Anda di halaman 1dari 32

BAB I

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Kekerasan terhadap


Perempuan
Pengertian KDRT dari beberapa buku dan para ahli:

Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang


terutama perempuan, yang berikat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau pemelantaran rumah tangga, termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan

secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.


Menurut Pasal 2 Deklarasi PBB tentang Penghapusan Kekerasa terhadap
Perempuan dijelaskan bahwa : Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap
perbuatan berdasarkan perbedaan kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat
kesengasaraan dan penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis,
termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan

pribadi
Adapun kekerasan terhadap anak adalah : Setiap perbuatan yang ditujukan pada
anak yang berakibat kesengsaraan dan penderitaan baik fisik maupun psikis, baik

yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi


Deklarasi tentang Eliminasi Kekerasan Terhadap Perempuan PBB, (1993)
mendefenisikan KTP sebagai berikut : Segala bentuk tindak kekerasan berbasis
gender yang berakibat, atau mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual,
mental, atau penderitaan terhadap perempuan, termasuk ancaman dari tindakan
tersebut pemaksaan atau perampasan semena-mena kebebasan, baik terjadi di

lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi


Setiap tindakan kekerasan berdasarkan gender yang menyebabkan kerugian atau
penderitaan fisik, seksual, atau psikologis terhadap perempuan termasuk ancaman
yang melaksanakan tindakan tersebut dalam kehidupan masyarakat dan pribadi (
Beijing Platform Of Action No. 113 dalam Herlina, 1998).

KDRT adalah Segala bentuk kekerasan baik secara fisik, secara psikis, kekerasn
seksual, maupun ekonomi yang pada intinya mengakibatkan penderitaan, baik

penderitaan yang kemudian memberi dampak kepada korban.


Kekerasan terhadap wanita adalah bentuk kriminalitas (jarimah). Pengertian
kriminalitas (jarimah) dalam Islam adalah tindakan melanggar peraturan yang
telah ditetapkan oleh syariat Islam dan termasuk kategori kejahatan. Sementara
kejahatan dalam Islam adalah perbuatan tercela (al-qobih) yang ditetapkan oleh
hukum syara, bukan yang lain. Sehingga apa yang dianggap sebagai tindakan
kejahatan terhadap wanita harus distandarkan pada hukum syara.

2. Bentuk Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga


Bentuk-bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga menurut Undangundang Nomor 23 Tahun 2004, tercantum dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9,
yaitu :
a. Kekerasan fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau
luka berat ( Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 )
b. Kekerasan psikis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya ras
percaya diri, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang
( Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 )
c. Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap
orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut. Selain itu juga berarti
pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu ( Pasal 8
Undang-undang No 23 Tahun 2004 )
d. Penelantaran rumah tangga juga di masukkan dalam pengertian kekerasan, karena
setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangga, padahal
menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia
wajib memberikan penghidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang
tersebut. Penelantaran tersebut juga berlaku bagi orang yang mengakibatkan
ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi atau melarang untuk bekerja yang
2

layak di dalam atau pun di luar rumah, sehingga korban di bawah kendali orang
tersebut. ( Pasal 9 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 )
Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan secara umum yang sering banyak terjadi
adalah :
a. Kekerasan Fisik
1. Pembunuhan

Suami terhadap istri atau sebaliknya

Ayah terhadap anak dan sebaliknya

Ibu terhadap anak atau sebaliknya (termasuk pembunuhan bayi oleh ibu)

Adik terhadap kakak, kemenakan, ipar atau sebaliknya.

Anggota keluarga atau pembantu

Bentuk campuran selain tersebut di atas


2. Penganiayaan

Suami terhadap istri atau sebaliknya

Ayah terhadap anak dan sebaliknya

Ibu terhadap anak tau sebaliknya (termasuk pembunuhan bayi oleh ibu)

Adik terhadap kakak, kemenakan, ipar dan sebaliknya

Anggota keluarga terhadap pembantu

Bentuk campuran selain tersebut di atas.


3. Perkosaan

Ayah terhadap anak perempuan, ayah kandung atau ayah tiri, anak kandung
atau anak tiri.

Suami terhadap adik/kakak ipar

Kakak terhadap adik

Suami/anggota keluarga laki-laki terhadap pembantu rumah tangga.

Bentuk campuran selain tersebut di atas

b. Kekerasan nonfisik/Psikis/Emosional

Penghinaan

Komentar-komentar yang dimaksudkan untuk merendahkan dan melukai harga diri


pihak istri

Melarang istri bergaul

Ancaman-ancaman berupa akan mengembalikan istri ke orang tua.

Akan menceraikan.

Memisahkan istri dari anak-anaknya dan lain-lain.2

c. Kekerasan seksual

Pengisolasian istri dari kebutuhan batinnya

Pemaksaan hubungan seksual dengan pola yang tidak dikehendaki atau disetujui
oleh istri

Pemaksaan hubungan seksual ketika istri tidak menghendaki, istri sedang sakit atau
menstruasi

Memaksa istri menjadi pelacur dan sebagainya.


4

d. Kekerasan Ekonomi

Tidak memberi nafkah pada istri

Memanfaatkan ketergantunga istri secara ekonomi untuk mengontrol kehidupa istri

Membiarkan istri bekerja untuk kemudian penghasilannya di kuasai oleh suami.


Misal nya dengan memaksa istri menjadi wanita panggilan.

3. Bentuk Bentuk Kekerasan pada Wanita


Bentuk-bentuk kekerasan pada wanita secara umum adalah :

Pelecehan seksual fisik dan nonfisik

Pemukulan perempuan oleh pasangan hidup nya

Perkosaan

Sunat pada bayi atau anak perempuan

Perdagangan perempuan, tenaga kerja wanita, pekalacuran, pornografi

Pelanggaran hak reproduksi, pemasangan alat kontarsepsi secara paksa.


Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan pada wanita menurut para ahli adalah :
a. Kekerasan Seksual dan Kekerasan Nonseksual
Kekerasan seksual adalah kekerasan yang terjadi karena adanya unsur
kehendak seksual yang dipaksakan dan mengakibatkan terjadinya kekerasan oleh
pelaku, serta tidak diinginkan dan bersifat ofensif pada korban ( Rubenstien, 1992).
Kekerasan tersebut dapat bersifat verbal atau pun nonverbal yang di sertai ancaman
atau intimidasi, penganiayaan, sampai pada pembunuhan ( Brison, 1998 )
Kategori kekerasan seksual meliputi pelecehan seksual, ancaman perkosaan,
percobaan perkosaan, perkosaan disertai kekerasan, perkosaan disertai pembunuhan,
dan pemaksaan untuk melacur. Kekerasan seksual menyebabkan seorang wanita

mengalami trauma dan depresi. Kekerasan seksdual akan merusak harga diri dan
kepercayaan diri seseorang wanita yang mengalami hal tersebut ( Collier, 1995 )
Kekerasan nonseksual meliputi segala tindakan yang bersifat eksploratif,
diskriminatif, intimidatif, dan kriminal, tetapi tidak di sertai dengan adanya kehendak
seksual. Hasil penelitian 52% kekerasan nonseksual, kekerasan nonseksual tidak
hanya terbatas fisik dan mental, tetapi juga material, seperti kasus pembunuhan,
penipuan, dan permapokan. Kekerasan nonseksual dapat terjadi di ruang publik
seperti di tempat kerja, jalan ray, ataupun tempat lainnya. Seorang wanita rentan
terhadap kekerasan nonseksual yang terjadi di ruang domestik seperti pemukulan istri
atau pasangan, kekerasan terhadap mas kawin, dan sebagainya. Kekerasan nonseksual
yang menjadikan target wanita sebagai sasaran dapat dikategorikan tindakan sexism.
b. Pelecehan Seksual dan Serangan Seksual
Kekerasan seksual berdasarkan intensitasnya di kategorikan pada pelecehan
seksual dan serangan seksual. Pelecehan seksual diberi batasan dari ringan sampai
sedang seperti : siulan nakal, kerdipan mata, gurauan atau olok-olok yang menjurus
pada seks, memandangi tubuh mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, pernyataan
mengenai tubuh atau penampilan fisik, memberi isyarat berkonotasi seksual,
memperlihatkan gambar-gambar porno memperlihatkan organ seks, mencolek,
meraba dan mencubit ( Kalyanamitra, 1996 ).
Pelecehan seksual dapat dikategorikan sebagai little rape. Serangan seksual
dikategorikan sebagai kekerasan seksual dengan intensitas berat. Serangan seksual
berakhir pada hubungan seksual secara paksa yang meliputi ancaman perkosaan,
percobaan perkosaan, perkosaan, perkosaan di sertai kekerasan, dan perkosaan disertai
pembunuhan.
c. Kekerasan Domistik dan Kekerasan Publik
Kekerasan domistik pada prinsip nya terdiri dari tiga jenis, yaitu : intimate,
private, dan family violence. Intimate dan private violence terjadi antara suami istri
atau pasangan. Kekerasan dapat berbentuk pelecehan dan kekerasan seksual yang
dilakukan suami terhadap istri, pemukulan istri, perkosaan dalam perkawinan, serat
penyalahgunaan peran istri termasuk penelantaran. Family violence terjadi pada
anggota keluarga secara keseluruhan.
6

Kekerasan publik meliputi segala bentuk pelecehan seksual dan serangan


seksual yang dilakukan di tenpat-tempat publik. Dalam masyarakat modern,
industrial, kolaborasi patriaki dengan struktur polotik ekonomi kapitalis dapat
menimbulkan bentuk-bentuk kekerasan kompleks bersifat fisik dan psikologis, dan
struktural. Contoh dari kekerasan publik seperti pelecehan seksual, pelacuran, dan
pornografi. Pada sektor industri kapitalis dapat terjadi kekerasan korporasi meliputi
pengabaian hak dan kepentingan, serta pengabaian keselamatan, kesehatan dan
lingkungan kerja.
3. Faktor Penyebab Terjadi nya Kekerasan Dalam Rumah Tangga
a. Masalah keuangan
Uang sering kali dapat menjadi pemicu timbulnya perselisihan diantara suami
dan istri. Gaji yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga setiap
bulan, sering menimbulkan pertengkaran, apalagi kalau pencari nafkah yang utama
adalah suami. Dapat juga pertengkeran tersebut timbul ketika suami kehilangan
pekerjaan ( misalnya di PHK ). Di tambah lagi adanya tuntutan biaya hidup yang
tinggi, memicu pertengkaran yang sering kali berakibat terjadi nya tindak kekerasan.
b. Cemburu
Kecemburuan dapat juga merupakan salah satu timbulnya kesalahpahaman,
perselisihan bahkan kekerasan. Pada tahun 1992 di jakarta seorang suami tega
melakukan pembunuhan dan mutilasi terhadap tubuh istrinya, karena istri mengetahui
penyelewengan yang dilakukan oleh suami ( Kasus Agsu Naser yang membunuh
Nyonya Diah, istrinya ). Kasus lain terjadi pada tahun 2009 seorang suami melakukan
tindak kekerasan kepada istrinya, karena istri cemburu. Masih banyak lagi kasuskasus kecemburuan yang dapat memicu terjadinya tindak kekerasan dalam rumah
tangga.
c. Masalah Anak
Salah satu menjadi pemicu terjadinya perselisihan antara suami istri adalah
masalah anak.perselisihan dapat semakin meruncing kalau terdapat perbedaan pola
pendidikan terhadap anak antara suami dan istri. Hal ini dapat berlaku baik terhadap
anak kandung maupun terhadap anak tiri atau anak asuh.
7

d. Masalah Orang Tua


Orang tua dari pihak suami ataupun dari puhak istri dapat menjadi pemicu
pertengkaran dan menyebakan keretakan hubungan di antara suami dan istri. Dalam
penelitian di peroleh gambaran bahwa bagi orang tua yang selalu ikut campur dalam
rumah tangga anaknya, misalnya meliputi masalah keuangan, pendidikan anak atau
pekerjaan, seringkali memicu pertengkaran yang berkahir dengan kekerasan, apalagi
hal dapat di picu karena adanya perbedaan sikap terhadap masing-masing orang tua. 2
e. Masalah saudara
Seperti halnya orang tua, saudara yang tinggal dalam satu atap maupun tidak,
dapat memicu keretakan hubungan dalam keluarga dan hubungan suami istri. Campur
tangan dari saudara dalam kehidupan rumah tangga, perselingkuhan antara suami
dengan saudara istri, menyebabkan terjadinya jurang pemisah atau menimbulkan
semacam jarak antara suami dan istri. Kalau keadaan semacam ini di biarkan tanpa
adanya jalan keluar, akhirnya akan menimbulkan ketegangan dan pertengkaranpertengkaran. Apalagi kalau di sertai dengan kata-kata yang menyakitkan atau
menjelkkan keluarg masing-masing. Paling sedikit akan menimbulkan kekerasan
psikis.
f. Masalah Sopan Santun
Sopan santun seharusnya tetap dipelihara meskipun suami dan istri sudah
bertahun-tahun menikah. Suami dan istri berasal dari keluarga dengan latar belakang
yang berbeda. Untuk itu perlu adanya upaya saling menyesuaikan diri, terutam dengan
kebiasaan-kebiasaan yang dibawa dari keluarga masing-masing. Kebiasaan lama yang
mungkin tidak berkenan di hati masing-masing pasangan harus dihilangkan. Antara
suami dan istri harus saling menghormati dan saling penih pengertian. Kalau hal ini di
abaikan akibatnya dapat memicu kesalahpahaman yang akhirnya berujung pada
pertengkaran dan kekerasan psikis. Ada kemungkinan juga berakhir dengan kekerasan
fisik.
g. Masalah Masa Lalu
Seharusnya sebelum melangsungkan pernikahan antara calon suami dan istri
harus terbuka, masing-masing menceritakan atau memberitahukan masa lalu nya.
8

