PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat
keluarga bahagia. Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang
bersifat alami dimana para calon ibu harus sehat dan mempunyai
kecukupan gizi sebelum dan setelah hamil. Agar kehamilan berjalan
sukses, ada beberapa hal yang perlu diperhatikanselama kehamilan yang
diantaranya kebutuhan selama hamil yang berbeda-beda untuk setiap
individu dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi
sebelumnya.
Tingginya angka kematian ini juga dampak dari kekurangan gizi
pada penduduk. Mulai dari bayi dilahirkan, masalahnya sudah mulai
muncul, yaitu dengan banyaknya bayi lahir dengan berat badan rendah
(BBLR<2.5 Kg). Masalah ini berlanjut dengan tingginya masalah gizi
kurang pada balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa sampai dengan usia
lanjut.
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah,baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya,
antara lain : anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah
secara normal, kurang gizi dapat mempengaruhi proses persalinan dimana
dapat mengakibatkan peralinan sulit dan lama, premature ,perdarahan
setelah persalinan, kurang gizi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin serta dapat menimbulkan keguguran, abortus , cacat bawaan dan
berat janin bayi lahir rendah (Proverawati dan Asfuah, 2010:36)
Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat
berakibat kurang baik bagi ibu, janin yang dikandung serta jalannya
persalinan. Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi dan pengawasan berat
badan (BB) selama hamil merupakan salah satu hal penting dalam
pengawasan kesehatan pada masa hamil. Selama hamil, calon ibu
1
memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak hamil,
karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang
dikandungnya.Agar ibu hamil lebih tahu dan mengerti tentang pentingnya
gizi seimbang
Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus
dipenuhi selama kehamilan berlangsung. Resiko akan kesehatan janin
yang sedang dikandung dan ibu yang mengandung akan berkurang jika ibu
hamil mendapatkan gizi dan nutrisi yang seimbang. Oleh karena itu,
keluarga dan ibu hamil haruslah memperhatikan pengaturan gizi mengenai
pola makan yang sehat.
Pemenuhan gizi ibu hamil adalah yang terpenting pada masa
kehamilan. Dengan mendapatkan gizi yang seimbang dan baik, ibu hamil
dapat mengurangi resiko ksehatan pada janin dan sang ibu. Oleh karena
itu, memperhatikan asupan makanan dan juga nutrisi sangat penting
dilakukan oleh ibu hamil maupun keluarganya.
Menjaga keseimbangan gizi pada ibu hamil sangat di perlukan agar
kondisi ibu dan janin tetap sehat dengan memberikan makanan yang cukup
mengandung karbonhidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga. Dan
sebagai sumber zat pembangun protein mendapatkan tambahan minimal
zat besi, kalsium, vitamin, asam folat dan energi.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
persen (Papua) dan 99,6 persen (Bali). Namun untuk cakupan ANC minimal 4
kali,DI Yogyakarta(96,5%) lebih tinggi dibandingkan dengan Bali (95,8%).
Selisih antara K1 dan ANC 4 kali menunjukkan adanya kehamilan yang tidak
optimal mendapat pelayanan ANC.
cakupan K1 ideal dan K4. Indikator K1 ideal dan K4 adalah indikator
untuk melihat frekuensi yang merujuk pada periode trimester saat melakukan
pemeriksaan kehamilan. Kementerian Kesehatan menetapkan K4 sebagai salah
satu indikator ANC (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Kemkes RI, 2010). Indikator
K1 ideal dan K4 yang merujuk pada frekuensi dan periode trimester saat
dilakukan ANC menunjukkan adanya keberlangsungan pemeriksaan kesehatan
semasa hamil.
Setiap ibu hamil yang menerima ANC pada trimester 1 (K1 ideal)
seharusnya mendapat pelayanan ibu hamil secara berkelanjutan
dari trimester 1 hingga trimester 3. Hal ini dapat dilihat dari indikator ANC K4.
Cakupan K1 ideal secara nasional adalah 81,6 persen dengan cakupan terendah di
Papua (56 ,3%) dan tertinggi di Bali (90,3%). Cakupan K4 secara nasional adalah
70,4 persen dengan cakupan terendah adalah Maluku (41,4%) dan tertinggi di DI
Jogyakarta (85,5%). Berdasarkan penjelasan di atas,selisih dari cakupan K1 ideal
dan K4 secara nasional memperlihatkan bahwa terdapat 12 persen dari ibu yang
menerima K1 ideal tidak melanjutkan ANC sesuai standar minimal (K4).
Cakupan ANC menurut karakteristik menunjukkan bahwa semakin muda umur,
semakin tinggi pendidikan ibu, semakin tinggi kuintil indeks kepemilikan dan
tinggal di perkotaan, maka ibu cendrung untuk melakukan ANC.
Berdasarkan Riskesdes 2013 Berat dan panjang badan lahir dicatat atau disalin
berdasarkan dokumen/catatan yang dimiliki oleh anggota rumah tangga, seperti
buku KIA, KMS, atau buku catatan kesehatan anak lainnya.
Persentase anak balita yang memiliki catatan berat badan lahir adalah 52,6 persen.
Kategori berat badan lahir dikelompokkan menjadi tiga, yaitu <2500
gram(BBLR), 2500-3999 gram, dan 4000 gram.Kecenderungan
BBLR pada anak umur 0-59 bulanmenurut provinsi tahun 2010 dan 2013
Persentase BBLR tahun 2013 (10,2%) lebih rendah dari tahun 2010 (11,1%).
Persentase BBLR tertinggi terdapat Di profinsi sulawesi tengah (16,9 %) dan
terendah di Sumatera utara (7,2).
Persentase berat badan bayi baru lahir anak balita menurut karakteristik.
Karakteristik pendidikan dan pekerjaan adalah gambaran dari kepala rumah
tangga.
Menurut
kelompok
umur,
persentase
BBLR
tidak
menunjukkan
pola
panjang badan lahir <48 cm) tertinggi di Nusa Tenggara Timur (28,7%) dan
terendah di Bali (9,6%)Persentase panjang badan lahir anak umur 0-59 Menurut
kelompok umur, bayi lahir pendek tidak menunjukkan adanya pola yang jelas.
Persentase bayi lahir pendek pada anak perempuan (21,4%) lebih tinggi
daripada anak laki-laki
(19,1%).Menurut pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan terlihat adanya
kecenderungan semakin tinggi pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan,
semakin rendah persentase anak lahir pendek.
Menurut jenis pekerjaan, persentase anak lahir pendek tertinggi pada anak
balita dengan kepala rumah tangga yang tidak bekerja (22,3%), sedangkan
persentase terendah pada kelompok pekerjaan pegawai (18,1%). Persentase anak
lahir pendek di perdesaan (21,9%) lebih tinggi daripada di perkotaan (19,1%).
persentase umur
0-59 bulan dengan berat badan lahir <2500 gram (BBLR) dan panjang badan lahir
<48 cm (lahir pendek)
menurut provinsi. Persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan
BBLR sebesar 4,3persen, tertinggi di Papua (7,6%) dan
terendah di Maluku (0,8%)persentase balita yang memiliki riwayat
lahir pendek dan BBLR menurut karakteristik. Persentase balita yang memiliki
riwayat lahir pendek dan BBLR pada kelompok umur 0
-5 bulan paling tinggi dibanding kelompok umur lainnya. Informasi ini
Menunjukkan persentase balita dengan riwayat lahir pendek dan BBLR semakin
meningkat. Persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan BBLR pada
perempuan (4,9%) lebih tinggi daripada laki -laki (3,8188 Persentase balita yang
memiliki riwayat lahir pendek dan BBLR cenderung menurun seiring dengan
semakin meningkatnya pendidikan. Menurut pekerjaan, terlihat ecenderungan
persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan BBLR
lebih tinggi pada kelompok kepala rumah tangga yang tidak bekerja dan
petani/nelayan/buruh dibandingkan kepala rumah
dari satu jam (inisiasi menyusu dini) meningkat menjadi 34,5 persen (2013 ) dari
29,3 persen(2010).
2.4 GANGGUAN PERTUMBUHAN ANAK
Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat di ukur
dengan ukuran berat (gram, pound,kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik(retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek
fisik(Soetjiningsih,Spak 1995).
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Secara garis besar
faktor-faktor
tersebut
dapat
dibagi
menjadi
golongan,
yaitu
faktor
yang jelas pada masa-masa kritis proses perumbuhan sesuai dengan umur anak,
dengan demikian dapat tercapai kondisi pertumbuhan yang optimal.
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan anak meliputi :
1. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas
normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat
badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara
mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih
(2003) bila grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak
mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik
berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi,
menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga
menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak.
Ukuran
lingkar
kepala
atau penyakit
berbagai
faktor,
yaitu
adanya
faktor
genetik,
gangguan
10
dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan
kecemasan setelah mengalami trauma.
Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan
perilaku
11
akan
berpotensimengalami
gangguan
pertumbuhan
fisik
danperkembangan mentalnya.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Gangguan Pertumbuhan Anak.
Banyak faktor yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan. Dari seluruh
siklus kehidupan, masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan
kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan
oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan. Akan tetapi perlu diingat
bahwa keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil ditentukan juga jauh
12
sebelumnya, yaitu pada saat remaja atau usia sekolah. Demikian seterusnya status
gizi remaja atau usia sekolah ditentukan juga pada kondisi kesehatan dan gizi saat
lahir
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu,
manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya
menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang
mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka
janin tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah
yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan
berikut.faktor ekonomi membuat ibu-ibu tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi
yang maximal selama hamil dan menjadikan mereka mengalami Kurang Energi
Kronis (KEK) yang didefinisikan dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm.
Selain KEK dan anemia defisiensi besi, ibu hamil juga rawan terhadap
kekurangan zat gizi lain seperti vitan A, yodium,dan zinc. Kekurangan zat-zat gizi
ini secara bersama-sama akan membawa dampak yang lebih serius baik bagi
ibunya maupun bagi bayi yang di kandungnya.Bayiyang lahir dengan berat badan
lahir rendah umumnya akan mengalamikehidupan masa depan yang kurang baik.
Bayi BBLR mempunyai risiko lebih tinggi untuk meninggal dalam lima tahun
pertama kehidupan. Mereka yang dapat bertahan hidup dalam lima tahun pertama
akan mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami hambatan dalam kehidupan
jangka panjangnya.
Bagi bayi non BBLR, pada umumnya mereka mempunyai status gizi saat
lahir yang kurang lebih sama dengan status gizi bayi di negara lain. Akan tetapi
seiring dengan bertambahnya umur, disertai dengan adanya asupan zat gizi yang
lebih
rendah dibandingkan kebutuhan serta tingginya beban penyakit infeksi pada awalawal kehidupan maka sebagian besar bayi Indonesia terus mengalami penurunan
status gizi dengan puncak penurunan pada umur kurang lebih 18-24 bulan. Pada
kelompok
umur
inilah
prevalensi
balita
kurus
(wasting)
dan
balita
13
tidak sempurna.Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi
dibandingkanbalita yang tidak kurang gizi. Kekurangan gizi pada balita ini
meliputi kurang energi dan protein serta kekurangan zat gizi seperti vitaminA, zat
besi,yodium dan zinc.
2.2. Dampak Gangguan Pertumbuhan Anak Terhadap Kwalitas Sumber Daya
Manusia(SDM)
Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas
SDM di masa depan karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh
kondisinya saat masa janin dalam kandungan. Dan berlnjut masa balita oleh
karena merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas. Terlebih lagi 6 bulan terakhir masa kehamilan dan dua
tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa emas dimana sel-sel otak sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki.Anak yang menderita kurang gizi berat
mempunyai rata-rata IQ lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak
kurang gizi.
Masalah kurang gizi lain yang dihadapi anak usia balita adalah kekurangan zat
gizi mikro seperti vitaminA, zat besi, yodium dan sebagainya.Sebagai akibat lebih
lanjut dari tingginya angka BBLR dan kurang gizi pada masabalita dan tidak
adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan (catch-up growth)yang sempurna pada
masa berikutnya, maka tidak heran apabila pada usia sekolah banyak ditemukan
anak yang kurang gizi. Lebih dari seper tiga (36,1%) anak usia sekolah di
Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang
merupakan indikator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini
semakin meningkat dengan bertambah nya umur dan gambaran ini ditemukan
baik pada laki-laki maupun perempuan.
