Anda di halaman 1dari 1

Ketebalan dari jaringan lunak yang berada di superior alveolar crest diukur menggunakan periodontal

probe ke area tulang. Pengukuran menunjukan hasil 5 mm. ketebalan jaringan lunak 3-5 mm merupakan
kedalaman yang ideal untuk desain pontik ovate. Pasien tidak dapat dilakukan pencabutan gigi pada
kunjungan pertama karena pasien sedang mengonsumsi aspirin.

Gigi insisiv sentral rahang bawah yang direncanakan untuk diekstraksi dihilangkan pada model kerja.
Area yg hilang dibentuk menyerupai outline dan kedalaman jaringan. Prothesa akhir didesain untuk
membentuk gambaran jaringan lunak yang natural dengan memperluas area pontik 3-4 mm ke area
soket ekstraksi. Desain adaptif ini berfungsi untuk mencegah impaksi makanan, meningkatkan estetik,
dan fungsi.

Pada kunjungan kedua, prothesa final yang sudah steril diaplikasikan pada pasien tepat setalah proses
ekstraksi gigi serta diperiksa perpanjangan prothesa ke soket dan efek hemostatisnya. Desensitizer
diaplikasikan pada gigi abutment untuk mencegah hipersensitif post operasi. Setelah memeriksa derajat
efek homeostatis, pemasangan prothesa estetis langsung dilakukan tepat setelah pencabutan gigi.

Penyembuhan dan stabilisasi jaringan lunak membutuhkan waktu 2 bulan. Foto diambil pada saat
dilakukannya follow up 2 bulan setelah dilakukannya pemasangan. Tidak ada tanda resesi Gusi. Pasien
puas terhadap hasil yang didapat ditambah dengan stabilitas dari perawatan tanpa adanya
ketidaknyamanan atau tanda lain yang ditemukan pada saat follow up.

DISKUSI

Prognosis dari penggunaan prothesa setelah ekstraksi gigi pada pasien terhadap penyakit periodontal
dipengaruhi oleh motivasi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut pasien. Pada kasus ini, pasien
diinstruksikan untuk melakukan oral hygiene setelah menerima perawatan periodontal untuk perawatan
prosthodonti. Hal ini dapat menghasilkan prognosis yang baik.

Melalui terapi periodontal dan program oral hygiene, rekurensi dari periodontitis dan progres
penghancuran jaringan periodontal dapat dicegah. Hal ini juga dilaporkan pada literatur sebelumnya
sebagai terapi periodontal yang efektif untuk pasien yang memiliki restorasi jembatan. Oleh karena itu,
pencegahan dari resesi gusi dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan periodontal melalui oral
hygiene yang aktif dan edukasi pasien. Paaien pada kasus ini telah diterapi untuk mencegah karies
sekunder melalui fluoridasi periodik pada waktu 3 bulan kunjungan pasien.

Sayangnya, meninggal akibat penyakit rekuren setelah penggunaan prothesa. Akibatnya, perubahan
jaringan lunak tidak dapat dievaluasi setelah dua bulan. Follow up jangka panjang dibutuhkan untuk
mengevaluasi stabilitas jaringan lunak dan resesi gingiva.

Jumlah kunjungan berkurang dan waktu perawatan dipersingkat. Kegelisahan pasien akan proses
ekstraksi gigi berkurang karena struktur fasial tetap dan pasien dapat melanjutkan aktivitasnya tanpa
adanya gangguan pada kehidupan sosialnya. Pasien mendapatkan kepuasan yang tinggi dengan
menggunakan prothesa estetik langsung setelah dilakukannya pencabutan gigi. Beberapa masalah yang
muncul seperti resesi gingiva terjadi pada kasus biotipe gusi yang tipis, tetapi dengan
mempertimbangkan biotipe gusi pasien, prediksi dari hasil setelah perawatan melalui diagnostic wax up,
dan preparasi yang akurat menggunakan indeks putty, hasil perawatan dapat diprediksi.

Anda mungkin juga menyukai