Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM PEWARNAAN ENDOSPORA DAN


PEWARNAAN KAPSUL
DOSEN PENGAMPU
Ganet Eko P. M.Si., Apt
Kelompok

: V (Lima)

Anggota

: 1. Ayesha Zulkha

(21154645A)

2. Kris Ayu Wijayaningrum

(21154669A)

3. M. Ikhwanudin Al-Faris

(21154668A)

4. Hendri Evantrio

(21154664A)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA

PRAKTIKUM PEWARNAAN ENDOSPORA DAN


PEWARNAAN KAPSUL
I. Tujuan
Pewarnaan Endospora : membedakan endospora dengan sel vegetatif,
sehingga pembedaannya tampak jelas.
Pewarnaan Kapsul : a. Untuk mengetahui proses pewarnaan kapsul
b. Untuk dapat melihat kasul pada bakteri

II. DASAR TEORI


Beberapa spesies bakteri membentuk spora, baik di dalam sel (endospora)
maupun diluar sel (eksospora). Spora merupakan suatu tahap hidup bakteri dalam
keadaan metabolisme tidak aktif atau dalam keadaan dorman, bila tiba waktunya
yang tepat dapat mengadakan germinasi dan tubuh membentuk sel vegetatif
kembali.
Letak spora ada 3 macam: sentral, yaitu letak spora berada di tengah-tengah
sel; terminal, yaitu letak spora ada diujung sel; sub terminal, yaitu letak spora
diantara ujung dan di tengah-tengah sel. Bakteri berspora dapat kehilangan
kemampuan membentuk spora, keadaan tidak berspora ini dapat bersifat tetap
dan dapat pula merupakan reaksi sementara terhadap lingkungan, sebab-sebab
lainnnya belum diketahui. Medium pembiakkan mengandung ekstrak tanah
umumnya dapat mengembalikan sifat-sifat semula. Dalam spora, sifat-sifat
bakteri tetap. Spora dibentuk, jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan
baginya misalnya, untuk pertahanan diri. Spora sangat tahan terhadap suhu tinggi
dan desinfektan. Hal ini disebabkan karena dinding spora sangat kuat dan
tersusun atas 3 lapisan, antara lain: intin (lapisan dalam),ektin (lapisan luar), dan
lapisan lendir yang terlihat diantara intin dan ektin. Di dalam bentuk spora
bakteri akan tahan lama tanpa makanan dan tidak melakukan pembiekan, jika
lingkungan di luar telah membaik, maka dinding spora akan pecah dan bentuk
vegetatif akan keluar dan bakteri akan aktif kembali.

Struktur yang khas bagi bakteri ialah endospora. Ciri utama endospora:
dinding teal, sangat refraktil, dan dihasilkan satu untuk tiap sel bakteri
Clostridium sp., Bacillus sp. , Sporosarcina sp., Thermoactinomyces sp., dan
beberapa bakteri yang lainnya. Struktur, bentuk, dan letak endospora dalam sel
vegetatif

beragam, hal itu bergantung pada spesies bakterinya. Kegiatan

metabolisme spora sangat rendah, sehingga bertahan hidup sampai bertahuntahun tanpa mendapatkan sumber makanan bertahun-tahun dari luar. Endospora
biasanya dibentuk oleh sel yang tumbuh dalam medium pembiakan subur, tapi
pada saat mendekati akhir pertumbuhan aktif.
Endospora tidak tahan panas dan pengeringan, dan tidak mudah diberi
pewarnaan. Untuk itu dilakukan spesialisasi pewarnaan pada spora. Pewarnaan
diferensial lain selain pewarnaan Gram contohnya ialah pewarnaan spora.
Proses secara umum pewarnaan spora: pembenihan bakteri, lalu membuat
suspensi bakteri dengan penambahan NaCl fisiologis, ditambahkan air fuchsin
perbandingannya 1:1, campuran dipanaskan, preparat dibuat dari campuran
tersebut, ditambah H2SO4, dan ditetesimethylen blue. Hasilnya spora berwarna
merah dan badan vegetatif berwarna biru.
Pada dinding sel, banyak bakteri terdapat zat dengan kadar air tinggi,
beberapa lapisan-lapisan dengan berbagai ketebalan merupakan selubung lendir
dan kapsul. Bagi bakteri, selubung lendir dan kapsul ini tidak begitu penting
untuk hidup, akan tetapi dengan memiliki selubung, banyak bakteri patogen
menjadi resisten terhadap fagositosis, sehingga meningkatkan virulensinya untuk
hewan percobaan, sel dapat berfungsi sebagai cadangan makanan, erlindungan
terhadap kekeringan karena dehirasi. Kapsul tidak memiliki afinitas yang besar
terhadap bahan-bahan zat warna yang bersifat basa. Kapsul tampaknya tidak larut
dalam air.Beberapa kapsul tidak dirusak oleh gangguan mekanik atau larut bila
dicuci dengan air. Karena kapsul dari berbagai species bebeda dalam susunan zatzatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperhatikan dalam proses pewarnaan
yang sama. Komposisi kimiawi kapsul berbeda-beada menurut organismenya,
ada yang berupa polimer glukosa contohnya: dekstran pada Leucunostoc
mesentroides, polmer gula-amino misalnya pada Staphilococcus sp. , Polipeptida
misalnya: Bacillus disentri,polimer asam D-glutamat, yaitu: Bacillus anthracis.

