Anda di halaman 1dari 11

2.

3 Impaksi
2.3.1 Definisi Impaksi
Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan
posisinya berlawanan dengan gigi lainya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh
tulang dan jaringan lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat juga oleh karena
adanya jaringan patologis. Impaksi dapat diperkirakan secara klinis bila gigi
antagonisnya sudah erupsi dan hampir dapat dipastikan bila gigi yang terletak pada
sisi yang lain sudah erupsi.(Nassir, 2008)
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktersediaan ruangan yang cukup pada
rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut.
(Alamsyah, 2005)
Secara umum impaksi adalah keadaan jika suatu gigi terhalang erupsi untuk
mencapai kedudukan yang normal. Impaksi gigi dapat berupa gigi yang tumbuhnya
terhalang sebagian atau seluruhnya oleh gigi tetangga, tulang atau jaringan lunak
sekitarnya. (Chanda, 2007)

2.3.2. Etiologi Impaksi


Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan ruang,
kista, gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan kondisi
sistemik.8 Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah

ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi
adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu
diperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak berubah.
(Chanda, 2007)
Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta
letaknya terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal
tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi
permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan
salah satu penyebab terjadinya impaksi. (Chanda, 2007)
Penyebab meningkatnya impaksi gigi geraham rahang bawah disebabkan oleh
karena faktor kekurangan ruang untuk erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara lain
jenis makanan yang dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk mencerna
tidak memerlukan kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya rahang bawah
menjadi kurang berkembang. (Astuti, 2002)
Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab
terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang
normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupa
hambatan dari sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri. (Tjiptono, 1989)
Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena : (Tjiptono, 1989)
1.
2.
3.
4.

Tulang yang tebal serta padat


Tempat untuk gigi tersebut kurang
Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut
Adanya gigi desidui yang persistensi

5. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat


Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi oleh karena :
1. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distal dan lain-lain.
2. Daya erupsi gigi tersebut kurang.

2.3.3. Klasifikasi Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah


1. Berdasarkan sifat jaringan (Balaji, 2009)
Berdasarkan sifat jaringan, impaksi gigi molar ketiga dapat diklasifikasikan
menjadi
1) Impaksi jaringan lunak
Adanya jaringan fibrous tebal yang menutupi gigi terkadang mencegah erupsi gigi
secar normal. Hal ini sering terlihat pada kasus insisivus sentral permanen, di
mana kehilangan gigi sulung secara dini yang disertai trauma mastikasi
menyebabkan fibromatosis
2) Impaksi jaringan keras
Ketika gigi gagal untuk erupsi karena obstruksi yang disebabkan oleh tulang
sekitar, hal ini dikategorikan sebagai impaksi jaringan keras. Di sini, gigi impaksi
secara utuh tertanam di dalam tulang, sehingga ketika flap jaringan lunak
direfleksikan, gigi tidak terlihat. Jumlah tulang secara ekstensif harus diangkat,
dan gigi perlu dipotong-potong sebelum dicabut.

2. Klasifikasi Pell dan Gregory

Pell dan Gregory menghubungkan kedalaman impaksi terhadap bidang


oklusal dan garis servikal gigi molar kedua mandibula dalam sebuah pendekatan dan
diameter mesiodistal gigi impaksi terhadap ruang yang tersedia antara permukaan
distal gigi molar kedua dan ramus ascendens mandibula dalam pendekatan lain.
(Obimakinde, 2009)

Gambar Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Pell dan Gregory.
Sumber : Monaco G, et.al, Reliability of panoramic radiographyin evaluating the topographic
relationship between the mandibular canal and impactedthird molars. JADA American Dental
Association. 2004

1)

Berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibular (Pederson,

1996)
(1) Kelas I

Diameter anteroposterior gigi sama atau sebanding dengan ruang antara batas
anterior ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua. Pada kelas I
ada celah di sebelah distal Molar kedua yang potensial untuk tempat erupsi Molar
ketiga.
(2) Kelas II
Sejumlah kecil tulang menutupi permukaan distal gigi dan ruang tidak adekuat
untuk erupsi gigi, sebagai contoh diameter mesiodistal gigi lebih besar daripada
ruang yang tersedia.10 Pada kelas II, celah di sebelah distal M
(3) Kelas III:
Gigi secara utuh terletak di dalam mandibula akses yang sulit. Pada kelas III
mahkota gigi impaksi seluruhnya terletak di dalam ramus.
2) Berdasarkan kedalamannya, dalam hubungannye terhadap garis servikal Molar
kedua disebelahnya (Pederson, 1996)
(1) Posisi A
Bidang oklusal gigi impaksi berada pada tingkat yang sama dengan oklusal gigi
molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga yang impaksi berada pada atau di
atas garis oklusal.
(2) Posisi B
Bidang oklusal gigi impaksi berada pada pertengahan garis servical dan bidang
oklusal gigi molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga di bawah garis oklusal
tetapi di atas garis servikal Molar kedua.
(3) Posisi C
Bidang oklusal gigi impaksi berada di bawah tingkat garis servikal gigi molar
kedua. Hal ini juga dapat diaplikasikan untuk gigi maksila. Mahkota gigi yang
impaksi terletak di bawah garis servikal atau didalam ramus mandibular.

3.

Klasifikasi Winter

Winter mengajukan sebuah klasifikasi impaksi gigi molar ketiga mandibula


berdasarkan hubungan gigi impaksi terhadap panjang aksis gigi molar kedua
mandibula. Beliau juga mengklasifikasikan posisi impaksi yang berbeda seperti
impaksi vertikal, horizontal, inverted, mesioangular, distoangular, bukoangular, dan
linguoangular. (Obimakinde, 2009)

Gambar Klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah menurut Archer dan Kruger (1 mesioangular,
2 distoangular, 3 vertical, 4 horizontal, 5 buccoangular, 6 linguoangular, 7 inverted)
Sumber : Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg. 2007

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Posisi Mesioangular : Condong/miring ke mesial


Posisi Distoangular : Condong/miring ke distal
Posisi Vertikal : Gigi impaksi normal/tegak/vertikal
Posisi Horizontal: Gigi impaksi datar/tertidur/horisontal
Posisi Buccoangular : Condong/miring ke bukal
Posisi Linguoangular : Condong/miring ke lingual
Posisi Inverted : Gigi impaksi terbalik
Posisi Unusual: Horisontal dan terletak jauh kedistal dari tempat semestinya
.Disamping juga dapat terjadi : Buccal version, Lingual version, Torso

2.3.

version.
4
Evaluasi Klinis

Pemeriksaan awal harus berupa sebuah riwayat medis dan dental, serta
pemeriksaan klinis ektra oral dan intral oral yang menyeluruh. Hasil penemuan positif
dari pemeriksaan ini seharusnya dapat mendeterminasikan apakah pencabutan
diindikasikan atau disarankan, dan harus mengikutsertakan pemeriksaan radiologi.
(Balaji, 2009)
1.

Pemeriskaan Umum (Balaji, 2009)


Pemeriksaan umum harus dilakukan dengan cara yang sama dengan prosedur

pembedahan lainnya. Adanya gangguan sistemik atau penyakit sistemik harus


dideteksi dan kehati-hatian harus diterapkan sebelum pembedahan. Pasien juga harus
diperiksa apakah sedang menjalani terapi tertentu, seperti terapi irradiasi, terapi
cytostatic, dan transplantasi organ.
2.
(1)

Pemeriksaan Lokal (Balaji, 2009)


Status erupsi gigi impaksi. Status erupsi gigi impaksi harus diperiksa karena
status pembentukan mendeterminasikan waktu pencabutan. Idealnya, gigi dicabut
ketika duapertiga akar terbentuk. Jika akar telah terbentuk sempurna maka gigi

menjadi sangat kuat, dan gigi terkadang displitting untuk dapat dicabut.
(2) Resorpsi molar kedua. Karena kurangnya ruang molar ketiga yang impaksi
sehingga memungkin terjadi resorpsi akar pada molar kedua. Setelah pencabutan
gigi molar ketiga yang impaksi, molar kedua harus diperiksa untuk intervensi
endodontik atau periodontik tergantung pada derajat resorpsi dan keterlibatan
pulpa.
(3) Adanya infeksi lokal seperti periokoronitis. Infeksi ini merupakan sebuah
inflamasi jaringan lunak yang menyelimuti mahkota gigi yang sedang erupsi yang

hampir seluruhnya membutuhkan penggunaan antibiotik atau prosedur yang


jarang dilakukan, eksisi pembedahan pada kasus rekuren. Periokoronitis rekuren
terkadang membutuhkan pencabutan gigi impaksi secara dini.
(4) Pertimbangan ortodontik. Karena molar ketiga yang

sedang

erupsi,

memungkinkan terjadi berjejal pada regio anterior setelah perawatan ortodonti


yang berhasil. Oleh karena itu, disarankan untuk mencabut gigi molar ketiga yang
belum erupsi sebelum memulai perawatan ortodontik.
(5) Karies atau resorpsi molar ketiga dan gigi tetangga. Akibatnya kurangnya ruang,
kemungkinan terdapat impaksi makanan pada area distal atau mesial gigi impaksi
yang menyebabkan karies gigi. Untuk mencegah karies servikal gigi tetangga,
disarankan untuk mencabut gigi impaksi.
(6) Status periodontal. Adanya poket sekitar gigi molar ketiga yang impaksi atau
molar kedua merupakan indikasi infeksi. Penggunaan antibiotic disarankan harus
dilakukan sebelum pencabutan gigi molar ketiga impaksi secara bedah untuk
mengurangi komplikasi post-operatif.
(7) Orientasi dan hubungan gigi terhadap infeksi saluran akar gigi. hal ini akan
didiskusikan secara detail pada pemeriksaan radiologi.
(8) Hubungan oklusal. Hubungan oklusal molar ketiga rahang atas terhadap molar
ketiga rahang bawah harus diperiksa. Ketika gigi molar ketiga rahang bawah yang
impaksi berada pada sisi yang sama diindikasikan untuk ekstraksi, sisi yang
satunya juga harus diperiksa.
(9) Nodus limfe regional. Pembengkakan dan rasa nyeri pada nodus limfe regional
mungkin terindikasi infeksi molar ketiga
(10) Fungsi temporomandibular joint.
2.3.5

Komplikasi

Gigi impaksi yang tidak segera diambil akan menimbulkan beberapa masalah
lain. Masalah ini di antaranya :
1. Penyakit gusi. Bakteri dan makanan akan terjebak di dalam gusi yang
menutupi gigi impaksi, hal ini bisa menimbulkan infeksi. Penyakit gusi yang
dialami bisa ringan (gingivitis) atau menjadi lebih parah (periodontitis).
2. Crowding. Istilah ini biasanya ditujukan untuk susunan gig yang tidak teratur.
Gigi geraham ketiga bisa mendorong gigi lain yang akibatnya merusak
susunan gigi yang sudah rapi.
3. Berlubang. Karena gigi ini kadang posisinya sangat sulit dicapai saat
menyikat gigi, mungkin saja jarang terbersihkan optimal. Akibatnya, muncul
lubang gigi.
4. Kista. Gigi geraham ketiga ini mahkotanya terbentuk dalam sebuah kantung
di rahang. Jika kantung ini tetap ada karena gigi yang tertahan, kantung ini
bisa terisi cairan, akhirnya terbentuk kista yang bisa merusak tulang rahang,
gigi bahkan saraf. Yang paling parah adalah terbentuknya tumor yang harus
dibuang dari jaringan mulut.
2.3.6

Perawatan

Gigi impaksi tidak otomatis harus dibuang. Tapi, ada dua pilihan perawatan yang
utama. Yaitu:
1. Perawatan konservatif
Jika gigi impaksi tidak menyebabkan masalah, dokter gigi anda mungkin akan
menyarankan untuk membiarkan saja tapi dengan pengawasan. Hal ini juga
berlaku untuk mereka yang tidak mungkin mengeluarkan gigi tersebut dengan
alasan kesehatan. Di bawah bimbingan dokter gigi anda atau ahli bedah mulut,
anda bisa merawat gigi impaksi anda dengan berkumur menggunakan mouthwash
(obat kumur), air garam atau obat penghilang rasa sakit.Tapi jika masalahnya
semakin parah, sebaiknya memang dioperasi. (Mulyanto, 2008)
2. Pencabutan/pembedahan
Para ahli setuju bahwa ketika geraham yang terimpaksi menyebabkan komplikasi
lebih parah, maka gigi tersebut harus dicabut. Beberapa ahli malah
memerintahkan pencabutan, tidak peduli apakah gigi tersebut memang
menimbulkan masalah atau tidak. Mereka berpendapat, gigi impaksi, meskipun
belum menimbulkan masalah, akan menimbulkan masalah suatu saat nanti, dan
sebaiknya ketika si pasisen masih muda segera dicabut. Penyebabnya karena
semakin muda pasien, semakin cepat dia mengalami penyembuhan setelah
operasi. Inilah sebabnya mengapa ada banyak anak SMU atau kuliahan yang
dioperasi untuk mencabut gigi impaksinya. Bahkan, jika si anak akan memakai
kawat gigi, dokter giginya biasanya akan menyarankan pencabutan gigi ini dulu.
(Mulyanto, 2008)

Sebetulnya tidak ada yang salah atau yang benar, apakah anda mencabut atau
tidak, semua tergantung dari kondisi anda sendiri.Seperti undang-undang kesehatan
yang baru, dokter hanya menyarankan dan pasienlah yang akan memutuskan apakah
anda memang perlu pencabutan atau tidak. (Mulyanto, 2008)

Sumbeer:
- Alamsyah RM, Situmarong N. Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi
terhadap kualitas hidup mahasiswa universitas sumatera barat. Dentika Dental
Journal 2005
- Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut 2nd ed. Alih Bahasa: Purwanto,
Basoeseno. Jakarta: EGC; 1996.
- Chanda MH, Zahbia ZN. Pengaruh bentuk gigi geligi terhadap terjadinya
impaksi gigi molar ketiga rahang bawah. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi
2007
- Astuti ERT. Prevalensi karies pada permukaan distal gigi geraham dua rahang
bawah yang diakibatkan oleh impaksi gigi geraham tiga rahang bawah.Jurnal
MIKGI 2002
- Nasir M, Mawardi. Perawatan impaksi impaksi gigi insisivus sentralis maksila
dengan kombinasi teknik flep tertutup dan tarikan ortodontik (laporan kasus).
Dentika Dental Jurnal 2003
- Tjiptono KN, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu bedah mulut 2nd ed.
Jakarta:Cahaya Sukma;1989.
- Balaji SM. Oral and maxillofacial surgery. Delhi: Elsevier; 2009.
Obimakinde OS. Impacted mandibular third molar surgery; an overview.
Dentiscope 2009

Anda mungkin juga menyukai