Anda di halaman 1dari 35

MODUL

KESADARAN
MENURUN
KELOMPOK 3
TUTOR : dr. A. Alamanda Irwan

Ayu Sarrah Sofyan B. (11020120006)

Diva Aprilia R

Zaskia Azzahrah Wijayanti

Julianthy Putri Dinaa

Widayani Idris (11020120067)

Atika Ariyanti A.

Fatia Pujiati AH (11020120117)

Muhammad Satir Sayati (11020120127)

Jumrawati

Rizky Ayu Tamara (11020120149)

Siti Hardiyanti Baharuddin (11020120157)

(11020120018)
(11020120040)

(11020120051)

(11020120111)

(11020120138)

SKENARIO 1
Perempuan 30 tahun masuk ke UGD RS
dengan kesadaran menurun. Setelah
diletakkan di tempat tidur dan diperiksa,
penderita memberi respon buka mata
dengan
rangsang
nyeri
dan
tetap
mendengkur
dengan
irama
napas
40x/menit. Nampak wajah kelihatan
pucat, hidung dan telinga mengeluarkan
darah. Ditemukan jejas pada daerah
pelipis kiri dan tungkai bawah kanan
nampak deformitas.

KATA SULIT : KALIMAT KUNCI :

Perempuan 30 tahun

Kesadaran menurun

Penderita memberi respon buka mata dengan rangsang


nyeri

Mendengkur dengan irama napas 40x/menit

Wajah tampak pucat

Hidung dan telinga mengeluarkan darah

Ditemukan jejas pada daerah pelipis kiri

Tungkai bawah kanan nampak deformitas

PERTANYAAN

Mengapa perempuan tersebut mengalami penurunan


kesadaran?

Bagaimana penilaian kesadaran pada skenario?

Mengapa pasien mendengkur dengan irama napas


40x/menit?

Apa yang menyebabkan wajah tampak pucat, hidung


dan telinga mengeluarkan darah?

Apakah trauma pada skenario yang menyebabkan


semua gejala pada pasien?

Jelaskan penanganan awal yang sesuai skenario!

Jelaskan penanganan lanjutan yang sesuai skenario!

LO

Jelaskan anatomi, histologi dan fisiologi


kepala!

Jelaskan mekanisme kesadaran menurun!

Bagaimana perspektif Islam sesuai dengan


skenario?

MENGAPA PEREMPUAN TERSEBUT


MENGALAMI PENURUNAN
KESADARAN?

Pada pasien tersebut mengalami trauma


atau cedera kepala berat

Pasien
kemungkinan
juga
mengalami
Kontusio
Serebri
(memar).
Benturan
menyebabkan perubahan dari struktur dari
permukaan otak yang mengakibatkan
pendarahan dan kematian jaringan dengan
atau tanpa edema. Hilangnya kesadaran
lebih dari 10 menit.

American College of Surgeons, Advance Trauma Life Support, Edisi 7


Cameron John R, dkk, Fisika Tubuh Manusia, Edisi 2, Jakarta, EGC, 2006

BAGAIMANA PENILAIAN KESADARAN


PADA SKENARIO?
Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar,
memberi respon suara terhadap rangsang nyeri,
atau pasien tidak sadar). Pada penilaian ini sistem
AVPU akan lebih mudah dilakukan. AVPU meliputi :

A (awake)

V (Verbal response)

P (Painful response)

U (Unresposive)

Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran. EGC

Pada saat pasien sudah di Rumah Sakit maka tingkat


kesadaran dinilai dengan GCS (Glasgow Coma
Scale).
SKOR
GCS

MOTORIC
RESPONE

VERBAL
RESPONE

EYE RESPONE

Tidak ada
pergerakan

Tidak bersuara

Tidak membuka
mata

Ekstensi abnormal

Suara yang tidak


dimengerti

Buka mata
terhadap rasa
sakit

Fleksi abnormal

Tidak tepat

Buka mata saat


disuruh

Terjadi efek
penarikan dari rasa
sakit

Percakapan yang
membingungkan

Buka mata
spontan

Terlokalisasi pada
rasa sakit

Terorientasi dan
tepat

Mengikuti perintah

Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran. EGC

MENGAPA PASIEN MENDENGKUR


DENGAN IRAMA NAPAS 40X/MENIT?
perfusi O2

Tonus otot lidah


melemah

Sumbatan parsial
saluran napas

Lidah jatuh ke
belakang

mendengkur

kompensasi

frekuensi
pernapasan

Komisi Trauma IKBAI. ATLS Untuk Dokter Edisi 7, 2004.

