Anda di halaman 1dari 18

Wacana Kesetaraan Gender Dalam Kajian Tafsir Lisan Ust.

Abdul Somat, Lc.M.A. : Analisis Wacana Kritis Antonio Gramsci

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Proposal Penelitian Mata Kuliah Metodologi


Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir

Dosen Pengampu : Bapak Dr. Uun Yusufa, M.A.

Disusun Oleh Kelompok 6 :

1. Andi Ahmad Ubaidillah : U20191004


2. Dian Andriani : U20191014
3. Isabela : U20191011
4. Intan Ayu Mawarni Perdana Putri : U20191013
5. Maulidatul Maghfiroh : U20191042
6. Nanda Alifia Hikmah : U20191023

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KYAI HAJI ACHMAD SIDDIQ
(UIN KHAS) JEMBER
NOVEMBER 2021
A. Judul : Wacana Kesetaraan Gender Dalam Kajian Tafsir Lisan Ust.
Abdul Somat, Lc.M.A. : Analisis Wacana Kritis Antonio Gramsci
B. Latar Belakang
Kesetaraan gender kata lain yang biasa disebut dengan keadilan gender
yaitu pandangan semua orang bahwa mereka harus menerima perlakuan yang
setara atau tidak membedakan dan tidak mendiskriminasi berdasarkan
identitas gender mereka yang sifatnya kodrat. Kesetaraan antar gender ini
sangat penting, oleh sebab itu kesetaraan gender memiliki nilai tersendiri
dalam persoalan pokok suatu tujuan pembangunan. Dengan itu persoalan
kesetaraan antar gender bisa memperkuat negara untuk berkembang dengan
kemampuannya. Dalam masyarakat, kesetaraan antar gender ini perlu
ditegakkan agar tidak ada terjadinya ketimpangan sosial dan mencegah
perilaku tidak adil.

Menurut Antonio Gramsci dalam membangun suatu teori yang


menekankan pada penerimaan kelompok yang bagaiamana di dominasi oleh
kehadiran kelompok yang berdominan langsung dalam prosesnya dengan
damai tanpa adanya tindakan kekerasan. Dalam media menurut Antonio
Gramsci dapat menjadikan sarana satu kelompok dalam mengukuhkan
posisinya dan bagaimana kelompok itu merendahkan kelompok lain. Konsep
Antonio Gramsci ini yang menerangkan tentang hegemoni yaitu dimana
kekuatan dan dominasi kapasitasnya tidak hanya melalui lewat dimensi
materialnya dan dari saran ekonomi dan relasi produksi, tetapi juga lewat
kekuatan dan hegemoni.1

Disini kami akan membahas analisis kesetaraan gender dalam teori


Antonio Gramsci, yang mana pembahasan ini dalam kajian tafsir lisan Ustadz
Abdul Somat, Lc. Ma.

1
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT. LkiS Printing
Cemerlang, 2001), Hal. 103
C. Rumusan Masalah/Fokus kajian
1. Bagaimana konsep kesetaraan gender dalam channel youtube ustadz
Abdul Somat, Lc. Ma.?
2. Bagaimana konsep kesetaraan gender dalam analisa teori hegemoni Antoni
Gramsci?
D. Tujuan penelitian
1. Mendeskripsikan konsep kesetaraan gender dalam kajian tafsir Ustadz
Abdul Somat, Lc. Ma.
2. Menjelaskan konsep kesetaraan gender dalam analisa teori hegemoni
Antonia Gramsci
E. Manfaat penelitian
1. Teroristik
Secara teroristik penelitian ini menambah pengetahuan tentang
kesetaraan gender kajian tafsir lisan Ustadz Abdul Somat, Lc. Ma dalam
analisa AWK Antonio Gramsci.
2. Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini menambah wawasan bagi penyusun proposal dan
dapat menambah bekal pendidikan ke jenjang selanjutnya.
b. Bagi instansi
Hasil penelitian ini dapat digunakan mahasiswa sebagai kontribusi
dalam menanamkan minat, motivasi dan sikap mahasiswa dalam
meningkatkan belajar.
c. Bagi masyarakat
Penyusun ini berharap dapat menjadi bahan refrensi bagi
masyarakat, terutama dalam kajian tafsir Ustadz Abdul Somat, Lc. Ma.

