keramik juga diindikasikan untuk karies apabila tidak terlalu luas tetapi
dangkal, dan perubahan warna gigi akibat penambalan.
Kontraindikasi pemakaian veneer adalah penderita dengan relasi oklusi
edge to edgeexcessive stress selama pemakaian veneer keramik.
Perawatan ini juga tidak dianjurkan untuk pasien dengan oklusi berat,
kesehatan mulut (oral hygiene) yang buruk, kekurangan mineral dan
fluoride pada gigi. Komplikasi pada veneer keramik dapat terjadi karena
ketidakhati hatian saat preparasi, kerusakan pulpa, iritasi jaringan
periodontal yang parah dan penampilan gigi yang tidak natural
(Castelnuovo dkk, 2000). Selain itu bruxism dan tidak cukup tersedianya
email gigi yang sehat juga termasuk dalam kontraindikasi, hal ini karena
bahan bahan bonding dentin saat ini meskipun telah berkembang
namun kekuatan perlekatan dengan dentin terlalu lemah, sehingga
veneer keramik bergantung pada perlekatan dengan email. Oleh karena
itu terbukanya dentin sebaiknya dijaga sesedikit mungkin (Haga dan
Nakazawa, 2002). dan gigitan silang yang menyebabkan terjadinya
3. Bentuk Preparasi Veneer keramik
Bentuk preparasi dari pelapisan veneer keramik harus memperhatikan
empat prinsip dasar berikut: kestabilan, kekuatan, retensi, dan adhesi.
Prinsip ini memiliki tujuan agar gabungan antara fungsi, pengaruh
biologis, maupun nilai estetiknya dapat dicapai. Apabila hanya
mengandalkan adhesi saja tanpa memperhitungkan ketiga faktor lainnya,
umumnya cepat atau lambat akan menimbulkan kegagalan.
Mempertahankan enamel alami gigi sebanyak mungkin meskipun
diperlukan, tidak boleh membahayakan rencana restorasi karena
minimnya preparasi (Dunitz, 1999).
Untuk gigi yang terkena karies, preparasi dilakukan setelah karies
dibuang. Preparasi gigi harus dilakukan dengan sangat hati hati dan
perlahan lahan mengikuti kontur permukaan gigi untuk menghindari
terbukanya dentin. Selain itu pada saat pembuatan, veneer harus dibuat
membulat halus tanpa adanya tepi tepi yang tajam, hal ini bermaksud
untuk memperbaiki ketepatan dari veneer dan menghindari pemusatan
stress (Dunitz, 1999).
Rata rata kedalaman preparasi enamel adalah 0,5 mm. Pada kasus
perubahan warna yang parah, cenderung terjadi peningkatan kedalaman
preparasi menjadi 0,7 0,8 mm. Kedalaman preparasi dibawah 0,3 mm
tidak dianjurkan. Secara umum, kedalaman antara 0,7 0,8 mm atau 0,6
0,7 mm pada incisal dan pertengahan area, dalam beberapa kasus
secara berturut turut dapat melindungi lapisan enamel yang tersisa.
Pada daerah servikal dengan kedalam kurang dari 0,3 mm sering
dilakukan pembongkaran tambalan gigi (Dunitz, 1999). Permukaan facial
gigi dipreparasi sebagai tempat untuk melekatnya veneer dengan
ketebalan sesuai ketentuan. Pengurangan bagian facial adalah 0,3 0,6
mm pada daerah 1/3 cervical dan 0,5 0,7 mm dari pertengahan gigi
sampai 1/3 incisal. Preparasi gigi diperpanjang sampai kontak
interproximal (Castelnuovo, 2000).
Menurut Haga dan Nakazawa, 2002, email pada bagian labial gigi anterior
rahang atas yang paling tebal adalah dekat tepi Incisal, yakni 1,0 sampai
1,3 mm dan secara perlahan menipis ke bagian cervical yakni 0,3 sampai
0,6 mm. Email ini menjadi lebih tipis lagi pada garis sudut gigi. Sedangkan
untuk gigi bawah ketebalannya kurang lebih 0,9 sampai 1,1 mm pada
daerah incisal, dan menipis pada daerah cervical, karena preparasi hanya
dibatasi oleh oleh email, maka pengurangan dilakukan hanya 0,5
sampai 0,7 mm, meskipun sering menjadi 0,3 mm di daerah dekat
cervical.
Cervical margin ditempatkan pada epigingivally dan akhirnya membentuk
chamferCervical Margin ditentukan menurut bentuk dan ukuran mini
chamfer-nya yakni rata rata 0,3 mm. Garis ini disejajarkan dengan
gingival atau lebih rendah sampai pinggiran gingival, hal ini merupakan
persyaratan yang umum digunakan (0,5 mm biasanya untuk kebanyakan
kasus perubahan warna gigi yang parah) (Dunitz, 1999). Pengurangan ini
sudah mencukupi kebutuhan untuk konstruksi veneers (Bindl dkk, 2002).
Tidak dianjurkan untuk memasukkan margin terlalu dalam ke-sulcus
gingival. Pelapisan veneers keramik umumnya dapat memperlihatkan
ketegasan batas gingival gigi karena memiliki optical properties yang
baik. Selain itu yang paling utama adalah dapat mengembalikan bentuk
serta fungsi gigi (Dunitz, 1999). (Bindl dkk, 2002).
Untuk bonding, kesejajaran margins selalu diutamakan, alasannya adalah
untuk: menambah area enamel dalam preparasinya, mengontrol
kelembaban, menegaskan bentuk margin yang fit, untuk memudahkan
proses finishing dan polishing, memudahkan pemeliharaan rutin margin
sebagai prosedur kesehatan gigi (Dunitz, 1999).
Perbaikan chamfer dengan ukuran 0,3 mm merupakan bentuk margin
yang ideal untuk pelapisan veneer keramik atau mahkota sebagian,
karena memungkinkan dalam: pembentukan kembali profil alami gigi,
menghindari over contour pada daerah cervical, keakuratan dari garis
batas gigi dapat ditentukan sehingga mempermudah pencetakan serta
identifikasi dan pembentukan kembali di laboratorium, margin jadi lebih
tahan retak selain itu dapat mengindari retak pada edge dari pelapisan
veneer dalam rangkaian konstruksinya, pelapisan veneer menjadi lebih
mudah dimasukkan saat penempatan terakhir pada gigi (Dunitz, 1999).
Tepi Incisal umumnya tidak ditutup, dan dipreparasi hanya dengan
bevel saja, supaya tidak meninggalkan email yang tidak terdukung. Posisi
bagian tepi yang baik adalah pada tepi gingival, dan jika veneer diperluas
sampai masuk kedalam sulcus gingiva, hendaknya lapisan veneer dibuat
sesedikit mungkin. Tepi gingival dibuat berbentuk chamfer (Haga dan
Nakazawa, 2002). Semua margin dibuat sedalam enamel. Untuk
melindungi jaringan keras, incisal margin yang dipreparasi tidak boleh
sampai mengenai incisal edge atau sebaiknya preparasi dilakukan sejauh
mungkin dari incisal edge gigi (Bindl dkk, 2002).
Batas proximal preparasi ditempatkan pada pertengahan proximal dengan
pemotongan kontak area proximal kurang dari 50% (Bindl dkk, 2002).
Bentuk preparasi dari proximal surface sudah dapat digambarkan /
direncanakan pada waktu preparasi labial dan pembuatan cervical margin.
Dua prinsip utama dalam preparasi proximal surface adalah: melindungi
kontak area dan penempatan margins harus terlihat. (Dunitz, 1999).
lebih tinggi dari sistem lain yang juga menggunakan metode pressable,
yakni IPS Empress 2 (9,7 ppm/0 C). Perbedaan ini akan sangat
berpengaruh pada translucency-nya (Anusavice, 2003).
Keuntungan menggunakan bahan ini adalah sangat akurat, tepat,
translucency yang sangat baik sehingga menghasilkan estetik yang baik
pula, bebas dari struktur metal, dan flexural strength tinggi (Anusavice,
2003).
Bahan lain yang digunakan meskipun dalam persentase yang kecil adalah
K2O, Al2O3, Na2O, B2O3, CaO, TiO2, CeO2 (IPS Empress Ivoclar Vivadent
AG).
Bahan tanam yang dipakai adalah bahan tanam khusus untuk IPS
Empress. Untuk Liquid-nya menggunakan IPS Empress Esthetic Speed
Investment Material Liquid. Bahan tersebut mempunyai komposisi
colloidal silicic acid sebanyak 30 % wt. Liquid harus dicampur dengan air
yang telah disuling atau air yang di-ionisasi terlebih dahulu untuk
mendapatkan konsentrasi liquid yang diinginkan baru kemudian dapat dimix dengan powder. Sedangkan powder-nya menggunakan IPS Empress
Esthetic Speed Investment Material Powder, dengan komposisinya berupa
SiO2 (quartz powder) 80 % wt, MgO dan NH4H2PO4 20 % wt (IPS Empress
Ivoclar Vivadent).
Untuk staining dan glazing juga memakai bahan yang khusus digunakan
untuk IPS Empress, yakni IPS Empress Universal Glaze and Stain Liquid 15
ml dengan komposisi 100 % wt butandiol (IPS Empress Ivoclar Vivadent).
Bahan untuk separasi die-nya berupa Liquid dengan komposisinya berupa
wax yang dilarutkan didalam lebih dari 95 % wt hexane. Digunakan untuk
melapisi die selama proses pembuatan veneer berlangsung. Bahan
separasi ini berfungsi menjaga die agar tidak melekat pada bahan bahan
keramik selain itu juga untuk mencegah timbulnya tegangan permukaan
(IPS Empress Ivoclar Vivadent).
2. Metode Pembuatan
Semenjak teknik dicor sudah jarang digunakan lagi, teknik yang
digunakan dalam Pressable sistem ini berupa lost-wax technique
(Anusavice, 2003). Model master terbuat dari dental stone ekstra keras
(IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).
Pada bagian / gigi yang akan dibuat aplikasi veneer dibentuk die yang
dapat dilepas dan dipasang kembali. Bersihkan die untuk menghilangkan
kotoran kotoran yang dapat menyebabkan noda pada hasil akhir veneer
(Haga dan Nakazawa, 2002).
Lalu ulasi permukaan die dengan die separator, kemudian tahap
selanjutnya adalah pelilinan dengan ketebalan sesuai bentuk bagian gigi
yang dipreparasi menggunakan beige wax. Pembuatan sprue juga
dilakukan pada tahap ini (Castelnuovo, 2000). Malam yang digunakan
adalah malam yang tidak meninggalkan residu / sisa pada saat dilakukan
buang malam (Ivoclar Vivadent AG).
Setelah itu ditanam dengan menggunakan bahan tanam khusus untuk IPS
Empress dan dibiarkan dahulu sampai menjadi setting dalam muffle
(Gurel, 2003) atau mold (Anusavice, 2003) tersebut sebelum dihilangkan
malamnya (Anusavice, 2003).