Disusun Oleh :
warga
etnis
keturunan.
Oleh
sebab
itu
pendidikan
pengangguran
melalui.
Menurut
Global
Entrepreneurship
yang
mampu
mengidentifikasi
peluang,
mempunyai
menjadi
pemilik/manajer
perusahaan
mapan
(tahap
bertahan).
Dari
segi
kebijakan
sebetulnya
pemerintah
Indonesia
sudah
berencana
memasukkan
kewirausahaan
pada
sekolah
menengah umum.
Proses belajar mengajar kewirausahaan kalau tidak dirancang efecktif
dengan menggunakan pendekatan pedagogi yang tepat hanya akan
mengarah pada proses belajar mengajar tradisional yang tetap berpusat
pada guru, fokus pada hard-skill dan mengabaikan soft-skill yang
sangat penting bagi pembelajaran kewirausahaan (NESTA, 2007).
Di negara-negara maju pendidikan kewirausahaan populer karena 5
alasan (Charney & Libecap, 2000) yaitu :
a. Pembuatan
rencana
usaha
mengarahkan
mahasiswa
bisnis
lainnya.
Sehingga
menjadikan
pengalaman
baku
untuk
pendidikan
pendidikan
kewirausahaan
di
perguruan
tinggi
di
komitmen
perguruan
tinggi
yang
bersangkutan
untuk
kewirausahaan
(entrepreneurship)
berhubungan
dengan
wirausahawan
(entrepreneur)
proses di mana
menciptakan
dan
2005).
antara
karakter
dan
kemampuan
teknis
seorang
wirausahawan.
Karakteristik atau ciri-ciri wirausahawan itu sendiri sering menjadi
topik
diskursus
para
penulis/peneliti,
dan
yang
menjadikan
lebih
seperti
akuntansi,
keuangan,
pemasaran,
sistem
informasi
manajeman dan berfikir kritis bisa diajarkan di kelas secara formal. Akan
tetapi kemampuan lainnya atau dapat dikategorikan sebagai karakter
wirausahawan seperti kemampuan menilai,
mengatasi
orang lain,
adalah
kegiatan
mempunyai
tujuan
dari
memulai,
mencari
peluang
dan
(Shapero,
Vries,
1975;
1977;
Kets
Scase
de
and
kewirausahaan
pada
tahap
aplikasi
kegiatan
program
Dengan
pendidikan
tetapi
harus
disadari
pula
adanya
kendala-kendala
demikian,
Baum
McHargue
(2003)
menghubungkan
dan
ketidakjelasan.
Independen,
self-starting,
membangun
koalisi
Kerja-kelompok, hero-making
Yakin dengan nilai sendiri
Niche-craft
Dinamis,
bergolak,
stabil
Tetap bertahan
Tabel 2 Sikap Wirausahawan Mengahadapi Kondisi Lingkungan
Dengan
demikian
perlu
digarisbawahi
bahwa
pendidikan
Bloom,
berdasarkan penggagasnya
yaitu
Ranah
kognitif.
Ranah
kognitif
mencakup
pengetahuan
dan
evaluasi.
Ranah Afektif. Ranah ini mencakup perilaku emosional
menghadapi
sesuatu
seperti
perasaan,
apresiasi,
dalam
antusiasme,
yaitu
mengorganisir
-
menerima,
dan
merespon,
membandingkan
dan
menilai
fenomena,
nilai,
serta
melakukan
internalisasi nilai.
Ranah Psikomotor. Ranah ini mencakup gerakan dan
fisik, dan penggunaan
latihan
dan
diukur
koordinasi
berdasarkan
kecepatan,
ketepatan,
jarak,
mekanisme
(menjadikan
kebiasaan),
respon
lengkap,
maka pencapaian
mengisyaratkan
harus
berbasis
tujuan pendidikan
aktifitas
yang
yang
entrepreneurial
melalui
pendekatan
theory-based
sehingga
merupakan kombinasi
antara teori dan pengalaman nyata. Seperti dikutip oleh Heinonen dan
Poikkijoki (2006) dari Gibb, hal ini berarti meniru apa yang dilakukan oleh
Entrepreneur dalam cara belajarnya, yaitu belajar di dunia nyata melalui
adapative learning, mereka beorientasi pada tindakan dan sebagian
besar belajarnya berdasarkan pengalaman
motivasi
kepada
para
mahasiswa
untuk
mempunyai
entrepreneur
(Smith, 2006).
Untuk
aspek
kurikulumnya,
Solomon
dan
Fernald
(1991)
banyak dilakukan, padahal cara inilah yang paling tepat dilakukan untuk
mengukur berbagai pendidikan atau pelatihan kewirausahaan.
Berdasarkan suatu evaluasi pelatihan kewirausahaan
2006) membuktikan adanya hasil yang
(Hegarty,
secara kognitif,
Penjelasan
pembelajar
an
Kognitif
Memerlukan proses
berfikir. Intinya
pada pemahaman,
memori, analisa,
dan evaluasi
Afektif
Meliputi sikap,
emosi, perasaan
perasaan positif
serta fikiran
Keterampil
Belajar menuntut
organisasi
Melibatkan konsep inovasi
an
psikomotor
aktifitas tubuh
seperti membuat
model
fleksibilitas.
Tabel 5. Penilaian peserta terhadap pendidikan kewirausahaan
Jelas penilaian peserta didik sebagaiamana ditunjukkan oleh Tabel 5
sifatnya masih sementara karena belum terbukti hasilnya di dunia yang
sebenarnya, karena cara evaluasi di atas termasuk dalam level 1 dan 2.
Di lain pihak suatu penelitian yang dilakukan di Universitas Arizona AS
telah membuktikan dampak yang jelas bagi bagi peserta didik, industri
dan lingkungan (Charney dan Libecap, 1999) setelah investasi pendidikan
usaha baru.
Meningkatkan keinginan lulusan untuk berusaha sendiri.
Berpengaruh signifikan terhadap penghasilan lulusan.
Berkontribusi
pada
pertumbuhan
perusahaan
khususnya
perusahaan kecil.
Mempromosikan transfer teknologi dari universitas kepada sector
kurikulum
KESIMPULAN
Pendidikan kewirausahaan telah banyak diterapkan
di
banyak
komunikasi
bisnis dll ketika mahasiwa membuat rencana usaha, tetapi juga telah
memberikan inspirasi pembuatan kurikulum dan metodologi pembelajaran
mata kuliah mata kuliah lainya.. Selain itu juga dampak terhadap individu
dan lingkungan masyartakat semakin memperkuat pentingnya pendidikan
kewirausahaan bagi para mahasiswa yang notabene adalah generasi
muda yang akan menjadi pelaku dalam roda perekonomian suatu negara.
Selanjutnya, faktor yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
pendidikan kewirausahaan adalah perumusan tujuan pendidikan yang
mencakup domain atau ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Proses
pembelajaran yang dilakukan mahasiswa harus membawa mereka ke
dalam pengalaman-penalaman belajar yang spesifik sehingga mahasiswa
secara langsung diarahkan pada keterampilan, sikap dan perilaku yang
menjadi ciri serta fungsi kewirausahaan. Perubahan dari tradisi lama ke
cara baru pembelajaran kewirausahaan harus berani dilakukan agar
semua sumber daya yang telah dipergunakan mendapatkan hasil (return)
berarti. Untuk itu evaluasi pendidikan kewirausahaan perlu diteruskan
tidak saja berhenti pada tingkat post-test, tetapi juga sampai pada tingkat
dampak terhadap perubahan perilaku kewirausahaan yang diharapkan
terjadi pada para lulusan.