Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi
untuk menjaga kelangsungan hidupnya sendiri. Memenuhi kebutuhan tersebut ,
manusia telah melakukan berbagai macam kegiatan di lingkungan hidupnya.
Kegiatan ini baik secara langsung maupun tidak langsung akan menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan pada lingkungan. Perubahan lingkungan hidup
yang dapat dilihat secara langsung antara lain perubahan areal lingkungan yang
diakibatkan kegiatan pembukaan lahan untuk areal perkebunan dan pertanian,
perubahan fungsi pertanian menjadi areal pemukiman, serta pembalakan liar
untuk membuka bidang areal baru.
Perubahan ini memberikan dampak yang cukup signifikan bagi
kelangsungan hidup ekosistem yang ada termasuk munculnya berbagai polusi
yang secara visual tidak terlihat. Ekosistem sendiri diartikan sebagai tatanan
unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas
lingkungan hidup. Ketika ekosistem ini terganggu, maka tentu saja
keseimbangan dari unsur-unsur lingkungan menjadi tidak seimbang lagi. Tanpa
disadari oleh manusia, pemenuhan kebutuhan melalui berbagai macam
kegiatan ini telah menimbulkan kerugian yang harus ditanggung bukan saja
oleh manusia namun oleh seluruh mahluk hidup yang bersentuhan langsung
dengan kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan, kegiatan pemenuhan kebutuhan
ini menyebabkan munculnya sisa-sisa hasil kegiatan yang tidak digunakan atau
dibuang oleh manusia dan memberikan dampak negatif bagi lingkungan, yaitu
limbah dan sampah.
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 10 April 2011,URL).
Banyak

sampah

organik

masih

mungkin

digunakan

kembali

atau

pendaurulangan (reusing), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan


atau material yang tidak dapat digunakan kembali.
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian
dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai
mengganggu kelangsungan hidup manusia dalam sebuah lingkungan. Dari
pengertian ini, dapat kita katakan bahwa sampah ialah sebagian dari sesuatu
yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan
industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk di
dalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk di
dalamnya).
Pencemaran lingkungan sendiri dapat diartikan sebagai sebuah kejadian
lingkungan yang tidak dikehendaki, dimana kejadian tersebut menimbulkan
gangguan atau kerusakan lingkungan bahkan dapat menimbulkan ancaman
kesehatan sampai kematian.
Hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat disebut pencemaran,
misalnya udara berbau tidak sedap, air berwarna keruh, tanah ditimbuni
sampah. Hal tersebut dapat berkembang dari sekedar tidak diinginkan menjadi
gangguan. Udara yang tercemar baik oleh debu, gas maupun unsur kimia
lainnya dapat menimbulkan penyakit pada saluran pernafasan, mata menjadi
pedas atau merah dan berair. Bila zat pencemar tersebut mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3), kemungkinan dapat berakibat fatal. Terkait
dengan hal ini, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tidak dikenal istilah sampah, namun
digunakan istilah Limbah sebagaimana tercantum dalam pada Pasal 1 angka 20
dikatakan bahwa Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan.
Banyak sekali permasalahan yang terjadi seputar pengelolaan limbah
khususnya limbah hasil kegiatan industri yang mengandung unsur bahan
berbahaya dan beracun (B3). Kasus-kasus yang cukup menonjol mengenai
pengelolaan limbah B3 ini diantaranya adalah kasus import limbah atau

