TINJAUAN TEORI
pribadi
Adapun kekerasan terhadap anak adalah : Setiap perbuatan yang ditujukan pada
anak yang berakibat kesengsaraan dan penderitaan baik fisik maupun psikis, baik
KDRT adalah Segala bentuk kekerasan baik secara fisik, secara psikis, kekerasn
seksual, maupun ekonomi yang pada intinya mengakibatkan penderitaan, baik
layak di dalam atau pun di luar rumah, sehingga korban di bawah kendali orang
tersebut. ( Pasal 9 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 )
Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan secara umum yang sering banyak terjadi
adalah :
a. Kekerasan Fisik
1. Pembunuhan
Ibu terhadap anak atau sebaliknya (termasuk pembunuhan bayi oleh ibu)
Ibu terhadap anak tau sebaliknya (termasuk pembunuhan bayi oleh ibu)
Ayah terhadap anak perempuan, ayah kandung atau ayah tiri, anak kandung
atau anak tiri.
b. Kekerasan nonfisik/Psikis/Emosional
Penghinaan
Akan menceraikan.
c. Kekerasan seksual
Pemaksaan hubungan seksual dengan pola yang tidak dikehendaki atau disetujui
oleh istri
Pemaksaan hubungan seksual ketika istri tidak menghendaki, istri sedang sakit atau
menstruasi
d. Kekerasan Ekonomi
Perkosaan
mengalami trauma dan depresi. Kekerasan seksdual akan merusak harga diri dan
kepercayaan diri seseorang wanita yang mengalami hal tersebut ( Collier, 1995 )
Kekerasan nonseksual meliputi segala tindakan yang bersifat eksploratif,
diskriminatif, intimidatif, dan kriminal, tetapi tidak di sertai dengan adanya kehendak
seksual. Hasil penelitian 52% kekerasan nonseksual, kekerasan nonseksual tidak
hanya terbatas fisik dan mental, tetapi juga material, seperti kasus pembunuhan,
penipuan, dan permapokan. Kekerasan nonseksual dapat terjadi di ruang publik
seperti di tempat kerja, jalan ray, ataupun tempat lainnya. Seorang wanita rentan
terhadap kekerasan nonseksual yang terjadi di ruang domestik seperti pemukulan istri
atau pasangan, kekerasan terhadap mas kawin, dan sebagainya. Kekerasan nonseksual
yang menjadikan target wanita sebagai sasaran dapat dikategorikan tindakan sexism.
b. Pelecehan Seksual dan Serangan Seksual
Kekerasan seksual berdasarkan intensitasnya di kategorikan pada pelecehan
seksual dan serangan seksual. Pelecehan seksual diberi batasan dari ringan sampai
sedang seperti : siulan nakal, kerdipan mata, gurauan atau olok-olok yang menjurus
pada seks, memandangi tubuh mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, pernyataan
mengenai tubuh atau penampilan fisik, memberi isyarat berkonotasi seksual,
memperlihatkan gambar-gambar porno memperlihatkan organ seks, mencolek,
meraba dan mencubit ( Kalyanamitra, 1996 ).
Pelecehan seksual dapat dikategorikan sebagai little rape. Serangan seksual
dikategorikan sebagai kekerasan seksual dengan intensitas berat. Serangan seksual
berakhir pada hubungan seksual secara paksa yang meliputi ancaman perkosaan,
percobaan perkosaan, perkosaan, perkosaan di sertai kekerasan, dan perkosaan disertai
pembunuhan.
c. Kekerasan Domistik dan Kekerasan Publik
Kekerasan domistik pada prinsip nya terdiri dari tiga jenis, yaitu : intimate,
private, dan family violence. Intimate dan private violence terjadi antara suami istri
atau pasangan. Kekerasan dapat berbentuk pelecehan dan kekerasan seksual yang
dilakukan suami terhadap istri, pemukulan istri, perkosaan dalam perkawinan, serat
penyalahgunaan peran istri termasuk penelantaran. Family violence terjadi pada
anggota keluarga secara keseluruhan.