Seringkali, pada beberapa spesies ditemukan mutan yang berkapsul,


disamping itu disamping yang tidak berkapsul. Hal ini, mempengaruhi bentuk
koloni pada medium pembiakkan. Sehingga bakteri dapat dibedakan menjadi: (1)
Koloni bakteri berkapsul disebut koloni smooth (S), (2) Koloni bakteri tidak
berkapsul disebut koloni rough (R). Pembentukkan kapsul berdasarkan zat-zat
makanan, yaitu apakah makanan yang dimakan bakteri mengandung kapsul atau
tidak. Ada saatnya bakteri pembentuk kapsul tidak membentuk kapsul.
Beberapa kerugian bakteri berlendir dapat mengganggu perindustrian
misalnya, pembuatan gula tebu, bakteri tersebut antara lainBetacrocus
dextranicus menempatkan pipa-pipa mesin pembuat gula. Lalu, Bacillus subtilis
terrkadang mengganggu pembuatan roti. Bakteri tersebut membentk lendir yang
sangat kenyal yang disebabkan kotornya tepung dan pembakaran yang kuranng
panas. Kemudian, Acetobacter xylinium, membuat lendir dalam milieu yang
manis dan mengandung alkohol. Lendirnya dapat kering , lalu menjadi keras dan
dapat digunakan sebagai sol sepatu.
Beberapa keuntungan dari bakteri berlendir antara lain, dalam dunia
kedokteran kapsul dapat dipakai sebagai indikasi untuk menentukan patogenitas
bakteri. Bakteri yang patogen yang dapat membentuk kapsul menunjukkan bahwa
virulensinya semakin tinggia saat dibentuk kapsul. Jka tidak dibentuk kapsul,
maka virulensinya rendah atau bahkan hilang sama sekali. Contoh bakteri
berkapsul antara lain: Bacillus anthracis, Diplooccus pneumoniae, Klebsiella,
Acetobacter xylinium, Bacillus subtilis, Betacrocus dextranicus.
Tanpa pewarnaan, kapsul bakteri sangat sukar diamati dengan mikroskop
cahaya biasa karena tidak berwarna dan mempunyai ideks bias yang rendah.
Karena kapsul bersifat non-ionik, maka pewarnaanya tidak dapat dilakukan
menggunakan prosedur yang sederhana dan biasa. Masalah utama dalam
pewarnaan kapsul ialah bila olesan bakteri yang telah disiapkan difiksasi dengan
panas menurut metode yang biasa. Masalah utama dalam pewarnaan kapsul ialah
bila olean bakteri yang telah isiapkan itu difiksasi dengan panas menurut metode
yang biasa, maka kapsul tersebut akan rusak, namun apabila tidak difikasi dengan
panas, maka organisme tersebut akan meluncur pada waktu pencucian. Dalam
banyak pekerjaan bakteriologis, yang kita perlukan hanyalah sekedar

memperagakan ada atau tidaknya kapsul. Tujuan ini dapat digunakan dengan cara
menggabungkan proses pewarnaan negatif dengan pewarnaan sederhana. Teknik
pewarnaan lain untuk melihat kapsul pada bakteri antara lai dengan metoda
pewarnaan Anthony, Pewarnaan Hiss, Pewarnaan Leifson, dan pewarnaan Tyler.
III. ALAT DAN BAHAN
Pewarnaan Endospora
Alat :

Bahan :