Keterbukaan ini merupakan upaya untuk mencegah salah satu pihak mengetahui
riwayat masa lalu pasangan dari orang lain. Pada kenyataannya cerita yang diperoleh
dari pihak ketiga sudah tidak realistis. Pertengkaran yang di picu dengan adanya cerita
masa lalu masing-masing pihak berpotensi mendorong terjadinya perselisihan dan
kekerasan
h. Masalah Salah Paham
Suami dan istri ibarat dua kutub yang berbeda. Oleh karena itu usaha
penyesuaian diri serta saling menghormati pendapat masing-masing pihak, perlu di
pelihara. Karena kalau tidak akan timbul kesalhpahaman. Kondisi ini sering dipicu
oleh hal-hal sepele, namun kalau dibiarkan terus tidak akan di temui titik temu.
Kesalahpahaman yang tidak segera dicarikan jalan keluar atau segera diselesaikan,
akan menimbulkan pertengkaran dan dapat pula memicu kekerasan.
i. Masalah Tidak Memasak
Memang ada suami yang mengatakan hanya mau makan masakan istrinya
sendiri, sehingga kalau istri tidak bisa masak akan ribut. Sikap suami seperti ini
menunjukkan sikap dominan. Karena saat ini istri tidak hanya di tuntut di ranah
domistik saja tetapi juga sudah memasuki ranah publik. Perbuatan suami tersebut
menunjukkan sikap masih mengahapkan istri berada di ranah domestik atau dalam
rumah tangga saja.istri yang merasa tertekan dengan sikap ini akan melawan,
akibatnya timbul pertengkaran mulut yang berakibat kekerasan.
j. Suami Mau Menang Sendiri
dalam penelitian ini di peroleh gambaran bahwa masih terdapat suami yang
merasa lebih dari segala hal dibandingkan dengan istri. Oleh karena itu, suami
menginginkan segala kehendaknya menjadi semacam undang-undang dimana semua
orang yang tinggal dalam rumah harus tunduk padanya. Dengan demikian kalau ada
perlawanan dari istri atau penghuni rumah yang lain, maka akan timbul petengkaran
yang diikuti dengan kekerasan ( Moerti Hadiati dan Tri Susilaningsih, 1999:42 )
4. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1) Dampak terhadap wanita
9

Terus menerus mengalami ketakutan dan kecemasan, hilangnya rasa percaya diri,
hilang kemampuan untuk berindak dan rasa tidak berdaya

Kematian akibat kekerasan fisik, pembunuhan atau bunuh diri

Trauma fisik berat : memar berat luar/dalam, patah tulang, cacat

Trauma fisik dalam kehamilan yang berisiko terhadap ibu dan janin

Kehilangan akal sehat atau gangguan kesehatan jiwa

Curiga terus menerus dan tidak mudah percaya kepada orang lain (paranoid)

Gangguan psikis berat (depresi, sulit tidur, mimpi buruk, disfungsi seksual, kurang
nafsu makan, kelelahan kronis, ketagihan alkohol dan obat-obatan terlarang)
2) Dampak terhadap anak-anak

Perilaku yang agresif atau marah-marah

Meniru tindakan kekerasan yang terjadi di rumah

Menjadi sangat pendiam dan menghindar

Mimpi buruk dan ketakutan

Sering tidak makan dengan benar

Menghambat pertumbuhan dan belajar

Menderita banyak gangguan kesehatan

3) Dampak terhadap masyarakat

Siklus kekerasan akan terus berlanjut ke generasi yang akan datang

Anggapan yang keliru akan tetap lestari bahwa pria lebih baik dari wanita
10

Kualitas hidup manusia akan berkurang karena wanita tidak berperan serta dalam
aktivitas masyarakat bila wanita tersebut dilarang berbicara atau terbunuh karena
tindakan kekerasan

Efek terhadap produktifitas, misalnya mengakibatkan berkurangnya kontribusi


terhadap masyarakat, kemampuan realisasi diri dan kinerja, dan cuti sakit bertambah
sering. 5

5. Dampak Kekerasan Terhadap Perempuan


1) Akibat fisik terhadap perorangan berupa:

Luka berat dan kematian akibat perdarahan

Infeksi seperti infeksi sitim reproduksi, ISR/ atau penyakit menular seksual,
PMS/HIV/AIDS.

Penyakit radang panggul kronis, yang dapat menyababkan infertilitas

Kehamilan yang tidak di inginkan dan aborsi yang tidak aman.

2) Akibat non fisik terhadap perorangan

Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan, cemas, rasa rendah diri, kelelahan
kronis, sulit tidur, mimpi buruk, gangguan makan, ketagihan alkohol dan obat,
mengisolasi atau menarik diri.

Trauma terhadap hubungan seksual, disfungsi seksual

Perkawinan yang tidak harmonis

Bunuh diri

Pengaruh psikologsi terhadap anak karena menyaksikan kekerasan, misalnya


timbulnya kecenderungan untuk melakukan kekerasan terhadap pasangannya di
kemudian hari.

3) Akibat terhadap masyarakat

Biaya pemeliharaan kesehatan bertambah besar


11

Efek terhadap produktifitas

KTP di lingkungan sekolah dapat mengakibatkan putus pendidikan karna terpaksa


keluar sekolah.

5. Cara Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Kekerasan Terhadap


Perempuan
Agar kekuasaan seorang ayah atau ibu tidak sampai merugikan keluarga nya sendiri,
beberapa negara telah memiliki hukum yang dapat mencegah orang tua menyiksa
anaknya, suami menyiksa istrinya, atau sebaliknya. Amerika serikat memiliki
Undang-Undang yang disebut Violent Crime Control and Law Enforcement Act 1994.
Di indonesia, penanggulangan masalah kekerasan mengacu pada kebijaksanaan
Kantor Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan dengan Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (RANPKTP) 2000-2004 yang
menerapkan Zero Tolerance Policy ( Depkes RI, 2001 )
Cara mengatasi dan mencegah kekerasan terhadap perempuan adalah :
a) Masyarakat menyadari/mengakui bahwa KTP sebagai masalah yang perlu di atasi
b) Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seks di tempat kerja
c) Membekali perempuan tentang penjagaan keselamatan diri
d) Melaporkan tindak kekerasan pada pihak berwenang
e) Melakukan aksi menentang kejahatan seperti kecanduan alkohol, perkosaan dan lainlain melalui organisasi masyarakat.
Peran Petugas Kesehatan :
a) Melakukan penyuluhan untuk pencegahan dan penanganan KTP
b) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam penanganan kasus KTP
c) Bermitra dan perpartisipasi dalam pengembangan jaringan kerja untuk menanggulangi
maalah KTP dengan instansi terkait, lembaga sosial masyarakat, organisasi
kemasyarakatan lainnya dan organisasi profesi.
d) Memberikan pelayanan yang dibutuhkan bagi korban KTP.
12

e) Bantu perempuan untuk merasa diterima, aman dan bebas untuk berbicara termasuk
berbicara mengenai kekerasan yang dialami dengan tetap menjamin kerahasiaan
informasi dari setiap kunjungan perempuan korban kekerasan.
f) Bertanya kepada perempuan mengenai pengabaian/penyalahgunaan meskipun
kekerasan belum terjadi meskipun sebagian perempuan belum dapat mengugngkapkan
adanya pengabaian, sebagian perempuan akan berbicara ketika provider bertanya
mengenai kekerasan. 3
6. Peran Aparat Penegak Hukum dalam Pengapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga
Berikut ini adalah peran aparat dalam melindungi dan melayani korban, yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga.
a) Peran Kepolisian
Saat kepolisian menerima laporan mengenai kasus kekerasan dalam rumah
tangga, mereka harus segera menerangkan mengenai hak-hak korban untuk
mendapatkan pelayanan dan pendampingan. Selain itu, sangat penting pula bagi pihak
Kepolisian untuk memperkenalkan identitas mereka serta menegaskan bahwa
kekerasan dalam rumah tangga adalah sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan
sehingga sudah menjadi kewajiban dari Kepolisian untuk melindungi korban. 2
Setelah menerima laporan tersebut, langkah-langkah yang harus diambil
Kepolisan adalah :

Memberikan perlindungan sementara pada korban

Meminta surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan

Melakukan penyelidikan.

b) Peran advokat
Dalam hal memberikan perlindungan dan pelayanan bagi korban maka advokat wajib

13

Memberikan konsultasi hukum yang mencangkup informasi mengenai hak-hak


korban dan proses peradilan.

Mendampingi korban ditingkat penyelidikan, penuntutan dan pemeriksaan dalam


sidang pengadilan dan membantu korban untuk secara lengkap memaparkan
kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya.

Melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan pendamping dan


pekerja sosial agar proses peradilan berjalan sebagai mana mestinya.

c) Peran pengadilan

Mengeluarkan surat pepentapan yang berisi perintah perlindungan bagi korban dan
anggota keluarag lain.

Atas permohonan korban atau kuasanya, pengadilan dapat mempertimbangkan untuk


menetapkan suatu kondisi khusus yakni pembatasan gerak pelaku, larangan memasuki
tempat tinggal bersama, larangan membuntuti, mengawasi atau mengintimidasi
korban. 2

d) Peran tenaga kesehatan


Setelah mengetahui adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga, maka
petugas kesehatan berkewajiban untuk memeriksa kesehatan korban, kemudian
membuat laporan tertulis mengenai hasil pemeriksaan serta membuat visum set
repertum atau surat keterangan medis lain yang memiliki kekuatan hukum untuk
dijadikan alat bukti.
e) Peran pekerja sosial

Melakukan konseling untuk menguatkan korban

Mengkonfrimasi mengenai hak-hak korban

Mengantarkan korban jerumah aman ( shelter )

Berkoordinasi dengan pihak kepolisian, dinas sosial dan lembaga lain demi
kepentingan korban.

14

f) Peran pembimbing rohani


Demi kepentingan korban, maka pembimbing rohani harus memberikan
penjelasan mengenai hak, keawajiban, dan memberikan penguatan iman dan takwa.
g) Peran relawan pendamping
Sementara itu, salah satu terobosan hukum lain dari undang-undang nomor 23
tahun 2004 adalah aturan perihal peran dari relawan pendamping. Menurut undangundang ini ada beberapa hal yang menjadi tugas relawan pendamping yakni :

Menginformasikan mengenai hak korban untuk mendapatkan seorang atau lebih


pendamping.

Mendampingi korban di tingkat penyelidikan, penuntutan atau tingkat pemeriksaan


pengadilan dengan membimbing korban agar dapat memaparkan kekerasan yang
dialami nya secara objektif dan lengkap.

Mendengarkan segala penuturan korban

Memberikan penguatan kepada korban secara psikologis maupun fisik. 2

7. Sanksi Hukum Terhadap Pelaku KDRT


Dalam masyarakat terdapat 4 norma, yaitu norma keagamaan, norma kesusilaan,
norma kesopanan dan norma hukum. Dari ke empat norma tersebut, norma hukumlah
yang mempunyai sanksi yang lebih mengiakt sebagai alat pemaksa. 2
Dengan berpedoman dengan Pasal 10 KUHP, maka Undang-undang Nomor 23 tahun
2004 sanksi yang dijatuhkan bagi pelaku kekerasan adalah pidana penjara dan denda.
Adapun pidana tanabahan terkadap pelaku tindak kekerasan tidak sama dengan
ketentuan dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Perbedaan nya terletak pada
pidana tambahan yang dimuat secara tegas dalam pasal 50 Undang-Undang Nomor 23
tahun 2004.
1. Pembatasan geraj pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban
dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu pelaku.
2. Penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah penagwasan lembaga
tertentu.