6
Keterbukaan ini merupakan upaya untuk mencegah salah satu pihak mengetahui
riwayat masa lalu pasangan dari orang lain. Pada kenyataannya cerita yang diperoleh
dari pihak ketiga sudah tidak realistis. Pertengkaran yang di picu dengan adanya cerita
masa lalu masing-masing pihak berpotensi mendorong terjadinya perselisihan dan
kekerasan
h. Masalah Salah Paham
Suami dan istri ibarat dua kutub yang berbeda. Oleh karena itu usaha
penyesuaian diri serta saling menghormati pendapat masing-masing pihak, perlu di
pelihara. Karena kalau tidak akan timbul kesalhpahaman. Kondisi ini sering dipicu
oleh hal-hal sepele, namun kalau dibiarkan terus tidak akan di temui titik temu.
Kesalahpahaman yang tidak segera dicarikan jalan keluar atau segera diselesaikan,
akan menimbulkan pertengkaran dan dapat pula memicu kekerasan.
i. Masalah Tidak Memasak
Memang ada suami yang mengatakan hanya mau makan masakan istrinya
sendiri, sehingga kalau istri tidak bisa masak akan ribut. Sikap suami seperti ini
menunjukkan sikap dominan. Karena saat ini istri tidak hanya di tuntut di ranah
domistik saja tetapi juga sudah memasuki ranah publik. Perbuatan suami tersebut
menunjukkan sikap masih mengahapkan istri berada di ranah domestik atau dalam
rumah tangga saja.istri yang merasa tertekan dengan sikap ini akan melawan,
akibatnya timbul pertengkaran mulut yang berakibat kekerasan.
j. Suami Mau Menang Sendiri
dalam penelitian ini di peroleh gambaran bahwa masih terdapat suami yang
merasa lebih dari segala hal dibandingkan dengan istri. Oleh karena itu, suami
menginginkan segala kehendaknya menjadi semacam undang-undang dimana semua
orang yang tinggal dalam rumah harus tunduk padanya. Dengan demikian kalau ada
perlawanan dari istri atau penghuni rumah yang lain, maka akan timbul petengkaran
yang diikuti dengan kekerasan ( Moerti Hadiati dan Tri Susilaningsih, 1999:42 )
4. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1) Dampak terhadap wanita
9
Terus menerus mengalami ketakutan dan kecemasan, hilangnya rasa percaya diri,
hilang kemampuan untuk berindak dan rasa tidak berdaya
Trauma fisik dalam kehamilan yang berisiko terhadap ibu dan janin
Curiga terus menerus dan tidak mudah percaya kepada orang lain (paranoid)
Gangguan psikis berat (depresi, sulit tidur, mimpi buruk, disfungsi seksual, kurang
nafsu makan, kelelahan kronis, ketagihan alkohol dan obat-obatan terlarang)
2) Dampak terhadap anak-anak
Anggapan yang keliru akan tetap lestari bahwa pria lebih baik dari wanita
10
Kualitas hidup manusia akan berkurang karena wanita tidak berperan serta dalam
aktivitas masyarakat bila wanita tersebut dilarang berbicara atau terbunuh karena
tindakan kekerasan
Infeksi seperti infeksi sitim reproduksi, ISR/ atau penyakit menular seksual,
PMS/HIV/AIDS.
Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan, cemas, rasa rendah diri, kelelahan
kronis, sulit tidur, mimpi buruk, gangguan makan, ketagihan alkohol dan obat,
mengisolasi atau menarik diri.
Bunuh diri
e) Bantu perempuan untuk merasa diterima, aman dan bebas untuk berbicara termasuk
berbicara mengenai kekerasan yang dialami dengan tetap menjamin kerahasiaan
informasi dari setiap kunjungan perempuan korban kekerasan.
f) Bertanya kepada perempuan mengenai pengabaian/penyalahgunaan meskipun
kekerasan belum terjadi meskipun sebagian perempuan belum dapat mengugngkapkan
adanya pengabaian, sebagian perempuan akan berbicara ketika provider bertanya
mengenai kekerasan. 3
6. Peran Aparat Penegak Hukum dalam Pengapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga
Berikut ini adalah peran aparat dalam melindungi dan melayani korban, yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga.
a) Peran Kepolisian
Saat kepolisian menerima laporan mengenai kasus kekerasan dalam rumah
tangga, mereka harus segera menerangkan mengenai hak-hak korban untuk
mendapatkan pelayanan dan pendampingan. Selain itu, sangat penting pula bagi pihak
Kepolisian untuk memperkenalkan identitas mereka serta menegaskan bahwa
kekerasan dalam rumah tangga adalah sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan
sehingga sudah menjadi kewajiban dari Kepolisian untuk melindungi korban. 2
Setelah menerima laporan tersebut, langkah-langkah yang harus diambil
Kepolisan adalah :
Melakukan penyelidikan.
b) Peran advokat
Dalam hal memberikan perlindungan dan pelayanan bagi korban maka advokat wajib
13
c) Peran pengadilan
Mengeluarkan surat pepentapan yang berisi perintah perlindungan bagi korban dan
anggota keluarag lain.
Berkoordinasi dengan pihak kepolisian, dinas sosial dan lembaga lain demi
kepentingan korban.
14
15
BAB II
PEMBAHASAN
16
Dalam 10 tahun reformasi, perempuan Indonesia ditingkat nasional dan daerah telah bekerja
keras untuk mendorong pengesahan 29 produk kebijakan untuk menangani dan
menghapuskan kekerasan terhadap perempuan. Ke-29 produk kebijakan ini berupa 10
kebijakan di tingkat nasional, 16 kebijakan di tingkat daerah dan 3 kebijakan di tingkat
regional ASEAN (lihat daftar rinci). Catatan tahunan (Catahu) Komnas Perempuan, yang
diterbitkan setiap tahun selama 7 tahun terakhur, menunjukkan bahwa capaian ini semua
berdiri di atas penderitaan dan perjuangan puluhan ribu perempuan yang menjadi korban
kekerasan dari tahun ke tahun.
Selain yang dibentuk oleh pemerintah, jauh sebelumnya lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan dan keagamaan pun berinisiatif mendirikan pusat-pusat pengada layanan
bagi perempuan korban. Setidaknya tercatat 41 lembaga layanan telah terbentuk diseluruh
indonesia atas inisiatif masyarakat baik melalui organisasi perempuan, organisasi
kemasyarakatan dan keagamaan.
Kendati berbagai upaya penegakan perlindungan hak-hak asasi perempuan telah dicapai
sepanjang 10 tahun terakhir ini, pada saat yang bersamaan, sejumlah kendala pun
menghadang dalam upaya mewujudkannya. Komnas Perempuan mencatat bahwa diantara
kendala tersebut adalah adanya kebijakan-kebijakan daerah (termasuk tapi tak terbatas pada
peraturan daerah UUD 1945 hasil Amandemen Keempat mengenai jaminan hak-hak dasar
manusia yang seharusnya menjadi payung hukum dari semua aturan yang ada di Indonesia.
17
UU HAM (1999)
UU Pengadilan HAM (2000)
UU Penghapusan KDRT (2004)
UU Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (2006)
UU Perlindungan Anak (2002)
UU Perlindungan Saksi dan Korban (2006)
UU Penempatan dan perlindungan TKI ke Luar Negeri (2004)
UU Penanggulangan Bencana (2006)
Data Nasional
Tahun
2011
2013
2012
11.3878
8.315
Jumlah
Sumber: Komnas Perlindungan Perempuan 2014
Data Sumbar
19
11.719
Tahun
2011
Jumlah
2012
38
2013
45
2011
2012
2013
6
nya si anak menjadi sakit secara fisi, terganggu mental nya, menarik diri dari lingkungan dan
sekolahnya.
