Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan ijin-Nya maka tugas pembuatan referat dengan judul
Gangguan Stres Pascatrauma dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pembuatan referat ini merupakan salah satu tugas wajib yang harus
dikerjakan dalam rangka kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Jiwa.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Irma Santy, Sp.KJ selaku Supervisor Pembimbing
2. dr. Wahyu Eka Putra Gani selaku Residen Pembimbing
3. Dokter-dokter spesialis kesehatan jiwa lainnya.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran senantiasa penulis terima dengan tangan terbuka
untuk kesempurnaan referat ini. Penulis berharap semoga apa yang disajikan
dalam referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar,
Oktober 2016
Pen
ulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................
BAB I.
PENDAHULUAN .......................................................................
BAB II.
PEMBAHASAN..........................................................................
Definisi ......................................................................................
Epidemiologi .............................................................................
Etiologi ......................................................................................
11
17
17
Penatalaksanaan ......................................................................
19
KESIMPULAN ...........................................................................
21
26
BAB III.
BAB I
PENDAHULUAN
kecemasan
patologis
antara
lain
rasa
was-was
yang
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Gangguan Stress Pasca Trauma / Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD) dapat didefinisikan sebagai keadaan yang melemahkan fisik dan
mental secara ekstrim yang timbul setelah seseorang melihat, mendengar,
atau mengalami suatu kejadian trauma yang hebat dan atau kejadian yang
mengancam kehidupannya. Keadaan ini ditandai dengan suasana perasaan
murung, sedih, kurangnya semangat dalam melakukan kegiatan sehari-hari
maupun kegiatan yang menimbulkan kesenangan, kadang-kadang disertai
dengan waham dan bila sudah berat dapat menimbulkan gangguan dalam
fungsi
peran
dan
kehidupan
sosial.
stres ringan yang pada awalnya, akan tetapi stres berlangsung secara
kontinu, stres tersebut berlangsung sampai berminggu-minggu, bulan dan
bahkan tahunan.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan stres pascatraumatik pada masyarakat umum
diperkirakan dari 1 sampai 3 persen dimana 0,5 % untuk pria dan 1,2 % pada
wanita, anak-anak juga mengalami gangguan tersebut. Sebagai contoh
peristiwa perang, perkosaan atau penyerangan secara seksual, serangan
yang melukai tubuh, penyiksaan, penganiayaan anak, peristiwa bencana
alam seperti : gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang, kecelakaan lalu
lintas atau musibah pesawat jatuh.
Walaupun gangguan stres pascatraumatik dapat tampak pada setiap
usia, gangguan ini paling menonjol pada dewasa muda, karena sifat situasi
yang mencetuskannya. Tetapi, anak-anak dapat mengalami gangguan stres
pascatraumatik.
Trauma untuk pria biasanya akibat pengalaman peperangan dan
trauma untuk wanita paling sering adalah penyerangan atau pemerkosaan.
Gangguan sangat mungkin terjadi pada mereka yang sendirian, bercerai,
janda, mengalami gangguan ekonomi atau menarik diri secara sosial.
Penelitian terhadap korban yang
dan merasa takut bahwa sesuatu dapat terjadi pada pasangan atau anakanak saat tidak terlihat (Krystal, 1968)
Suatu survei yang menyangkut veteran Vietnam disebutkan bahwa
15% dari veteran tersebut mengalami gangguan stres paca-traumatik sejak
kepulangan mereka (Centers Disease Control, 1988), sementara penelitian
lain menyebutkan bahwa reaksi stres terhadap horor perang juga ditemukan
pada Perang Dunia I yang disebut dengan shell shock sindrom dan combat
fatigue pada Perang Dunia II
Etiologi
Stresor adalah penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres
pascatraumatik. Tetapi tidak semua orang akan mengalami gangguan stres
pascatraumatik setelah suatu peristiwa traumatik. Walaupun stressor
diperlukan, namun stressor tidak cukup untuk menyebabkan gangguan.
Faktor-faktor yang harus ikut dipertimbangkan adalah faktor biologis
indVidual, faktor psikososial sebelumnya dan peristiwa yang terjadi setelah
trauma.
Penelitian terakhir pada gangguan stres pascatraumatik sangat
menekankan pada respon subjektif seseorang terhadap trauma ketimbang
beratnya stresor itu sendiri. Walaupun gejala gangguan stres pascatraumatik
pernah dianggap secara langsung sebanding dengan beratnya stresor,
penelitian empiris telah membuktikan sebaliknya. Jika dihadapkan dengan
trauma yang berat, sebagian orang tidak akan mengalami gangguan stres
pascatraumatik. Sebaliknya peristiwa yang mungkin tampaknya biasa atau
kurang berbahaya bagi kebanyakan
alkohol,
walaupun
belum
sampai
pada
taraf
ketergantungan.
