membagikan sebuah cara bagaimana penamaan senyawa kimia. Materi ini, admin
dapat dari sekolah pada palajaran kimia sekitar seminggu yang lalu. Baiklah tanpa
panjang lebar, berikut adalah cara penamaan senyawa kima sederhana.
Setiap senyawa mempunyai nama yang khas. Himpunan kimia sedunia, IUPAC
(International Union of Pure and Applied Chemistry), telah membuat aturan
mengenai penamaan senyawa kimia. Di dunia, ada beberapa senyawa yang
memiliki dua nama, yaitu satu nama yang sesuai dengn aturan IUPAC, dan satu
nama lagi berasal dari nama trivial atau nama dagang. Berikut ini adalah beberapa
aturan tata nama senyawa sesuai dengan aturan IUPAC
Untuk unsur logam yang hanya mempunyai satu bilangan oksidasi (baca juga
cara menentukan bilangan oksidasi disini), penamaannya dengan cara
menyebutkan nama unsur nonlogam didepan dan kemudian nama unsur
nonlogam disertai akhiran ida
Untuk unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi,
penamaan adalah dengan cara menuliskan nama unsur logam disertai
dengan menuliskan bilangan oksidasinya dengan menggunakan angka
romawi di dalam tanda kurung dan nama nonlogam di belakang disertai
akhiran ida. Untuk penamaan dengan metode ini dapat dengan
menggunakan nama lokal atau nama dagang untuk nama unsur logamnya.
Nama unsur nonlogam (bilangan oksidasi dalam angka romawi) + nama unsur
nonlogam ida
Contoh :
1. CuCI = Tembaga (I) Klorida
2. SnO = Timah (II) Oksida
3. CuCI2 = Tembaga (II) Klorida
4. SnO2 = Timah (IV) Oksida
5. PbO = Timbel (II) Oksida
6. CuI2 = Tembaga (II) Iodida
7. MnO2 = Mangan (IV) Oksida
8. AgF = Perak (I) Flourida
9. HgO = Mercuri (II) Oksida
10. PbCl2 = Timbel (II) Klorida
11. Fe2O3 = Besi (III) Oksida
12. SnF2 = Timah (II) Flourida
13. AuCl3 = Emas (III) Klorida
Untuk unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, ada
dua cara :
1. Jika bilangan oksidasi pada unsur logam lebih kecil, maka diakhiri dengan o
2. Jika bilangan oksidasi pada unsur logam lebih besar, maka diakhiri dengan i
Nama unsur logam i atau o + nama unsur nonlogam
TIPS
Cara mengetahui apakah bilangan oksidasi suatu unsur lebih besar atau lebih kecil
adalah dengan melihat SPU (Sistem Periodik Unsur). Lihatlah tepat diatas lambing
unsur, angka tersebut merupakan angka yang menunjukkan bilangan oksidasi suatu
unsur. Misal unsur H hanya mempunyai satu bilangan oksidasi, yaitu +1, sementara
unsur Fe mempunyai dua bilangan oksidasi, yaitu +2, dan +3 (artinya bilangan
oksidasi +2 merupakan bilangan oksidasi kecil dari unsur Fe, dan bilangan oksidasi
+3 merupakan bilangan oksidasi besar dari unsur Fe).
Contoh :
1. PbO = Plumbo Oksida (bilangan oksidasi Pb = +2 => lebih kecil)
2. CuCI2 = Cupri Iodida (bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
3. CuCl = Cupro Klorida (bilangan oksidasi Cu = +1 => lebih kecil)
4. CuCl2 = Cupri Klorida (bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
5. FeCI2 = Ferro Klorida (bilangan oksidasi Fe = +2 => lebih kecil)
6. FeCl3 = Ferri Klorida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
7. HgO = Hidra Argiri Oksida (bilangan oksidasi Hg = +2 => lebih besar)
8. FeO3 = Ferri Oksida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
9. SnF2 = Stanno Flourida (bilangan oksidasi Sn = +2 => lebih kecil)
10. AuCl3 = Auri Klorida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
Unsur dengan atom (baca juga teori perkembangan atom disini) yang
cenderung bermuatan positif, diletakkan didepan. Sementara unsur dengan
atom yang cenderung bermuatan negatif diletakkan dibelakang. Adapun
urutannya adalah sebagai berikut :
B Si C Sb As P N H Te Se S I Br CI O F
Contoh :
Satu = mono
Dua = di
Tiga = tri
Empat = tetra
Lima = penta
Enam = heksa
Tujuh = hepta
Delapan = okta
Sembilan = nona
Sepuluh = deka
Contoh :
1. PCl3 = Fosfor Triklorida (indeks 1 pada unsur P tidak perlu ditulis)
2. N2O3 = Dinitrogen Trioksida
3. NO = Nitrogen Oksida
Asam + sisanya
Contoh :