Beberapa kasus kekerasan yang terjadi di rumah tangga :
ditutup semua ini pintu jendela ga boleh keluar sayadia ambil uang saya itu 600 ribu
untuk main judi, 600 ribu saya untuk masukkan TK anakku sekalinya dia ambil untuk main
judi sampe saya nangisya saya ndak dibolehkan tidur di rumah itu tidur di emperan sama
anakku
seksual iyasetiap anu itu dia kepengen kayak gitu kebanyakan mukul dalam keadaan
nangis digitukan, dalam keadaan haid digitukan (gitu: berhubungan intim)
Tidak ada kekerasan yang hanya terjadi satu kali. Kekerasan itu berulang bila semakin sering
faktor pemicu tersebut muncul maka semakin sering kekerasan terjadi.
oh itu sudah sering mbabiasanya kalo dia lagi emosi tinggikarna ndak ada pekerjaan
mabuk-mabukan
Tempat terjadinya KDRT disebutkan bahwa kekerasan yang mereka alami terjadi utamanya
di rumah mereka sendiri .
ini di ini di kamar ini dirumahku ini sampai saya siup, keluar darah itu mungkin ada
setengah gelas itu ngalir di karpet inindak ada orang liat cuma dia sendiri yang anu itu
yang ngelap itu
kalo ndak salah dia mukul aku pas di samping kulkas oahpokoknya dicekek sudah aku tu
dihajar sekuat-kuatnya nah aku mikir dalam hatiku kalo aku ndak ngelawan ini mati aku, ku
tendang lari aku ke luar, menghindar ku tendang jatoh, lari aku ke luarke tempat
tetangga
Dapat kita lihat, korban utama dalam kekerasan rumah tangga terseburt adalah
perempuan, walaupun sebagian ulama ada yang menyatakan bahwa kekerasan dalam rumah
tangga tidak hanya terjadi pada perempuan saja tetapi pada lelaki atau suami juga. tapi disini
dapat kita ketahui bahwa kecenderungan itu lebih terjadi pada wanita, dan data-data pun
menyebutkan bahwa wanita lah yang selalu menjadi korba tindak kekerasan ini.
Upaya Penanganan Masalah Kekerasan Terhadap Perempuan
21
Dalam penanganan kasus kekerasan ini ada beberapa upaya yang dilakukan oleh bebagai
pihak, diantaranya :
a. Peran Kepolisian
Saat kepolisian menerima laporan mengenai kasus kekerasan dalam rumah tangga, mereka
harus segera menerangkan mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan pelayanan dan
pendampingan. Selain itu, sangat penting pula bagi pihak Kepolisian untuk memperkenalkan
identitas mereka serta menegaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah sebuah
kejahatan terhadap kemanusiaan sehingga sudah menjadi kewajiban dari Kepolisian untuk
melindungi korban.
Setelah menerima laporan tersebut, langkah-langkah yang harus diambil Kepolisan adalah :
b. Peran advokat
Dalam hal memberikan perlindungan dan pelayanan bagi korban maka advokat wajib
c. Peran pengadilan
Mengeluarkan surat penetapan yang berisi perintah perlindungan bagi korban dan
22
Mulai ada nya pemerhatian yang khusus terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga ini
memberikan keberanian si korban dalam memberikan pelaporan. Mereka merasa terlindungi
dan dapat terbebas dari penderitaan yang di alaminya. Tetapi tidak semua korban pula yang
mau melaporkan kekerasan yang dialami nya karena berbagai faktor. Ada pun hambatanhambatan yang biasanya terjadi dalam menangani kasus kekerasan ini harus pula segera di
atasi agar tidak menjadi pengahalng lagi bagi wanita yang mengalami kekerasan untuk
mendapatkan hak nya sebagai manusia yang harus di lindungi.
