Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRESENTASI AGAMA ISLAM

PERNIKAHAN BEDA AGAMA MENURUT


HUKUM ISLAM

KELOMPOK (2)
DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.

ANA MAULANA
ASMAIDA SALEH
DYGTA HADINAGARA
ETIKA PERMATA SARI
PANGGIH CAHYO PRASETYO
MATA KULIAH
DOSEN PENGAMPU

(151061021/STATISTIKA)
(1510610../STATISTIKA)
(151061022/STATISTIKA)
(151061012/STATISTIKA)
(151077004/SISKOM)

: AGAMA ISLAM
: DRA. ARIFAH BUDHYATI MZ

JURUSAN STATISTIKA & SISTEM KOMPUTER


FAKULTAS SAINS TERAPAN
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2015/2016

HASIL PRESENTASI UNTUK KASUS PERNIKAHAN


BEDA AGAMA MENURUT HUKUM ISLAM
Dari presentasi ini terdapat beberapa pertanyaan yang dilontarkan kelompok lain kepada
kami yang pertanyaan sebagai berikut beserta jawaban dari kelompok kami.
A. Pertanyaan
1. Ada seorang lelaki muslim menikah dengan wanita mualaf, namun setelah
menikah beberapa bulan kemudian wanita itu kembali ke Agamanya yang dulu
(Agama Kristen). Bagaimana hukum dari pernikahan tersebut dan apa yang
harus dilakukan lelaki itu?
2. Seorang pria muslim menikah dengan wanita non muslim yang Ahlul Kitab itu
diperbolehkan! Lalu jika mereka memiliki anak bagaimana pandangan islam
terhadap anak tersebut dan apa agama anak tersebut? Sebubtkan dalilnya?
3. Bagaimana hukum bagi seorang yang mempertahankan pernikahan beda agama
yaitu wanita muslim dengan lelaki non muslim. Dengan harapan wanita muslim
itu dapat membimbing suaminya itu untuk menjadi seoranf mualaf?
4. Bagaimana cara mendidik anak tentang ilmu agama yang lahir dari orang tua
yang beda agama?
5. Bagaimana pandangan Islam terhadap CINTA jika laki-laki muslim menikah
dengan wanita non muslim yang bukan Ahluk Kitab?
6. Ada seorang wanita muslim menikah dengan lelaki mualaf, namun setelah
menikah lelaki itu murtad (kembali ke agamanya yang semula). Bagaimana
hukum dari pernikaha tersebut dan apa yang harus dilakukan wanita tersebut?
B. Jawaban
1. Hukum pernikahannya halal karena wanita ini telah masuk Islam namun karena
beberapa bulan kemudian wanita ini murtad atau dia kembali ke Agamanya
semula maka hukum pernikahannya dianggap batal karena sama saja wanita ini
telah mengkhianati suaminya dan Agama Islam maka dari itu tindakan seorang
suami menasehati, membina istrinya namun ketika istrinya tidak bias dibina lagi
dan tidak menurut pada suaminya mau tidak mau suami harus menceraikan
istrinya itu meskipun cerai termasuk perbuatan yang sangat dibenci Allah Swt
namun tindakan itu harus dilakukan karena istrinya ini telah murtad. Karena jika

pernikahan ini dipertahankan maka banyak dampak yang buruk akan terjadi
khusunya sang suami akan menanggung dosa dari istrinya itu.
2. Pada kasus ini pernyataan sudah benar bahwa lelaki non muslim menikah
dengan wanita Ahlul Kitab itu boleh namun bagaimana jika mereka memiliki
seorang anak. Pada kasus ini sebelum melangsungkan pernikahan tersebut ada
bebebrapa syarat yang diajukan jika hal itu terjadi, yaitu :
Jelas Nasabnya
Menurut silsilah atau menurut garis keturunannya sejak nenek moyangnya

adalah Ahli kitab.


Benar-benar berpegang teguh pada kitab Taurat dan kitab Injil
Apabila memang mereka berpegang teguh kepada kitab Taurat dan Injil (yang
benar-benar asli) pasti mereka pada akhirnya akan masuk islam, karena
sebenarnya pada Kitab Taurat dan Injil yang asli telah disebutkan bahwa akan
dating seorang Nabi setelah Nabi Muasa As dan Nabi Isa As, yaitu Nabiullah
Muahammad SAW. Dan apabila mereka mengimani akan adanya Nabiullah

Muhammad SAW, pasti mereka akan masuk islam


Wanita Ahli Kitab tersebut nantinya mampu menjaga anak-anaknya kelak dari
bahaya fitnah.
Sahabat Umar bin Khattab pernah berkata pria muslim diperbolehkan
menikah dengan wanita Ahli Kitab dan tidak diperbolehkan pria Ahli Kitab
menikah dengan wanita muslimah.

Dari syarat-syarat diatas ada jga Sahabat Hudzaifah dan sahabat Thalhah pernah
menkah dengan wanita Ahli kitab tetapi akhirnya wanita tersebut masuk islam.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pandangan islam kepada anak tersebut adalah
memandangnya sebagai anak yang berpegang teguh pada Agama Islam karena
pada akhirnya Ibunya yang Ahlul Kitab akan menjadi seorang wanita muslimah.
3. Hukum pernikahan orang yang mempertahankan pernikahan beda agama adalah
haram karena dimana menurut Surat Al Baqarah(2) : 221

Artinya : Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka


beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka
beriman, Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik
walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.
Meskipun niat dari wanita muslimah ini baik namun caranya salah harusnya jika
wanita ingin mendidik lelaki non muslim ini agar menjadi mualaf harusnya
mendidiknya sebelum melangsungkan pernikahan. Karena dalam sebuah
pernikahan laki-laki adalah pemimpin sebuah rumah tangga dan berkuasa atas
istrinya jadi secara logika laki-laki ini tidak akan mendengar arahan dari istrinya
namun yang akan terjadi wanita inilah yang akan mengikut Agama laki-laki
tersebut.
4. Pada kasus ini cara mendidik anak yang lahir dari orang tua beda agama adalah
kami ambil dari menurut Pasal 42 UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan
I.
II.

anak yang berbunyi :


Setiap anak mendapat perlindungan untuk beribadah menurut agamanya.
Sebelum anak dapat menentukan pilihannya agama yang diperlukan anak
mengikuti agama orang tuanya.
Di dalam penjelasan pasal 42 ayat 2 UUPA diterangkan bahwa anak dapat
menentukan agama pilihannya apabila anak tersebut telah berakal dan
bertanggungjawab, serta memenuhi syarat dan tata cara sesuai dengan ketentuan
agama yang dipilihnya.

Jadi pada kasus ini untuk mendidik anak sama seperti biasanya dididik dengan
ahlak yang baik agar menjadi anak yang berbakti pada orang tua namun pada
agamanya seperti yang diterangkan pada pasal diatas.
5. Pandangan Islam terhadap CINTA disini harus dipisahkan karena sudah tertera
jelas pada Surat Al Baqarah(2) : 221

Artinya : Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka


beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka
beriman, Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik
walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.
Dari surat diatas sudah jelas bahwa diharamkannya lelaki muslim menikah
dengan wanita non muslim yang bukan Ahlul Kitab meskipun didasari oleh
CINTA namun realitas dilapangan, ternyata pasangan yang telah menikah
dengan meng-atasnamakan CINTA, ternyata justru paling banyak BERCERAI.
Apalagi, pernikahan itu dengan tidak seiman, justu menyisakan duka lara. Jadi
pernikahan tersebut tidak dapat dilanjutkan kecuali sang perempuan ini mau
menjadi seorang mualaf karena walau bagaimanapun kita tidak bisa lebih
memntingkan CINTA kepada manusia dibandingkan CINTA kita kepada Allah
Swt.
6. Pada kasus ini wanita muslimah yang menikah dengan lelaki mualaf namun
setelah menikah lelaki ini murtad atau kembali ke agama semulanya hukumnya
seperti nomer 1 diatas yaitu dianggap batal karena sudah jelas bahwa laki-laki
ini murtad mengkhianati agama walaupun pada saat melangsungkan pernikahan,

pernikahan mereka halal namun pada saat lelaki ini murtad pernikahan mereka
dinyatakan batal dan harus dilakukan perceraian sebelum semuanya bertambah
kepanjangan. Walaupun harus sang istri harus menggugat cerai sang suami
namun itu hal yang benar-benar harus dilakukan jika suami tidak bisa dibimbing
lagi, jika tindakan cerai ini tidak diputuskan maka kita tidak akan tahu apa yang
akan terjadi kedepannya bisa saja sang suami mengajak sang istri yang
muslimah ini mengikuti agama suaminya yaitu non islam dan hal ini sangat
disayangkan untuk terjadi. Maka dari itu sang istri harus menggugat cerai
apapun rintangannya walaupun harus mengakhiri CINTA mereka! Karena
diaman CINTA kepada Allah lebih utama dari segalanya.

Anda mungkin juga menyukai