APA YANG MENYEBABKAN WAJAH


TAMPAK PUCAT, HIDUNG DAN
TELINGA MENGELUARKAN DARAH?

WAJAH TAMPAK PUCAT


PERDARAHAN
BANYAK

TRAUMA

VASOKONTRIK
SI PEMBULUH
DARAH
PERIFER

KULIT PUCAT
Kolecki P. Hypovolemic Shock. 2012.

SYOK
HIPOVOLEMIK

KOMPENSASI
TUBUH AKTIF

Hidung dan telinga mengeluarkan darah

Suspek Fraktur Basis Cranii


Kelainan pada tengkorak berupa patah tulang
1. Fraktur basis kranii (patah tulang dasar tengkorak)
umumnya keluar darah dari hidung, mulut, telinga
2. Fraktur vault kranii (patah tulang atap tengkorak)
Fractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior,
fossa media dan
fossa posterior

Romans Forensic, The Text Book Of Forensic. 25th Edition. Departement Of Forensic Medicine. University Of
Lambung Mangkurat

APAKAH TRAUMA PADA SKENARIO


YANG MENYEBKAN SEMUA GEJALA
PADA PASIEN
Ya, dilihat dari adanya perdarahan pada
hidung dan telinga kemungkinan terjadinya
trauma berat yang ditandai dengan adanya
jejas pada pelipis kiri dan deformitas
tungkai bawah kanan. Perdarahan yang
terjadi kemungkinan karena adanya fraktur
pada basis cranii yang menyebabkan
pembuluh darah pecah. Deformitas tungkai
bawah kanan terjadi akibat adanya trauma.

Suparjo. Konsep Dasar Bantuan Hidup Dasar. 2009.

JELASKAN PENANGAN AWAL YANG


SESUAI SKENARIO
Primary Survey

Pemasangan Collar Neck

Mendengkur (Snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah.


Cara mengatasi dengan chin lift, jaw thrust, pemasangan
pipa orofaring/nasofaring dan pemasangan endotrakeal

Pemberian Oksigen

Dengan meninggikan ekstrimitas bawah 45 derajat, kalau


tidak ada respon cari sumber perdarahan dan hentikan,
tambah lagi cairan kristaloid, apabila tidak berhasil juga
berikan tranfusi darah tipe spesifik

Pada penderita fraktur dibeberapa bagian tubuh bisa kita


lakukan pembidaian

Anonym. Innital Assessment. 2010.

JELASKAN PENANGANAN LANJUTAN


YANG SESUAI SKENARIO
Secondary Survey

Pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe examination),


termasuk re-evaluasi pemeriksaan tanda vital.

Pada secondary survey ini juga dikerjakan foto rontgen


yang diperlukan.

Prosedur khusus seperti lavase peritoneal, evaluasi


radiologis dan pemeriksaan laboratorium juga dikerjakan
pada kesempatan ini. Evaluasi lengkap dari penderita
memerlukan pemeriksaan fisik berulang.

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik (Kepala, vertebra, toraks, abdomen,


perineum, rektum, vagina, muskuloskletel, neurologis)

Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Populer. 2006

Persyaratan transportasi
Syarat transportasi penderita
Memenuhi syarat :

Gangguan pernapasan dan CV telah ditanggulangi

Perdarahan dihentikan

Luka ditutup

Patah tulang difiksasi

Selama transportasi, monitor :

Kesadaran

Pernapasan

Tekanan darah dan denyut nadi

Daerah perlukaan

Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Populer. 2006

Syarat alat transportasi


Kendaraan :

Darat (amblance, pick up, truck, gerobak dll)

Laut (perahu, rakit, kapal, perahu motor dll)