F. Definisi Istilah
1. Pengertian Gender
Kata gender secara etimologis dalam Bahasa Indonesia berasal dari
Bahasa Inggris yang artinya jenis kelamin dan memiliki arti yang sama
dengan "seks". Herien Puspita Wati, 2012 mengatakan, bahwa kata
"gender" bisa diartikan sebagai suatu hasil bentuk sosial budaya yang
tertanam dalam proses bersosialisasi dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Gender disi terbagi menjadi 3, yakni peran produktif, peran
reproduktif, peran sosial kemasyarakatan. Gender merujuk pada perbedaan
peran antara laki-laki dan perempuan yang berasal dari kesepakatan
budaya yang sudah ada. Sedangkan seks yaitu perbedaan biologis yang
tidak dapat ditukar dan bersifat kodrat.2
Dalam kesetaraan antar gender sendiri itu merujuk pada suatu
keadaan yang dimana ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan
dalam pemenuhan hak dan kewajiban. Kesetaraan disini misalnya laki-laki
dan perempuan merupakan sama-sama ciptaan Tuhan. Kemudian laki-laki
dan perempuan sama-sama bisa belajar sampai jenjang perguruan tinggi.
Lalu laki-laki dan perempuan juga sama-sama bisa bekerja dan masih
banyak hal sosial lainnya yang dapat dilakukan baik laki-laki maupun
perempuan.3
2. Tafsir Lisan
Tafsir lisan merupakan penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dalam
bentuk ucapan, lisan (oral). Tafsir lisan dapat ditemukan pada khutbah
Jum'at, Ceramah, kajian/pengajian tafsir, dan kultum. Sebenarnya
fenomena tafsir lisan disini telah terjadi sejak zaman Nabi Muhammad
SAW, tafsir lisan ini merupakan titik awal Nabi Muhammad dalam
menafsirkan Al-Qur’an, yang kemudian direkam oleh sahabat-sahabat
yang pada saat ini telah kita ketahui dalam kitab-kitab Hadis. Pada era
modern saat ini data-data tafsir lisan dapat kita temui secara gampang,
misalnya dalam bentuk ceramah yang kemudian disimpan dalam bentuk
rekaman kaset, video, podcast, youtube, dan lainnya.4
2
IAIN Pekalongan, UKM SIGMA, Gender Dan Islam (Kumpulan Artikel UKM SIGMA IAIN
Pekalongan) 2020, Hal. 17.
3
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Diambil dari
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1439/mencapai-kesetaraan-gender-dan-
memberdayakan-kaum-perempuan.
4
Muhammad Alwi Hs, Verbalisasi Al-Qur'an: Metode Tafsir Kontekstual Berbasis Kelisanan Al-
Qur'an (Studi QS Al-Baqarah: 256 Tentang pemaksaan Agama. Subtantia Jurnal Ilmu-ilmu
3. Analisis Wacana Antonio Gramsci
Antonio Gramsci adalah seorang sosialis yang mempunyai
keinginan besar untuk masyarakat kelas bawah yang nantinya tidak lagi
dieksploitasi dan didominasi kaum Borjuis. Didalam pemikiran beliau
secara umum, bertumpu pada pertanyaan bagaimana cara melahirkan
masyarakat yang sosialis yang bebas dari dominasi dan eksploitasi. Dari
pertanyaan-pertanyaan teoritis inilah yang dapat melahirkan Teori
Hegemoni.
Teori Hegemoni dapat dikatakan sebagai kritik terhadap konsep
pemikiran yang mereduksi dan menganggap makna dari isi suatu
entitasnya yang memiliki kebenaran secara mutlak, utama dalam
reduksionisme dan esensialisme yang melekat pada pemikiran-pemikiran
yang menganut Marxisme dan Non Marxisme.
Titik awal dari konsep Antonio Gramsci tentang bagaimana teori
hegemoni itu sendiri, beliau melihat adanya suatu kelas dimana
anggotanya menjalankan suatu kekuasaan terhadap kelas-kelas di
bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi untuk menindas kelas
dibawahnya. Hegemoni bisa dikatakan sebagai hubungan persetujuan yang
menggunakan kepemimpinan baik dari segi politik dan ideologis. Dengan
demikian, perbedaan makna aslinya dengan Bahasa Yunani, hegemoni
berarti penguasaan satu bangsa atas bangsa lainnya. Adapun hegemoni
dalam pengertian Antonio Gramsci adalah suatu organisasi konsensus
yang ketertundukannya diperoleh melalui penguasaan ideologi dari kelas
atas yang menghegemoni.5

G. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian terdahulu ini dapat mencantumkan beberapa hasil
penelitian terdahulu yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang
hendak dilakukan oleh peneliti. Dengan melakukan penelitian terdahulu, maka
dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan perbedaan penelitian yang
Ushuluddin, Volume 22 No 2 (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2020)
5
Endah Siswanti, Anatomi Teori Hegemoni Antonio Gramsci. Jurnal Translitera , Edisi 5, (Blitar:
Universitas Islam Blitar, 2017)
akan dilakukan oleh peneliti. Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian ini adalah:

1. Artikel pada e-journal oleh Yudha Wirawanda, dkk yang diterbitkan oleh
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul “Bias Gender dalam
Berita Kasus Vanessa Angel (Analisis Wacana Kritis Sara Mills dalam
detik.com)”. Dalam artikel tersebut Media detik.com memberitakan kasus
Vanessa Angel dalam beberapa aspek yang masih masuk dalam wacana
patriarki. Beberapa berita yang dipaparkan, dimana wanita menjadi sosok
yang kurang beruntung dan selalu dipojokkan. Pemosisian pembaca pada
berita ini telah memperkuat wacana yang muncul dari setiap pemaknaan
kata dan kalimat. Kekuatan wacana yang dibangun tersebut dapat
menempatkan posisi wanita sebagai objek tatapan laki-laki dalam wacana
publik. Objektifikasi yang telah dilakukan media dalam teks berita itu
mendorong subjek semakin termajinalkan. Sehingga ketika karakter
wanita dijadikan sebagai subjek, maka disitu wanita seringkali dijadikan
sebagai sumber terciptanya suatu masalah. Maka dari itu, wanita sekaligus
public figure (Vanessa Angel) mengalami bias gender dalam narasi di
media. Dalam kasus kriminal Vanessa Angel, penggunaan kata, kalimat,
maupun foto dalam pembukaan dan isi berita yang menampilkan wanita
sebagai sosok yang menjadi tatapan publik. Wacana patriarki yang masih
kuat di media tersebut membuat Vanessa Angel menjadi terpojokkan, baik
sebagai wanita dan pelaku kriminal yang sekaligus menjadi public figure.
Peneliti melihat bahwa pada media seperti m.detik.com ini menunjukkan
upaya agar pembaca tidak terjebak pada penggunaan karakter yang
berbasis gender. Namun nyatanya, dalam pemilihan kata tertentu dalam
memproduksikan makna pada publik masih terjebak pada wacana patriarki
yang dimana cenderung bias terhadap gender. Dengan asal membongkar
praktik yang seolah-olah wajar, maka diharapkan praktik yang demikian
itu dapat diminimalisir.
Persamaan dengan pembahasan peneliti disini adalah sama-sama
membahas tentang kesetaraan antar gender dan sama-sama memakai
analisis wacana kritis. Namun perbedaannya, pada artikel e-jurnal tersebut
beliau memakai teori analisi wacana kritis Sarah Mills.
2. Artikel pada e-journal Akselerasi oleh Erna Ermawati Chotim yang
diterbitkan oleh Universitas Nasional Jakarta yang berjudul
“KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI
INDONESIA: KEINGINAN DAN KENISCAYAAN PENDEKATAN
PRAGMATIS (STUDI TERHADAP UKM CIREBON HOME MADE)”.
Adapun dalam artikel yang peneliti tulis, disana menerangkan bahwa pada
UKM Cirebon Home Made ini merupakan contoh pembangunan tempat
yang ramah gender, dalam artian UKM ini telah sukses dan dipimpin oleh
seorang wanita. Namun hal ini masih belum mendapat persetujuan oleh
pemerintah dikarenakan banyaknya faktor yang menghambat dalam
pengaktualisasian kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita di
Indonesia. Dalam mencapai tujuan tersebut, tidak hanya diperlukan upaya
pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia, hal itu juga menuntut
pendekatan pragmatis untuk merumuskan kebijakan yang tepat, desain
program dan implementasi yang terfokus, adanya pemantauan dan evaluasi
yang efektif dalam ranah politik yang ramah, komitmen yang tulus serta
pemulihan orientasi nasional yang baik.
Persamaan dengan pembahasan peneliti disini adalah sama-sama
membahas tentang kesetaraan antar gender. Dimana dalam jurnal tersebut,
peneliti menjelaskan bahwa seorang wanita juga berhak mengekspresikan
dirinya, seorang wanita juga berhak menjadi pemimpin suatu usaha, dls.
3. Artikel pada e-journal Al-Idza’ah yang diterbitkan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta oleh Nur Kholifah dan Dede Mercy Rolando yang
berjudul “Stereotipe Perempuan Dakwah Ustadz Abdul Somad: Perspektif
Representasi”. Adapun dalam artikel yang peneliti tulis, disana
menerangkan bahwa bila dimaknai secara mendalam ceramah UAS yang
secara bahasa menyampaikan pernyataan positif, menjunjung,
memuliakan, serta menghormati kaum wanita, ternyata dapat dimaknai
sebagai bias gender atau kesenjangan antar gender. artinya, pada satu sisi
UAS mengangkat kaum wanita, disisi lain juga menjatuhkan kaum pria,
serta sebaliknya, pernyataan UAS diklaim mengandung kesenjangan
karena merendahkan atau menyalahkan tindakan buruk bagi kaum wanita
padahal tindakan buruk tadi juga bisa dilakukan oleh kaum pria.
Persamaan dengan pembahasan peneliti disini adalah sama-sama
membahas tentang kesetaraan antar gender dan sama-sama memakai
analisis wacana kritis. Namun perbedaannya, pada artikel e-jurnal tersebut
beliau memakai teori representasi Stuart Hall.
4. Dalam tesis oleh Baiti Rahmawati mahasiswa pascasarjana UIN Sunan
Ampel Surabaya yang berjudul “ANALISIS WACANA KRITIS DI
MEDIA SOSIAL ( Studi pada Fenomena Pro-Kontra Penolakan Dakwah
Ustadz Abdul Somad )”. Dalam tesis tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa dalam analisis wacana kritis dan dalam video terbesut menunjukkan
adanya nilai-nilai hegemoni. Adapun yang penulis paparkan dalam
tesisnya, yakni : Adanya persoalan afiliasi Ustadz Abdul Somad yang
dimediasi dengan tabayyun dan diklarifikasi lewat media, baik secara
tradisional maupun sosial. Wacana penolakan Ustadz Abdul Somad pada
media sosial tersebut, penelitian penulis pada tesisnya memuat
kecenderungan dari dua ideologi berbeda yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan
Hisbut Tahrir Indonesia (HTI). Kecenderungan yang lainnya juga
dipengaruhi adanya kepentingan dalam politik, dimana berdasarkan hasil
ijtima’ ulama, nama Ustadz Abdul Somad sempat diusulkan sebagai calon
wakil presiden Prabowo Subianto. Adanya pertarungan isu antara HTI
dengan Banser yang mana berimbas pada citra kubu Prabowo maupun
Jokowi.
Persamaan dengan pembahasan peneliti disini adalah sama-sama
membahas tentang memakai analisis wacana kritis yang juga mengandung
nilai-nilai hegemoni.
5. Dalam skripsi oleh Wafa mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
berjudul “ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER
PADA AKUN INSTAGRAM WOMEN’S MARCH INDONESIA 2018”.
Dalam penelitiannya tersebut, di dapati peneliti memakai analisis wacana
kritis Norman Fairclough dimana dari segi teks, pada akun Instagram
Women’s March Indonesia wacana ditampilkan melalui unggahan berupa
poster. Keterangan yang diunggah tentang kesetaraan gender yang tertuju
pada wanita, yang menonjolkan berbagai aspek, seperti kebebasan dalam
berekspresi, keadilan bagi buruh migran, kekerasan yang berbasis gender
serta mengajak masyarakat Indonesia untuk peka dan sama-sama memberi
keadilan terhadap sesama, melawan ketidakadilan dan menindak
kekerasan yang berbasis gender. Dalam pengoperasian sosial media
tersebut, mereka tidak mempunyai admin khusus, tetapi dijalankan oleh
relawan yang direkrutnya. Aksi yang dilakukan mereka mengusung tema
“kekerasan yang berbasis gender” tentu saja memiliki alasan. Hal itu
karena mereka melihat kondisi dan keadaan di Indonesia yang budaya
patriarkinya masih sangat kental yang merupakan salah satu akar
permasalahan dari adanya ketidakadilan bagi kaum wanita. Rencana
pengesahan RKHUP pun dianggap mengandung pasal-pasal bermasalah
yang dapat merugikan kaum wanita.
Persamaan dengan pembahasan peneliti disini adalah sama-sama
membahas tentang kesetaraan antar gender dan sama-sama memakai
analisis wacana kritis. Namun perbedaannya, pada skripsi tersebut beliau
memakai teori analisis wacana kritis Norman Fairclough.