Hambatan dalam Menangani Kasus-kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga
a. Hambatan yang datang dari korban dapat terjadi karena :
Korban tidak mengetahui bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suami
merupakan perbuatan pidana atau perbuatan yang dapat dihukum. Oleh karena itu,
bisa di sebabkan oleh korban berpendapat bahwa tindakan suami akan berubah.
Korban berpendapat apa yang dialaminya adalah takdir atau nasibnya sebagai istri.
Hal ini dapat terjadi karena adanya pendapat bahwa seorang istri harus bekti (setia
Tahun 2004 termasuk delik aduan absolut atau delik aduan relatif. Dengan demikian,
perempuan yang menajdi korban kekrasan dalam rumah tangga tetap berada dalam posisi
yang lemah dimata hukum.
Indikator Input
Meliputi :
a. Persentase Propinsi/Kab/Kota yang mempunyai Rencana Aksi Daerah dalam
pengendalian tindak kekerasan dalam rumah tangga
b. Persentase laporan yang masuk di Kab/Kota/ Propinsi ,
c.
Persentase Propinsi/ Kab/Kota yang memiliki materi KIE, sosialisasi,
advokasi dan bimbingan konseling
d. Persentase Propinsi/ Kab/Kota yang memiliki Instrumen pencatatan dan
pelaporan
Indikator Proses
Meliputi upaya - upaya pengendalian KDRT, yaitu :
1) Pelaksanaan KIE
2) Pelaksanaan sosialisasi
3) Pelaksanaan advokasi
4) Pelaksanaan deteksi dini
5) Pelaksanaan surveilans (kelengkapan dan ketepatan)
6) Pelaksanaan bimbingan konseling
Indikator Output
Meliputi jumlah kasus yang terdeteksi dan tertangani.
Indikator Outcome
Meliputi penurunan kasus KDRT
Indikator kinerja dan target batas waktu pencapaian pada tahun 2014
cakupan layanan rehabilitasi sosial yang diberikan oleh petugas rehabilitasi social
terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan
terpadu: 75%;
cakupan layanan bimbingan rohani yang diberikan oleh petugas bimbingan rohani
terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan
terpadu: 75%;
cakupan layanan pemulangan bagi perempuan dan anak korban kekerasan: 50%;
dan cakupan layanan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban
kekerasan: 100%.
26
Dengan Hormat,
Kami mahasiswa dari fakultas kesehatan masyarakat universitas andalas................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Kami Sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengsi fomulir kuesioner ini,karena
sangat berguna bagi ilmu pengetahuan.
Kuersioner initidak berpengaruh
tegaskan bahwa:
1 .Kami menjamin kerahasiaan identitas pribadi serta jawaban yang Bapak/Ibu berikan.
2. Jawabanjujur dari Bapak/ibu sangat kami harapkan dan bermanfaat untuk kemajuan
ilmu pengetahuan dankesehatan.
3. setelah ini selesai ,kuesioner ini akan kami musnakan.
27
I.Identitas Responden
:.............................................
1.2. Nama
:............................................
:.............................................
1.5. Pekerjaan/Profesi
:............................................
:.............................................
:.............................................
1.8. Agama
:.............................................
1.9. Alamat
:.............................................
28
Pendapatan Keluarga
III.Riwayat Perkawinan
3.1 Berapa usia waktu menikah..................................................................................................
3.2 sudah berapa lama menikah.................................................................................................
3.3 Apakah anda dan suami/istri saling terbuka.........................................................................
3.4 Menurut anda apakah keluarga anda harmonis...................................................................
3.5 Apakah anda sering cemburu atau dicemburui...................................................................
3.6 Apakah anda dibatasi ruang gerak secara berlabihan(isolasi).............................................
3.7 Apakah anda dan suami anda sering berselisih paham atau bertengkar.............................
..............................................................................................................................................
