Anda di halaman 1dari 5

Masa Remaja

Masa remaja adalah tahapan perkembangan antara pubertas, usia dimana seseorang
memperoleh kemampuan untuk melakukan reproduksi seksual, dan masa dewasa. Dalam
beberapa kebudayaan,waktu antara pubertas dan masa dewasa hanya berlansung selama
beberapa bulan, anak perempuan atau anak laki-laki yang sudah matang secara seksual
diharapkan segera menikah dan melakukan tugas-tugas orang dewasa. Dalam masyarakat
Barat yang modern, remaja belum dianggap matang secara emosional untuk memiliki hak,
tanggung jawab dan peran sebagai orang dewasa.
Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batas umur nya tidak dirinci dengan jelas, tetapi secara kasar berkisar antara umur 12 sampai
akhir belasan tahun, ketika pertumbuhan jasmani hampir selesai. Dalam masa ini, remaja itu
berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas sebagai individu yang
terpisah dari keluarga, menghadapi tugas menentukan cara mencari mata pencaharian.
Beberapa generasi yang lalu, masa remaja yang kita kenal sekarang itu tidak ada.
Banyak remaja belasan tahun bekerja selama 14 jam sehari dan beralih dari tanggung jawab
masa kanak-kanak ke tanggung jawab orang dewasadalam masa transisi yang singkat.
Dengan adanya pengurangan akan kebutuhan pekerja yang tidak terlatih serta adanya
peningkatan waktu pendidikan yang diperlukan untuk memasuki suatu jabatan, jarak antara
kematangan jasmani dan status sebagai orang dewasa telah bertambah panjang. Tanda-tanda
kematangan seperti ketidak tergantungan keuangan dari orang tua dan penyelesaian
pendidikan sekolah dicapai pada usia-usia kemudian.
Para remaja belum diberi banyak hak istimewa orang dewasa sampai mereka
menginjak usia belasan lebih lanjut, disebagian besar negara bagian mereka tidak dapat
bekerja secara penuh, tidak dapat menandatangani dokumen resmi, minum-minuman
berakohol, menikah, atau memberi hak suara.
Suatu tahap transisi menuju ke status orang dewasamempunyai beberapa keuntungan.
Tahap transisi memberi remaaja suatu masa yang lebih panjang untuk mengembangkan
berbagai ketrampilan serta untuk mempersiapkan masa depan, tetapi masa itu cendrung
menimbulkan masa pertentangan (konflik) kebimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian. Sulit untuk merasakan sepenuhnya kemampuan memenuhi kebutuhan
sendirijika masih tinggal dirumah atau menerima bantuan keuangan dari orang tua.
Usia pubertas rata-rata sekarang adalah antara 12 tahun 8 bulan pada anak perempuan
kulit putih dan beberapa bulan lebih awal pada anak perempuan kulit hitam. Remaja yang
memiliki tahapan pubertas yang tidak sesuai dengan teman sebayanya dapat mengalami
perasaan terasing dan depresi, obsesi berlebih mengenai citra tubuh dapat menyebabkan
gangguan makan (Ricciardelli & McCabe, 2004).
Telah banyak studi yangmenyelidiki apakan ada perbedaan kepribadian antara anakanak yang cepat matang dengan anak-anak yang lambat matang nya. Anak laki-laki yang
terlambat matang nya menghadapi kesulitan utama dalam penyesuaian disebabkan oleh

penting nya kekuatan dan keunggulan fisik dalam kegiatan sesama teman. Selama mereka
lebih pendek dan kurang kuat dibandingkan dengan teman sekelas, mereka mungkin
kehilangan kesempatan berlatih keterampilan permainan dan mungkin tidak akan dapat
menyamai mereka yang cepat matang dan memegang tampuk pimpinan dalam setiap
kegiatan fisik. Studi yang pernah dilakukan menunjukan bahawa anak laki-laki yang lambat
dalam mencapai pubertas, cenderung menjadi kurang populer dibandingkan dengan teman
sekelas mereka dan memiliki konsep diri yang jelek, serta lebih banyak terlibat dalam
perilaku yang lebih tidak matang yaitu mencari perhatian. Mereka merasa ditolak dan
didominasi oleh teman sebayanya. Sebaliknya mereka yang cepat matang, cenderung
mempunyai kepercayaan diri dan mandiri. Beberapa perbedaan keperibadian antara yang
cepat dan yang lambat matang tetap ada masa dewasa, lama sesudah perbedaan fisik
menghilang (mussen dan jones, 1958).
Anak laki-laki yang matang lebih dini secara umum memiliki pandangan yang lebih
positif dibandingkan dengan anak laki-laki yang kematangan nya datang terlambat, dan
ukuran tubuh yang lebih besar dan kekuatan yang lebih pada tubuh membuat mereka
cendrung lebih unggul dibidang olah raga dan memunculkan kebanggaan diri sendiri sebagai
atlet yang baik. namun mereka juga cenderung mulai merokok, mengkonsumsi alkohol,
menggunakan narkitika, dan melanggar hukum dibandingkan dengan anak laki-laki yang
kematangan nya terlambat (Cotarobles, Neiss, & Rowe, 2002; Duncak dkk, 1985).
Beberapa anak perempuan yang matang dini memilikikebanggaan karena secara
seksual lebih populer namun itu sebagian disebabkan karena anak-anak lain dalam kelompok
pertemanan mereka menganggap mereka sebagai lebih matang secara seksual, mereka juga
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk untuk berkelahi dengan orang tua, putus
sekolah, memiliki citra diri negatif, dan dipenuhi kemarahan atau depresi. Menarche yang
lebih awal tidak selalu memunculkan masalah-masalah tersebut, namun cendrung
memperburuk masalah perilaku dan konflik keluarga yang telah ada sebelumnya pada remaja
perempuan. Anak perempuan yang memiliki pubertas terlambat sebaliknya pada awal nya
memiliki kesulitan, namun pada akhir masa remaja banyak yang lebih bahagia dengan
penampilan serta lebih populer dibandingkan teman sekelas mereka yang matang lebih awal
(Casbi & Moffit,1991; Stattin & Magnusson, 1990).
Perkembangan lain nya pada masa pra puberitas adalah munculnya perasaan-perasaan negatif
pada anak,anak mulai timbul untuk melepaskan diri dari orang tua,tidak mau tunduk segala
perintah Perasaan negati yang dialami antara lain adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ingin selalu menentang lingkungan.


Tidak tenang, dan gelisah.
Menarik diri dari masyarakat.
Kurang dan suka bekerja.
Kebutuhan untuk tidur semakin besar.
Pesimistis dan lain-lain.