15

Dalam kitab undang-undang hukum pidana sanksi yang dijatuhkan hanya


menyebutkan hukuman maksimum, tanpa menyebutkan minimum hukumannya.
Sedangkan pasal 47 dan 48 menyebutkan minimum hukuman nya.
Bunyi pasal 47 undang-undang nomor 23 tahun 2004 sbb:
Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan
hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 tahun atau denda paling sedikit 12.000.000 atau denda
paling banyak 300.000.000 2
Bunyi pasal 48 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 adalah :
dalam perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 dan 47 mengakibatkan
korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali,
mengalami gangguan daya pikir, kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 (empat)
tahun tidak berturut-turu, gugur atau matinya janin dalam kandungan atau
mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, di pidana dengan pidana penjara
selama 5 tahun dan pidana penjara paling lama 20 tahun, denda paling sedikit
25.000.000 dan denda paling banyak 500.000.000.

BAB II
PEMBAHASAN

1.Kebijakan pemerintah tentang KDRT


Upaya penegakan hak-hak dasar perempuan dan penghapusan kekerasan terhadapnya
memperoleh peluang yang cukup kondusif dan juga tantangan yang amat serius pada
pemerintahan Indonesia di era reformasi ini. Sepanjang 10 tahun yang dimulai 1998pada
masa pemerintahan Presiden BJ Habibie hingga tahun 2008byang sekarang dipimpin oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, beberapa capaian penting sebagai bagian dari proses
demokratisasi yang berkeadilan jender telah dinikmati oleh sebagian kaum perempuan

16

Indonesia. Komnas Perempuan mencatat sebuah proses pelembagaan upaya penghapusan


kekerasan terhadap perempuan yang ditandai dengan:
1. Adanya serangkaian jaminan hukum yang bertujuan menangani kekerasan terhadap
perempuan, mendorong pertanggung jawaban pelaku, memberdayakan kembali
perempuan korban dan mencegah segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
2. Berkembangnya beragam kelembagaan yang dibentuk untuk mendukung akses
perempuan korban kekerasan terhadap keadilan, pemulihan dan kebenaran
3. Tumbuhnya bangunan pengetahuan tentang kekerasan terhadap perempuan dalam
berbagai konteks (konflik, migrasi tenaga kerja, keluarga, dsb) yang menggambarkan
besarnya komitmen bangsa dalam gerakan pemberdayaan perempuan serta
pencegahan kekerasan terhadap perempuan.

Dalam 10 tahun reformasi, perempuan Indonesia ditingkat nasional dan daerah telah bekerja
keras untuk mendorong pengesahan 29 produk kebijakan untuk menangani dan
menghapuskan kekerasan terhadap perempuan. Ke-29 produk kebijakan ini berupa 10
kebijakan di tingkat nasional, 16 kebijakan di tingkat daerah dan 3 kebijakan di tingkat
regional ASEAN (lihat daftar rinci). Catatan tahunan (Catahu) Komnas Perempuan, yang
diterbitkan setiap tahun selama 7 tahun terakhur, menunjukkan bahwa capaian ini semua
berdiri di atas penderitaan dan perjuangan puluhan ribu perempuan yang menjadi korban
kekerasan dari tahun ke tahun.
Selain yang dibentuk oleh pemerintah, jauh sebelumnya lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan dan keagamaan pun berinisiatif mendirikan pusat-pusat pengada layanan
bagi perempuan korban. Setidaknya tercatat 41 lembaga layanan telah terbentuk diseluruh
indonesia atas inisiatif masyarakat baik melalui organisasi perempuan, organisasi
kemasyarakatan dan keagamaan.
Kendati berbagai upaya penegakan perlindungan hak-hak asasi perempuan telah dicapai
sepanjang 10 tahun terakhir ini, pada saat yang bersamaan, sejumlah kendala pun
menghadang dalam upaya mewujudkannya. Komnas Perempuan mencatat bahwa diantara
kendala tersebut adalah adanya kebijakan-kebijakan daerah (termasuk tapi tak terbatas pada
peraturan daerah UUD 1945 hasil Amandemen Keempat mengenai jaminan hak-hak dasar
manusia yang seharusnya menjadi payung hukum dari semua aturan yang ada di Indonesia.

17

Perda-perda tersebut berdampak pada diskriminasi terhadap perempuan, melalui


pengaturan tubuh, perilaku dan mobilitas perempuan oleh institusi negara atas nama agama
dan moralitas.
Upaya untuk mendukung pemulihan korban secara komprehensif, untuk membantu mereka
keluar dari masalah-masalah yang mereka kaum perempuan alami tidak akan dialami kembali
oleh anak cucu kita.
Terobosan melawan kekerasan dan diskriminasi berbasis gender:
29 kebijakan baru untuk menangani dan menghapuskan kekerasan terhadap perempuan.
Tingkat nasional (11), daerah (15), dan regional ASEAN (3) :
UU yang menegakkan hak perempuan terkait kekerasan dan diskriminasi (8)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

UU HAM (1999)
UU Pengadilan HAM (2000)
UU Penghapusan KDRT (2004)
UU Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (2006)
UU Perlindungan Anak (2002)
UU Perlindungan Saksi dan Korban (2006)
UU Penempatan dan perlindungan TKI ke Luar Negeri (2004)
UU Penanggulangan Bencana (2006)

Kebijakan Presiden tentang pengarusutamaan gender (2000) (2)


Pembentukan komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan atau komnas perempuan
(1998)
Putusan Mahkamah konstitusi atas permohonan uji materi yang mempermasalahkan
pembatasan poligami dalam UU perkawinan.(1)
Dimana ditegaskan bahwa asas yang berlaku dalam UU perkawinan adalah monogami
(2007)
Kebijakan daerah tentang pemberian layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban
kekerasan didaerah tingkat propinsi kabupaten hingga desa(2002-2006)(14)
Deklarasi ASEAN tentang
1. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan (2004)
2. Trafiking (2004)
3. Perlindungan hak-hak buruh migran (2007)
18

Yang ditandatangani menteri luarnegeri negara-negara anggota ASEAN


Untuk penanganan kekerasan terhadap perempuan maka program komnas perempuan
menyediakan:
1. 129 unit pelayanan bagi perempuan dan anak di polres
2. 42 pusat pelayanan terpadu di rumah-rumah sakit
3. 23 pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A)
4. 41 womens crisis center (WCC)
WCCMerupakan pusat pelayanan krisis dimana perempuan datang untuk mendapatkan
pelayanan untuk mengatasi kekerasan yang dialaminya baik bantuan medis,psikis maupun
hukum.

