan yang sangat pesat,
menurut WHO jumlah perempuan penderita AIDS di dunia terus bertambah,
khususnya pada usia reproduksi (Sarwono, 2007).
Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV/AIDS dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang
melakukan hubungan seksual tidak aman, yang selanjutnya akan menularkan pada
pasangan seksualnya (WHO, 2011). Pada tahun 2012, Laporan Epidemi HIV
Global UNAIDS menunjukan terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia
dan 50% di antaranya adalah perempuan. Di Asia Selatan dan Tenggara, terdapat
kurang lebih 4 juta orang dengan HIV dan AIDS dan 1,3 juta orang atau 37%
adalah perempuan. Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan
pada 1 Januari sampai dengan September tahun 2014 adalah 22.869 kasus HIV
dan 1.876 kasus AIDS. Secara kumulatif terdapat 150.296 kasus HIV dan 55.799
kasus AIDS hingga tahun 2014.
Wanita usia produktif merupakan usia berisiko tertular infeksi HIV, dilihat
dari profil umur, ada kecenderungan bahwa infeksi HIV pada wanita mengarah ke

umur yang lebih muda, dalam arti bahwa usia lebih banyak terdapat wanita yang
terinfeksi, sedangkan pada usia 45 tahun infeksi pada wanita lebih sedikit. Di lain
pihak menurut para ahli kebidanan bahwa usia produktif merupakan usia wanita
yang lebih tepat untuk hamil dan melahirkan. Padahal kehamilan pada wanita
akan memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain
infeksi HIV-AIDS . Sekitar 80% penderita AIDS anak-anak mengalami infeksi
prenatal dari ibunya. Seroprevalensi HIV pada ibu prenatal adalah 0,0-1,7%, saat
persalinan 0,4-0,3% dan 9,4-29,6% pada ibu hamil yang biasa menggunakan
narkoba intravena(Hartati Nyoman dkk, 2009). Jumlah anak dengan AIDS yang
tertular HIV dari ibunya meningkat pula dari 48 orang pada tahun 2004 menjadi
912 sampai bulan Juni 2012 (Kemenkes RI, 2012).
Upaya mencegah perkembangan infeksi HIV/AIDS di Indonesia sejalan
dengan strategi Pemerintah Republik Indonesia yang tertuang dalam Milleneum
Development Goals (MDGs). Di mana target yang ke enam adalah memerangi
HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya. Upaya pencapaian target
penurunan kejadian HIV/AIDS tertuang ke dalam tujuh strategi utama. Salah satu
strategi tersebut adalah penguatan atau pengembangan sistem informasi dan
surveilans (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Implementasi dari
penguatan atau pengembangan sistem informasi dan surveilans adalah tersedianya
data tentang karakteristik epidemiologi infeksi HIV/AIDS (Poundstone, et al.,
2004). Status infeksi HIV suami merupakan salah satu karakteristik yang
berperan. Pada penelitian yang dikerjakan di India, diketahui bahwa 92,09%
wanita yang terinfeksi HIV mendapatkan infeksi dari suami (Arora, et al., 2008).
Berikutnya adalah karakteristik umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu hamil

juga merupakan karakteristik epidemiologi yang dapat meningkatkan risiko


tertular HIV. Karakteristik epidemiologi merupakan suatu data yang sangat
penting di dalam mempelajari distribusi infeksi HIV dan faktor-faktor yang
mempengaruhi distribusi tersebut (Budiarto dan Anggraeni, 2002).
Salah satu karakteristik epidemiologi kehamilan dengan infeksi HIV/AIDS
adalah umur. Hal ini terkait dengan vulnerabilitas biologi dan infeksi menular
seksual yang telah terjadi sebelumnya dan tidak diobati. Pada penelitian yang
dikerjakan di Malawi, diketahui bahwa puncak insiden ibu hamil terinfeksi HIV
adalah pada usia 26-30 tahun (Kwiek, et al., 2008). Berdasarkan umur HIV/AIDS
di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 20-29 tahun 15.213 kasus, 30-39 tahun 12.224
kasus dan 40-49 tahun 4.346 kasus (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2013).
Karakteristik yang kedua adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan memiliki
pengaruh pada difusi dan perbedaan penyebaran HIV di populasi (Poundstone, et
al., 2004). Diketahui pada penelitian yang dikerjakan di Barbados bahwa hampir
sebagian besar ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah dengan latar belakang
pendidikan sekolah menengah pertama (Kumar dan Bent, 2003). Karakteristik
selanjutnya adalah pekerjaan. Pekerjaan memiliki pengaruh pada perbedaan
penyebaran HIV di populasi. Poundstone, et al. (2004) menyatakan bahwa
pendapatan masyarakat merupakan prediktor terkuat dalam peningkatan kasus
AIDS.
Jawa Timur merupakan provinsi penyumbang terbanyak kasus AIDS
ketiga setelah DKI Jakarta dan Papua. Sampai dengan bulan Desember tahun
2012, kasus AIDS di Jawa Timur sebanyak 6.900 kasus, sedangkan kasus HIV