Psikologi Remaja

Terkait harga diri, dua penelitian meta-analisis terhadap hampir 150 ribu remaja
menemukan tidak adanya penurunan self-esteem pada remaja laki-laki dan perempuan.
Walaupun remaja laki-laki rata-rata memiliki self-esteem yang lebih tinggi
dibandingkanremaja perempuan, perbedaan tersebut sesungguh nya sangat kecil (Klingdkk,
1999).
Penelitian terhadap sampel yang mewakili remaja menemukan bahwa hanya
sekelompok kecil remaja saja yang benar-benar bermasalah, diliputi kemarahan, atau tidak
bahagia.Kebanyakan remaja memiliki keluarga yang mendukungmereka, tujuan yang jelas,
kepercayaan diri teman-teman yang baik, dan ketrampilan untuk mengatasi masalah. Gejolak
ekstrem dan ketidak bahagiaan adalah pengecualian yang tidak selalu dialami oleh setiap
remaja. Pemberontakan remaja lebih merupakan persoalan sikap secara umum dan normanorma budaya alih-alih suatu sifat yang hakiki pada perkembangan remaja. Generasi baby
boomer (anak-anak yang dilahirkan pasca perang) memprotes otoritas orang tua mereka dan
bahkan menciptakan istilah jurang antar generasi (generation gap), meskipun demikian
kebanyakan remaja dan mahasiswa sekarang merasa dekat dengan orang tuanya, yang lazim
nya mereka liat sebagai teman alih-alih musuh (Howe & Stauss, 2003).
Meski demikian, ada tiga masalah yang cenderung muncul pada masa remaja
dibandingkan pada masa anak-anak atau dewasa: konflik dengan orang tua, suasana hati yang
berubah-ubah (mood swings) dan depresi, serta tingginya angka perilaku ceroboh,
pelanggaran hukum, dan tindakan beresiko (spear, 2000). Dalam budaya barat masalahmasalah ini merupakan sisi negatif dalam proses pendewasaan. Walaupun pertengkaran
dengan orang tua terasa menyakitkan, hal ini cenderung menandai peralihan dari kekuasaan
orang tua yang sepihak menjadi hubungan yang timbal balikantara dua orang dewasa.
Pelanggaran aturan sering kali terjadi karena remaja membangun standar dan nilai mereka
sendiri, sering kali dengan meniru gaya , tindakan, dan sikap dari teman sebaya, yang sangat
bertentangan dengan gaya atau sikap orang tua mereka. Teman sebaya memegang peranan
sangat penting karena mereka mewakili nilai dan gaya generasi yang termasuk dalam
kelompok remaja tersebut, yakni generasi dimana remaja akan berbagi pengalaman sebagai
orang dewasa nantinya (Bukowski, 2001; Harris, 1998: Hartup,1999).
Remaja yang kesepian, tertekan, cemas atau marah cenderung mengeksperesikan halhal ini dalam cara yang sesuai dengan karakteristik jenis kelaminnya. Anak laki-laki
cenderung mengungkapkan masalah emosional melalui tindakan agresif dan perilaku anti
sosial lain. Sebalik nya dibandingkan anak laki-laki anak perempuan cenderung
menginternalisasikan perasaan dan masalah, misal nya dengan menarik diri (withdrawal) atau
memunculkan gejala gangguan makan 9Zahn-waxler, 1996).
Remaja masa kini terlibat dalam kegiatan seksual pada usia yang lebih muda
dibanding dengan para orang tua mereka. Perubahan yang paling besar terjadi pada anak
perempuan, yang kini hampir menyamai anak laki-laki dalam hal mengalami hubungan sex
pada masa mereka masih berusia belasan tahun.
Mencari Identitas

Tugas penting yang dihadapi para remaja ialah mengembangkan persepsi identitas
diri (sense of individual identiti) untuk menemuka jawaban terhadap pertanyaan siapakah
saya? dan kemanakah saya akan pergi?. Mencari identitas diri mencakup hal memutuskan
apa yang penting dan patut dikerjakan serta mempormulasikan standar tindakan dalam
mengevaluasi perilaku dirinya dan juga perilaku orang lain. Hal ini juga mencakup harga diri
dan konpetensi diri.
Persepsi identitas para remaja berkembang secara perlahan-lahan melalui proses
identifikasi masa kanak-kanak. Nilai- dan standar moral anak-anak sebagian basar merupakan
nilai dan standar orang tua mereka; perasaan harga diri terutama berasal dari pandangan
orang tua terhadap mereka. Pada waktu para remaja beralih pada dunia sekolah menengah
yang lebih luas, nilai-nilai kelompok sebaya menjadi bertambah penting, seperti juga halnya
kata-kata pujian dari guru dan orang dewasa lainnya. Para remaja mencoba mengsistensiskan
(menggabungkan) nilai dan kata pujian tersebut dalam suatu gambaran yang konsisten (ajeg).
Sepanjang para orang tua, guru, dan teman-teman sebaya memproyeksikan nilai-nilai yang
konsisten, pencarian identitas menjadi lebih mudah.
Jika pandangan dan nilai orang tua sangat berbeda dengan nilai teman sebaya dan
tokoh penting lain, kemungkinan akan adanya konflik itu bensar dan remaja tersebut
mungkin mengalami apa yang disebut dengan kebingungan peran (rolecofusion) : remaja
mencoba peran yang satu bergantian dengan peran yang lain dan menghadapi kesulitan
mensistensikan berbagai peran yang berbeda menjadi satu identitas.
Dalam masyarakat yang sederhana di mana model identifikasi hanya sedikit dan peran
sosial terbatas, tugas pembentukan identitas relatif mudah. Dalam masyarakat yang sama
kompleksnya dan cepatnya berubah seperti masyarakat kita, ini merupakan tugas yang sulit
dan panjang bagi para remaja. Mereka dihadapkan pada sekelompok kemungkinan yang
mungkin hampir tak terbatas mengenai bagai mana cara perilaku dan apa yang harus
dikerjakan dalam hidup.
Satu cara pendekatan terhadap masalah identitas ialah dengan mencoba berbagai
peran dan cara berperilaku. Banyak ahli yang percaya bahwa masa remaja sebaiknya
merupakan masa bereksperimen peran pada waktu mana anak muda dapat bereksplorasi
dengan ideologi dan minat yang berbeda. Para ahli itu khawatir dengan adanya kompetisi
(persaingan) akademis dan tekanan karier yang merenggut kesempatan para remaja untuk
bereksplorasi. Akibatnya, sebagian remaja putus sekolah sementara waktu untuk
memikirkan apa yang mereka ingin perbuat dalam hidupnya dan untuk bereksperimen dengan
berbagai identitas. Gerakan pemuda, baik bersifat politik maupun agama, sering memberikan
tuntutansementara terhadap tuntutan terhadap pilihan gaya hidupnya; gerakan itu
memberikan kepada anak-anak itu suatu kelompok untuk mengidentifikasikan diri dan waktu
untuk memformulasikan perangkat yang lebih permanen.
Pencarian identitas dapat dipecahkan dengan berbagai cara. Beberapa anak muda,
setelah suatu kurun waktu bereksperimen dan pencarian jiwa, mengikatkan diri mereka pada
suatu tujuan hidup dan bertindak terus kearah itu. Bagi beberapa remaja krisis identitas
mungkin sama sekali tidak terjadi, mereka ini adalah remaja yang menerima nilai-nilai orang