Udara (pesawat terbang, helicopter)

Hal yang perlu diperhatikan :

Penderita dapat terlentang

Cukup luas minimal untuk 2 penderita dan petugas dapat


bergerak leluasa

Cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infs dapat jalan

Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah


sakit

Identitas yang jelas sehingga mudah dibedakan dari ambulans lain

Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium darah

CT Scan

PET (Positron Emission Tomography)

SPECT (Single Photon Emission Computed


Tomography)

MRI

Angiografi serebral

Ekoensefalography

EEG (elektroensefalography)

EMG (Elektromiography)

Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Populer. 2006

Jelaskan anatomi, histologi dan fisiologi


kepala!

Anatomi kepala

Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.
Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.
Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

Histologi kepala

Katergori sel saraf berdasarkan jumlah tonjolan yaitu:


1. Sel saraf unipoler : hanya mempunyai satu tonjolan
2. Sel saraf bipolar
axon

: mempunyai satu dendrite dan satu

3. Sel saraf pseudo unipoler: mempunay tonjolan yang secara


bercabang menjadi dua sehingga mirip huruf T
4. Sel saraf multipoler
dendrite

: mempunyai satu axon dan banyak

Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.
Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

BADAN SEL SARAF


Secara mikroskopis inti sel saraf biasanya terletak sentral,
berbentuk bulat besar, berisi kromatin yang halus dan
tersebar, nucleus besar sehingga menyerupai intinya.

SEL PENYOKONG
Sel penyokong pada umumnya berasal dari ectoderm.
Pada sistem saraf pusat, sel penyokong disebut dengan
neuroglia yang terdiri dari sel ependim, astrosit,
oligodendria,dan microglia. Pada sistem saraf perifer,
tersusun atas sel Schwann sel kapsel dalam ganglion

DENDRIT
Secara mikroskopis, dendrite bercabang yang
percabangannya tergantung jenis sel saraf. Pada
permukaan percabangan terdapat benjolan-benjolan
untuk bersinapsis yang disebut dengan gemula atu spina.

Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.
Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

AXON

Axon merupakan tonjolan sitoplasma yang hanya


terdapat sebuah dan disebut juga dengan serabut saraf.
Ujung axon bercabang-cabang sebagai cabang pohon
dan terdapat cabang kolateral pada beberapa tempat.
Pada axon terdapat beberapa organela yaitunya
mitokondria, neurofibril, dan mikrotubuli.

MYELIN
Membentuk selubung diluar axolema dengan pola
berpenggal-penggal, karena adanya nodus ranvier.
Selubung myelin ini tersusun atas campuran fosfolipid,
kolesterol, dan serebrosid. Ketebalan selubung pada
berbagai axon tidak sama. Di luar selubung myelin
terdapat selubung neurolemma. Pada sistem saraf pusat
disebut dengan sel oligodendroglia dan pada sistem sraf
Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
perifer disebut dengan sl schwan.
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.

Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

JARINGAN SISTEM SARAF PUSAT


Otak

Secara makroskopis, otak terdiri dari substantia


grisea dan sustansia alba. Sedangkan secara
mikroskopis, substansia grissea terdiri atas badan sel
neuron, serabut myelin dan tidak beermielin, astrosit
protoplasmic, oligodendrosit, dan microglia.
Substansia alba terdiri dari seraaabut saraf
bermielin, astrosit fibrosa, oligodendrosit, dan
microglia.

Permukaan cerebellum melipat-lipat ke dalam secara


sejajar yang melibatkan kortex cerebelli (sustansia
grissea) dan medulla cerebelli (substansia alba).

Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.
Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

Medulla spinalis
Medulla spinalis berbentuk silindris panjang dan mengisi
canalis vertebralis. Pada setiap segmennya keluas sepasan
nervus spinalis. Secara mikroskopis, bagian sustansia
grissea tersusun atas sel-sel neuron yang membentuk
nucleus, pada bagian tengah terdapat kanalis sentralis.

Selubung otak

Duramater : terdapat jaringan pengikat padat

Arachnoid : merupakan bagian yang kontak dengan


duramater, membentuk trabecula, tanpa pembuluh darah.
Terdapat spatium subarachnoidea, yaitu ruangan diantara
trabecula yang terisi Liquot Crebrospinalis

Piamater : menutupi langsung permukaan susunan saraf


pusat. Di beberapa tempat tertentu menonjol kedalam
rongga ventrikulus yang dindingnya tidak berkembang yang
selanjutnya membentuk pleksus choroideus.
Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University

Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.


Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

Pleksus choroideus tersusun atas jaringan pengikat


longgar dan banyak terdapat sel makrofag,
permukannay dilapisi oleh epitel kuboid selapis yang
berasal dari sel ependim yang memiliki banyak
mikrovili.

Selubung medulla spinalis

Duramater : dipisahkan dengan permukaan kanalis


vetebralis oleh spatium epidurale, dilapisi epitel
gepeng selapis.

Arachnoid : dipisahkan dengan duramater oeh celah


sempit.

Piamater: lebih tebal daripada di daerah otak

Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.
Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

Fisiologi kepala

OTAK
Serebrum
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:
1. Lobus frontalis
2. Lobus parietalis
3. Lobus temporalis
4. Oksipitalis yang mengisi bagianbelakang dari serebrum.
Fungsi serebrum
5. Mengingat pengalaman yang lalu.
6. Pusat persarafan yang menangani, aktivitas mental, akal,
intelegensi, keinginan,dan memori.
7. Pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil.

Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.

Batang Otak
1. Diensefalon
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
b. Respiratori, membantu proses persarafan.
c. Mengontrol kegiatan refleks.
d. Membantu kerja jantung.
2. Mesensefalon
a. Membantu pergerakan mata,mengangkat kelopak mata.
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.
Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

3. Pons varoli
a. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan antara medula
oblongata dan serebelum atau otak besar.
b. Pusat saraf nervus trigeminus.
4. Medula oblongata
a. Mengontrol kerja jantung.
b. Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor).
c. Pusat pernapasan.
d. Mengontrol kegiatan refleks

Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.
Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

Serebellum
1. Arkhioserebelum (vestibuloserebelum), serabut aferen berasal dari
telinga dalam yangditeruskan oleh nervus VIII (auditorius) untuk
keseimbangan dan rangsangan pendengaranke otak.
2. Paleaserebelum (spinoserebelum. Sebagai pusat penerima impuls dari
reseptor sensasiumum medula spinalis dan nervus vagus (N.
trigeminus) kelopak mata, rahang atas, dan bawah serta otot
pengunyah.
3. Neoserebelum (pontoserebelum). Korteks serebelum menerima infor
masi tentanggerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan
mengaturgerakan sisi badan

Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.
Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit

Jelaskan mekanisme kesadaran


menurun!

Berat ringannya daerah otak yang mengalami


cedera akibat trauma kapitis tergantung pada
besar dan kekuatan benturan, arah dan tempat
benturan, serta sifat dan keadaan kepala sewaktu
menerima benturan.

Sehubungan dengan berbagai aspek benturan


tersebut maka dapat mengakibatkan lesi otak
berupa : lesi bentur (Coup), lesi antara (akibat
pergeseran tulang, dasar tengkorak yang
menonjol/falx dengan otak peregangan dan
robeknya pembuluh darah dan lain-lain=lesi
media), dan lesi kontra (counter coup)

Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.

Berdasarkan hal tersebut cedera otak dapat dibedakan


atas kerusakan primer dan sekunder.
1. Kerusakan Primer adalah kerusakan otak yang timbul
pada saat cedera, sebagai akibat dari kekuatan
mekanik yang menyebabkan deformasi jaringan.
2. Kerusakan Sekunder adalah kerusakan otak yang
timbul sebagai komplikasi dari kerusakan primer
termasuk kerusakan oleh hipoksia, iskemia,
pembengkakan otak, Tekanan Tinggi Intrakranial
(TTIK), hidrosefalus dan infeksi.

Bagaimana perspektif Islam sesuai


dengan skenario?
Diangkat pena dari tiga golongan:

Orang yang tidur hingga dia terjaga

Anak kecil hingga dia baligh

Orang gula sampai dia kembali akalnya

(HR. Abu Daud no 4403, di Shahihkan oleh Syaikh Al


Albani)Apabila engkau tidur sehingga tidak mengerjakan shalat,
atau engkau lupa mngerjakannya, kemudian kamu mngingatnya,
maka ketika ingat itulah waktu untuk mengerjakannya.
Rasulullah bersabda:
Barang siapa yang lupa mengerjakan shalat atau tertidur hingga
tidak mengerjakannya, maka kafaratnya adalah mengerjakan
shalat itu ketika dia mengingatnya

DAFTAR PUSTAKA
Cameron John R, dkk, Fisika Tubuh Manusia, Edisi 2, Jakarta, EGC, 2006
American College of Surgeons, Advance Trauma Life Support, Edisi 7
Sylvia A Price. Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Komisi Trauma IKBAI. ATLS Untuk Dokter Edisi 7, 2004.
Kolecki P. Hypovolemic Shock. 2012.
Romans Forensic, The Text Book Of Forensic. 25th Edition. Departement Of Forensic
Medicine. University Of Lambung Mangkurat
Suparjo. Konsep Dasar Bantuan Hidup Dasar. 2009.

Anonym. Innital Assessment. 2010.


Lumbantobing, SM. (2001) Stroke. Dalam: Neurogeriatri. FKUI, Jakarta.
Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke.
Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006
Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Widiyanto, T. Cedera Kepala Epidemiologi dan Patofisiologi.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • Skabies Jurding
    Skabies Jurding
    Dokumen14 halaman
    Skabies Jurding
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Montegia
    Lapsus Montegia
    Dokumen24 halaman
    Lapsus Montegia
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kulit Uci 4
    Tugas Kulit Uci 4
    Dokumen3 halaman
    Tugas Kulit Uci 4
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Skabies
    Jurnal Skabies
    Dokumen4 halaman
    Jurnal Skabies
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar + Daftar Isi
    Kata Pengantar + Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Kata Pengantar + Daftar Isi
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus
    Lapsus
    Dokumen19 halaman
    Lapsus
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • DEPAN
    DEPAN
    Dokumen15 halaman
    DEPAN
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus
    Lapsus
    Dokumen19 halaman
    Lapsus
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Kultweet
    Kultweet
    Dokumen1 halaman
    Kultweet
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Yang HGJ
    Yang HGJ
    Dokumen1 halaman
    Yang HGJ
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Montegia
    Lapsus Montegia
    Dokumen24 halaman
    Lapsus Montegia
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • PKM Jongaya, Monre 9 Des
    PKM Jongaya, Monre 9 Des
    Dokumen62 halaman
    PKM Jongaya, Monre 9 Des
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Orto Colles
    Lapsus Orto Colles
    Dokumen34 halaman
    Lapsus Orto Colles
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Ujian
    Lapsus Ujian
    Dokumen24 halaman
    Lapsus Ujian
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus
    Lapsus
    Dokumen16 halaman
    Lapsus
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen27 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Jhun Eju
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen48 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    cruss3101
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Ujian
    Lapsus Ujian
    Dokumen24 halaman
    Lapsus Ujian
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Ujian
    Lapsus Ujian
    Dokumen24 halaman
    Lapsus Ujian
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • JGGJHH
    JGGJHH
    Dokumen3 halaman
    JGGJHH
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Jurnal TIA
    Jurnal TIA
    Dokumen9 halaman
    Jurnal TIA
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Kasus Ujianbbnb
    Kasus Ujianbbnb
    Dokumen7 halaman
    Kasus Ujianbbnb
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Appendicitis
    Appendicitis
    Dokumen24 halaman
    Appendicitis
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • PORTOFOLIO Anastesi
    PORTOFOLIO Anastesi
    Dokumen14 halaman
    PORTOFOLIO Anastesi
    irsyadmb
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen27 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Jhun Eju
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen48 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    cruss3101
    Belum ada peringkat
  • Status Ujian 3
    Status Ujian 3
    Dokumen5 halaman
    Status Ujian 3
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat
  • Batu Saluran Kemih
    Batu Saluran Kemih
    Dokumen23 halaman
    Batu Saluran Kemih
    Fatia Pujiati
    Belum ada peringkat