2. Data Kekerasan Dalam Rumah Tangga ( KDRT)

Data Nasional

Tahun

2011

2013
2012

11.3878

8.315

Jumlah
Sumber: Komnas Perlindungan Perempuan 2014

Data Sumbar
19

11.719

Tahun

2011

Jumlah

2012

38

2013

45

Sumber :Laporan Polda Sumbar 2013

Data Polres Pasaman Barat


Tahun
Jumlah

2011

2012

2013
6

Sumber : Polres Pasaman Barat 2014

Realitas kekerasan terhadap perempuan di Sumbar:


Masalah tersebut diatas menjadi pemicu pertengkaran yang berujung terhadap
kekerasan. Disini, pada kebanyakan kasus wanita adalah korban yang selalu mendapat imbas,
karena wanita dianggap adalah makluk yang lemah, dan setiap perkataan dan keinginan
suami haruslah di penuhi.
Dari data tahun 2011 hingga 2013 sendiri selalu terjadi peningkatan kasus kekerasn
yang terjadi pada wanita. Pada keadaaan seperti ini mengakibatkan dampak yang buruk dari
si wanita korban kekerasan tersebut. Apakah itu secara fisik, psikologis, hingga sosialisasinya
terhadap masyarakat.
Dari penjabaran dampak kekerasan dalam rumah tangga di atas dapat dipastikan
bahwa semua perempuan yang mengalami tindak kekerasan baik secara fisik maupun
psikologis memberikan efek yang buruk bagi diri nya sendiri bahkan sampai kemasyarakat.
Wanita yang mengalami tindak kekerasan cenderung mengurungkan diri dari
pergaulan kesehariannya dalam masyarakat. Ini di karena kan karena wanita itu sendiri malu
untuk berada di lingkungan nya. Ia takut kalau misalnya warga sekitar tau bahwa ia menjadi
korban kekerasan dalam rumah tangga nya sendiri, belum lagi bukti fisik penganiayaan yang
mungkin saja membekas pada tubuh nya, itu akan menjadi bahan pergunjingan di
masyarakat.
Kekerasan yang dilakukan suami terhadap istrinya tidak hanya berdampak pada si istri
saja. Apabila pasangan tersebut memiliki anak dan pada saat terjadi kekerasan atau
pertengkaran dilakukan di hadapan si anak, ini juga berdampak pada si anak tersebut, bahkan
tidak tertutup kemungkinan si anak juga menjadi pelampiasan dari kekerasan tersebut. Akibat
20

nya si anak menjadi sakit secara fisi, terganggu mental nya, menarik diri dari lingkungan dan
sekolahnya.
Beberapa kasus kekerasan yang terjadi di rumah tangga :
ditutup semua ini pintu jendela ga boleh keluar sayadia ambil uang saya itu 600 ribu
untuk main judi, 600 ribu saya untuk masukkan TK anakku sekalinya dia ambil untuk main
judi sampe saya nangisya saya ndak dibolehkan tidur di rumah itu tidur di emperan sama
anakku
seksual iyasetiap anu itu dia kepengen kayak gitu kebanyakan mukul dalam keadaan
nangis digitukan, dalam keadaan haid digitukan (gitu: berhubungan intim)
Tidak ada kekerasan yang hanya terjadi satu kali. Kekerasan itu berulang bila semakin sering
faktor pemicu tersebut muncul maka semakin sering kekerasan terjadi.
oh itu sudah sering mbabiasanya kalo dia lagi emosi tinggikarna ndak ada pekerjaan
mabuk-mabukan
Tempat terjadinya KDRT disebutkan bahwa kekerasan yang mereka alami terjadi utamanya
di rumah mereka sendiri .
ini di ini di kamar ini dirumahku ini sampai saya siup, keluar darah itu mungkin ada
setengah gelas itu ngalir di karpet inindak ada orang liat cuma dia sendiri yang anu itu
yang ngelap itu
kalo ndak salah dia mukul aku pas di samping kulkas oahpokoknya dicekek sudah aku tu
dihajar sekuat-kuatnya nah aku mikir dalam hatiku kalo aku ndak ngelawan ini mati aku, ku
tendang lari aku ke luar, menghindar ku tendang jatoh, lari aku ke luarke tempat
tetangga
Dapat kita lihat, korban utama dalam kekerasan rumah tangga terseburt adalah
perempuan, walaupun sebagian ulama ada yang menyatakan bahwa kekerasan dalam rumah
tangga tidak hanya terjadi pada perempuan saja tetapi pada lelaki atau suami juga. tapi disini
dapat kita ketahui bahwa kecenderungan itu lebih terjadi pada wanita, dan data-data pun
menyebutkan bahwa wanita lah yang selalu menjadi korba tindak kekerasan ini.
Upaya Penanganan Masalah Kekerasan Terhadap Perempuan
21

Dalam penanganan kasus kekerasan ini ada beberapa upaya yang dilakukan oleh bebagai
pihak, diantaranya :
a. Peran Kepolisian

Saat kepolisian menerima laporan mengenai kasus kekerasan dalam rumah tangga, mereka
harus segera menerangkan mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan pelayanan dan
pendampingan. Selain itu, sangat penting pula bagi pihak Kepolisian untuk memperkenalkan
identitas mereka serta menegaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah sebuah
kejahatan terhadap kemanusiaan sehingga sudah menjadi kewajiban dari Kepolisian untuk
melindungi korban.
Setelah menerima laporan tersebut, langkah-langkah yang harus diambil Kepolisan adalah :

Memberikan perlindungan sementara pada korban


Meminta surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan
Melakukan penyelidikan.

b. Peran advokat
Dalam hal memberikan perlindungan dan pelayanan bagi korban maka advokat wajib

Memberikan konsultasi hukum yang mencangkup informasi mengenai hak-hak

korban dan proses peradilan.


Mendampingi korban ditingkat penyelidikan, penuntutan dan pemeriksaan dalam
sidang pengadilan dan membantu korban untuk secara lengkap memaparkan

kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya.


Melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan pendamping dan
pekerja sosial agar proses peradilan berjalan sebagai mana mestinya.

c. Peran pengadilan

Mengeluarkan surat penetapan yang berisi perintah perlindungan bagi korban dan

anggota keluarag lain.


Atas permohonan korban atau kuasanya, pengadilan dapat mempertimbangkan untuk
menetapkan suatu kondisi khusus yakni pembatasan gerak pelaku, larangan memasuki
tempat tinggal bersama, larangan membuntuti, mengawasi atau mengintimidasi
korban.

22

d. Peran petugas kesehatan


Petugas kesehatan khususnya bidan dapat berperan penting dalam menghadapi kasus KDRT.
Pertolongan sedini mungkin dapat mencegah terjadinya masalah kesehatan yang serius dan
berlarut-larut akibat kekerasan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga kesehatan harus :

Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesinya


Membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban dan visuma t repertum
atas permintaan penyidik kepolisian atau surat keterangan medis yang memiliki

kekuatan hukum yang sama sebagai alat bukti


Pelayanan kesehatan tersebut dialkukan di sarana kesehatan milik pemerintah,
pemerintah daerah atau masyarakat.

