Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KELOMPOK

TERAPI MEDIK LANSIA

Oleh

KELOMPOK: II

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MALUKU HUSADA
KAIRATU
2016

NAMA NAMA KELOMPOK

JURAIS SIMAL
MUSRIFA BAHARUDIN
NABA
MUIYAH SARAH WAHAB
JUMRA D SAMPULAWA
LISDA S RUMRA
MIRNA WATI M KELIAN
MARYAM NAHATUE
HAYATI NURLETE
SURTI ANNUR
M KADAFI HEHANUSA
NUNUK P RAHAYAAN
NENENG SUPRIANTI
NURJANA SAMANERI
EKA ARNINDI TATUHEI
HILMAN LUHULIMA
HARRI KOTA
RAMLA F MAHU
RIA HARDIANTI NIWELE
RASTI MAHU
SARTI ODE
SELVA TUHUTERU
SITI WASI ROMONIN
SINTIA PAJARISMA THE
SRIYASNI BURHAN
SADAM HUSEN SIOMPU

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang
Terapi Medik Lansia. Penulis menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan ini dari awal sampai akhir. Khususnya buat dosen
pembimbing. Semoga Tuhan senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.

Kairatu, 24 Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

xi

DAFTAR ISI........................................................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

1.1.

Latar Belakang .....................................................................................


1

1.2.

Rumusan
Masalah.................................................................................
Tujuan

1.3.

Penulisan...................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

2.1.
Pengertian...
Program Pada

2.2.

Lansia
2.3.
Peran Tim
Medis
Macam-macam Terapi Pada

3
5

2.4.

Lansia
6
Terapi Latihan Spisifik.

2.5.

17
BAB III PENUTUP..............................................................................................

19

3.1.

Kesimpulan.............................................................................................
.

19

3.2.
Saran.......................................................................................................

19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang
diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada
akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari
sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan
bersifat individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak
dipengaruhi oleh riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait
dengan faktor biologis, psikologis, spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan

sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh tersebut diyakini
memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis sehingga
lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia misalnya: stroke,
Parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis dapat
menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit
kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh
individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu,
selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila
menimbulkan penyakit fisik.
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang
diperlukan suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk
mengevaluasi kondisi lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi
selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat individual sekali, dan
apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam
keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai
harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
1.2.

Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Terapi Medik Pada Lansia

1.3.

Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari Penyusunan Makalah Terapi Medik Lansia adalah:

a. Tujuan Umum.
Untuk mengetahui gambaran Terapi Medik Lansia
b. Tujuan Khusus.
1. Untuk menegtahui Terapi Medik Lansia

2. Untuk mengetahui konsep Terapi Medik Lansia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit;
perawatan penyakit.
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi modalitas adalah Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu
luang bagi lansia.
2.2. Program Pada Lansia
a. Program Fisioterapi

Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang
paling ringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh
individu tersebut, misalnya :
1. Aktivitas di tepat tidur
Positioning, alih baring, latihan pasif&aktif lingkup gerak sendi

2. Mobilisasi

Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi,


berdiri, jalan

Melakukan

aktivitas

kehidupan

sehari-hari

mandi,

makan,

berpakaian, dll
b. Program Okupasiterapi
Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada
aktiviats yang diinginkan. Misalnya latihan jongkok-berdiri di WC yang
dipunyai adalah harus jongkok, namun bila tidak memungkinkan maka dibuat
modifikasi.
c. Program Ortotik-prostetik

Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka
seorang ortotis-prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti
bagian tubuh yang memerlukan sesuai dengan kondisi penderita. Dan untuk
lansia hal ini perlu pertimbangan lebih khusus, misalnya pembuatan alat
diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yang lebih sederhana sehingga
mudah dipakai, dll.
d. Program Terapi Wicara
Program ini kadang-kadang tidak selalu ditujukan untuk latihan wicara saja,
tetapi perlu diperlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan
gangguan fungsi menelan apabila ditemukan adanya kelemahan pada otot-otot
sekitar tenggorokan. Hal ini sering terjadi pada penderita stroke, dimana
terjadi kelumpuhan saraf vagus, saraf lidah, dll
e. Program Sosial-Medik
Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal
bersama lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang
berkaitan dengan aktivitas yang dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi.
Hal ini sangat penting sebagai masukan untuk mendukung program lain yang
ahrus dilaksanakan, misalnya seorang lansia yang tinggal dirumahnya banyak
trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang datar
dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll
f. Program Psikologi

Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan


emosionalnya, yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya
apakah seorang yang tipe agresif, atau konstruktif, dll. Juga untuk
memberikan

motivasi

agar

lansia

mau

melakukan

latihan,

mau

berkomunikasi, sosialisasi dan sebgainya. Hal ini diperlukan pula dalam


pelaksanaan program lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.
2.3. Peran Tim Medis
a. Fase Perawatan Intensif (Intensive Care)
Yang menonjol peran perawat, baru kemudian fisioterapis dan mungkin
petugas sosial medik sudah mulai berperan.
b. Fase Perawatan Antara (Intermediate Care)
Perawat masih diperlukan, fisioterapis makin menonjol, terapis okupasi mulai
berperan, mungkin terapis wicara atau psikolog mulai berperan. Juga bila alat
bantu diperlukan, misalnya walker, dynamic-splint, dll. Maka ortoris-prostetis
yang akan membuat susuai dengan kondisi penderita.
c. Fase Perawatan Sendiri (Self Care)
Okupasi terapi sangat penting untuk mendukung aktivitas kehidupan seharihari. Mulai dari aktiviats untuk pribadi sampai dengan pada aktivitas dalam
kehidupannya dalam pekerjaan.
d. Fase Rawat Jalan (Day Care)
Tergangtung pada gangguan/dissabilitas yang dideritanya. Biasanya terapi
okupasi suportif sangat membantu, dan dalam hal ini program bisa diberikan

dalam bentuk kegiatan yang menghasilkan sesuatu. Pada keadaan ini seluruh
tim akan berperan, dan dokter selalu memantau pada setiap fase yang dijalani.
2.4. Macam-macam Terapi Pada Lansia

a. Terapi Medik
1. Diuretic Tiazid
Diuretic dengan potensi menengah yang menurunkan tekanan darah
dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada daerah awal tubulus
distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Tiazid juga
mempunyai efek vasodilatasi langsung pada arteriol, sehingga dapat
mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Tiazid diabsorpsi baik
pada pemberian oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di hati. Efek
diuretik tiazid terjadi dalam waktu 12 jam setelah pemberian dan
bertahan sampai 1224 jam, sehingga obat ini cukup diberikan sekali
sehari. Efek antihipertensi terjadi pada dosis rendah dan peningkatan dosis
tidak memberikan manfaat pada tekanan darah, walaupun diuresis
meningkat pada dosis tinggi.

2. Beta Blocker
Beta blocker memblok beta adrenoseptor. Reseptor ini diklasifikasikan
menjadi reseptor beta 1 dan beta 2. Reseptor beta 1 terutama terdapat
pada jantung sedangkan reseptor beta 2 banyak ditemukan di paru paru,
pembuluh darah perifer, dan otot lurik. Reseptor beta 2 juga dapat

ditemukan di jantung, sedangkan reseptor beta 1 juga dapat dijumpai


pada

ginjal.

Reseptor

beta

juga

dapat

ditemukan

di

otak.

Beta blocker yang selektif (dikenal juga sebagai cardioselective beta


blockers), misalnya bisoprolol, bekerja pada reseptor beta 1, tetapi tidak
spesifik untuk reseptor beta 1 saja oleh karena itu penggunaannya pada
pasien dengan riwayat asma dan bronkhospasma harus hatihati. Beta
blocker yang non selektif (misalnya propanolol) memblok reseptor beta 1
dan beta 2.

3. ACE Inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat secara
kompetitif pembentukan angiotensin II dari precursor angiotensin I yang
inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung,
kelenjar adrenal dan otak. Angitensin II merupakan vasokonstriktor kuat
yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas simpatis sentral dan
perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin iI ini akan menurunkan
tekanan darah. Jika system angiotensin rennin aldosteron teraktivasi
(misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik) efek
antihipertensi ACEi akan lebih besar.
ACE juga bertanggungjawab terhadap degradasi kinin, termasuk
bradikinin, yang mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan degradasi

ini akan menghasilkan efek antihipertensi yang lebih kuat. Beberapa


perbedaan pada parameter farmakokinetik obat ACEi. Captopril cepat
diabsorpsi tetapi mempunyai durasi kerja yang pendek, sehingga
bermanfaat untuk menentukan apakah seorang pasien akan berespon baik
pada pemberian ACEi. Dosis pertama ACEii harus diberikan pada malam
hari karena penurunan tekanan darah mendadak mungkin terjadi; efek ini
akan meningkat jika pasien mempunyai kadar sodium rendah.

4. Alpha blocker
Alpha blocker (penghambat adrenoseptor alfa 1) memblok adrenoseptor
alfa 1 perifer, mengakibatkan efek vasodilatasi karena merelaksasi otot
polos pembuluh darah. Diindikasikan untuk hipertensi yang resisten.
b. Terapi Modalitas
1. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih
sesuai dengan masalah lansia.
2. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk

terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator.


Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
3. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong,
musik dengan gamelan
4. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang. Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dll

5. Terapi dengan Binatang


Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari
sepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai
peliharaan kucing, ayam, dll
6. Terapi Okupasi
Bertujuan

untuk

memanfaatkan

waktu

luang

dan

meningkatkan

produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang


telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, membuat keset, membuat
sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat
(pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit dari kain,
merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan
lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll)

7. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas
cermat, mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll
8. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa
mudanya
9. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa
bosan, dan melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia,
posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga,
mengunjungi saudara, dll.
10. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan
meningkatkan rasa nyaman. Seperti menggadakan pengajian, kebaktian,
sholat berjamaah, dan lain-lain.
11. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga
adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran
utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak
bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan


diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga
terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih
dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang
terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya
masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan
keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti
yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase
2 (kerja), dan fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien
mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi,
dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase
kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis
berusaha

mengubah

pola interaksi di

antara

anggota

keluarga,

meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga,


eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang
selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga
akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan
terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan
dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
c. Terapi Komplementer
1. System medis Alternatif

Akupuntur
Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia atau
perubahan fungsi system tubuh dengan cara memasukan jarum tipis
sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut meredian.
Manipulasi jarum langsung pada meridian energi akan mempengaruhi
organ internal dalam dengan pengalihan qi

Ayurveda
System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan obat
herbal, obat pencahar dan minyak gosok.

Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa penyakit
tertentu dapat diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang
ada pada individu sehat akan menghasilkan gejala seperti penyakit.

Pengobatan Naturopatik
System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya, kehangatan,
pijatan air segar, olah raga teratur dan menghindari pengobatan,
mengenali kemampuan mnyembuhkan tubuh alami.

Pengobatan Tradisional Cina


Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk akupuntur,
pengobatan herbal, pijatan, akupreser, moxibustion (menggunakan

panas dari herbal yang dibakar), qigong (menyeimbangkan aliran


energi melalui gerakan tubuh).
2. Terapi Biologis
Menggunakan substansi alam seperti herbal, makanan dan vitamin.

Zona
Progam diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat dan
lemak

dengan

perbandingan

30:40:30.

Digunakan

untuk

menyeimbangkan insulin dan hormone lain untuk kesehatan yang


optimal.

Diet Mikrobiotik
Diutamakan diet vegetarian.

Pengobatan Ortomolekuler
Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan bertakoren.

3. Menipulasi Dan Metode Didasari Tubuh


Didasari pada manipulasi dari atau penggerakan dari satu atau lebih
bagian tubuh.

Akupresur, Tehnik terapetik mempergunakan tekanan digital dalam


cara tertentu pada titik yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa
nyeri menghasilkan analgesic atau mengatur fungsi tubuh.

Pengobatan Kiropratik

System terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis dan


memasukan fisiotherapy dan terapi cliet.

Metode Feldenkrais
Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik melalui
perbaikan pergerakan tubuh.

Tai chi
Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan dan
meditasi untuk membersihkan, memperkuat dan sirkulasi energi dan
darah kehidupan yang penting.

Terapi Pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau meremas
untuk meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan relaxsi.

Sentuhan Ringan
Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk membuat
hubungan menunjukkan penerimaan dan memberikan penghargaan.

