TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebersihan Rongga Mulut
Kebersihan rongga mulut atau oral hygine menunjukkan suatu keadaan
yang terbebas dari akumulasi deposit gigi yaitu food debris, plak, material
alba dan stain pada permukaan gigi. Oral hygiene dipengaruhi oleh adanya
penumpukan plak dan deposit gigi lainnya, keadaan gigi yang berjejal dan
kelainan lengkung rahang. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan
cara menyikat gigi berperan sangat besar, karena dapat mencegah supaya plak
tidak tertimbun, dan dapat menimbulkan kerusakan jaringgan penyangga gigi
(Mc.Donald, 2004).
2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Rongga Mulut
2.1.1.1 Menyikat Gigi
Menyikat gigi merupakan hal yang dapat diandalkan untuk
mengontrol plak, dan mampu membersihkan gigi secara
menyeluruh. Menyikat gigi dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya adalah frekuensi menyikat gigi, waktu menyikat gigi,
lama menyikat gigi, dan teknik menyikat gigi ( Taani, 2004).
American
Dental
Association
(2007),
banyaknya
permukaan
gigi
yang
harus
kalkulus
terjadi
dalam
tiga
tahap:
untuk menilai
10
dinilai.
Penilaian
dapat
diperoleh
dengan
melakukan
2.2 Gingivitis
2.2.1 Pengertian Gingivitis
Gingivitis atau keradangan gingiva merupakan kelainan jaringan
penyangga gigi yang hampir selalu tampak pada segala bentuk kelainan
gingiva. Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang disebabkan
bakteri dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari
normal, gingiva bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Penderita
biasanya tidak merasa sakit pada gingiva. Gingivitis bersifat reversible
yaitu jaringan gingiva dapat kembali normal apabila dilakukan
pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur (Musaikan,
2002).
2.2.2 Gambaran Klinis Gingivitis
Secara umum, gambaran klinis gingivitis adalah adanya tanda
klinis berikut: kemerahan, perdarahan akibat stimulasi, perubahan
kontur, adanya plak atau kalkulus dan secara radiografi tidak ditemukan
kehilangan tulang alveolar. Pemeriksaan histologi jaringan gingiva yang
mengalami peradangan menunjukkan ulserasi epitel. Keberadaan
radang memberikan pengaruh negatif terhadap fungsi epitel sebagai
pelindung. Perbaikan ulserasi epitelium ini bergantung pada aktivitas
proliferative atau regenerative sel epitel ( Be Kien Nio, 1987)
Gejala klinis gingivitis yang parah adalah termasuk eritema,
edema, dan pembesaran hiperplastik. Daerah anterior menunjukkan
kondisi yang lebih parah dengan adanya gigi yang berjejal ringan, dan
11
dan
ukuran
pembuluh
darah,
ketebalan
epitel,
ketika
vaskularisasi
meningkat
atau
derajat
12
dapat menyebabkan
dan
kimia, fisik atau termal merupakan lesi yang paling umum pada
rongga mulut. Lesi akibat kimia termasuk karena aspirin,
hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol, dan bahan endodontik.
Lesi karena fisik termasuk bibir, rongga mulut, dan tindik pada
lidah yang dapat menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena
termal dapat berasal dari makanan dan minuman yang panas.
Pada kasus akut, epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi,
dan eritema merupakan gambaran umum. Sedangkan pada kasus
kronis, terjadi dalam bentuk resesi gingiva (Newman, 2006).
2.2.3.6 Perubahan Kontur Gingiva
Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan
pembesaran gingiva, tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi
pada kondisi yang lain (Newman, 2006).
Ketika resesi ke apikal, celah menjadi lebih lebar, dan
meluas ke permukaan akar. Ketika lesi mencapai mucogingival
junction, mukosa rongga mulut mengalami peradangan karena
kesulitan untuk mempertahankan kontrol plak yang adekuat
pada daerah ini. Istilah McCall festoon telah digunakan untuk
menggambarkan penebalan pada gingiva yang diamati pada gigi
kaninus ketika resesi telah mencapai mucogingival junction
(Newman, 2006).