Mulai ada nya pemerhatian yang khusus terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga ini
memberikan keberanian si korban dalam memberikan pelaporan. Mereka merasa terlindungi
dan dapat terbebas dari penderitaan yang di alaminya. Tetapi tidak semua korban pula yang
mau melaporkan kekerasan yang dialami nya karena berbagai faktor. Ada pun hambatanhambatan yang biasanya terjadi dalam menangani kasus kekerasan ini harus pula segera di
atasi agar tidak menjadi pengahalng lagi bagi wanita yang mengalami kekerasan untuk
mendapatkan hak nya sebagai manusia yang harus di lindungi.
Hambatan dalam Menangani Kasus-kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga
a. Hambatan yang datang dari korban dapat terjadi karena :
Korban tidak mengetahui bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suami
merupakan perbuatan pidana atau perbuatan yang dapat dihukum. Oleh karena itu,

korban tidak melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya.


Korban membiarkan tindak kekerasan terhadap dirinya sampai berlarut-larut. Hal ini

bisa di sebabkan oleh korban berpendapat bahwa tindakan suami akan berubah.
Korban berpendapat apa yang dialaminya adalah takdir atau nasibnya sebagai istri.
Hal ini dapat terjadi karena adanya pendapat bahwa seorang istri harus bekti (setia

dan mengabdi) pada suami.


Korban mempunyai ketergantungan secara ekonomi pada pelaku tindak kekerasan.
Korban mempertahankan status sosialnya, sehingga kalau sampai tindak kekerasan
yang terjadi dalam rumah tangganya diketahui oleh orang lain, akan memperburuk
status sosial keluarganya di dalam masyarakat.
23

Korban takut akan ancaman dari suami.


Korban khawatir keluarga akan menyalahkan dirinya karena dianggap tidak dapat
menyelesaikan masalah rumah tangga nya sendiri.
Korban terlambat melaporkan tindakan kekerasan yang dialami, sehingga bukti-bukti

fisik telah hilang.


b. Hambatan dapat dilakukan oleh keluarga korban,
karena kekerasan dalam rumah tangga adalah aib keluarga yang harusditutupi agar tidak
diketahui oleh masyarakat. Alasan yang lain adalah karena tindak kekerasan yang terjadi
dalam rumah tangga merupakan urusan domestik atau urusan intern keluarga.

c. Hambatan yang lain datang dari masyarakat.


Memang masih ada pendapat yang menganggap kekerasan dalam rumah tangga adalah
urusan keluarga bukan merupakan kejahatan yang dapat diselesaikan melalui jalur hukum.
Pendapat demikian masih mewarnai berbagai kalangan dalam masyarakat, sehingga akan
merupakan hambatan bagi penegakan hukum di bidang tindak kekerasan dalam rumah tangga

d. Hambatan dari negara


Hambatan ini berupa ketentuan bahwa biaya visum et repertum harus dikeluarkan oleh
korban. Bagi korban yang tidak mampu, hal ini merupakan hambatan dalam mencari
keadilan.
Selain itu dimasukkannya kekerasan fisik, psikis dan seksual yang dilakukan oleh suami
terhadap istri, kedalam delik aduan, sangat membatasi ruang gerak istri. Meskipun dalam
undang-undang tidak disebutkan delik aduan absolut atau delik aduan relatif tetap saja
menempatkan istri pada posisi subordinatif. Hal ini tercantum dalam pasal 51,52, dan 53
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004. Padahal pada awalnya sudah ditentukan bahwa
kekerasan dalam rumah tangga merupaka suatu delik, suatu perbuatan pidana yang dapat di
proses secara hukum.
Berbagai hambatan tersebut mengakibatkan korban menjadi sulit untuk mendapatkan
keadilan. Adapun bagi suami yang melakukan tindak kekerasan seakan-akan dilindungi
dengan adanya ketentuan tersebut. Karena dalam delik aduan relatif hanya korban atau
keluarganya yang berhak mengadukan perbuatan pelaku, sedangkan dalam delik aduan
absolut hanya korban yang berhak melakukan pengaduan. Dalam undang-undang tidak
dijelaskan apakah pasal 44 ayat 4, pasal 45 ayat 2, dan pasal 46 Undang-Undang Nomor 23
24

Tahun 2004 termasuk delik aduan absolut atau delik aduan relatif. Dengan demikian,
perempuan yang menajdi korban kekrasan dalam rumah tangga tetap berada dalam posisi
yang lemah dimata hukum.

3. Indikator Keberhasilan Program Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah


Tangga.
Indikator dan parameter keberhasilan dalam pengendalian tindak kekerasan meliputi:

Indikator Input
Meliputi :
a. Persentase Propinsi/Kab/Kota yang mempunyai Rencana Aksi Daerah dalam
pengendalian tindak kekerasan dalam rumah tangga
b. Persentase laporan yang masuk di Kab/Kota/ Propinsi ,
c.
Persentase Propinsi/ Kab/Kota yang memiliki materi KIE, sosialisasi,
advokasi dan bimbingan konseling
d. Persentase Propinsi/ Kab/Kota yang memiliki Instrumen pencatatan dan

pelaporan
Indikator Proses
Meliputi upaya - upaya pengendalian KDRT, yaitu :
1) Pelaksanaan KIE
2) Pelaksanaan sosialisasi
3) Pelaksanaan advokasi
4) Pelaksanaan deteksi dini
5) Pelaksanaan surveilans (kelengkapan dan ketepatan)
6) Pelaksanaan bimbingan konseling
Indikator Output
Meliputi jumlah kasus yang terdeteksi dan tertangani.

Indikator Outcome
Meliputi penurunan kasus KDRT
Indikator kinerja dan target batas waktu pencapaian pada tahun 2014

berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan


Anak Republik Indonesia Nomor 1 TAhun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Layanan Terpadu BAgi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan, meliputi:
25

cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan


pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu: 100%;

cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan


kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A
dan PPT/PKT di Rumah Sakit: 100% dari sasaran program;

cakupan layanan rehabilitasi sosial yang diberikan oleh petugas rehabilitasi social
terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan
terpadu: 75%;

cakupan layanan bimbingan rohani yang diberikan oleh petugas bimbingan rohani
terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan
terpadu: 75%;

cakupan penegakan hukum dari tingkat penyidikan sampai dengan putusan


pengadilan atas kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak: 80%;

cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan


bantuan hukum: 50%;

cakupan layanan pemulangan bagi perempuan dan anak korban kekerasan: 50%;
dan cakupan layanan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban
kekerasan: 100%.