Gagal tumbuh antar generasi ibu hamil yang mengalami kurang gizi mempunyai
risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR di bandingkan ibu hamil yang
14
tidak menderita kurang gizi.Apabila tidak meninggal pada awal kehidupan, bayi
BBLR akan tumbuh dan berkembang dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan lebih lambat,terlebih lagi apabila mendapat ASI Ekslusif yang
kurang dan makanan pendamping ASI yang tidak cukup.
Oleh karena itu bayi BBLR cenderung menjadi balita dengan status gizi
yang lebih jelek. Balita yang kurang gizi biasanya akan mengalami hambatan
pertumbuhan juga terutama apabila konsumsi makanannya tidak cukup dan pola
asuh tidak benar. Oleh karena itu balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi
remaja yang mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai produktivitas
yang rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut akan menjadi
dewasa yang pendek dan apabila itu wanita maka jelas wanita tersebut akan
mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi dan seterusnya
Upaya-upaya yang dilakukan berkaitan dengan penanggulangan masalah
gizi kurang antara lain penyelenggaraan posyandu dengan pemantauan
pertumbuhan, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan termasuk
MP-ASI serta tata laksana gizi buruk
dilakukan melalui penimbangan berat badan dan tinggi badan atau panjang dan
yang dapat dilakukan baik di posyandu
maupun diluar posyandu.
Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap bulan. Tujuan dari pemantauan
pertumbuhan adalah untuk menentukan apakah anak tumbuh secara normal atau
mempunyai masalah pertumbuhan atau ada kecenderungan masalah gangguan
pertumbuhan yang perlu ditangani. Anak yang mempunyai masalah pertumbuhan
atau kecenderungan mengalami masalah gangguan pertumbuhan dicari faktor
penyebabnya agar dapat dilakukan tindakan mengatasi atau memecahkan faktorfaktor yang menyebabkan gangguan pertumbuhan tersebut.
Kwalitas Sumber Daya Manusia sangat bergantung pada pertumbuhan
anak dimulai dari kandungan sampai lahir dan di usia balita.
Dampak dari pertumbuhan anak yang terganggu akan menghasilkan anak atau
generasi kedepan nya kurang berkwalitas.maka dengan upaya upaya pemerintah
yang sudah dipaparkan diatas maka diharapkan anak balita dan anak usia sekolah
15
serta remaja bisa menjadi generasi penerus yang berkwalitas dan menjadi anak
anak bangsa yang cerdas dan bermartabat.
16
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan Kasus
Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu. Pemantauan
dan perawatan kesehatan. K1 ideal adalah proporsi kelahiran yang mendapat
pelayanan kesehatan ibu hamil pertama kali pada trimester 1.
K4 adalah proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan kesehatan ibu
hamil selama 4 kali dan memenuhi kriteria 1
2 yaitu minimal 1 kali pada trimester 1, minimal 1 kali pada trimester 2
dan minimal 2 kali pada trimester 3.ANC minimal 4 kali adalah proporsi
kelahiran yang mendapat pelayanan kesehatan ibu hamil minimal 4 kali tanpa
memperhitungkan periode waktu pemeriksaan.
Dalam data Riskesdes Tahun 2013 terdapat data cakupan pemeriksaan
ANC tertinggi terdapat di Bali, jika kita hubungkan dengan hasil pemeriksaan
panjang badan lahir bayi maka terdapat Panjang badan bayi lahir pendek terdapat
di Bali juga. Maka dapat kita ketahui bahwa ibu hamil yang memperhatikan
kesehatan kehamilan dan janin nya maka akan mempengaruhi yaitu berdampak
baik pada kelahiran bayi nya.
Cakupan ANC menurut karakteristik menunjukkan bahwa semakin muda umur,
semakin tinggi pendidikan ibu, semakin tinggi kuintil indeks kepemilikan dan
tinggal di perkotaan, maka ibu cendrung untuk melakukan ANC.
Menurut jenis pekerjaan, persentase anak lahir pendek tertinggi pada anak balita
dengan kepala rumah tangga yang tidak bekerja (22,3%), sedangkan persentase
terendah pada kelompok pekerjaan pegawai (18,1%). Persentase anak lahir
pendek di perdesaan (21,9%) lebih tinggi daripada di perkotaan (19,1%).
17
18