Anda di halaman 1dari 3

Jika sisa-sisa tumbuhan yang telah membusuk dapat menghasilkan zat

asam arang dan asam humus yang merupakan faktor pelapuk yang
kuat.
Hasil proses pelapukan ini berupa pecahan-pecahan batuan lepas yang menutupi
permukaan bumi secara tidak teratur yang dinamakan regolith. Tubuh tanah (soil),
lumpur dalam lembah sungai, pasir di gurun dan material lain yang urai merupakan
bagian dari regolith.
Berdasarkan proses terjadinya, pelapukan dibagi menjadi:
1. Pelapukan Mekanik
Yaitu proses perusakan dan penghancuran batuan menjadi bagian-bagian lebih
kecil tanpa mengubah susunan kimia batuan. Pelapukan ini disebut juga
pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik. Faktor
penyebab pelapukan mekanik:
a. Perubahan Suhu (Insolasi)
Perubahan suhu yang dimaksud di sini adalah perubahan suhu yang
sangat besar antara siang dan malam, terutama pada daerah beriklim
continental atau beriklim gurun. Pada siang hari suhu udara di daerah
tersebut sangat tinggi (sekitar 50oC), sehingga batuan mengalami
pemuaian, sedang pada malam hari udara sangat rendah sehingga
batuan mengkerut. Perubahan tersebut menyebabkan batuan mudah
retak dan akhirnya pecah menjadi bagian-bagian yang kecil. Hal
tersebut dapat dijelaskan dengan skema berikut:

b. Pembekuan air di dalam celah-celah batuan


Di dalam pori-pori batuan terdapat air. Pada malam hari, jika suhu
turun hingga kurang dari 0oC air tersebut membeku. Jika air membeku
maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan
tekanan. Karena tekanan ini, batu-batuan menjadi rusak atau pecahpecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan
pembekuan hebat.
c. Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya
menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali
dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan
karang di daerah pantai.

Salah satu bentuk bumi yang mengalami pelapukan mekanik

d. Warna Mineral
Perbedaan warna mineral pembentuk batuan menyebabkan perbedaan
pemuaian bagian-bagian batuan itu, sehingga menyebabkan pelapukan
mekanik
e. Pelapukan Glacial
Pelapukan ini umumnya terjadi pada daerah kutub karena adanya
perbedaan suhu dan pembekuan air.
2. Pelapukan Kimiawi
Yaitu proses penghancuran massa batuan yang disertai perubahan struktur
kimia batuan. Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi
yang umumnya berupa pelarutan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada
pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan
suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO 2 (Zat asam arang) dapat
dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan
pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst.
Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal
ini karena di Indonesia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang
memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.

Gejala atau bentuk-bentuk yang terjadi di daerah karst diantaranya:


a. Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat
terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat
hampir di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan,
yaitu di pegunungan seribu.

b. Gua dan sungai di dalam Tanah


Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan
akan semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang,
karena pengaruh larutan. Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan
terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.

c. Stalaktit dan stalakmit.


Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap
gua. Terbentuk tetesan air kapur dari atas gua. Stalakmit adalah
kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya
stalaktit dan stalakmit di Gua Tabuhan dan Gua Gong di Pacitan, Jawa
Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah.

Stalaktit yang di atas stalaknit yang di bawah

Anda mungkin juga menyukai