Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang memiliki filosofi hidup yang berbeda-beda. Filosofi
sendiri sebenarnya diambil dari Bahasa Belanda dan Bahasa Indonesia yang
dikenal dengan istilah filsafat. Filosofi dalam arti sempit merupakan pola
berfikir manusia, prinsip hidup, ataupun cara berfikir manusia yang timbul
karena peristiwa atau fenomena-fenomena kehidupan yang telah mereka alami
(Gedethio, 2013).
Jawaban atas fenomena-fenomena kehidupan yang dialami berupa
kajian ulang apakah ada yang salah atau mengapa bisa begitu. Dan jangan malu
bertanya kepada orang lain yang lebih pengalaman. Jika perilaku yang
menyimpang dapat disimpulkan bahwa mereka punya filosofi yang salah,
namun jika mereka masih pada kaidah-kaidah umum dalam berperilaku berarti
mereka punya filosofi yang cukup baik. Dengan kata lain bahwa tergantung
dari pola pikir setiap manusia (Gedethio, 2013).
Namun setiap manusia pastinya tidak punya pola pikir yang sama. Bagi
sebagian orang, filosofi digunakan sebagai panutan hidup ataupun prinsip,
namun ada juga sebagian manusia yang mengabaikannya dan menjalani hidup
layaknya air mengalir sehingga tidak ada target maupun tujuan hidup. Adapula
manusia yang terlalu kuat sehingga membuat ia semakin keras dan makin
keras. Oleh karena itu, melalui makalah ini pemakalah ingin menyampaikan
sebuah filosofi hidup yang sangat menginspirasi dengan judul Seorang Anak
Yatim dalam Melawan Takdirnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu
bagaimana Seorang Anak Yatim dalam Melawan Takdirnya?

BAB II
PEMBAHASAN
1

A. Sejarah Filosofi
Sejarah dalam kerangka filosofis adalah sejarah dalam pengertian
filsafat sejarah. Filsafat sejarah mengandung dua spesialisasi. Pertama, sejarah
yang berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang mengurus dan
menguasai suatu kejadian dan seluruh jalannya sejarah. kedua, sejarah yang
bertujuan untuk menguji dan menghargai metode ilmu sejarah dan kepastian
dari kesimpulan-kesimpulannya.
Awal perkembangan filsafat, filsafat meliputi seluruh jenis ilmu
pengetahuan. Pada masa ini pengetahuan belum terpecah-pecah dan
terspesialisasi. Namun pada masa Renaissannce abad ke-17 dan sesudahnya,
ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang luar biasa sehingga
memisahkan diri dari filsafat. Setelah filsafat pecah menjadi berbagai disiplin
ilmu, aktivitas filsafat tidak mati, tetap hidup dengan corak baru sebagai ilmu
istimewa yang mencoba memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh
jangkauan ilmu (Maharani, 2013).
Menurut Al Khudairi, filsafat sejarah adalah tinjauan terhadap
peristiwa-peristiwa historis secara filosofis untuk mengetahui faktor-faktor
essensial yang mengendalikan perjalanan peristiwa-peristiwa istoris itu, untuk
kemudian mengikhtisarkan hukum-hukum umum yang tetap, yang
mengarahkan perkembangan berbagai bangsa dan negara dalam berbagai masa
dan generasi. Sementara itu, F. Laurent mengatakan bahwa sejarah tidak
mungkin hanya merupakan seperangkat rangkaian peristiwa yang tanpa tujuan
atau makna. Dimana sejarah tunduk sepenuhnya pada kehendak Tuhan seperti
peristiwa alam yang tunduk pada hukum-hukum yang mengendalikannya
(Maharani, 2013).

B. Filosofi Hidup Seorang Anak Yatim dalam Melawan Takdirnya


Takdir atau Qadr (ukuran dan takdir) ketetapan Allah yang bersifat
umum. Yaitu suatu teori (konsep) ukuran dari suatu kejadian setelah (yang
nantinya akan) terjadi. Misalnya; Pandangan umum seorang jatuh dari
ketinggian akan mati tapi bisa jadi tidak, sifatnya individual karena sebabsebab terjadinya sesuatu bisa beda satu dengan yang lainnya. Dalam Bahasa
2

Arab, kata qadha dan qadar dipakai untuk makna yang berbeda. Kata
qadha diartikan dalam bahasa Inggris dengan kata fate (maknanya mungkin
serupa dengan nasib atau hasil akhir, atau outcome), sedangkan kata qadar
atau qadr dipakai untuk destiny (dan kita menyebutnya takdir). Dalam
bahasa Inggris keduanya,fate dan destiny, sama saja artinya, karena bahasa
Inggris tidak sekaya bahasa Al-Quran, sehingga tidak bisa membedakan
keduanya (Syafiqb, 2013).
Secara literal, kata qadha berarti mengambil keputusan (to decide; to
settle; to judge), seperti seorang hakim memutuskan perkara. Maka dalam
bahasa Arab, kata qadhi (hakim atau judge) disebut demikian karena ia
memutuskan perkara di pengadilan. Dalam Al Quran kata ini banyak dipakai
untuk merujuk baik kepada manusia mau pun kepada Allah. Kata ini dipakai
dalam nuansa memberikan keputusan akhir dan mengambil
tindakan decisive (in the sense of giving a final verdict and taking a decisive
action). Sedangkan kata qadr berarti mengukur, mengakses, dan untuk
menetapkan (sesuatu). Ia juga sering dipakai dalam Al Quran (Syafiqb, 2013).
Melawan takdir merupakan otobiografi motivasi dosen di Universitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Beliau adalah Prof. Hamdan Juhannis.
Prof. Hamdan Juhannis adalah seorang Profesor termuda. Dia enerjik, bugis
humoris dan pandai beretorika. Mungkin ini warisan dari Almarhum Ayahnya
yang berprofesi sebagai penjual obat keliling. Beliau menceritakan perjalanan
hidupnya sebagai seorang anak yatim miskin dari pedalaman Bone Sulawesi
Selatan sampai mendapat gelar Ph.D di Australian National University (ANU),
Canberra. ANU adalah universitas yang paling bergengsi di negeri kangguru
(Ulma, 2014).
Sebuah perjalanan hidup yang tidak mudah bagi seorang anak yatim di
pedalaman Bone. Jangankan bercita-cita menjadi profesor, untuk sekolah
Tsanawiyah pun tidak mudah dilakoninya. Ibunya seorang single parent yang
harus berjuang menghidupi empat anaknya. Ayah Hamdan yang sangat
menguasai panggung pelataran jalan sebagai seorang penjual obat keliling
meninggal dunia disaat Hamdan dan ketiga saudaranya masih kecil. Seorang
penenun kain sarung sutra itulah profesi yang dilakoni ibunya untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Impiannya tidak muluk-muluk, dia hanya ingin anaknya