Penelitian psikodinamika terhadap orang yang dapat bertahan hidup dari
trauma
psikis
yang
parah
telah
menemukan
aleksitimia,
yaitu
Faktor Psikodinamika
Model kognitif dari gangguan stres pascatraumatik menyatakan bahwa
orang yang terkena stres pascatraumatik tidak mampu memproses atau
merasionalkan trauma yang mencetuskan gangguan.
Mereka terus mengalami stres dan berusaha untuk tidak mengalami
kembali stres dengan teknik menghindar. Sesuai dengan kemampuan parsial
mereka untuk mengatasi peristiwa secara kognitif, pasien mengalami periode
mengakui peristiwa dan menghambatnya secara berganti-ganti.
Model perilaku dari gangguan stres pascatraumatik menyatakan
bahwa gangguan memiliki dua fase dalam perkembangannya. Pertama,
trauma (stimulus yang tidak dibiasakan) adalah dipasangkan, melalui
Suatu
pandangan
kognitif
tentang
gangguan
stres
biologis
tentang
gangguan
stres
pascatraumatik
telah
dikembangkan dari penelitian praklinik dari model stres pada binatang dan
dari pengukuran variable biologis dari populasi klinis dengan gangguan stres
pascatraumatik. Banyak system neurotransmitter telah dilibatkan dalam
kumpulan
data
tersebut.
Model
praklinik
pada
binatang
tentang
10
setelah
peristiwa.
Pemeriksaaan
status
mental
seringkali
11
Pertama
DSM-III-R
menggambarkan
stresor
di
luar
rentang
pengalaman manusia pada umumnya. Karena kriteria adalah tidak jelas dan
tidak dapat dipercaya, DSM-V memperjelas artinya (Kriteria A).
Dalam DSM-V, kriteria B menyebutkan, seperti dalam DSM-III-R,
bahwa pasien secara menetap mengalami kembali peristiwa traumatik.
Kriteria C dan D pada DSM V tetap sama dengan DSM-III-R, mereka
menyebutkan
penghindaran
persisten
terhadap
situasi
tertentu
dan
menyebutkan
bahwa
gejala
pengalaman
ulang
12
13
fungsi penting
lain.
Sebutkan jika :
Akut
Kronis
Sebutkan jika :
Dengan onset lambat : onset gejala sekurangnya enam
bulan setelah stressor
Tabel dari DSM- V, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disoerder, ed 4. Hak cipta
American Psychiatric Association, Washington 1994.
14
fungsi penting
seperti
meminta
15
bantuan
yang
diperlukan
atau
Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayangbayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara
berulang-ulang kembali (flashback).
Suatu sequele menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar
biasa,
misalnya
saja
beberapa
puluh
tahun
setelah
trauma,
16
Diagnosis Banding
Pertimbangan
utama
dalam
diagnosis
banding
gangguan
stress
17
tidak
tepat.
Klinisi
harus
mempertimbangkan
gangguan
stres
kepribadian
ambang
mungkin
sulit
dibedakan
dari
disosiatif
biasanya
tidak
memiliki
derajat
perilaku
18
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Gangguan
Kecemasan
khususnya
Gangguan
Stres
Pascatrauma
Terdapat tiga pendekatan terapetik untuk mengatasi gejala berhubungan
dengan kecemasan yaitu :
1. Manajemen krisis
2. Psikoterapi
3. Farmakoterapi
Tujuan utama dari Manajemen Krisis adalah :
1. Peredaan gejala
2. pencegahan konsekuensi yang merugikan dari krisis tersebut untuk
jangka pendek
3. Suportif (dukungan)
Psikoterapi
Psikoterapi harus dilakukan secara indVidual, karena beberapa pasien
ketakutan akan pengalaman ulang trauma. Rekosntruksi peristiwa traumatik
dengan abreaksi dan katarsis yang menyertai mungkin bersifat terapeutik.
Intervensi psikodinamika untuk gangguan stres pascatraumatik adalah
terapi perilaku, terapi kognitif dan hipnosis. Banyak klinisi menganjurkan
psikoterapi
singkat
untuk
korban
trauma.
Terapi
tersebut
biasanya
peristiwa
traumatik,
mendorong
19
mereka
untuk
santai,
dan
mengeluarkan mereka dari sumber stress. Pasien harus didorong untuk tidur,
menggunakan medikasi jika dilakukan. Dukungan dari lingkungan (seperti
teman-teman dan sanak saudara) harus disediakan. Pasien harus didorong
untuk mengingat dan melepaskan perasaan emosional yang berhubungan
dengan peristiwa traumatik dan merencanakan pemulihan di masa depan.
Psikoterapi setelah peristiwa traumatik harus mengikuti suatu model
intervensi
krisis
dengan
dukungan,
pendidikan,
dan
perkembangan
teknik
penatalaksanaan
stress
adalah
efektif
lebih
cepat
20
Farmakoterapi
Obat-obat anti anxietas sebaiknya digunakan untuk waktu yang singkat
karena ditakutkan akan terjadi ketergantungan, meskipun banyak obat yang
efektif untuk meredakan anxietas.
1. Trycyclic and monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)
Bahwa reversible MAOIs, moclobimide juga dapat berguna dalam
perawatan gangguan stress pascatrauma.
2. SelectVe Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)
Perubahan
terutama
terlihat
untuk
reexperiencing
dan
gejala
masalah
adalah
berhubungan
dengan
pemakaian
21
Obat-obat lainnya
Propanolol dan Clonidin, keduanya secara efektif menekan aktVitas
noradrenergik, telah digambarkan berguna dalam beberapa serial kasus
terbuka.
Selain itu juga terdapat laporan kasus yang menunjukkan keberhasilan
dari alfa-agonis Guanfacine pada wanita muda.
Serotonergik dibandingkan antidepresan lainnya juga berguna untuk
kasus gangguan stress pascatrauma, sebagai contoh Buspirone.
Dosis 60 mg/hari atau lebih dapat efketif, trauma untuk gejala
hyperarousal.
Sebagai tambahan, Cyproheptadine (sampai 12 minggu saat tidur)
dilaporkan berguna untuk melepaskan mimpi buruk pada pasien dengan
gangguan stress pascatrauma.
Dopamine blocker juga dilaporkan berguna untuk beberapa kasus
gangguan stress pascatrauma. Ada pula yang melaporkan kegunaan
Risperidone gangguan stress pascatrauma ditunjukkan melalui kilas balik
yang jelas dan mimpi-mimpi buruk.
Naltrexone (50 mg/hari) dilaporkan efektif dalam mengurangi kilas balik
pada pasien dengan gangguan stress pascatrauma. Tetapi tidak terdapat
controlled
studies
dengan
opiat
agenda
pada
gangguan
stress
pascatrauma.
Ada
beberapa
laporan
mengenai
kegunaan
Thymoleptics-lithium
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan Stres Pasca traumatik adalah gangguan cemas yang terdiri dari :
1. Pengalaman tentang trauma melalui mimpi dan pikiran yang datang
runtun beruntun
2. penghindaran terhadap trauma dan
3. kesadaran berlebihan yang persisten sifatnya
Prevalensi gangguan stres pascatraumatik pada masyarakat umum
yaitu 0,5% untuk pria dan 1,2% untuk wanita. Anak-anak dapat mengalami
gangguan tersebut.
Etiologi dari gangguan stres pascatraumatik antara lain :
1. Stresor
2. Faktor psikodinamik
3. Faktor biologis
4. Stresor merupakan penyebab utama dalam perkembangan gangguan
stress pascatrauma.
DSM-V menyebutkan bahwa gejala pengalaman ulang, menghindar,
dan kesadaran yang berlebihan harus berlangsung lebih dari satu bulan.
Bagi pasien yang gejalanya ditemukan kurang dari satu bulan,
diagnosis yang tepat adalah gangguan stress akut.
Kriteria diagnostik DSM-V untuk gangguan stress pascatraumatik
memungkinkan klinisi menentukan apakah gangguan adalah akut (jika gejala
berlangsung kurang dari tiga bulan) atau kronis (lebih dari tiga bulan).
23
Manfaat
Imipramin
dan Amitriptilin,
dua
obat Trisiklik,
dalam
krisis
dengan
dukungan
pendidikan,
dan
perkembangan
gangguan
stress
pascatraumatik
telah
berkembang,
dua
24
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Gabbard GO : Anxiety Disorders : The DSM V Edition, American
Psychiatric Press, Washington, 1994
2. Kaplan, Sadock : Synopsis of Psychiatry, 7 th Edition, William & Wilkins,
Baltimore, 1993
3. Ibrahim A. S : Panik, Neurosis dan Gangguan Cemas, PT. Dian
Ariesta,Jakarta, 2003
4.
5. http:
//
med
linux.blogspot.com/2007/08/gangguan
Stres
Pasca
Stres
Pasca
Trauma.html
6. http://psiko-indonesia.blogspot.com/2007/01/
Trauma.html
7. http:// www.pulih.or.id/?lang=&page=self
26
gangguan
27