H. Kajian Teori
1. Gender
Kata gender berasal dari bahasa latin “GENUS” yang berarti jenis
atau rupa. Gender merupakan suatu sifat dan perilaku yang secara sosial
dan budaya melekat pada seorang laki-laki dan wanita, Yang menjadi titik
tumpu suatu penilaian dari masyarakat dan lingkungan itu sendiri.
Pengertian gender sendiri tentunya berbeda dengan pengertian jenis
kelamin. kata gender juga dapat diartikan sebagai kondisi individu yang
lahir secara biologis sebagai seorang laki-laki maupun seorang wanita
yang dikenal sosial secara laki-laki dan wanita melalaui atribut-atribut
maskulinitis dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-nilai dan
simbol didalam suatu lingkungan masyarakat. 6
Gender sangat memiliki hubungan yang erat dengan peran gender
itu sendiri, seperti halnya tingkah laku, perbuatan dan suatu aktivitas-
aktivitas yang dihubungkan dengan masing-masing seks (gender roled/
sex roles are attitudes and activities that a society links to each sex)
hubungan antara dua gender ini dikenal dengan dengan istilah “gender
relationship”. Terdapat dua jenis organisasi sosial gender yang bisa kita
ketahui, yaitu sebagai matriarki dan patriarki. Matriatki dapat diartikan
sebagai suatu bentuk organisasi sosial dimana wanita dapat mendominasi
laki-laki dengan apa aturan ibu. Sedangkan organisasi yang lazim berlaku
adalah patriarki yang merupakan suatu bentuk organisasi dimana laki-laki
dan wanita biasa disebut dengan aturan-aturan ayah. Namun lebih
singkatnya, gender disini dapat diartikan sebagai kontruksi sosial atau
seks, menjadi peran dan perilaku sosial itu sendiri. Dalam konsep sosial
budaya, gender lebih mengarahkan pada adanya fungsi, peran dan
kedudukan laki-laki dengan wanita, gender disini tidak lepas dari segala
aspek sosialn budaya masyarakatnya. Perbedaan gender secara nyata dapat
ditampilkan sebagai sebuah profil, sosok ataupun identitas itu sendiri. 7
2. Kesetaraan gender
Jika kita lihat Sejarah perempuan dalam Islam dari waktu ke waktu
merupakan gambaran yang selalu tidak mengenakkan. Namun ada
masanya wanita diperlakukan secara istimewa, seperti yang kita ketahui
dalam kehidupan wanita kerabat Nabi Muhammad SAW. Dalam sejarah
Nabi Muhammad SAW. Wanita selalu diperlakukan dengan buruk dan
teraniaya seperti tumbuhnya lembaga harem di sejumlah kerajaan Islam
terdahulu. Dari sejarah tersebut bisa kita ketahui bahwasannya seksualitas
adalah wujud sosial terhadap entitas seks yang mengatur fungsi tubuh.
Dalam realitanya tidak hanya laki-laki yang memiliki nalar berfikir secara

6
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/psga/article/view/13436
7
https://journal.budiluhur.ac.id/index.php/comm/article/download/60/50
kritis, namun wanita juga dapat berfikir secara demikian. Oleh karena itu
dalam hal ini diperlukan keberanian untuk bersikap bahwasannya wanita
dapat berfikir kritis dan merupakan makhluk rasional sebagaimana halnya
laki-laki. 8
Menurut ustadz Abdul Somad seorang wanita juga memiliki
kesetaraan gender atau kedudukan yang sama halnya dengan seorang laki-
laki, dalam artian tidak di diskriminasi. laki-laki dan wanita saling tolong
menolong dalam lima hal, yaitu ya’ muru nabil ma’ruf, wa yanha na’anil
munkar, wa yu’timunassholah, wa yu’tunazzakah, wa yu’timullah
narusulah. Ini lah letak dari kesetaraan gender. Hal ini membuktikan
bahwasannya didalam Islam ada kesetaraan gender, tapi pada ruang
lingkup tertentu jika dilihat dari dalil. Dalam kasus tertentu yang bersifat
kodrat, bentuk, perilaku yang tidak bisa dilakukan oleh wanita dan tidak
bisa pula dilakukan oleh laki-laki, yaitu seperti halnya mengandung,
melahirkan, dan menyusui. Pada dasarnya disini Islam mengajarkan
kesetaraan dan keadilan baik antara laki-laki dan perempuan, termasuk
kehidupannya dalam berumah tangga dan pemenuhan kebutuhan seksual
antar suami dan istri. Namun yang dapat kita ketahui dalam hal ini, wanita
lebih dituntut lagi untuk berperilaku menerima segala hal apa yang
ditentukan baginya. Sebaliknya, laki-laki terbiasa dan terlatih untuk
melakukan sebuah hegemoni dan mengambil keputusan bagi lawan jenis
atau pasangannya. Kuatnya bangunan ketidak adilan gender dan
seksualitas semacam itu tidak bisa dibiarkan sehingga diperlukannya
keberanian untuk mengevaluasi persoalan dalam hal tersebut agar tidak
adanya perbedaan kesetaraan gender dalam kedudukan. Namun dalam
kenyataanya, para wanita masih banyak mengalami deskriminasi di segala
bidang kehidupan. Sehingga wanita masih belum bisa memperoleh
manfaat dan keadilan yang setara dengan laki-laki.
3. Tafsir lisan