sekolah mengaji yang nantinya bisa jadi guru ngaji seperti ustaz Fathurrahman.
"Meskipun ibuku buta huruf latin dan sama sekali tidak punya pendidikan
formal, ia sangat sadar akan pendidikan anak-anaknya....." Sepertinya dia
sangat yakin bahwa pendidikanlah yang bisa memotong garis kemiskinan yang
selama ini menghimpit hidup mereka. Satu semangat yang dimiliki Hamdan
diwaktu kecil "Aku harus sekolah" dan dia bersekolah sambil menjual roti
Pawa buatan neneknya. Semangat itulah yang terus ia jaga sampai akhirnya
dia mendapat predikat murid teladan dan naik ke podium (Ulma, 2014).
Pengamalaman yang sangat berharga bagi seorang hamdan, karena dia
disorot oleh sebuah kamera yang bertuliskan TVRI Ujung Pandang. Dalam
hatinya dia seolah berteriak "Aku Masuk TV" dan kalimat itu diulang-ulang
pada setiap orang kampung yang dijumpainya. "....Pikirlah apa yang terbaik
bagimu, karena dimanapun kamu kuliah, aku tetap pasti tidak bisa memenuhi
tuntutan biaya pendidikanmu dengan pekerjaanku sebagai penenun sarung".
Inilah kalimat yang terucap dari ibunya disaat Hamdan tengah beranjak remaja
yang mengutarakan keinginannya untuk kuliah. Ada realita kehidupan yang
diungkapkan oleh ibunya, tapi tidak mematikan semangat Hamdan untuk
melanjutkan sekolahnya. Dia bertekat melanjutkan kuliah sambil menjadi
buruh bangunan. Sebuah pekerjaan yang tidak mudah untuk dilakukan karena
menjadi buruh bangunan sangat menguras tenaga. Tapi itu harus dilakukannya
untuk menutupi biaya kuliah dan hidup selama di kota (Ulma, 2014).
Namun semua itu tidak menghalangi dia mendapatkan IP 4.0 dan nilai
107 dari 100 untuk kuliah Morphology (ilmu tentang pembentukan kata) dan
sarjana terbaikpun disandangnya. Predikat sarjana terbaik ini yang
mengantarkan Hamdan menjadi Dosen di IAIN Aludin Ujung Pandang. Tak
lama berselang Hamdam melanjutkan masternya di McGill university Canada
dan Ph.D di ANU Canberra. Sampai akhirnya dia mendapat gelar Profesor
pada usia kurang dari 40 tahun. Maka beranilah bermimpi lebih dari ayah,
karena masa depanmu ada dalam ruang-ruang mimpimu hari ini (Pesan Prof.
Hamdan untuk Alena putri kecilnya) (Ulma, 2014).

Dia mengatakan pada kutipan "Sejak aku kecil dan hidup dalam
keadaan miskin, aku setiap saat mendapatkan usapan kepala dari kerabat
dengan buaian kata "Bersabarlah karena kamu ditakdirkan seperti itu!"
Hamdan Juhannis mengutarakan bahwa perjalanan hidupnya masih panjang. Ia
masih punya banyak waktu untuk menapaki nasibnya dan mengubahnya
menjadi lebih baik. Ia masih bisa berpindah dari takdir yang satu ke takdir yang
lainnya. Cara menyikapi takdir seperti inilah yang menurutnya harus dilawan.
"Aku melawan Takdir sperti itu karena menghambat perubahan dan kemajuan
yang akan melahirkan jiwa pecundang bukan pemenang". Yang beliau
maksudkan pada kutipan tersebut adalah adanya kesalahpahaman, kekeliruan,
atau salahkaprah kebanyakan orang dalam menyikapi takdir. Banyak diantara
mereka yang telah lebih dahulu menentukan takdirnya sejak awal. Hal itu yang
menyebabkan kebanyakan orang berputus asa. Dalam artian banyak
pecundang yang lebih senang menunggu nasibnya berubah tanpa harus
mengubah sendiri nasibnya selayaknya pemenang. Beliau hanya mencoba
melawan takdir yang dibuat oleh orang-orang di sekitarnya (Ulma, 2014).
Hal ini mengajak kita untuk melawan takdir. Bermimpi, berusaha dan
berdoa dengan takdirNya karena Tuhan pasti memberikan yang terbaik buat
hambaNya. "Itulah takdir, menerima ketentuan Tuhan bukan dari apa yang
diinginkan, tetapi Tuhan memberikan dari apa yang dibutuhkan oleh
HambaNya."
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian kisah filosofi hidup di atas, dapat ditarik sebuah simpulan
bahwa bermimpi, berusaha dan berdoa dengan takdirNya karena Tuhan pasti
memberikan yang terbaik buat hambaNya. "Itulah takdir, menerima ketentuan
Tuhan bukan dari apa yang diinginkan, tetapi Tuhan memberikan dari apa yang
dibutuhkan oleh HambaNya".
B. Saran
Bagi penulis dan pembaca agar dapat menambah wawasan baru dan semangat
baru setelah membaca makalah ini.

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN


SEORANG ANAK YATIM DALAM MELAWAN TAKDIRNYA

OLEH:
Rahmayani

1414442002
Pendidikan Biologi ICP B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2015

Anda mungkin juga menyukai