sampah oleh PT. Kertas Internasional pada 2005, kasus impor limbah B3 di
Pulau Galang Baru pada tahun 2008 dan kasus impor limbah di Batam yang
dilakukan oleh PT. Jase Octavia Mandiri (JOM) pada tahun 2009.
Kasus-kasus tersebut merupakan sebagian kecil contoh kasus pelanggaran
mengenai lingkungan hidup dari aspek pencemaran limbah B3. Bahan
berbahaya dan beracun menjadi sebuah ancaman bagi kelestarian lingkungan
yang memerlukan keseimbangan dalam lingkaran rantai ekosistem.
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya
termasuk kategori atau dengan sifat limbah B3. Kegiatan industri disamping
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan
limbah sebagai pencemar lingkungan perairan, tanah dan udara. Limbah cair,
yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk
berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan
mencemari tanah dan sumber air tanah. Limbah gas yang dibuang ke udara
pada umumnya mengandung senyawa kimia berupa SOx, NOx, CO dan gas-gas
lain yang tidak diinginkan. Adanya SO 2 dan NOx di udara dapat menyebabkan
terjadinya hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak
bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah
limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kima pada umumnya
mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat
akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Permasalahan limbah B3 inilah yang melatarbelakangi penulis untuk
melakukan kajian mengenai limbah B3 sebagai salah satu unsur perusak
keseimbangan lingkungan hidup. Limbah B3 secara nyata telah menciptakan
dampak negatif bagi lingkungan hidup serta kelangsungan hidup dari semua
mahluk hidup yang ada. Dapat kita bayangkan berapa limbah hasil industri
yang dikeluarkan atau dibuang setiap harinya ke lingkungan baik di darat, air
maupun udara dan berapa jumlah limbah B3 yang terkandung di dalam limbah
buangan industri tersebut. Kondisi ini lebih diperparah dengan banyaknya
kegiatan impor limbah dari luar negeri yang pada kenyataanya banyak sekali

mengandung B3. Limbah-limbah tersebut tentu saja akan merusak lingkungan


hidup tempat kita dan generasi penerus kita akan hidup dan bertempat tinggal.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu:
1. Apakah definisi dari limbah padat?
2. Apakah yang dimaksud dengan limbah beracun?
3. Bagaimana cara mengelolah limbah padat dan beracun?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Limbah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan,
lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat
berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis
limbah padat: kertas, kayu, kain, karet atau kulit tiruan, plastik, metal, gelas
atau kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll. Sumber-sumber dari limbah padat
sendiri meliputi seperti pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, limbah
nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging. Secara garis besar limbah padat
terdiri dari :
1. Limbah padat yang mudah terbakar
2. Limbah padat yang sukar terbakar
3. Limbah padat yang mudah membusuk
4. Limbah yang dapat di daur ulang
5. Limbah radioaktif
6. Bongkaran bangunan
7. Lumpur
Dampak Pencemaran Limbah Padat
Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak
adapengolahan yang baik dan benar, dengan adanya limbah padat didalam
linkungan hidup maka dapat menimbulkan pencemaran seperti :
1. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H 2S), amoniak (NH3), methan
(CH4), CO2 dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun
dan membusuk dikarena adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan
kemarau, terjadi proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur
dalam suasana aerob/anaerob.

2. Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang


ditumpuk,akan terjadi reaksi kimia seperti gas H 2S, NH3 dan methane yang
jika melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) akan merugikan manusia. Gas
H2S 50 ppm dapat mengakibatkan mabuk dan pusing.
3. Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang
dalam perairan atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapat
menyebabkan air menjadi keruh dan rasa dari air pun berubah.
4. Kerusakan permukaan tanah. Dari sebagian dampak-dampak limbah padat
diatas, ada beberapa dampak limbah yang lainnya yang ditinjau dari aspek
yang berbeda secara umum.
B. Pengolahan Limbah Padat
Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
tentunya dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi
lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah padat
dapat dibagi menjadi empat konsep, yang biasa disebut dengan 4R yaitu:
1. Reduce
Mengurangi penggunaan produk yang akan menghasilkan sampah.
2. Reuse
Menggunakan ulang, menjual atau menyumbangkan barang-barang yang
masih dapat dimanfaatkan.
3. Recycle
Memodifikasi benda yang tadinya tidak bermanfaat, menjadi bermanfaat.
4. Recovery
Mengupayakan pengambilan kembali atau pemanfaatan material yang masih
dapat dimanfaatkan.
Pengolahan limbah padat tanpa pengolahan dan pengolahan limbah
padat dengan pengolahan. Limbah padat tanpa pengolahan: Limbah padat yang
tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya dapat langsung
dibuang ke tempat tertentu sebagai TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Limbah
padat dengan pengolahan. Limbah padat yang mengandung unsur kimia