3.8 Bagaimana anda menyelesaikan masalah tersebut..............................................................
...............................................................................................................................................
3.9 Apakah suami anda dalam emosi sering memukul, mencaci ,menghardik,menghina.....
..............................................................................................................................................
IV Hubungan sexual
4.1 Apakah dalam hubungan sexual diperlakukan dengan baik.................................................
..............................................................................................................................................
29
4.2 Apakah pasangan memaksa hubungan sexual ketika pasangan tidak siap pisik dan
Psikologis................................................................................................................................
4.3 Apakah istri dipukul atau di maki bila menolak hubungan sexual dengan alasan diatas.....
...............................................................................................................................................
V.Hubungan dengan Anak
4.1 Bila sudah punya anak kegiatan yang sering dilakukan apa? Dan kapan..............................
...............................................................................................................................................
4.2 Apakah anda mempunyai peraturan peraturan khusus untuk anakanak anda....................
...............................................................................................................................................
4.3 Apa yang anda lakukan atau hukuman jika anda anak melakukan kesalahan......................
...............................................................................................................................................
4.4 Apakah anakanak pernah dipukuli, dicaci ,dihardik bila melakukan kesalahan....................
...............................................................................................................................................
30
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
Pendorong terjadinya KDRT adalah masalah keuangan, cemburu, masalah anak, masalah
orang tua, masalah saudara, masalah sopan santun, masalah masa lalu, masalah salah paham,
maalah tidak memasak, dan sikap suami yang mau menang sendiri.
Korban KDRT adalah mayoritas kaum perempuan dan anak dengan kebijakan dan
program pemerintah UU no 23 tahun 2004 pasal 6,7,8,9 adalah untuk melindungi kaum
perempuan dan anak.Dan programpemerintah seperti :
Adanya pelayanan bagi perempuan dan anak di polres
Adanya pusat pelayanan terpadu di rumah-rumah sakit
Adanya pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak
(P2TP2A)
Adanya womens crisis center (WCC)
Dalam penanggulangan KDRT upaya berbagai pihak ikut serta seperti:
Keplisian,Advokat,Pengadilan,Petugas kesehatan.
2.SARAN
a.Sebagai Pimpinan Puskesmas
a) Diharapkan puskesmas membuat suatu kegiatan penyuluhan kepada ibu-ibu
rumah tangga, remaja putri mengenai kekerasan dalam rumah tangga.
b) Lebih memperhatikan dan mensosialisasikan pada masyarakat di wilayah
kerjanya untuk lebih sensitif dengan kekerasan dalam rumah tangga dan
melaporkan bila terjadinya KDRT.
c) Melayani kasus-kasus KDRT dengan sebaik mungkin dan bekerja sama
dengan lintas sektor yang terkait demi tercapainya target PKDRT.
31
b.Sebagai Bidan
a) Memberikan penyuluhan dalam kegiatan posyandu dengan menambahkan
materi tentang KDRT.
b) Memberikan konseling bagi kaum perempuan korban KDRT.
c) Bidan hendaknya memotivasi kaum perempuan agar lebih berani
mengungkapkan kasus-kasus KDRT khususnya kaum perempuan di wilayah
kerjanya.
c.Sebagai pengawas bidan
a) Menghimbau para bidan untuk bisa membantu melaksanakan program
pemerintah terkait tentang PKDRT
b) Melakukan evaluasi setiap 1 bulan atau 3 bulan sekali mengenai kasus-kasus
KDRT yang ditemui dan apa-apa saja yang sudah dilakukan oleh tenaga
kesehatan khususnya bidan dan lintas sektor.
d.Sebagai Kader
a) Rajin mengikuti pertemuan-pertemuan tentang kekerasan dalam rumah tangga
yang diadakan oleh puskesmas dan lintas sektor lainnya.
b) Menambah wawasan tentang KDRT.
32