4. Intervensi tubuh dan pikiran


Menggunakan berbagai tehnik yang di buat untuk meningkatkan kapasitas
pikiran untuk mempengaruhi tubuh.

Terapi Seni

Menggunakan

seni

untuk

mendamaikan

konflik

emosional,

meningkatkan kewaspadaan diri dan mengungkapkan masalah yang


tidak di katakan dan didasari klien penyakit mereka.

Umpan balik biologis


Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual dan
suara tentang fungsi fisiologis otonomi tubuh.

5. Intervensi tubuh-pikiran
Menggunakan berbagai tehnik yng dibuat untuk meningkatkan kapasitas
pikiran guna mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.

Terapi Dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan
ekspresi langsung dari pikiran dan tubuh.

Terapi Pernafasan
Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi,
memperkuat atau membuka jalur emosional.

Imajinasi Terbimbing
Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan
berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar.

Meditasi

Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan


menenangkan pikiran menggunakan ritme pernafasan yang berfokus.

Terapi Musik
Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis,
kogniti dan sosial individu yang menderita cacat dan peny.

Usaha Pemulihan (doa)


Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya yang
menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta atau empati dengan target
doa.

Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik psikologi

Yoga
Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan
dan kesadaran tubuh.

6. Terapi Energi
Melibatkan penggunaan medan energy

Terapi Reiki
Terapi yang berasal dari praktik budha kuno di mana praktisi
menempatkan tangannya pada atau diatas bagian tubuh dan
memindahkan keharmonisan dan keseimbangan untuk mengobati
gangguan kesehatan.

Sentuhan terapiutik
Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi atau praktisi
dalam suatu cara yang disengaja tidak semua pasien.

2.5. Terapi Latihan Spisifik


a. Umpan balik biologis
Merupakan suatu kelompok prosedur terapeutik yang menggunakan alat
elektronik,

atau

elektromekanik

untuk

mengukur,

memproses

dan

memberikan informasi bagi individu tentang aktivitas system saraf otonom


dan neuro moskuler.

b. Sentuhan terapiutik
Sentuhan terapiutik merupakan satu potensi alami manusia yang terdiri dari
meletakkan tangan praktisi pada atau dekat dengan tubuh seseorang kemudian
praktisi mencoba mengarahkan energi yang ada dalam tubuhnya untuk
membawa individu kembali masuk kedalam keseimbangan energi yang sama
dengan praktisi.
c. Terapi kiropraktik
Manipulasi spinal yang diarahkan pada sendi tertentu ole praktisi dengan
menggunakan tangan atau alat.
d. Akupuntur

Merupakan metode stimulasi titik tertentu pada tubuh dengan memasukan


jarum kusus untuk memodifikasi persepsi rasa nyeri, menormalkan fungsi
fisiologis serta mengobati dan mencegah penyakit.
e. Terapi herbal Menggunakan tanaman, hewan, atau mineral.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi
organ tubuh dan bukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan
penderita harus berbaring lama sedapat mungkin dihindarkan. Pemberian terapi
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemulihan kesehatan pada
lansia. Seperti pemberian modalilitas alamiah ataupun dengan menggunakan
peralatan khusus biasanya hanya menggurangi keluhan yang bersifat sementara,

akan tetapi latihan-latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk
mempertahankan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu agar mobilitas
tetap terjaga sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga
pencegahan disabilitas primer diminimalkan dan disabilitas sekunder bisa
dicegah, dan pada akhirnya tidak terjadi handicap.
3.2. Saran
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat
kesehatan pada lansia dalam taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari
penyakit atau gangguan kesehatan. Dengan demikian, lansia masih dapat
memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Oleh karena itu perkembangan ilmu
dan praktika dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi kualitas
sumber daya yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Martono, Hadi dan Kris Pranarka.2010.Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu


Kesehatan Usia Lanjut).Edisi IV.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mubarak,

Wahid

Iqbal.2009.Ilmu

Keperawatan

Komunitas

Konsep

dan

Aplikasi.Jakarta : Salemba Medika


Maryam, R.Siti.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta : Salemba
Medika
Stockslager, Jaime L.2007.Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik.Edisi II.Jakarta
: EGC

Anda mungkin juga menyukai