beracun dan berbahaya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke


tempat-tempat tertentu. Pengolahan limbah juga dapat dilakukan dengan caracara yang sedehana lainnya misalnya, dengan cara mendaur ulang, Dijual
kepasar loakatau tukang rongsokan yang biasa lewat di depan rumah rumah.
Cara ini bisa menjadikan limbah atau sampah yang semula bukan apa-apa
sehingga bisa menjadi barang yang ekonomis dan bisa menghasilkan uang.
Dapat juga dijual kepada tetangga kita yang menjadi tukang loak ataupun
pemulung. Barang-barang yang dapat dijual antara lain kertas-kertas bekas,
koran bekas, majalah bekas, botol bekas, ban bekas, radio tua, TV tua dan
sepeda yang usang.
Dapat juga dengan cara pembakaran. Cara ini adalah cara yang paling
mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa
dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas
dengan menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Kelebihan cara
membakar ini adalah mudah dan tidak membutuhkan usaha keras,
membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil dan dapat digunakan
sebagai sumber energi baik untuk pembangkit uap air panas, listrik dan
pencairan logam.
Proses Pengolahan Limbah Padat
Proses pengolahan limbah padat terdapat empat proses yaitu pemisahan,
penyusunan ukuran, pengomposan, dan pembuangan limbah.
1. Pemisahan
Karena limbah padat terdiri dari ukuran yang berbedan dan kandungan
bahan yang berbeda juga maka harus dipisahkan terlebih dahulu, supaya
peralatan pengolahan menjadi awet.
2. Penyusunan Ukuran
Penyusunan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil
agar pengolahannya menjadi mudah.

3. Pengomposan
Pengomposan dilakukan terhadap buangan atau limbah yang mudah
membusuk, sampah kota, buangan atau kotoran hewan ataupun juga pada
lumpur pabrik. Supaya hasil pengomposan baik, limbah padat harus
dipisahkan dan disamakan ukurannya atau volumenya.
4. Pembuangan Limbah
Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah yang
dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pembuangan Di Laut
Pembuangan limbah padat di laut, tidak boleh dilakukan pada sembarang
tempat dan perlu diketahui bahwa tidak semua limbah padat dapat
dibuang ke laut.
b. Pembuangan Di Darat Atau Tanah
Untuk pembuangan di darat perlu dilakukan pemilihan lokasi yang harus
dipertimbangkan.
C. Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Limbah bahan beracun dan berbahaya adalah limbah mempunyai karakter fisik,
kimiawi ataupun biologis sedemikian rupa sehingga memerlukan penanganan
dan prosedur pembuangan khusus untuk menghindari resiko terhadap
kesehatan manusia dan atau efek-efek lain yang merugikan bagi lingkungan
hidup.Limbah berbahaya atau limbah B3 dapat menyebabkan sebagai berikut:
1.

Bahaya akut jangka pendek, sperti: toksisias akut tertelan, terhisap melalui
pernapasan, atau terabsorpsi melalui kulit, karosivitas atau bahanya lainnya
terhadap kulit ata mata atau resiko kebakaran atau ledekan.

2.

Berbahaya jangka panjang terhadap lingkungan (long term environmental


hazards).

Meliputi

toksisitas

kronis

akibat

paparan

berulang,

karsinogenesitas (dalam beberapa hal bis aterjadi akibat paparan akut tetapi
mempunyai periode laten yang panjang untuk sampai terjadi efek), tahan
resisten, mempunyai potensi mencemari air bawah tanah atau air perbukaan,
atau secara estetik tidak dikehendaki misalnya karena bau yang tidak sedap.

Karakteristik Limbah B3 yaitu :


1. Mudah meledak
Yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan, panas atau
mekanismelain, misalnya dinamit.
2. Mudah terbakar
Yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala dengan mudah dan
terbakarsecara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala, misalnya: jenis
pelarut ethanol,gas hidrogen, methane.
3. Bersifat reaktif
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil, dapat menyebabkan
perubahantanpa peledakan. Misalnya sianida, sulfida atau amonia.
4. Beracun
Yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggukesehatan, seperti hidrogen sianida.
5. Menyebabkan infeksi
Yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia
yangterkena infeksi. Misalnya hepatitis dan kolera.
6. Bersifat Korosif
Bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit bila
berkontak dengannya.
D. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi,

penyimpanan,

pengumpulan,

pengangkutan,

pemanfaatan,

pengelolaan dan penimbunan limbah B3. Berikut adalah pengertian masingmasing kegiatan dalam pengelolaan limbah B3 :
1. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi
jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum
dihasilkan dari suatu kegiatan. Penyimpanan adalah kegiatan penyimpanan
limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil atau pengumpul atau pemanfaat
atau pengolah atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan

10

sematara.
2. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3.
3. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari
penghasil atau dari pengumpul atau dari pemanfaat atau dari pengolah ke
pengumpul atau ke pemanfaat atau ke pengolah atau ke penimbun limbah
B3.
4. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery)
atau penggunaan kembali (reuse) atau daur ulang (recycle) yang bertujuan
untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan
dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
5. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan
komposisi limbah B3 untuk menghilangkan atau mengurangi sifat bahaya
atau sifat racun.
Limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Primary sludge
yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan
banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah
menguap.
2. Chemical sludge
Yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
3.

Excess activated sludge


Yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif
sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut.

4.

Digested sludge
Yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic
maupun anaerobic di mana padata atau lumpur yang dihasilkan cukup stabil
dan banyak mengandung padatan organik.

11

Pengelolaan dan pengolahan limbah B3


Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan,
pemanfatan, pengolahan dan penimbunan. Setiap kegiatan pengelolaan limbah
B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH.
Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan
pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda
setempat. Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian

Dampak

Lingkungan

(Bapedal)

Nomor

Kep-

03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995 tentang Persyaratan


Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, pengolahan limbah
B3 harus memenuhi persyaratan yaitu:
1. Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di
luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area
penghasil harus:
a. Daerah bebas banjir;
b. Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;
2. Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:
a. Daerah bebas banjir;
Jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan
lainnya;
b. Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum
minimum 300 m.
c. Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;
d. Jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung)
minimum 300 m.
3. Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:
a. Sistem kemanan fasilitas;
b. Sistem pencegahan terhadap kebakaran;

12

c. Sistem pencegahan terhadap kebakaran;


d. Sistem penanggulangan keadaan darurat;
e. Sistem pengujian peralatan;
f. Pelatihan karyawan.
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang
tak terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang
ditangani adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar
terhadap lingkungan.
1. Penanganan limbah B3 sebelum diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan
guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut.
Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan
metode yang tepat guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan
karakteristik dan kandungan limbah.
2. Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan
kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan
dengan proses sebagai berikut:
a. Proses

secara

kimia,

meliputi:

redoks,

elektrolisa,

netralisasi,

pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.


b. Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan
penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi,
dialisa, osmosis balik.
c. Proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi
racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut,
penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat
penimbunan akhir.
d. Proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus
mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin
dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran

13

tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa:
1. Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau
sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga,
tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang
berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau
sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh
kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak
berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit
padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan
sampah ini menjadi benda ekonomis.
2. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur
atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat
berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestic pada
umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan
perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat
umum.
3. Limbah beracun dan berbahaya adalah limbah mempunyai karakter fisik,
kimiawi, ataupun biologis sedemikian rupa sehingga memerlukan
penanganan dan prosedur pembuangan khusus untuk menghindari resiko
terhadap kesehatan manusia dan atau efek-efek lain yang merugikan bagi
lingkungan hidup.
B. Saran
Bagi semua masyarakat pengelolahan limbah sejak dini merupakan tindakan
yang baik untuk masa depan. Marilah kita bersama-sama wujudkan

15

lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga tidak mudah di serang penyakit
dan juga menjadikan bumi kita tdak rusak karena tertimbun limbah.

Anda mungkin juga menyukai