2.2.4 Macam - macam Gingivitis
2.2.4.1 Gingivitis Marginalis
Gingivitis yang paling sering kronis dan tanpa sakit, tapi
episode akut dan sakit dapat menutupi keadaan kronis
tersebut.
Keparahannya
seringkali
dinilai berdasarkan
Gingivitis kronis
membengkak
merah
menunjukkan
dengan
tepi
interdental
ungu.
14
bau
mulut
terdorong
yang
ke luar,
khas.
Papilla-papilla interdental
berulcerasi dan
tertutup dengan
dan
Penyebab
gingivitis
sangat
bervariasi,
15
1. Faktor internal
Faktor intern yang bertanggung jawab atas terjadinya
penyakit gingiva.
a. Lapisan karang gigi dan noda atau zat-zat pada gigi
b. Bahan makanan yang terkumpul pada pinggiran gingiva
tidak dibersihkan oleh air liur dan tidak dikeluarkan oleh sikat.
c. Gigi berjejal secara abnormal sehingga makanan yang tertinggal
tidak
teridentifikasi,
kadang-kadang
terbentuk
ruangan
rendah
tidak
biasa melakukan
pemeriksaan
dan
mengkilat.
17
progesteron
dan
esterogen
untuk
bulan-bulan
merelaksasi
berbagai
ligamentum
pelvis
sehingga
18
1.
2.
3.
dalam
4.
pertama
adalah
keadaan
oleh
karena
19
keadaan
ketiga
adalah
keadaan
Pada
trimester
ketiga,
rasa
lelah,
luteumerupakan
progesteron.
Selama
sumber
masa
utama
kehamilan,
esterogen
plasenta
dan
mulai
mendorong
pematangan
dan
pemeliharaan
organ
mungkin
dan
mengatur
keratinisasi,
proliferasi
sedangkan
seluler,
progesteron
konsentrasi
esterogen
dan
progesteron
21
menyebabkan
peningkatan
vaskularisasi
dan
pada
subgingiva
meningkat
seiring
dengan
dilakukan
gingivanya
pada
giginya lebih
dibanding
ibu
Penelitian
yang
menyatakan
dengan
banyak
tidak
ada
dilakukan oleh
tingkat
mengalami
kebersihan
plak pada
Rintoko
gingivitis
giginya.
(2005)
juga
mulut mempengaruhi
22
Sebagai
contoh,
kehamilan
dengan
perubahan
fungsi
neutrofil
imunologis,
khususnya
penurunan
kemungkinan
merupakan
penjelasan
untuk
plak
yang
yang
23
suatu
24
25
timbunya
gingivitis
pada masa
26
27
g. Gunakan
dental
floss
atau
benang
gigi
untuk
buah
yang
berserat
yang
banyak
dengan
pencegahan
gingivitis
selama
2.
gonadotropin
Selama trimester ketiga, saat tingkat estrogen dan progeesteron paling
tinggi. Pada trimester ketiga ini, gingivitis kehamilan terjadi paling
parah.
29
periodonthology
membuktikan manfaat perawatan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil
yakni menurunkan resiko terserang pre-eklamsia atau keracunan kehamilan
sebesar 5 8 %. Kemudian hasil riset academi of general dentistry
menunjukan bahwa ibu hamil menderita gangguan kesehatan gigi dan mulut
(periodontal desease) beresiko 3 5 kali lebih besar untuk melahirkan bayi
prematur dan bayi dengan berat badan rendah. Journal of periodonthology
menyebutkan bahwa terapi penyembuhan gangguan kesehatan gigi dan mulut
yang diderita para ibu hamil dapat menurunkan
68 %
(Stein,dkk, 2010 )
Agustina (2014), terdapat beberapa keluhan yang terjadi selama
kehamilan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
2.
rasa mual.
Gusi bengkak berdarah dan lebih sensitif
Sisa makanan atau plak yang mengandung bakteri merupakan
faktor utama peradangan pada gusi (gingivitis). Pada kehamilan,
peradangan diperparah oleh hormon progesteron dan estrogen. Itu
sebabnya peradangan gusi pada ibu hamil lebih parah dibanding yang
tidak hamil, meski keberadaan jumlah plak sama. Pada masa kehamilan,
terjadi peningkatan hormon yang menyebabkan pelepasan histamin dan
enzim proteolitik
(enzim
30
31