26

4. Bentuk formulir kuisioner KDRT

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Andalas

Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga(KDRT)

Dengan Hormat,
Kami mahasiswa dari fakultas kesehatan masyarakat universitas andalas................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Kami Sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengsi fomulir kuesioner ini,karena
sangat berguna bagi ilmu pengetahuan.
Kuersioner initidak berpengaruh

terhadap Bapak/Ibu maupun putra/i-nya.Perlu kami

tegaskan bahwa:
1 .Kami menjamin kerahasiaan identitas pribadi serta jawaban yang Bapak/Ibu berikan.
2. Jawabanjujur dari Bapak/ibu sangat kami harapkan dan bermanfaat untuk kemajuan
ilmu pengetahuan dankesehatan.
3. setelah ini selesai ,kuesioner ini akan kami musnakan.

27

I.Identitas Responden

1.1. No. Responden

:.............................................

1.2. Nama

:............................................

1.3. Umur :............................................


1.4. Pendidikan terakhir

:.............................................

1.5. Pekerjaan/Profesi

:............................................

1.6. Status perkawinan

:.............................................

1.7. jumlah anak

:.............................................

1.8. Agama

:.............................................

1.9. Alamat

:.............................................

II. Riwayat dan kondisi responden


Latar Belakang Keluarga

2.1 Bagaimana suasana keluarga anda sebelum menikah..........................................................


...............................................................................................................................................
2.2 Bagaimana suasana keluarga anda.......................................................................................
2.3 Bagaimana hubungn anda dengan saudara dan dengan orang yang tinggal serumah........
..............................................................................................................................................
2.4 apakah keluarga anda saling mengasihi? Jelaskan................................................................
...............................................................................................................................................

28

Pendapatan Keluarga

2.5 Bagaimana situsi keuangan anda saat ini..............................................................................


..............................................................................................................................................
2.6 Berapa pendapatan keluarga setiap bulan nya....................................................................
...............................................................................................................................................
2.7 Apakah pedapatan cukup untuk kebutuhan keluarga..........................................................

III.Riwayat Perkawinan
3.1 Berapa usia waktu menikah..................................................................................................
3.2 sudah berapa lama menikah.................................................................................................
3.3 Apakah anda dan suami/istri saling terbuka.........................................................................
3.4 Menurut anda apakah keluarga anda harmonis...................................................................
3.5 Apakah anda sering cemburu atau dicemburui...................................................................
3.6 Apakah anda dibatasi ruang gerak secara berlabihan(isolasi).............................................
3.7 Apakah anda dan suami anda sering berselisih paham atau bertengkar.............................
..............................................................................................................................................
3.8 Bagaimana anda menyelesaikan masalah tersebut..............................................................
...............................................................................................................................................
3.9 Apakah suami anda dalam emosi sering memukul, mencaci ,menghardik,menghina.....
..............................................................................................................................................
IV Hubungan sexual
4.1 Apakah dalam hubungan sexual diperlakukan dengan baik.................................................
..............................................................................................................................................
29

4.2 Apakah pasangan memaksa hubungan sexual ketika pasangan tidak siap pisik dan
Psikologis................................................................................................................................
4.3 Apakah istri dipukul atau di maki bila menolak hubungan sexual dengan alasan diatas.....
...............................................................................................................................................
V.Hubungan dengan Anak
4.1 Bila sudah punya anak kegiatan yang sering dilakukan apa? Dan kapan..............................
...............................................................................................................................................
4.2 Apakah anda mempunyai peraturan peraturan khusus untuk anakanak anda....................
...............................................................................................................................................
4.3 Apa yang anda lakukan atau hukuman jika anda anak melakukan kesalahan......................
...............................................................................................................................................
4.4 Apakah anakanak pernah dipukuli, dicaci ,dihardik bila melakukan kesalahan....................
...............................................................................................................................................

30

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
Pendorong terjadinya KDRT adalah masalah keuangan, cemburu, masalah anak, masalah
orang tua, masalah saudara, masalah sopan santun, masalah masa lalu, masalah salah paham,
maalah tidak memasak, dan sikap suami yang mau menang sendiri.
Korban KDRT adalah mayoritas kaum perempuan dan anak dengan kebijakan dan
program pemerintah UU no 23 tahun 2004 pasal 6,7,8,9 adalah untuk melindungi kaum
perempuan dan anak.Dan programpemerintah seperti :
Adanya pelayanan bagi perempuan dan anak di polres
Adanya pusat pelayanan terpadu di rumah-rumah sakit
Adanya pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak
(P2TP2A)
Adanya womens crisis center (WCC)
Dalam penanggulangan KDRT upaya berbagai pihak ikut serta seperti:
Keplisian,Advokat,Pengadilan,Petugas kesehatan.
2.SARAN
a.Sebagai Pimpinan Puskesmas
a) Diharapkan puskesmas membuat suatu kegiatan penyuluhan kepada ibu-ibu
rumah tangga, remaja putri mengenai kekerasan dalam rumah tangga.
b) Lebih memperhatikan dan mensosialisasikan pada masyarakat di wilayah
kerjanya untuk lebih sensitif dengan kekerasan dalam rumah tangga dan
melaporkan bila terjadinya KDRT.
c) Melayani kasus-kasus KDRT dengan sebaik mungkin dan bekerja sama
dengan lintas sektor yang terkait demi tercapainya target PKDRT.

31

b.Sebagai Bidan
a) Memberikan penyuluhan dalam kegiatan posyandu dengan menambahkan
materi tentang KDRT.
b) Memberikan konseling bagi kaum perempuan korban KDRT.
c) Bidan hendaknya memotivasi kaum perempuan agar lebih berani
mengungkapkan kasus-kasus KDRT khususnya kaum perempuan di wilayah
kerjanya.
c.Sebagai pengawas bidan
a) Menghimbau para bidan untuk bisa membantu melaksanakan program
pemerintah terkait tentang PKDRT
b) Melakukan evaluasi setiap 1 bulan atau 3 bulan sekali mengenai kasus-kasus
KDRT yang ditemui dan apa-apa saja yang sudah dilakukan oleh tenaga
kesehatan khususnya bidan dan lintas sektor.
d.Sebagai Kader
a) Rajin mengikuti pertemuan-pertemuan tentang kekerasan dalam rumah tangga
yang diadakan oleh puskesmas dan lintas sektor lainnya.
b) Menambah wawasan tentang KDRT.

32

Anda mungkin juga menyukai