8
Yuni Sulistyowati, Kesetaraan Gender Lingkup Pendidikan dan Tata Sosial, Volume 1 No. 2,
(Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2020).
Tafsir lisan merupakan penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan atau
disampaikan secara oral atau lisan dengan ucapan dan kata-kata yang
dilakukan secara langsung ataupun melalui media online, baik dalam
ceramah, khutbah jumat dan lain sebagainya. Jika dilihat dari sejarah
kemunculannya, tafsir lisan sudah ada sebelum adanya tafsir tulis.
Sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. sendiri dalam
memberikan penafsiran atas ayat-ayat yang sulit dipahami oleh para
sahabat saat itu. Ada beberapa langkah dalam meneliti tafsir lisan,
pertama, menelitinya sesuai dengan penelitian tafsir tulis. Langkah ini
digunakan untuk mengungkapkan penafsiran lisan dari penafsir. Kedua,
menelitinya sesuai kelisanannya, serta mempunyai karakteristik tersendiri.
Dengan seiring berkembangnya zaman, tafsir lisan bisa disebut sebagai
bentuk awal lahirnya tafsir Al-Qur’an. Perkembangan alat elektronik pun
di zama sekarang dapat membantu untuk menyimpan dokumentasi dari
mufassir, tokoh agama atupun orang yang diakui keilmuannya ketika
melakukan ceramah, khutbah Jum’at dan lain sebagainya.
4. Hegemoni Menurut Antonio Gramsci
Konsep hegemoni dipopulerkan oleh ahli filsafat politik Antonio
Gramsci yang berasal dari italia, beliau berpendapat bahwa kekuatan dan
kekuasaan kapitalis tak hanya melalui dimensi material yang berasal dari
sarana ekonomi dan elasi produksi, tetapi juga berupa kekuatan (force)
serta hegemoni. Hegemoni memakai perluasan dan pelestarian “kepatuhan
aktif” yang berasal dari kelompok-kelompok yang didominasi oleh kelas
penguasa yang memiliki kepemimpinan yang intelektual, moral dan
politik. Hegemoni menekankan pada bentuk aktualisasi diri, cara
penerapan, mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan, serta
mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya, sebagai
akibatnya, upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam sadar
mereka. Proses itu terjadi melalui dampak budaya yang disebarkan secara
sadar serta dapat meresap dan berperan pada menafsirkan pengalaman
terkait fenomena yang telah terjadi.9
Hegemoni bekerja meneliti konsensus ketimbang upaya
penindasan satu kelompok terhadap kelompok lain. Salah satu kekuatan
hegemoni adalah bagaimana ia membangun cara berpikir atau wacana
eksklusif yang secara umum dikuasai, yang diklaim benar, sementara
wacana lain diklaim salah. Terdapat satu nilai atau konsensus yang diklaim
memang benar, sebagai akibatnya saat terdapat cara pandang atau wacana
lain diklaim memang benar, sehingga saat ada cara pandang atau wacana
lain diklaim menjadi tak benar. Media disini secara tak sengaja bisa
menjadikan sebagai alat bagaimana nilai-nilai atau wacana yang ditinjau
dominan itu disebarkan serta meresap pada benak khalayak, sebagai
akibatnya konsensus bersama. Sementara nilai atau wacana lain dipandang
menjadi sebuah hal yang menyimpang.
Teori hegemoni Gramsci menekankan bahwa dalam interaksi
dengan masyarakat pasti adanya pertarungan untuk memperebutkan
penerimaan pada publik. Karena pengalaman sosial kelompok subordinat
(apakah oleh kelas, gender, ras, umur, dsb) berbeda dengan ideologi
kelompok dominan. Oleh karena itu, perlu adanya usaha bagi kelompok
dominan untuk menyebarkan ideologi itu agar kebenarannya itu dapat
diterima tanpa adanya perlawanan. Nalar awam merupakan salah satu
strategi kunci dalam hegemoni. Jika ide dari kelompok dominan yang
berkuasa itu diterima sebagai nalar awam, lalu ideologi itu diterima, maka
disitulah telah terjadi hegemoni.10

I. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan wacana analisis kritis
hegemoni. Objek materialnya sendiri adalah penafsiran Ust. Abdul Somat

9
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/jipi/article/download/2994/2173
10
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/9803/05.3%20Bab%203.pdf.pdf?
sequence=7&isAllowed
terhadap ayat yang berhubungan dengan wacana kesetaraan gender dalam
platform YouTube. Sedangkan objek formalnya adalah konsep hegemoni
yang ditawarkan Antonio Gramsci.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan
data-data kepustakaan (library research), yaitu dengan cara mengkaji
tausiah Ustadz. Abdul Somay dengan karya ilmiah berupa buku, jurnal,
artikel, majalah-majalah, dokumen, catatan, dan lain-lain yang berkaitan
dengan teori hegemoni Antonio Gramsci. Maka dari itu, penelitian ini
bersumber pada telaah pustaka.
3. Sumber Data
a. Primer
Data primer dalam penelitian ini antara lain: Pertama, sumber data
primer yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu; kitab suci al-
Qur'an dan tausiah Ust. Abdul Somat. Kedua, sumber data yang
berkaitan dengan pendekatan hegemoni Antonio Gramsci, yaitu; buku
Negara dan Hegemoni Antonio Gramsci karya Nezar Partia.
b. Sekunder
Data sekunder yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah
artikel, jurnal, skripsi dan karya tulis lain yang membahas tentang
konsep kesetaraan gender dan analisis wacana kritis hegemoni.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis
diantaranya :
a. Mengumpulkan tausiah Ustadz. Abdul Somat yang berhubungan
dengan wacana kesetaraan gender.
b. Mereduksi poin-poin penting.
c. Dokumentasi.
d. Menganalisis konsep kesetaraan gender menurut tafsir lisan yang
disampaikan Ustadz. Abdul Somat.
e. Menganalisis pengaplikasian teori hegemoni dalam tafsir lisan Ustadz.
Abdul Somat.
5. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah
deskriptis-analitis, yaitu dengan mengemukakan wacana kesetaraan gender
menurut Ustadz. Abdul Somat, kemudian dianalisis menggunakan teori
hegemoni Antonio Gramsci.
J. Sistematika Pembahasan
Penelitian yang dikerjakan tentunya dibutuhkan sistematika
pembahasan supaya penelitian tersebut bisa tertata rapi. Sistematika penulisan
yang digunakan oleh peneliti dalam penulisan skripsi nantinya yaitu sebagai
berikut:
Bab Pertama, yaitu pendahuluan yang meliputi latar belakang bagian
pertama dari munculnya permasalahan. Dan dijelaskan juga tujuan dan
kegunaan dari adanya penelitian ini. Pembahasan selanjutnya ialah kajian
pustaka yang menampakkan keotentikan, juga metode penelitian sebagai
petunjuk langkah-langkah. Kerangka teori bertujuan menerangkan alur
analisis yang digunakan, untuk itu penelitian bisa dilakukan secara sistematis.
Dan yang terakhir sistematika pembahasan dibuat kerangka penulisan supaya
penulisan dapat sistematis.
Bab Kedua, menjelaskan tentang pengertian gender dalam kajian
tafsir lisan ustadz Abdul Somat didalam ceramah, khutbah jum'at, pengajian
tafsir dan kultum dan menjelaskan analisa wacana Antonio Gramsci.
Bab Ketiga, bab ini menjelaskan kajian kepustakaan tentang penelitian
terdahulu yang mempunyai keterkaitan penelitian, maka akan dapat dilihat
sampai sejauh mana orisinalitas dan perbedaan penelitian yang hendak
dilakukan. Dan kajian teori tentang Gender dan kesetaraan Gender juga
mengenai tafsir lisan. menganalisis ayat-ayat dari sebuah ceramah dengan
teori Hegemoni menurut Antonio Gramsci.
Bab Keempat, yaitu menjelaskan tentang metode penelitian yang
pendekatan menggunakan wacana analisis kritis, dan Objek materialnya
penafsiran Ust. Abdul Somat terhadap ayat yang berhubungan dengan wacana
kesetaraan gender dalam platform YouTube. Sedangkan objek formalnya
adalah konsep hegemoni yang ditawarkan Antonio Gramsci.

Daftar Pustaka

Alwi Hs, Muhammad. 2020. Verbalisasi Al-Qur'an: Metode Tafsir Kontekstual


Berbasis Kelisanan Al-Qur'an (Studi QS Al-Baqarah: 256 Tentang
pemaksaan Agama. Subtantia Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin, Volume
22,No 2 (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga)Diambil dari https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/8238/pdf. Diakses Pada
tanggal 18 November 2021.