tua tanpa pertanyaan dan mereka bertindak ke arah peran orang dewasa yang konsisten degan
pandangan orang tua mereka. Dalam suatu hal, identitas mereka tercermin sejak awal
penghidupan.
Tetapi ada anak-anak muda yang menganut identitas menyimpang yaitu identitas yang
bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. misalnya, seorang anak laki-laki
yang seumur hidupnya selalu ditekan untuk masuk fakultas hukum yang kemudian bergabung
dengan perusahaan keluarga, mungkin akan berontak dan memutuskan menjadi seorang
gelandangan. Beberapa remaja perkampungan kumuh, dari pada dalam menanggung
resiko gagal dalam usaha meningkatkan kondisi sosial mereka, mungkin menganut identitas
menyimpang dan merasa bangga tidak menjadi apa-apa.
Remaja lain mungkin melalui masa kebingungan identitas yang lebih panjang dan
menemui kesulitan menemukan diri mereka. Dalam beberapa hal, definisi identitas pada
ahirnya didapat setelah melalui berbagai uji-coba. Dalam hal lain, orang itu tidak pernah
memiliki kesadaran identitas pribadi yang kuat bahkan sebagai seorang dewasa. Mereka
adalah orang-orang yang tidak dapat mengembangkan keikatan (komitmen) ataupun loyalitas.
Identitas pribadi seseorang, sekali bentuk, tidak selalu statis. Orng dapat memperoleh
minat, ide, dan keterampilan baru selama masa dewasa mereka yang mungkin dapat
mengubah persepsi mereka mengenai diri mereka. Wanita yang sudah menikah misalnya,
sering menemukan persepsi identitas baru sewaktu kewajiban mereka untuk merawat anak
telah selesai dan mereka mempunyai minat baru untuk mengejar suatu karier.
Perkembangan tidak berahir dengan tercapainya kematangan fisik. Perkembangan
adalah proses yang berkesinambungan, mulai dari kelahiran berlanjut keusia dewasa sampai
pada usia tua. Perubahan badaniah terjadi sepanjang hidup, mempengaruhi sikap, proses
kognitif, dan perilaku individu. Jenis masalah yang harus diatasi juga berubah sepanjang
hidup.

Anda mungkin juga menyukai