Anda di halaman 1dari 7

1.

Spektroskopi
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-metode
untuk menghasilkan dan menganalisis spektrum. Interpretasi spektrum
yang dihasilkan dapat digunakan untuk analisis unsur kimia, meneliti arus
energi atom dan molekul, meneliti struktur molekul, dan menentukan
komposisi gerak benda-benda langit. Spektroskopi merupakan studi
antaraksi radiasi elektromagnetik dengan materi. Ada dua jenis
spektroskopi, yaitu spektroskopi atom dan spektroskopi molekul. Dasar
dari spektroskopi atom adalah tingkat energi elektron terluar suatu atom
atau unsur, sedang dasar spektroskopi molekul adalah tingkat energi
molekul yang melibatkan energi elektronik, vibrasi, dan rotasi.
Berdasarkan sinyal radiasi elektromagnetik, spektroskopi terbagi
menjadi empat golongan yaitu, spektroskopi absorpsi, spektroskopi emisi,
spektroskopi scattering, spektroskopi fluoresensi.
Alat untuk mengukur panjang gelombang cahaya secara akurat
dengan menggunakan kisi difraksi atau prisma untuk memisahkan
panjang gelombang yang berbeda disebut spektrometer. Jenis
spektrometer antara lain adalah spektrometer sinar tampak, spektrometer
ultra-ungu, spektrometer infra merah, spektrometer resonansi magnet inti,
spektrometer serapan, spektrometer massa, dan spektrometer
fluoresensi. Perbedaan dari jenis spektrometer tersebut terletak pada
sumber cahaya atau sampel yang disesuaikan dengan apa yang akan
diteliti.
Komponen pokok spektrometer terdiri dari empat bagian penting yaitu
sumber radiasi/cahaya, monokromator, tempat cuplikan (kuvet), dan
detektor. Sumber radiasi adalah suatu sumber energi yang memancarkan
pancaran radiasi elektromagnetik, sedangkan monokromator adalah alat
yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan
satu panjang gelombang. Monokromator untuk radiasi ultra violet, sinar
tampak dan infra merah adalah serupa, yaitu mempunyai celah (slit),

lensa, cermin, dan prisma atau grating. Terdapat dua macam


monokromator yaitu monokromator prisma bunsen dan monokromator
grating czemey-turney.

2. Spektroskopi Fluoresensi
Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu
materi setelah tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Emisi
cahaya terjadi karena proses absorbsi cahaya oleh atom yang
mengakibatkan keadaan atom tereksitasi. Keadaan atom yang tereksitasi
akan kembali keadaan semula dengan melepaskan energi berupa cahaya
(deeksitasi). Fluoresensi merupakan proses perpindahan atom tingkat
energi dari keadaan atom tereksitasi ( s1 atau s2 ) menuju keadaan stabil
(ground states). Proses fluoresensi berlangsung lebih lama, sekitar 1
sampai dengan 1000 mili detik.
Teknik analisis spektrofluorometri adalah termasuk salah satu tenik
analisis instrumental disamping teknik kromatografi dan elektroanalisis
kimia. Teknik tersebut memanfaatkan fenomena interaksi materi dengan
gelombang elektromagnetik seperti sinar-x, ultraviolet, cahaya tampak dan
inframerah. Fenomena interaksi bersifat spesifik baik absorpsi maupun
emisi. Interaksi tersebut menghasilkan signal-signal yang disadap sebagai
alat analisis kualitatif dan kuantitatif. Contoh teknik spektroflourometri
absorpsi adalah UV/VIS, inframerah (FT-IR) dan absorpsi atom (AAS).
Sedang contoh spektrofluorometri emisi adalah spektrofluorometri nyala
dan inductively coupled plasma (ICP), yang merupakan alat ampuh dalam
analisis logam. Masih banyak teknik lain yang didasarkan pada hamburan
atau difraksi cahaya seperti turbidimetri dan sinar-x.
A. prinsip fluoresensi
Prinsip-prinsip umum dapat diilustrasikan dengan diagram Jablonski
(Veberg, 2006), seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah. Menurut

diagram Jablonski energi emisi lebih rendah dibandingkan dengan


eksitasi. Ini berarti bahwa emisi fluoresensi yang lebih tinggi terjadi
padapanjang gelombang dari penyerapan (eksitasi). Perbedaan antara
eksitasi dan panjang gelombang emisi dikenal sebagai pergeseran Stoke.

Langkah pertama (i) adalah eksitasi, di mana cahaya diserap oleh


molekul,yang ditransfer ke keadaan tereksitasi secara elektronik yang
berarti bahwa sebuahelektron bergerak dari keadaan dasar singlet, S0, ke
keadaan singlet tereksitasiS1. Inidiikuti dengan relaksasi getaran atau
konversi internal (ii), dimana molekul inimengalami transisi dari elektronik
atas ke yang lebih rendahS 1, tanpa radiasiapapun. Akhirnya, emisi
terjadi (iii), biasanya 10 - 8 detik setelah eksitasi, ketika kembali elektron
kekeadaan dasar lebih stabil, S0, memancarkan cahaya pada
panjanggelombang yang sesuaidengan perbedaan energi antara kedua
negara elektronik.
Dalam molekul, masing-masing kondisi elektronik memiliki beberapa
kondisibagian getaran terkait. Dalam keadaan dasar, hampir semua
molekul menempatitingkat vibrasi terendah. Dengan eksitasi dengan sinar
UV atau terlihat, adalahmungkin untuk mempromosikan molekul yang
tertarik ke salah satu tingkat getaranbeberapa tingkat tereksitasi secara
elektronik yang diberikan. Ini berarti bahwa emisifluoresensi tidak hanya

terjadi pada satu panjang gelombang tunggal, melainkanmelalui distribusi


panjang gelombang yang sesuai untuk transisi vibrasi beberapasebagai
komponen dari transisi elektronik tunggal. Inilah sebabnya mengapa
eksitasidan spektrum emisi diperoleh untuk menggambarkan secara rinci
karakteristik molekul fluoresensi
1.

Luminesensi.

Yaitu emisi fotons dari keadaan tereksitasi elektronik. Terdapat dua tipe
luminesensi antara lain : a. Relaksasi dari keadaan eksitasi singlet
excited. b. Relaksasi dari keadaan eksitasi triplet.
2.

Keadaan singlet dan triplet stated.

Yaitu keadaan dasar dua elektron perorbital.


Keadaan eksitasi singlet : elektron pada orbital tinggi memiliki arah spin
berlawanan relative terhadap elektron dalam orbital lebih rendah.
Keadaan eksitasi triplet : elektron valence tereksitasi secara spontan
berbalik arah spinnya. Proses ini disebut intersystem crossing. Elektron
dalam kedua orbital sekarang memiliki arah spin yang sama.
3.

Jenis emisi

Dimana fluoresensi kembali dari keadaan eksitasi singlet ke keadaan


dasar, tidak memerlukan perubahan arah spin. Fosforesensi yaitu kembali
dari keadaan eksitasi triplet ke keadaan dasar, elektron perlu perubahan
arah spin. Laju emisi fluoresensi beberapa tingkat lebih cepat dari pada
fosforesensi. Proses fluorosensi dalam keadaan tereksitasi, elektron akan
di promosikan ke orbital anti-bonding menjadikan atom dalam ikatan
kurang kuat terikat sehingga bergeser ke kanan kurva energi potensial
S1 akibatnya elektron terpromosikan ke level energi vibrational eksitasi
S1 lebih tinggi dari pada level vibrational dalam keadaan dasar. Deteksi
vibrational berlangsung lewat tabrakan intermolekul pada skala waktu 10 12

s (lebih cepat dari pada proses fluoresensi).

B. Absorbsi

Ketika suatu atom atau molekul mengabsorbsi energi cahaya sebesar


hA maka elektron-elektron pada kondisi dasar (ground sate) S0akan
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi ke tinggat S1 atau S2. Waktu
yang dibutuhkan untuk proses tersebut kurang dari 1piko detik.

Atom akan mengalami konversi internal atau relaksasi pada kondisi S1


dalam waktu yang sangat singkat sekitar 10-1ns, kemudian atom tersebut
akan melepaskan sejumlah energi sebesar hfyang berupa cahaya.
Karenanya energi atom semakin lama semakin berkurang dan akan
kembali menuju ke tingkat energi dasar S0 untuk mencapai keadaan
suhu yang setimbang (thermally equilibrium). Emisi fluoresensi dalam
bentuk spektrum yang lebar terjadi akibat perpindahan tingkat energi S1
menuju ke sub-tingkat energi S0 yang berbeda-beda yang menunjukan
tingkat keadaan energi dasar vibrasi atom 0, 1, dan 2 berdasarkan prinsip
Frank-Condon.

C. Instrumen

Pengukuran intensitas fluoresensi dapat dilakukan dengan suatu


fluorometer filter sederhana. Fluorometri adalah suatu metode analisis
yang erat hubungannya dengan spektrofluorometri. Energi yang di serap
oleh molekul untuk transisi elektronik ke level energi yang lebih tinggi
harus dilepaskan kembali pada waktu kembali ke level energi terendah.
Energi yang dilepaskan ini dapat berupa panas dan untuk beberapa
molekul tertentu sebagian dari energi yang diserap dipancarkan kembali
berupa cahaya (fluoresensi). Secara sederhana prinsip kerja fluoresensi
adalah :
1. Menembakkan radiasi foton elektromagnetik ke material yang
diteliti.
2. Radiasi elektromagnetik yang dipancarkan akan berinteraksi
dengan elektron yang berada di kulit K suatu unsur.
3. Elektron yang berada dikulit K akan memiliki energi kinetik
yang cukup untuk melepaskan diri dari ikatan inti, sehingga
elektron itu akan terpental keluar.

D. Aplikasi fluoresensi
Suatu contoh senyawa fluresen ialah fluoresein yang pernah
digunakan untuk menandai pesawat terbang yang jatuh dilaut. Dalam
larutan air dan dengan adanya cahaya fluoresein kelihatan merah
dengan fluoresensi kunig-hijau yang kuat. Beberapa senyawa

fluoresen, yang disebut pemutih optis digunkan sebagai pemutih


tekstil. Senyawa ini adalah senyawa tak berwarna yang menyerap
cahaya ultraviolet tepat diluar rentang panjang gelomban cahaya
tampak, kemudian memancarkan cahaya biru-ungu pada pinggir
spektrum cahaya tampak. Warna biru-ungu ini menutupi penguningan
tekstil itu. Contoh rambu- rambu lalu lintas, beberapa jenis cat, dan
stiker yang bersifat fluoresensi. Fluoresensi berarti juga kelihatan
bersinar bila kena sinar.

Anda mungkin juga menyukai