Arbain, Janu, dkk. 2015. Pemikiran Gender Menurut Para Ahli: Telaah Atas
Pemikiran Amina Wadud Muhsin, Asghar Ali Engineer dan Mansour
Fakih, Sawwa, Volume 11, Nomor 1. (Semarang: UIN Walisongo
Semarang). Diambil dari .
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/sawwa/article/download/1447/10
70. Diakses pada tanggal 18 November 2021.
Chotim, Erna Ermawati. 2020. KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DI INDONESIA: KEINGINAN DAN KENISCAYAAN
PENDEKATAN PRAGMATIS (STUDI TERHADAP UKM CIREBON
HOME MADE), AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 2 No. 1.
(Jakarta: Universitas Nasional). Diambil dari
https://ejournal.goacademica.com/index.php/ja/article/download/357/336.
Diakses pada tanggal 19 November 2021.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. (Yogyakarta:
PT. LkiS Printing Cemerlang).
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. Diambil dari
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1439/mencapai-
kesetaraan-gender-dan-memberdayakan-kaum-perempuan. Diakses pada
tanggal 18 November 2021.
Kholifah, Nur, Dede Merey Rolando. 2020. Stereotipe Perempuan Dakwah
Ustadz Abdul Somad: Perspektif Representas, Al-Idza'ah Jurnal Dakwah
dan Komunikasi, Volume 02, No. 02. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah).
Diambil dari
https://www.scholar.ummetro.ac.id/index.php/alidzaah/article/download/
649/337. Diakses pada tanggal 19 November 2021.
Rahmawati, Baiti. 2019. Tesis ANALISIS WACANA KRITIS DI MEDIA SOSIAL
( Studi pada Fenomena Pro-Kontra Penolakan Dakwah Ustadz Abdul
Somad ). (Surabaya: UIN Sunan Ampel). Diambil dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.u
insby.ac.id/32829/2/Baiti
%2520Rahmawati_F02717218.pdf&ved=2ahUKEwjzibGkh6f0AhUxIbcA
HY_ECq8QFnoECD0QAQ&usg=AOvVaw1GNrDu4Z9C_NWlcrOzSSM
o. Diakses pada tanggal 18 November 2021.
Siswati, Endah. 2017. Anatomi Teori Hegemoni Antonio Gramsci, Jurnal
Translitera , Edisi 5. (Blitar: Universitas Islam Blitar). Diambil dari
https://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/translitera/article/download/
355/345. Diakses pada tanggal 18 November 2021.

Sulistyowati, Yuni. 2020. Kesetaraan Gender Lingkup Pendidikan dan Tata


Sosial, Volume 1 No. 2. (Ponorogo: IAIN Ponorogo). Diambil dari
https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/ijougs/article/download/
2317/1556. Diakses pada tanggal 18 November 2021.
UKM SIGMA.2020. Gender Dan Islam (Kumpulan Artikel UKM SIGMA IAIN
Pekalongan). (Pekalongan: IAIN Pekalongan).

Wafa. 2018. Skripsi ANALISIS WACANA KRITIS KESETARAAN GENDER


PADA AKUN INSTAGRAM WOMEN’S MARCH INDONESIA 2018.
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah). Diambil dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/42746. Diakses
pada tanggal 18 November 2021.
Wirawanda Yuda, dkk. 2019. Bias Gender dalam Berita Kasus Vanessa Angel
(Analisis Wacana Kritis Sara Mills dalam detik.com), Channel Jurnal
Komunikasi Vol.7, No.1. (Surakarta: UIN Surakarta). Diambil dari
http://journal.uad.ac.id/index.php/CHANNEL/article/view/13013/6555.
Diakses pada tanggal 19 November 2021.
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/jipi/article/download/2994/2173
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/psga/article/view/13436
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/9803/05.3%20Bab%203.pdf.
pdf?sequence=7&isAllowed
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/9803/05.3%20Bab
%203.pdf.pdf?sequence=7&isAllowed
https://journal.budiluhur.ac.id/index.php/comm/article/download/60/50
https://media.neliti.com/media/publications/289524-pendidikan-etika-budaya-
komunikasi-melal-67e62df9.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/315996-kesetaraan-gender-ditinjau-
dari-sudut-pa-a9041191.pdf
https://youtu.be/aic7dBc_U4Y

Anda mungkin juga menyukai