Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
a. Penulisan kasus
SKENARIO 2
Amanah yang tertunda
Seorang perempuan berusia 29 tahun, G4P0A3H0, usia gestasi 10 minggu datang ke
Unit Gawat Darurat dengan keluhan perut terasa sakit, dari daerah kemaluan keluar
darah yang banyak dan menggumpal. Menurut pasien, selama 2 mingguterakhir sudah
keluar flek-flek yang tampak pada celana dalamnya. Hasil USG masih terlihat adanya
sisa jaringan dan akan dilakukan tindakan curettage. Pasien tampak terpukul dengan
apa yang dialaminya.
b. Daftar kata sulit
1. Gestasi
2. Curretage
3. GPAH
4. USG
c. Daftar kata kunci
1. abortus
d. Daftar pertanyaan
1. Etiologi abortus ?
2. Klasifikasi abortus ?
3. Komplikasi abortus ?
4. Penatalaksanaan abortus ?
5. Perbedaan dari aborsi dan abortus ?
6. Pathway abortus ?
7. Pemeriksaan diagnostic abortus ?
8. Manifestasi Klinis abortus ?
9. Pencegahan dari abortus ?
10. Penatalaksanaan curettage ?
11. Penatalaksaan abortus berdasarkan tipe ?
12. Indikasi curettage ?
13. Asuhan keperawatan abortus ?

BAB II
PEMBAHASAN

a. Jawaban kata sulit


Brainstorming
1. Gestasi : periode waktu bayi didalam rahim.
2. Curretage : tindakan medis mengeluarkan jaringan dalam rahim.
3. GPAH : Gravida, Partus, Abortus, Hidup.
4. USG : alat untuk menciptakan gambar secara ilustrasi
Referensi
2

1. Gestasi : periode waktu bayi berada dalam rahim (kamus keperawatan)


2. Curretage :
- alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau puling
-

disebuah biopsy, eksisi atau prosedur pembedahan. (Michelson, 1998)


prosedur mengerik baik dalam organ berongga, seringkali uterus, untuk
mengambil pertumbuhan atau jaringan yang akan diperiksa (kamus
keerawatan)

3. GPAH : Gravida : jumlah kehamilan, Partus : jumlah kelahiran, Abortus :


jumlah aborsi / keguguran, Hidup : Jumlah anak yang hidup. (M. Nugroho S.
2010)
4. USG : Ultrasonografi adalah pemeriksaan untuk menentukan apakah janin
masih hidup atau tidak, serta menentukan prognosis. (Iis sinsin)
b. Jawaban pertanyaan :
1. Etiologi abortus ?
a. Penyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah
(Mochtar, 2002):
1) Faktor Maternal
a) Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita:
(1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lainlain).
(2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
(3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnyaprogesteron atau estrogen,
endometritis, dan mioma submukosa.
(4) Terus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, molahidatidosa).
(5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
b) Penyakit-penyakit ibu
Penyebab abortus belum diketahui secara pasti penyebabnya meskipun
sekarang berbagai penyakit medis, kondisi lingkungan, dan kelainan
perkembangan diperkirakan berperan dalam abortus. Misalnya pada:
(1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya.
Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi
kuman atau virus pada fetus.
(2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.

(3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat,
anemi gravis.
(4) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.
c) Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah
fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya
fetus.
d) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Misalnya, sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi,
dan lain-lain.
Dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak
langsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.
e) Gangguan Sirkulasi Plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis olehkarena
lues.
f) Usia Ibu
Usia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena padausia
kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan
perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih
dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi,
kelainan pada kromosom, dan penyakit kronis.
2) Faktor Janin
Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka,
dari1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang
patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6%
disebabkan karena plasenta yang abnormal. Pada ovum abnormal 6%
diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili.
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu
bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin
besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).
3) Faktor Paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya
abortus. Yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat
4

menyebabkan abortus. Saat ini abnormalitas kromosom pada sperma


berhubungan dengan abortus (Carrel, 2003).
Penyakit ayah: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi,
dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alcohol,
nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar rontgen, avitaminosis (Mochtar, 2002).
2. Klasifikasi abortus ?
a. Abortus Iminens (Threatened abortion)
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi selama
kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau
minggu serta dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita
hamil. Secara keseluruhan, sekitar setengah dari kehamilan ini akan
berakhir dengan abortus (Cunningham et al., 2005). Abortus iminens
didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu
mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut
beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut
bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip serviks,
ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan
trofoblast harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat
memberikan perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum dapat
membedakan polip, ulserasi vagina atau karsinoma serviks, sedangkan
kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi (Sastrawinata et
al., 2005).
b. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan
perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai
nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks
sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadangkadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan
yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera
dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan
pada keadaan ini merupakan kontraindikasi (Sastrawinata et al., 2005).
c. Abortus Inkompletus atau Abortus Kompletus
Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah
lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan
plasenta).

Perdarahan

biasanya

terus

berlangsung,

banyak,

dan

membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda
5

di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh
karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan
kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus
insipiens. Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus
komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada abortus
kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena
dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai.
Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah
abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis
pasca abortus harus dipikirkan (Sastrawinata et al., 2005).
d. Abortus Tertunda (Missed abortion)
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Pada abortus tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan sedikitsedikit yang berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus
tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Pada pemeriksaan
dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit (Mochtar, 1998).
e. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)
Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu hamil, dan
kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung pada abortus
habitualis (Jauniaux et al., 2006). Menurut Mochtar (1998), abortus
habitualis merupakan abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau
lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa,
dimana sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain
itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta
yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah
korpus luteum atrofis juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.
f. Abortus Septik (Septic abortion)
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus atau
abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syaratsyarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan
abortus septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,

Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan Staphylococci (Mochtar,


1998; Dulay, 2010)
g. Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu: Menurut terjadinya
dibedakan atas:
1. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa
disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, sematamata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja
tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun
dengan alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
1) Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2) Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
(Prawirohardjo, 2009).
3. Komplikasi abortus ?
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlInfeksiu pemberian transpusi darah, Kematian
karena perdarahan dapatb terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu diamati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi,
dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.
c. Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritonium.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok endoseptik). (Repository USU)
4. Penatalaksanaan abortus ?
a. Memperbaiki keadaan umum.
7

Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.
b. Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1 juta
satuan tiap 6 jam, suntikan streptomisin 500mg setiap 12 jam, atau
antibiotika spektrum luas lainnya
c. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat
bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi.
d. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuan penderita. Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus
0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat
segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan
banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.2 Pasien dianjurkan
istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter
bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah
perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat
Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum
dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani surat
persetujuan tindakan (Maureen, 2002).
e. Terdapat berbagai metode bedah dan medis untuk mengobati abortus
spontan serta terminasi yang dilakukan pada keadaan lain, dan hal ini
diringkas sebagai berikut (Kenneth dkk, 2003):
f. Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus Kuretase Aspirasi vakum
(kuretase isap) Dilatasi dan evakuasi (D&E) Dilatasi dan Curretase
(D&C) Aspirasi haid Laparatomi

Histerotomi

Histerektomi Teknik

Medis Oksitosin intravena Cairan hiperosmotik intraamnion Salin 20%


Urea 30% Prostaglandin E2, F2, dan analognya Injeksi intraamnion
Injeksi ekstraovular

Insersi vagina

Injeksi parenteral

Ingesti oral

AntiprogesteronRU 486 (mifepriston) dan epostan Berbagai kombinasi


dari di atas.
g. Dilatasi dan Kuretase Aborsi bedah sebelum 14 minggu dilakukan mulamula dengan membuka serviks, kemudian mengeluarkan kehamilan
dengan secara mekanis mengerok keluar isi uterus (kuretase tajam),
dengan aspirasi vakum (kuretase isap), atau keduanya. Setelah 16
minggu, dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa
pembukaan seviks secara lebar diikuti oleh dekstruksi mekanis dan
evakuasi bagian janin. Setelah janin dikeluarkan secara lengkap maka
8

digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta


dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan Curretase (D&C) serupa dengan
D&E kecuali pada D&C, bahwa sebagian dari janin mula-mula
dikuretase melalui serviks yang telah membuka untuk mempermudah
tindakan.
h. Dilator Higroskopik Batang laminaria sering digunakan untuk membantu
membuka serviks sebelum aborsi bedah. Alat ini menarik air dari
jaringan serviks sehingga serviks melunak dan membuka. Dilator
higroskopik sintetik juga dapat digunakan. Lamicel adalah suatu spons
polimer alkohol polivinil yang mengandung magnesium sulfat anhidrosa.
Trauma akibat dilatasi mekanis dapat diperkecil dengan menggunakan
dilator higroskopik. Wanita yang sudah dipasangi dilator osmotik
sebelum suatu aborsi elektif, tetapi kemudian berubah pikiran umumnya
tidak menderita

morbiditas

infeksi

setelah

dilator dikeluarkan.

(Repository USU)
5. Pathway abortus ?
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan
fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung
dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan
8 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin
sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang
banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 22, Janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian.
Kadang-kadang

plasenta

masih

tertinggal

dalam

uterus

sehingga

menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam


9

yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri
lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya

perdarahan

uterus

dan

nyeri

dengan

intensitas

beragam

(Prawirohardjo, 2002).
6. Pemeriksaan diagnostic abortus ?
a. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi).
Hal ini membantu dokter untuk memeriksa detak jantung janin dan
menentukan apakah embrio berkembang normal.
b. Pemeriksaan darah. Jika mengalami keguguran, pengukuran hormon
kehamilan, HCG beta, kadang-kadang bisa berguna dalam menentukan
apakah Anda telah benar-benar melewati semua jaringan plasenta.
c. Pemeriksaan jaringan. Jika telah melewati jaringan, dapat dikirim ke
laboratorium untuk mengkonfirmasi bahwa keguguran telah terjadi - dan
bahwa gejala tidak berhubungan dengan penyebab lain dari perdarahan
kehamilan (Vicken Sepilian, 2007).
7. Manifestasi Klinis abortus ?
Adapun gejala-gejala dari abortus spontan sebagai berikut:
1. Pendarahan mungkin hanya bercak sedikit, atau bisa cukup parah. Dokter
akan bertanya tentang berapa banyak pendarahan yang terjadi-biasanya
jumlah pembalut yang telah dipakai selama pendarahan. Anda juga akan
ditanya tentang gumpalan darah atau apakah Anda melihat jaringan apapun.
2. Nyeri dan kram terjadi di perut bagian bawah. Mereka hanya satu sisi,
kedua sisi, atau di tengah. Rasa sakit juga dapat masuk ke punggung bawah,
bokong, dan alat kelamin.
3. Anda mungkin tidak lagi memiliki tanda-tanda kehamilan seperti mual
atau payudara bengkak / nyeri jika Anda telah mengalami keguguran
(Vicken Sepilian, 2007).

8. Penatalaksanaan curettage ?
- Prosedur Kuretase
Persiapan Pasien Sebelum Kuretase
1. Puasa
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan
dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut
dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
2. Persiapan Psikologis
10

Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada


yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk
mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya,
seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual.
Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu
sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya
rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat
rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang
diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah
bekerja lebih dahulu.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa
mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik.
Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik.
Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan
psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan
psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa
takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi
masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang
terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya.
3. Minta Penjelasan Dokter
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter
secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret,
persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang
mungkin timbul. Jangan takut memintanya karena dokter wajib
menjelaskan segala sesuatu tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap
diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih tenang
dalam pelaksanaan kuret (Fajar, 2007).
9. Penatalaksaan abortus berdasarkan tipe ?
Penatalaksanaan Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
a. Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului
faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah.
Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
1. Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis
abortus

imminens

ditentukan

apabila

terjadi

perdarahan
11

pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali


muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus
mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat
berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan
tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan
selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah
kehamilan dapat dilanjutkan. Sonografi vagina, pemeriksaan
kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan
kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam
berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup
intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and
pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi
intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus
dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk
menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila
janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin
diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina
Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila
di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan,
maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
- Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran
-

darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.


Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai
zat

progestasional

sintetik

peroral

atau

secara

intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui


-

secara pasti.
Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin
masih hidup.

2. Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
12

yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal
ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau

dengan

cunam

ovum,

disusul

dengan

kerokan.

Penanganan Abortus Insipiens meliputi :


1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera
lakukan:
- Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
sesudah 4 jam bila perlu).
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil
konsepsi.
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus lnkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di
uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan
tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut,
perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :

13

1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16


minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan
kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol
400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes
permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
- Abortus Kompletus Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi
sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit,
ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.
Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa
dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
14

5. Abortus Servikalis Pada abortus servikalis keluarnya hasil


konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak
membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis
dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding
menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas
ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi
serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil
konsepsi dari kanalis servikalis.
6. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20
minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi
diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone
progesterone

pada

abortus

imminens

mungkin

juga

dapat

menyebabkan missed abortion. Diagnosis Missed abortion biasanya


didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian
menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif
kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak
membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah
mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui
pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan
ke arah ini perlu dilakukan. Penanganan Setelah diagnosis missed
abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu
segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari
berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr
mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang
mati lebih dari 1 bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental
penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang
bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang
telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
7. Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
15

hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. (Repository


USU)

10. Indikasi curettage ?


- Abortus Inkomplit
Penanganan
1). Jika perdarahan bersifat ringan sampai sedang dan kehamilan
kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang menonjol keluar dari serviks.
2). Jika perdarahan bersifat berat dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi uterus dengan kuratase
3). Jika kehamilan lebih dari 16 minggu infuskan oksitosin 40 Unit
dalam 1L cairan iv dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai hasil
konsepsi keluar, berikan misoprostol 200 g melalui vagina setiap 4
jam sampai hasil konsepsi keluar, evakuasi hasil sisa konsepsi dari
uterus dengan kuratase (yulianti, 2005)

Kehamilan Mola
Penanganan
1). Perbaikan keadaan umum
2). Vakum kuretase, tindakan kuretase cukup dilakukan sekali saja
asal bersih, kuret kedua hanya dilakukan bila ada indikasi
(Prawirohardjo, 2007).

Blighted Ovum
Penanganan
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya
adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil
kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted
ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat
diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya
antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak
dapat hamil sungguhan (Intan, 2008).

Misssed Abortion
Penanganan
Pengeluaran hasil konsepsi pada missed abortion merupakan satu
tindakan yang tidak lepas dari bahaya karena plasenta dapat melekat
16

erat

pada

dinding

uterus

dan

kadang-kadang

terdapat

hipofibrinogenemia. Apabila diputuskan untuk mengeluarkan hasil


konsepsi itu, pada uterus yang besarnya tidak melebihi 12 minggu
sebaiknya dilakukan pembukaan serviks uteri dengan memasukkan
laminaria selama kira-kira 12 jam dalam kanalis servikalis yang
kemudian dapat diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum
atau jari dapat masuk kedalam kavum uteri. Dengan demikian, hasil
konsepsi dapat dikeluarkan lebih mudah serta aman, dan sisa-sisanya
kemudian dibersihkan dengan kuret tajam (Prawirohardjo, 2007).

Sisa Plasenta
Penanganan
Tindakan penanganan meliputi pemasangan infus profilaksis,
pemberian antibiotik adekuat, pemberian uterotonik (oksitosin atau
metergin), dan tindakan definitif dengan kuratase dan dilakukan
pemeriksaan patologi-anatomik (PA) (Manuaba, 2008)

11. Asuhan keperawatan abortus ?


a. Pengkajian
Nama
:
X
Jenis kelamin
:
Perempuan
Usia
:
29 tahun
Usia kehamilan :
10 minggu
Hasil obstetri
:
G4P0A3H0
Riwayat penyakit
Keluhan utama
:

Pasien mengeluhkan perut terasa

sakit, dari daerah kemaluan keluar darah yang banyak dan menggumpal
Riwayat penyakit sekarang
:
Pasien mengatakan selama 2
minggu terakhir sudah keluar
dalamnya
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan penunjang
USG
Curretage

flek-flek yang tampak pada celana


:
:
:

adanya sisa jaringan

b. Analisa data
N

Data

Masalah keperawatan
17

o
1

Ds:

Resiko syok hipovolemik


-

Pasien
mengeluhkan
keluar

darah

yang

banyak

dari

daerah

kemaluan
Do :
-

Hasil

USG

masih terlihat
adanya

sisa

jaringan

dan

akan
dilakukan
tindakan
curettage

3) Diagnosa
a) Resiko syok hipovolemik
4) Intervensi
Diagnosa
NOC
Risiko syok Keparahan
hipovolemik

pendarahan
- Kehilangan

NIC
Management shock
- Monitor TTV, tekanan
darah ortostatik, status

darah
terlihat
-

kristaloid sesuai dengan

5
Perdarahan
vagina 2
5

mental dan urine output


Berikan
cairan
IV

kebutuhan
Catat
bila

terjadi

bradicardi

atau

penurunan

tekanan

darah, atau abnormalitas


tekanan arteri sistemik
18

yang rendah misalnya


-

pucat, cyanosis
Monitor tanda dan gejala

gagal nafas
Monitor status
meliputi

cairan

intake

dan

output
Management shock: volume
-

Monitor tanda dan gejala


adanya perdarahan yang

persisten
Catat nilai Hb dan HT
sebelum

dan

sesudah

kehilangan darah
Berikan produk darah

sesuai instruksi
Cegah kehilangan darah
dengan

menekan

sisi

perdarahan

BAB III
SKEMA
19

Abortus
Pencegahan Abortus

Etiologi

Komplikasi

Abortus

Abortus

Penatalaksanaan
Abortus
Pemeriksaan

Tanda dan Gejala


Abortus

Patofisiologi

penunjang Abortus

Abortus

Askep Abortus

DAFTAR PUSTAKA

20

Fauziyah, Yulia. 2012. Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan.
Yogyakarta. Nuha Medika.
Bobak. Lowdermilk. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta. EGC
Joseph HK. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi & Obstetri (obsgyn). Yogyakarta. Nuha
Medika.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nugroho Taufan, dkk, 2010. Kamus Pintar Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.
Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. EGC : Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai

  • Temperament
    Temperament
    Dokumen1 halaman
    Temperament
    Putry DevaSociety Slalu
    Belum ada peringkat
  • Bab I Paralisis Bell
    Bab I Paralisis Bell
    Dokumen2 halaman
    Bab I Paralisis Bell
    Putry DevaSociety Slalu
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen47 halaman
    Bab Ii
    Wati Pur
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen47 halaman
    Bab Ii
    Wati Pur
    Belum ada peringkat
  • 2.manajemen Risiko
    2.manajemen Risiko
    Dokumen15 halaman
    2.manajemen Risiko
    Putry DevaSociety Slalu
    Belum ada peringkat
  • Askep Ispa
    Askep Ispa
    Dokumen15 halaman
    Askep Ispa
    Laksmi Anggasari
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Nyeri
    Manajemen Nyeri
    Dokumen3 halaman
    Manajemen Nyeri
    Putry DevaSociety Slalu
    Belum ada peringkat
  • Persalinan Normal
    Persalinan Normal
    Dokumen27 halaman
    Persalinan Normal
    Lina Fone
    Belum ada peringkat
  • EJAAN Ok
    EJAAN Ok
    Dokumen29 halaman
    EJAAN Ok
    Putry DevaSociety Slalu
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen17 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Putry DevaSociety Slalu
    Belum ada peringkat
  • EJAAN Ok
    EJAAN Ok
    Dokumen29 halaman
    EJAAN Ok
    Putry DevaSociety Slalu
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Putry DevaSociety Slalu
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Putry DevaSociety Slalu
    Belum ada peringkat