1. Jarum OSE

1. Bakteri Bacillus subtilils

2. Object glass

2. Malachite green (hijau)

3. Bunsen

3. Gram D atau safranin (merah)

4. Mikroskop

4. Aquades atau air mengalir

5. Tissue
Pewaraan Kapsul
Alat :

Bahan :

1. 2 object glass

1. Bakteri Kleibisiella

2. Jarum OSE

2. Nigrosin (hitam)

3. Bunsem

3. Kristal violet (ungu)

4. Mikroskop

4. Aquades atau air mengalir


5. Tissue

IV. CARA KERJA


Pewarnaan Endospora
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Buat preparat ulas (smear) yang telah difiksasi
3. Tetesi dengan Malachite green
4. Panaskan dengan lampu spirtus hingga keluar asap
5. Tunggu sampai dingin, lalu cuci dengan air mengalir
6. Tetesi lagi dengan safranin

7. Tunggu sampai 1 menit lalu cuci dengan aquades


8. Setelah kering amati dengan mikroskop sampai perbesaran 1000 x
Pewarnaan Kapsul
1. Siapkan 2 object glass
2. Teteskan nigrosin di sisi kanan object glass
3. Ambil biakan bakteri menggunakan jarum OSE, lalu campur dengan
nigrosin tadi
4. Tempelkan ujung object glass yang lain, lalu geser ke kiri
5. Setelah kering, tetesi dengan Kristal violet
6. Tunggu 2 menit, lalu cuci dengan air mengalir perlahan-lahan dan
hati-hati
7. Setelah kering amati dengan mikroskop sampai perbesaran 1000 x
V. HASIL
Pewarnaan Endospora

Bakteri Bacillus subtilis


Bakteri Bacillus subtilis

: merah

Spora

: hijau

Bentuk

: batang dan berderet

Pewarnaan Kapsul

Latar belakang

: hitam

Bakteri Klebsiella

: ungu

Kapsul

: transparan

Bentuk

: Batang dan tak beraturan

VI. PEMBAHASAN
Pewarnaan Endospora
Letak spora ada 3 macam, yaitu central (letak spora berada di
tengah-tengah sel bakteri), terminal (letak spora berada diujung sel
bakteri), dan subterminal (letak spora berada diantara ujung dan tengahtengah sel bakteri). Dinding spora tersusun atas 3 lapisan, yaitu intin
(lapisan dalam), ektin (lapisan luar), dan lapisan lender yang terlihat
diantara lapisan intin dan ektin. Bakteri yang dapat menghasilkan spora

diantaranya adalah bakteri yang berasal dari family, genus Bacillus,


Clostridium, dan Sporasarcina.
Pewarnaan Kapsul
Kapsul adalah lapisan polimer yang terdapat di luar dinding sel. Dalam
percobaan kalo ini, kapsul diamati di mikroskop dengan pewarnaan negatif
menggunakan tinta cina atau nigrosin yang berwarna hitam. Apabila bakteri
mempunyai kapsul, dalam percobaan ini kapsul akan nampak transparan dengan
bakterinya yang berwarna ungu. Nigrosin merupakan larutan yang mempunyai
kromophore atau butir warna yang bermuatan negatif, sedangkan muatan yang
ada di sekeliling bakteri juga bermuatan negatif. Hal inilah yang dapat
membedakan antara bakteri, kapsul bakteri, dan latar belakangnya.
VII. KESIMPULAN
1. Pewarnaan endospora menggunakan bakteri Bacillus subtilis, bakterinya
berwarna merah, spora berwarna hijau dan bentuknya batang dan
berderet.
2. Pewarnaan kapsul menggunakan bakteri Klebsiella, latar belakang
berwarna hitam, bakteri berwarna ungu, kapsulnya trasparan serta bentuk
batang dan tak beraturan.

DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, Ratna S. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Teknik dan Prosedur
Laboratotium. Jakarta: Gramedia.
Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bndung: JICA IMSTEP.
Pelczar, Michel J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Taringan, Jeneng. 1998.

Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: DIRJEN DIKTI

Proyek Pengembangan LPTK.


Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Volk, Swisley A & Margareth F Whceler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta:
Erlangga.
Razali, U. 1987. Mikrobiologi Dasar. Jatinangor: FMIPA UNPAD.
Jawetz, E, Jpseph Melnick dan Edward Aldberg. 1966. Mikrobiologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R. F Maulany. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai