Makalah Terapi Medik Lansia
Makalah Terapi Medik Lansia
Oleh
KELOMPOK: II
JURAIS SIMAL
MUSRIFA BAHARUDIN
NABA
MUIYAH SARAH WAHAB
JUMRA D SAMPULAWA
LISDA S RUMRA
MIRNA WATI M KELIAN
MARYAM NAHATUE
HAYATI NURLETE
SURTI ANNUR
M KADAFI HEHANUSA
NUNUK P RAHAYAAN
NENENG SUPRIANTI
NURJANA SAMANERI
EKA ARNINDI TATUHEI
HILMAN LUHULIMA
HARRI KOTA
RAMLA F MAHU
RIA HARDIANTI NIWELE
RASTI MAHU
SARTI ODE
SELVA TUHUTERU
SITI WASI ROMONIN
SINTIA PAJARISMA THE
SRIYASNI BURHAN
SADAM HUSEN SIOMPU
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang
Terapi Medik Lansia. Penulis menyadari bahwa makalah ini
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan ini dari awal sampai akhir. Khususnya buat dosen
pembimbing. Semoga Tuhan senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
xi
DAFTAR ISI........................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
1.1.
1.2.
Rumusan
Masalah.................................................................................
Tujuan
1.3.
Penulisan...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
2.1.
Pengertian...
Program Pada
2.2.
Lansia
2.3.
Peran Tim
Medis
Macam-macam Terapi Pada
3
5
2.4.
Lansia
6
Terapi Latihan Spisifik.
2.5.
17
BAB III PENUTUP..............................................................................................
19
3.1.
Kesimpulan.............................................................................................
.
19
3.2.
Saran.......................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang
diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada
akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari
sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan
bersifat individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak
dipengaruhi oleh riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait
dengan faktor biologis, psikologis, spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan
sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh tersebut diyakini
memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis sehingga
lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia misalnya: stroke,
Parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis dapat
menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit
kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh
individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu,
selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila
menimbulkan penyakit fisik.
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang
diperlukan suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk
mengevaluasi kondisi lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi
selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat individual sekali, dan
apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam
keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai
harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Terapi Medik Pada Lansia
1.3.
Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari Penyusunan Makalah Terapi Medik Lansia adalah:
a. Tujuan Umum.
Untuk mengetahui gambaran Terapi Medik Lansia
b. Tujuan Khusus.
1. Untuk menegtahui Terapi Medik Lansia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit;
perawatan penyakit.
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi modalitas adalah Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu
luang bagi lansia.
2.2. Program Pada Lansia
a. Program Fisioterapi
Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang
paling ringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh
individu tersebut, misalnya :
1. Aktivitas di tepat tidur
Positioning, alih baring, latihan pasif&aktif lingkup gerak sendi
2. Mobilisasi
Melakukan
aktivitas
kehidupan
sehari-hari
mandi,
makan,
berpakaian, dll
b. Program Okupasiterapi
Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada
aktiviats yang diinginkan. Misalnya latihan jongkok-berdiri di WC yang
dipunyai adalah harus jongkok, namun bila tidak memungkinkan maka dibuat
modifikasi.
c. Program Ortotik-prostetik
Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka
seorang ortotis-prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti
bagian tubuh yang memerlukan sesuai dengan kondisi penderita. Dan untuk
lansia hal ini perlu pertimbangan lebih khusus, misalnya pembuatan alat
diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yang lebih sederhana sehingga
mudah dipakai, dll.
d. Program Terapi Wicara
Program ini kadang-kadang tidak selalu ditujukan untuk latihan wicara saja,
tetapi perlu diperlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan
gangguan fungsi menelan apabila ditemukan adanya kelemahan pada otot-otot
sekitar tenggorokan. Hal ini sering terjadi pada penderita stroke, dimana
terjadi kelumpuhan saraf vagus, saraf lidah, dll
e. Program Sosial-Medik
Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal
bersama lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang
berkaitan dengan aktivitas yang dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi.
Hal ini sangat penting sebagai masukan untuk mendukung program lain yang
ahrus dilaksanakan, misalnya seorang lansia yang tinggal dirumahnya banyak
trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang datar
dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll
f. Program Psikologi
motivasi
agar
lansia
mau
melakukan
latihan,
mau
dalam bentuk kegiatan yang menghasilkan sesuatu. Pada keadaan ini seluruh
tim akan berperan, dan dokter selalu memantau pada setiap fase yang dijalani.
2.4. Macam-macam Terapi Pada Lansia
a. Terapi Medik
1. Diuretic Tiazid
Diuretic dengan potensi menengah yang menurunkan tekanan darah
dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada daerah awal tubulus
distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Tiazid juga
mempunyai efek vasodilatasi langsung pada arteriol, sehingga dapat
mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Tiazid diabsorpsi baik
pada pemberian oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di hati. Efek
diuretik tiazid terjadi dalam waktu 12 jam setelah pemberian dan
bertahan sampai 1224 jam, sehingga obat ini cukup diberikan sekali
sehari. Efek antihipertensi terjadi pada dosis rendah dan peningkatan dosis
tidak memberikan manfaat pada tekanan darah, walaupun diuresis
meningkat pada dosis tinggi.
2. Beta Blocker
Beta blocker memblok beta adrenoseptor. Reseptor ini diklasifikasikan
menjadi reseptor beta 1 dan beta 2. Reseptor beta 1 terutama terdapat
pada jantung sedangkan reseptor beta 2 banyak ditemukan di paru paru,
pembuluh darah perifer, dan otot lurik. Reseptor beta 2 juga dapat
ginjal.
Reseptor
beta
juga
dapat
ditemukan
di
otak.
3. ACE Inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat secara
kompetitif pembentukan angiotensin II dari precursor angiotensin I yang
inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung,
kelenjar adrenal dan otak. Angitensin II merupakan vasokonstriktor kuat
yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas simpatis sentral dan
perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin iI ini akan menurunkan
tekanan darah. Jika system angiotensin rennin aldosteron teraktivasi
(misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik) efek
antihipertensi ACEi akan lebih besar.
ACE juga bertanggungjawab terhadap degradasi kinin, termasuk
bradikinin, yang mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan degradasi
4. Alpha blocker
Alpha blocker (penghambat adrenoseptor alfa 1) memblok adrenoseptor
alfa 1 perifer, mengakibatkan efek vasodilatasi karena merelaksasi otot
polos pembuluh darah. Diindikasikan untuk hipertensi yang resisten.
b. Terapi Modalitas
1. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih
sesuai dengan masalah lansia.
2. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk
untuk
memanfaatkan
waktu
luang
dan
meningkatkan
7. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas
cermat, mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll
8. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa
mudanya
9. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa
bosan, dan melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia,
posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga,
mengunjungi saudara, dll.
10. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan
meningkatkan rasa nyaman. Seperti menggadakan pengajian, kebaktian,
sholat berjamaah, dan lain-lain.
11. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga
adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran
utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak
bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
mengubah
pola interaksi di
antara
anggota
keluarga,
Akupuntur
Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia atau
perubahan fungsi system tubuh dengan cara memasukan jarum tipis
sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut meredian.
Manipulasi jarum langsung pada meridian energi akan mempengaruhi
organ internal dalam dengan pengalihan qi
Ayurveda
System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan obat
herbal, obat pencahar dan minyak gosok.
Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa penyakit
tertentu dapat diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang
ada pada individu sehat akan menghasilkan gejala seperti penyakit.
Pengobatan Naturopatik
System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya, kehangatan,
pijatan air segar, olah raga teratur dan menghindari pengobatan,
mengenali kemampuan mnyembuhkan tubuh alami.
Zona
Progam diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat dan
lemak
dengan
perbandingan
30:40:30.
Digunakan
untuk
Diet Mikrobiotik
Diutamakan diet vegetarian.
Pengobatan Ortomolekuler
Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan bertakoren.
Pengobatan Kiropratik
Metode Feldenkrais
Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik melalui
perbaikan pergerakan tubuh.
Tai chi
Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan dan
meditasi untuk membersihkan, memperkuat dan sirkulasi energi dan
darah kehidupan yang penting.
Terapi Pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau meremas
untuk meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan relaxsi.
Sentuhan Ringan
Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk membuat
hubungan menunjukkan penerimaan dan memberikan penghargaan.
Terapi Seni
Menggunakan
seni
untuk
mendamaikan
konflik
emosional,
5. Intervensi tubuh-pikiran
Menggunakan berbagai tehnik yng dibuat untuk meningkatkan kapasitas
pikiran guna mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.
Terapi Dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan
ekspresi langsung dari pikiran dan tubuh.
Terapi Pernafasan
Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi,
memperkuat atau membuka jalur emosional.
Imajinasi Terbimbing
Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan
berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar.
Meditasi
Terapi Musik
Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis,
kogniti dan sosial individu yang menderita cacat dan peny.
Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik psikologi
Yoga
Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan
dan kesadaran tubuh.
6. Terapi Energi
Melibatkan penggunaan medan energy
Terapi Reiki
Terapi yang berasal dari praktik budha kuno di mana praktisi
menempatkan tangannya pada atau diatas bagian tubuh dan
memindahkan keharmonisan dan keseimbangan untuk mengobati
gangguan kesehatan.
Sentuhan terapiutik
Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi atau praktisi
dalam suatu cara yang disengaja tidak semua pasien.
atau
elektromekanik
untuk
mengukur,
memproses
dan
b. Sentuhan terapiutik
Sentuhan terapiutik merupakan satu potensi alami manusia yang terdiri dari
meletakkan tangan praktisi pada atau dekat dengan tubuh seseorang kemudian
praktisi mencoba mengarahkan energi yang ada dalam tubuhnya untuk
membawa individu kembali masuk kedalam keseimbangan energi yang sama
dengan praktisi.
c. Terapi kiropraktik
Manipulasi spinal yang diarahkan pada sendi tertentu ole praktisi dengan
menggunakan tangan atau alat.
d. Akupuntur
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi
organ tubuh dan bukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan
penderita harus berbaring lama sedapat mungkin dihindarkan. Pemberian terapi
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemulihan kesehatan pada
lansia. Seperti pemberian modalilitas alamiah ataupun dengan menggunakan
peralatan khusus biasanya hanya menggurangi keluhan yang bersifat sementara,
akan tetapi latihan-latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk
mempertahankan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu agar mobilitas
tetap terjaga sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga
pencegahan disabilitas primer diminimalkan dan disabilitas sekunder bisa
dicegah, dan pada akhirnya tidak terjadi handicap.
3.2. Saran
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat
kesehatan pada lansia dalam taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari
penyakit atau gangguan kesehatan. Dengan demikian, lansia masih dapat
memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Oleh karena itu perkembangan ilmu
dan praktika dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi kualitas
sumber daya yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wahid
Iqbal.2009.Ilmu
Keperawatan
Komunitas
Konsep
dan