mencapai 15.681 kasus. Secara kumulatif terdapat 19.249 kasus HIV dan 8.976
kasus AIDS hingga tahun 2012 (Kemenkes RI, 2014).
Sampai dengan bulan Desember 2012, Kota Surabaya memiliki kasus HIV
tertinggi di Jawa Timur yaitu sebanyak 5.863 kasus HIV dan AIDS (Dinkes Kota
Surabaya, 2012). Kasus HIV diperoleh dari laporan klinik Voluntary Counseling
and Testing (VCT) di masing masing Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) baik itu
rumah sakit maupun Puskesmas. Dari data tersebut ditemukan Proporsi penderita
perempuan semakin lama cenderung semakin meningkat. Hal itu menunjukkan
bahwa laju peningkatan penderita baru AIDS perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. (Profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2012).
Meskipun angka prevalensi dan penularan HIV dari ibu ke bayi masih
terbatas, jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV cenderung meningkat (Ratminah,
2011). Pola penularan HIV pada ibu hamil tersebut, adalah penularan dari suami
yang berganti-ganti pasangan seksual kepada istrinya. Penularan tersebut tidak
hanya pada ibu hamil yang terinfeksi HIV dari suami saja, namun berlanjut
kepada anak yang dikandungnya (Wirawan, 2012). Infeksi HIV pada ibu hamil
dapat mengancam kehidupan ibu dan selain itu juga dapat menularkan virus
kepada bayinya. Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada
anaknya selama kehamilan saat persalinan dan menyusui. Risiko penularan HIV
dari ibu ke anak tersebut diperkirakan 5-10% selama kehamilan, 10-20% selama
persalinan dan 5-20% selama menyusui. Lebih dari 90% kasus anak yang
terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak atau mother
to child HIV transmission (MTCT) (Kemenkes, 2012). UNAIDS tahun 2009
memperkirakan 22.000 anak di wilayah Asia Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa

pengobatan dan setengah dari anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal
sebelum berusia dua tahun. Hal ini menggambarkan transmisi vertikal
memberikan kontribusi signifikan dalam penularan HIV. Di Indonesia, infeksi
HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan merupakan penyakit
menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak (UNAIDS, 2012)
Sesuai dengan Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
Praktik bidan, bahwa bidan berperan dalam kesehatan reproduksi dan
penanggulangan IMS termasuk HIV/AIDS. Untuk itu bidan harus mampu
mengetahui karakteristik ibu hamil yang terinfeksi HIV/AIDS supaya dapat di
lakukan penatalaksanaan sebaik mungkin sehingga penularan HIV/AIDS dapat
diminimalkan.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran karakteristik ibu hamil dengan
HIV/AIDS di Puskesmas Jagir Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengidentifikasi karakteristik ibu hamil dengan HIV/AIDS di
Puskesmas Jagir Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus :

1.3.2.1 Mengidentifikasi faktor status infeksi suami pada ibu hamil dengan
HIV/AIDS di Puskesmas Jagir Surabaya.
1.3.2.2 Mengidentifikasi faktor pendidikan pada ibu hamil dengan
HIV/AIDS di Puskesmas Jagir Surabaya.
1.3.2.3 Mengidentifikasi faktor umur pada ibu hamil dengan HIV/AIDS di
Puskesmas Jagir Surabaya.
1.3.2.4 Mengidentifikasi faktor pekerjaan pada ibu hamil dengan
HIV/AIDS di Puskesmas Jagir Surabaya.
1.3.2.5 Mengidentifikasi faktor pekerjaan suami pada ibu hamil dengan
HIV/AIDS di Puskesmas Jagir Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat keilmuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi profesi
kebidanan terkait permasalahan HIV/AIDS hubungannya dengan ibu
hamil .
1.4.2 Manfaat Praktis
Untuk memberikan masukan yang diharapkan dapat digunakan
untuk memperbaiki kebijakan dalam meningkatkan kinerja program dan
peran serta keluarga dan masyarakat dalam menurunkan kematian ibu dan
bayi akibat HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai