Anda di halaman 1dari 15

Veneer keramik

1. Definisi Veneer keramik


Veneers adalah suatu bahan yang digunakan dalam kontruksi mahkota
atau pontik, berupa suatu lapisan pada gigi atau sebagai bahan
pewarnaan gigi, biasanya dari bahan porselen dan resin komposit.
Perlekatan pada gigi dapat dilakukan dengan cara dipadukan langsung,
disemen atau dengan retensi mekanis pada permukaan gigi (Zwemer,
1993).
Veneers keramik direkatkan pada bagian enamel gigi yang telah
dipreparasi sebelumnya. Enamel dihilangkan dari bagian permukaan gigi
yang akan diberi pelapisan ini, tujuannya adalah memberi ruang sebagai
tempat melekatnya veneers. Dibandingkan dengan veneers berbahan
komposit, veneers keramik lebih mempunyai sifat tahan lama dalam hal
pemakaiannya dan lebih tahan terhadap stain. Estetik yang dihasilkan
veneer keramik lebih terlihat natural menyerupai gigi asli dibandingkan
veneers dari komposit. Namun, dalam hal proses pembuatan memang
veneers berbahan keramik lebih rumit dibanding bahan komposit,
sehingga membuat harganya jauh lebih mahal. Metode ini merupakan
restorasi keramik terbaik untuk mengembalikan kapasitas pencahayaan
dari warna alami gigi. Ada beberapa faktor yang harus benar benar
diperhatikan dalam pembuatan veneer keramik, yaitu warna yang menjadi
dasar strukturnya, pemilihan bahan semen, dan kedalaman preparasi.
Pemilihan bentuk preparasi keramik dan bondingbiokompabilitas, dan
masa pakainya (Dunitz, 1999). (perlekatannya) berpengaruh pada:
peningkatan sifat mekanis, sifat
Konsep umum teknik pembuatan veneer keramik diperkenalkan oleh
H.R.Horn pada tahun 1983. Metode ini mungkin untuk digunakan seiring
dengan kemajuan resin komposit dan bahan penyambungan silane. Pada
metode Horn, porselen dibakar di atas lembaran platinum, tetapi pada
teknik mutakhir, porselen dibakar secara langsung diatas model cetakan
tahan api (refraktori) sehingga menghasilkan adaptasi yang bagus.
Penyempurnaan penyempurnaan telah dilakukan terhadap kekuatan
perlekatan bahan bahan penyambung (silane), maupun terhadap
kekuatan dan daya tahan, baik dari porselen maupun resin (Haga dan
Nakazawa, 2002).
2. Indikasi dan Kontraindikasi Veneer keramik
Veneer keramik diindikasikan untuk memperbaiki kosmetik dari gigi
anterior yang mengalami perubahan warna atau hipoplastik (Anusavice,
1996). Perubahan warna yang dimaksud adalah perubahan warna yang
sedang tidak terlalu parah. Perubahan warna ini bisa diakibatkan karena
tetracycline, fluoride, dan umur. Selain itu dapat digunakan untuk
restorasi yang disebabkan trauma, fraktur (keretakan), serta pertumbuhan
gigi yang kurang sempurna. Anatomi dari gigi yang kurang sempurna atau
malposisi dapat juga diperbaiki dengan veneer. Prosedur ini tidak hanya
memberi estetik yang baik, tetapi juga dapat diandalkan fungsi
kekuatannya (Castelnuovo dkk, 2000). Selain itu diindikasikan untuk kasus
khusus seperti diastema, hilangnya keratan gigi taring (caninus) pada
posisi lateral (Dunitz, 1999). Menurut Haga dan Nakazawa, 2002, veneers

keramik juga diindikasikan untuk karies apabila tidak terlalu luas tetapi
dangkal, dan perubahan warna gigi akibat penambalan.
Kontraindikasi pemakaian veneer adalah penderita dengan relasi oklusi
edge to edgeexcessive stress selama pemakaian veneer keramik.
Perawatan ini juga tidak dianjurkan untuk pasien dengan oklusi berat,
kesehatan mulut (oral hygiene) yang buruk, kekurangan mineral dan
fluoride pada gigi. Komplikasi pada veneer keramik dapat terjadi karena
ketidakhati hatian saat preparasi, kerusakan pulpa, iritasi jaringan
periodontal yang parah dan penampilan gigi yang tidak natural
(Castelnuovo dkk, 2000). Selain itu bruxism dan tidak cukup tersedianya
email gigi yang sehat juga termasuk dalam kontraindikasi, hal ini karena
bahan bahan bonding dentin saat ini meskipun telah berkembang
namun kekuatan perlekatan dengan dentin terlalu lemah, sehingga
veneer keramik bergantung pada perlekatan dengan email. Oleh karena
itu terbukanya dentin sebaiknya dijaga sesedikit mungkin (Haga dan
Nakazawa, 2002). dan gigitan silang yang menyebabkan terjadinya
3. Bentuk Preparasi Veneer keramik
Bentuk preparasi dari pelapisan veneer keramik harus memperhatikan
empat prinsip dasar berikut: kestabilan, kekuatan, retensi, dan adhesi.
Prinsip ini memiliki tujuan agar gabungan antara fungsi, pengaruh
biologis, maupun nilai estetiknya dapat dicapai. Apabila hanya
mengandalkan adhesi saja tanpa memperhitungkan ketiga faktor lainnya,
umumnya cepat atau lambat akan menimbulkan kegagalan.
Mempertahankan enamel alami gigi sebanyak mungkin meskipun
diperlukan, tidak boleh membahayakan rencana restorasi karena
minimnya preparasi (Dunitz, 1999).
Untuk gigi yang terkena karies, preparasi dilakukan setelah karies
dibuang. Preparasi gigi harus dilakukan dengan sangat hati hati dan
perlahan lahan mengikuti kontur permukaan gigi untuk menghindari
terbukanya dentin. Selain itu pada saat pembuatan, veneer harus dibuat
membulat halus tanpa adanya tepi tepi yang tajam, hal ini bermaksud
untuk memperbaiki ketepatan dari veneer dan menghindari pemusatan
stress (Dunitz, 1999).
Rata rata kedalaman preparasi enamel adalah 0,5 mm. Pada kasus
perubahan warna yang parah, cenderung terjadi peningkatan kedalaman
preparasi menjadi 0,7 0,8 mm. Kedalaman preparasi dibawah 0,3 mm
tidak dianjurkan. Secara umum, kedalaman antara 0,7 0,8 mm atau 0,6
0,7 mm pada incisal dan pertengahan area, dalam beberapa kasus
secara berturut turut dapat melindungi lapisan enamel yang tersisa.
Pada daerah servikal dengan kedalam kurang dari 0,3 mm sering
dilakukan pembongkaran tambalan gigi (Dunitz, 1999). Permukaan facial
gigi dipreparasi sebagai tempat untuk melekatnya veneer dengan
ketebalan sesuai ketentuan. Pengurangan bagian facial adalah 0,3 0,6
mm pada daerah 1/3 cervical dan 0,5 0,7 mm dari pertengahan gigi
sampai 1/3 incisal. Preparasi gigi diperpanjang sampai kontak
interproximal (Castelnuovo, 2000).
Menurut Haga dan Nakazawa, 2002, email pada bagian labial gigi anterior
rahang atas yang paling tebal adalah dekat tepi Incisal, yakni 1,0 sampai

1,3 mm dan secara perlahan menipis ke bagian cervical yakni 0,3 sampai
0,6 mm. Email ini menjadi lebih tipis lagi pada garis sudut gigi. Sedangkan
untuk gigi bawah ketebalannya kurang lebih 0,9 sampai 1,1 mm pada
daerah incisal, dan menipis pada daerah cervical, karena preparasi hanya
dibatasi oleh oleh email, maka pengurangan dilakukan hanya 0,5
sampai 0,7 mm, meskipun sering menjadi 0,3 mm di daerah dekat
cervical.
Cervical margin ditempatkan pada epigingivally dan akhirnya membentuk
chamferCervical Margin ditentukan menurut bentuk dan ukuran mini
chamfer-nya yakni rata rata 0,3 mm. Garis ini disejajarkan dengan
gingival atau lebih rendah sampai pinggiran gingival, hal ini merupakan
persyaratan yang umum digunakan (0,5 mm biasanya untuk kebanyakan
kasus perubahan warna gigi yang parah) (Dunitz, 1999). Pengurangan ini
sudah mencukupi kebutuhan untuk konstruksi veneers (Bindl dkk, 2002).
Tidak dianjurkan untuk memasukkan margin terlalu dalam ke-sulcus
gingival. Pelapisan veneers keramik umumnya dapat memperlihatkan
ketegasan batas gingival gigi karena memiliki optical properties yang
baik. Selain itu yang paling utama adalah dapat mengembalikan bentuk
serta fungsi gigi (Dunitz, 1999). (Bindl dkk, 2002).
Untuk bonding, kesejajaran margins selalu diutamakan, alasannya adalah
untuk: menambah area enamel dalam preparasinya, mengontrol
kelembaban, menegaskan bentuk margin yang fit, untuk memudahkan
proses finishing dan polishing, memudahkan pemeliharaan rutin margin
sebagai prosedur kesehatan gigi (Dunitz, 1999).
Perbaikan chamfer dengan ukuran 0,3 mm merupakan bentuk margin
yang ideal untuk pelapisan veneer keramik atau mahkota sebagian,
karena memungkinkan dalam: pembentukan kembali profil alami gigi,
menghindari over contour pada daerah cervical, keakuratan dari garis
batas gigi dapat ditentukan sehingga mempermudah pencetakan serta
identifikasi dan pembentukan kembali di laboratorium, margin jadi lebih
tahan retak selain itu dapat mengindari retak pada edge dari pelapisan
veneer dalam rangkaian konstruksinya, pelapisan veneer menjadi lebih
mudah dimasukkan saat penempatan terakhir pada gigi (Dunitz, 1999).
Tepi Incisal umumnya tidak ditutup, dan dipreparasi hanya dengan
bevel saja, supaya tidak meninggalkan email yang tidak terdukung. Posisi
bagian tepi yang baik adalah pada tepi gingival, dan jika veneer diperluas
sampai masuk kedalam sulcus gingiva, hendaknya lapisan veneer dibuat
sesedikit mungkin. Tepi gingival dibuat berbentuk chamfer (Haga dan
Nakazawa, 2002). Semua margin dibuat sedalam enamel. Untuk
melindungi jaringan keras, incisal margin yang dipreparasi tidak boleh
sampai mengenai incisal edge atau sebaiknya preparasi dilakukan sejauh
mungkin dari incisal edge gigi (Bindl dkk, 2002).
Batas proximal preparasi ditempatkan pada pertengahan proximal dengan
pemotongan kontak area proximal kurang dari 50% (Bindl dkk, 2002).
Bentuk preparasi dari proximal surface sudah dapat digambarkan /
direncanakan pada waktu preparasi labial dan pembuatan cervical margin.
Dua prinsip utama dalam preparasi proximal surface adalah: melindungi
kontak area dan penempatan margins harus terlihat. (Dunitz, 1999).

Kedalaman yang minimum dari preparasi perlu diperhatikan terutama


untuk perlekatan dan juga dapat memberikan ketebalan yang cukup
untuk kekuatan pelapisan veneers keramik. Kedalaman kurang lebih
antara 0,8 - 1 mm, dengan lapisan enamel pada sepertiga okklusal gigi
lebih tipis (Dunitz, 1999).
Bagian proximal tidak boleh sampai hilang, meskipun ketika dilakukan
preparasi, hal ini karena bagian tersebut dapat menjaga kontak area
dengan gigi sebelah, selain itu lereng / lekuk buccolingual harus
dilindungi. Perpanjangan interproximal, dibuat secara menyambung satu
sama lain seperti keadaan sebenarnya, ini untuk memperbaiki stabilitas
dan sifat mekanis dari perlekatan veneer (Dunitz, 1999).
Pada daerah kontak Interproximal apabila memungkinkan dibiarkan saja,
dan preparasinya dibuat meluas sampai tepat di bagian depan daerah
kontak. Untuk memberikan retensi dan kekuatan serta supaya
pemasangan menjadi mudah, maka bentuk preparasinya dibuat
menyerupai U. Gigi juga dipreparasi sedikit kearah lingual tepatnya
pada daerah papilla interdental sehingga batas porselen tidak terlihat,
daerah ini menentukan arah masuknya veneer, bentuk preparasi tidak
boleh ada undercut (Dunitz, 1999).
Menjaga kontak area sangat penting hal ini dikarenakan keistimewaan
bentuk anatominya sangat sulit untuk dibentuk kembali seperti semula
jika hilang, mencegah perubahan tempat dari gigi gigi lainnya sewaktu
preparasi dan penempatan gigi, untuk mempermudah prosedur
perawatan, terutama saat prosedur bonding dan finishing., contact area
yang baik dan tidak hilang dapat memberikan kemudahan dalam hal
perawatan sendiri di rumah (Dunitz, 1999).
Metode Pembuatan Veneer Keramik
A. Metode Pressable (IPS Empress)
Merupakan salah satu restorasi keramik dengan sebuah metode yang
disebut dengan press. IPS Empress juga sebagai alternatif dalam
pembuatan restorasi all keramik yang dapat diandalkan fungsi dan
kekuatannya. Metode ini digunakan pada pasien untuk memberikan suatu
kepuasan estetik dari restorasi yang terlihat natural karena berbahan
utama keramik. Pemakaian bahan restorasi yang dilekatkan dengan
keramik diharapkan dapat mengembalikan fungsi, bentuk, kontur, warna
(hue, value, dan chroma), pencahayaan / penyebaran cahaya yang natural
dan memiliki kekuatan seperti gigi natural. Metode ini dapat memberi
suatu estetik yang memuaskan disebabkan karena memang bahan
bahan yang digunakan dibuat terlihat sangat natural
(www.chandigardentist.com).
1. Komposisi
Bahan inti keramik dari metode ini berbentuk ingots pre-sintered. Bahan
dasarnya berupa glass yang dibentuk pada saat pembentukan inti. Untuk
IPS Empress bahan Ingot mempunyai komposisi kimia berupa silicate
glass matrix (SiO2) dengan susunan fase kristalnya berupa kristal leucite
yang berkonsentrasi tinggi, fungsinya adalah agar tahan terhadap
penyebaran crack. SiO2 yang terkandung dalam ingot-nya sebanyak lebih
dari 55%. Koefisien expansi dari bahan IPS Empress adalah 15,0 ppm/0 C

lebih tinggi dari sistem lain yang juga menggunakan metode pressable,
yakni IPS Empress 2 (9,7 ppm/0 C). Perbedaan ini akan sangat
berpengaruh pada translucency-nya (Anusavice, 2003).
Keuntungan menggunakan bahan ini adalah sangat akurat, tepat,
translucency yang sangat baik sehingga menghasilkan estetik yang baik
pula, bebas dari struktur metal, dan flexural strength tinggi (Anusavice,
2003).
Bahan lain yang digunakan meskipun dalam persentase yang kecil adalah
K2O, Al2O3, Na2O, B2O3, CaO, TiO2, CeO2 (IPS Empress Ivoclar Vivadent
AG).
Bahan tanam yang dipakai adalah bahan tanam khusus untuk IPS
Empress. Untuk Liquid-nya menggunakan IPS Empress Esthetic Speed
Investment Material Liquid. Bahan tersebut mempunyai komposisi
colloidal silicic acid sebanyak 30 % wt. Liquid harus dicampur dengan air
yang telah disuling atau air yang di-ionisasi terlebih dahulu untuk
mendapatkan konsentrasi liquid yang diinginkan baru kemudian dapat dimix dengan powder. Sedangkan powder-nya menggunakan IPS Empress
Esthetic Speed Investment Material Powder, dengan komposisinya berupa
SiO2 (quartz powder) 80 % wt, MgO dan NH4H2PO4 20 % wt (IPS Empress
Ivoclar Vivadent).
Untuk staining dan glazing juga memakai bahan yang khusus digunakan
untuk IPS Empress, yakni IPS Empress Universal Glaze and Stain Liquid 15
ml dengan komposisi 100 % wt butandiol (IPS Empress Ivoclar Vivadent).
Bahan untuk separasi die-nya berupa Liquid dengan komposisinya berupa
wax yang dilarutkan didalam lebih dari 95 % wt hexane. Digunakan untuk
melapisi die selama proses pembuatan veneer berlangsung. Bahan
separasi ini berfungsi menjaga die agar tidak melekat pada bahan bahan
keramik selain itu juga untuk mencegah timbulnya tegangan permukaan
(IPS Empress Ivoclar Vivadent).
2. Metode Pembuatan
Semenjak teknik dicor sudah jarang digunakan lagi, teknik yang
digunakan dalam Pressable sistem ini berupa lost-wax technique
(Anusavice, 2003). Model master terbuat dari dental stone ekstra keras
(IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).
Pada bagian / gigi yang akan dibuat aplikasi veneer dibentuk die yang
dapat dilepas dan dipasang kembali. Bersihkan die untuk menghilangkan
kotoran kotoran yang dapat menyebabkan noda pada hasil akhir veneer
(Haga dan Nakazawa, 2002).
Lalu ulasi permukaan die dengan die separator, kemudian tahap
selanjutnya adalah pelilinan dengan ketebalan sesuai bentuk bagian gigi
yang dipreparasi menggunakan beige wax. Pembuatan sprue juga
dilakukan pada tahap ini (Castelnuovo, 2000). Malam yang digunakan
adalah malam yang tidak meninggalkan residu / sisa pada saat dilakukan
buang malam (Ivoclar Vivadent AG).
Setelah itu ditanam dengan menggunakan bahan tanam khusus untuk IPS
Empress dan dibiarkan dahulu sampai menjadi setting dalam muffle
(Gurel, 2003) atau mold (Anusavice, 2003) tersebut sebelum dihilangkan
malamnya (Anusavice, 2003).

Lalu di bakar untuk menghilangkan malam (Gurel, 2003). Malam


dihilangkan untuk menciptakan ruang yang akan diisi dengan bahan ingot
untuk IPS Empress. Proses pengisian ingot keramik untuk IPS Empress
dilakukan dengan menggunakan proses viscous flow atau dengan
mengalirkan glass ceramic (ingot) dengan konsentrasi agak kental pada
suhu 11800 C ke dalam mold selama 1 jam. Teknik seperti ini disebut juga
dengan hot-pressing, keuntungannya adalah dapat diperoleh hasil yang
tinggi dalam hal ketepatan marginal-nya dibandingkan menggunakan
teknik sintering (Van Noort, 2002).
Setelah semua tahapan selesai dilakukan, keluarkan keramik dari dalam
mold atau muffle (Anusavice, 2003). Kemudian keramik di potong dan
dibentuk disesuaikan pada model kerja (IPS Empress Ivoclar Vivadent
AG).
Ketebalan pemotongan pada bagian facial adalah 0,2 mm pada 2/3 incisal
atau bisa juga 0,5 mm (Castelnuovo, 2000). Lapisi bagian incisal-nya
dengan menggunakan bahan silicone, sebelum dilakukan cut-back
procedure. Hal ini untuk memudahkan dalam mengontrol dan mengecek
ketinggian incisal-nya setelah prosedur cut-back dilakukan (IPS Empress
Ivoclar Vivadent AG).
Setelah itu lepas keramik dari model dan silicone guna dilakukan sand
blasting pada permukaan restorasi. Lakukan secara hati hati karena
bahan untuk sand blasting-nya sangat abrasive. Bahan yang digunakan
Al2O3 dengan tekanan 0,5 bar, bersihkan dengan menggunakan air yang
telah disuling atau di-ionisasi (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).
Lalu tahap pelapisan veneer dilakukan, porselen dentin, email dan bahan
translucentPembentukan ini harus dilakukan dengan hati hati dan
memerlukan kecermatan dari teknisi gigi. Bila diperlukan, penggunaan
opaq porselen juga dianjurkan terutama untuk menutupi bagian gigi yang
berubah warna. Pelapisan opaq juga memerlukan keahlian dan
kecermatan agar menghasilkan efek penutupan tanpa menimbulkan bintik
bintik atau noda. Tepi Incisal harus dibuat translucent (tembus cahaya)
agar pelapisan veneer terlihat alami. Oleh karena itu, opaq porselen
jangan digunakan pada daerah ini (Haga dan Nakazawa, 2002). dibentuk
berlapis lapis.
Porselen dibentuk dengan lapisan - lapisan tipis yang merata, sehingga
dapat memberikan efek kelembaban pada porselen selama proses
pelapisan dan pembakaran. Lapisan pertama adalah opaq, setelah itu
dentin, email dan bahan translucent (Haga dan Nakazawa, 2002).
Setelah itu dilakukan pembakaran pertama dengan suhu 8500C selama 2
jam (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).
Pelapisan dan pembakaran porselen sebaiknya dilakukan dalam beberapa
tahap, agar jika ada kontur yang kurang sesuai atau tidak tebentuk, maka
dapat diperbaiki lagi, sehingga terbentuk menjadi suatu bentukan yang
sesuai dengan anatomi gigi, selain itu dengan metode tersebut retak
dapat dicegah dan diminimalisir (Haga dan Nakazawa, 2002). Sesudah
pembakaran pertama (enamel) selesai, gunakan diamond burs untuk
mengurangi kelebihan dan pembentukan sesuai anatomi. Apabila terjadi
pengurangan secara berlebihan sehingga menyebabkan berubahnya

bentuk kontur, maka dapat dibentuk kembali dengan pemberian bubuk


leucite-reinforced glass ceramic yang di-bonding menggunakan teknik
sintering konvensional (Castelnuovo, 2000). Kemudian dibakar lagi untuk
yang kedua kalinya dengan suhu 8300C selama 2 jam (IPS Empress
Ivoclar Vivadent AG). Ketepatan perlekatan veneer dapat diperiksa
dengan green aerosol. Semprotkan pada seluruh permukaan die
(Castelnuovo, 2000) atau dengan menandai silicone menggunakan pensil
merah, setelah itu veneer keramik di pasang pada model serta di-fit kan
dengan silicone yang telah diberi tanda untuk disesuaikan atau fitting (IPS
Empress Ivoclar Vivadent AG). Apabila terdapat noda / spots pada veneer
keramik pada saat di-fit kan, hilangkan dengan diamond medium grit
round bur. Pengurangan veneer dilakukan sampai 0,3 mm pada 1/3
cervical dan 0,5 mm pada 2/3 incisal. Dimensi akhir dari veneer keramik
adalah 0,3 mm dan 0,5 mm ketebalan pada 1/3 cervical dan 2/3 incisal
(Castelnuovo, 2000).
Aplikasi diakhiri dengan proses staining dan glazing keramik. Staining
digunakan untuk membentuk karakteristik dari veneer keramik agar
terlihat seperti gigi alami. Sebelum proses staining dilakukan pastikan
restorasi bersih atau bebas dari noda, agar hasil akhirnya tidak ditemukan
adanya bercak noda pada veneer keramik, lalu ulasi liquid untuk staining
pada permukaan restorasinya sampai didapat warna yang sesuai dengan
karakteristik dari gigi alami, setelah itu dengan suhu 7800C dibakar dalam
furnace selama 1 jam.
Glazing digunakan untuk melengkapi proses pembuatan veneer, dengan
glazing pencahayaan yang baik dari restorasi akan didapatkan. Aplikasi ini
hanya dapat digunakan pada akhir proses veneering, agar hasil yang
didapat maksimal. Setelah itu dibakar di dalam ceramic oven / furnace
dengan temperatur 7800C selama 1-2 jam (Castelnuovo, 2000 dan IPS
Empress Ivoclar Vivadent AG).
Sesudah tahap pembakaran selesai veneer keramik siap diaplikasikan
atau dipasangkan pada model. Penyesuaian kecil terhadap veneer dapat
dilakukan pada model (Haga dan Nakazawa, 2002).
B. Metode CAD-CAM (CEREC 3)
CAD-CAM adalah Computer Aided Design-Computer Aided
Machining, yaitu suatu teknologi dari sistem pembentukan keramik
generasi baru yang dijalankan menggunakan komputer (Denissen et al,
2002). CAD-CAM sistem terkadang disebut juga CAD-CIM sistem, dimana
CIM adalah Computer Integrated Machining atau Milling (Van Noort, 2002).
Untuk pembuatan veneers, sistem CAD-CAM yang digunakan adalah
CEREC 3. Diperkenalkan di dunia kedokteran gigi pada Februari 2000.
Merupakan versi yang lebih canggih dari CEREC 2. Software yang
digunakan dalam sistem ini adalah Windows NT-formatted dan dijalankan
melalui Personal Computer (PC). PC yang termodifikasi dan bertenaga
lebih telah diintegrasikan pada CAD unit, PC jenis ini menyediakan waktu
pengoperasian yang singkat, cetakan optic, serta desain restorasi.
Cetakan optic digunakan untuk memasukkan informasi fungsional oklusal
dan menyimpan data sebagai dokumentasi. Sedangkan CAM unit-nya
terpisah dari CAD yang dilengkapi dengan sebuah silinder dan sebuah

conical diamond-coated bur. Sistem pengasahan baru ini menyediakan


pembentukan restorasi yang kompleks dengan adaptasi presisi yang
tinggi terhadap berbagai macam bentuk preparasi gigi. Komunikasi antara
CAD unit dan CAM unit adalah melalui wireless via radio. CEREC 3
memiliki kecanggihan yang lebih tinggi dari generasi generasi
sebelumnya dalam hal produksi veneers, bahkan memiliki bentuk
preparasi yang kompleks, memberi morfologi alami seperti gigi natural,
serta ketepatan fitting yang tinggi (Bindl dkk, 2002).
1. Komposisi
Bahan atau material untuk CAD-CAM berbentuk feldspatic porcelain block
(Anusavice, 2003). Komposisi kimia dari bahan CAD-CAM tersebut adalah:
Silica (SiO2), terdapat dalam empat bentuk yang berbeda yakni quartz
kristalin, kristobalit kristalin, tridymite kristalin, dan silika gabungan nonkristal. Silika gabungan non-kristal adalah bahan dengan titik leleh tinggi
(high fusing), hal ini disebabkan oleh anyaman tiga dimensi dari ikatan
kovalen antara tetrahedral silica, yang merupakan struktur dasar dari
anyaman kaca (glass). Fluks seringkali ditambahkan untuk menurunkan
temperature, yang diperlukan pada saat proses sintering dari partikel
bubuk porselen. Meskipun demikian, penambahan modifier seperti fluks,
tidak boleh terlalu banyak karena akan mengakibatkan kurangnya
durabilitas kimia (ketahanan terhadap air, asam, dan basa) dari glass.
Selain itu, jika tetrahedral yang terganggu terlalu banyak, maka glass
akan banyak ter-kristalisasi selama proses pembakaran porselen.
Bagaimanapun juga, keseimbangan antara kisaran leleh dan durabilitas
kimia yang baik harus dipertahankan (Anusavice, 2003). Konsentrasi SiO2
yang terdapat dalam bahan blocks dari CAD-CAM adalah sebanyak 56
64%.
Alumina (Al2O3), mengandung kristal kristal alumina dalam jumlah yang
memadai (Anusavice, 2003). Bahannya terdiri atas feldspatik glass yang
berisi 40-50% alumina. Partikel alumina digunakan karena lebih kuat
daripada glass, lebih efektif untuk mencegah penyebaran crack daripada
quartz dan bertindak cepat menghentikan crack jika terjadi. Mengingat
flexural strength dari porcelen feldspatik adalah yang terbaik yakni 60
Mpa, maka setelah penggunaan aluminous core porselen dengan alumina
kekuatan flexural-nya dinaikkan sampai mencapai 120-150 Mpa (van
Noort, 2002). Bahan ini juga diperlukan dalam pembuatan dentin dan
pewarnaan enamel dari feldspatik porselen. Komposisi poselen ini
mengandung alumina yang tinggi yakni 40 85%, sedangkan konsentrasi
dari silica oxide diturunkan dari 60% ke 15%. Komposisi aluminum oxidenya tidak lebih dari 50%. Bahan ini digunakan untuk preparasi full crown
dan untuk pelapisan veneer porselen (Font, 2006). Penggunaan bahan
alumina sebagai bahan blocks CAD-CAM dikonsentrasikan sebanyak 20 23%
Selain itu ada beberapa komposisi kimia lain yang terdapat dalam
material blocks dari CAD-CAM meskipun dalam jumlah yang tidak relatif
besar ,yaitu: Na2O (6 - 9%), K2O (6 - 8%), CaO (0,3 - 0,6%), TiO2 (0,0 0,1%)
Vitadur Alpha veneering ceramic digunakan unuk membangun estetiknya
sedangkan Vita Akzent stains dan glazing digunakan untuk membentuk

karakterisasi dari lapisan veneer keramik (Bindl dkk, 2002). Bahan


bahan yang digunakan untuk membangun estetik veneer, staining serta
glazingnya memiliki komposisi utama berupa keramik feldspar dan glass
ceramic (terutama bahan block-nya) (CEREC Sirona Dental System).
2. Metode Pembuatan
Menurut (bindl dkk, 2002) pembuatan veneer keramik dimulai dengan
pengaplikasian Cerec liquid pada hasil preparasi dan gigi tetangga pada
cetakan. Kemudian dilakukan pelapisan opaq secara tipis pada permukaan
yang akan dilakukan perawatan. Opaq yang digunakan adalah cerec
powder. Tujuan dari pelapisan opaq adalah agar high-contrast 3D dapat
membaca permukaan yang akan dirawat. Hasil dari scan 3D ini disebut
dengan optical impression. Setelah itu mengikuti mode start-up Cerec
3D, pilih mode desain veneer, lalu data base mengenai morfologi gigi
akan diaktifkan, dan gigi yang akan diproses veneer dimasukkan.
Optical impression akan direkam oleh Cerec 3D dengan mengggunakan
kamera, pusat preparasinya diletakkan pada pertengahan layar / monitor,
gigi kemudian dibuat menjadi vertikal, agar seluruh bagian dari preparasi
dapat terfokuskan dengan baik.
Bagian mesial dan distal gigi disarankan mengikuti garis equator atau
garis tengah yang terlihat pada monitor setelah itu diidentifikasikan
dengan gigi sebelah untuk memberikan informasi dan memperhitungkan
letak / posisi proximal dari gigi tetangga. Bottom line atau garis batas
bawah dari 3D menandai bahwa preparasi margin telah lengkap. Lalu
sistem secara otomatis akan membuat contact line atau garis kontak
yang menggambarkan keadaan maksimal circumference dari veneer, dan
menentukan kontak proximal dengan gigi yang berdekatan.
Sistem kemudian membentuk 2 garis mesiodistal melewati permukaan
labial sampai gigi sebelahnya. Pada layar monitor akan tampak suatu
garis melintang yang terletak paling atas, merupakan bagian paling tinggi
dari permukaan labial yang akan diberikan veneer dan garis melintang
paling bawah merupakan bagian yang paling rendah. Kedua garis ini akan
dirubah menjadi suatu bagian untuk membentuk morfologi gigi. Desain
veneer yang halus dapat dihasilkan menggunakan perlengkapan
penghalus permukaan (surface tools) yang ada pada layar monitor
komputer. Perlengkapan ini dapat memeriksa bagian melintang dari
veneer dengan beberapa petunjuk yang ada. Sedangkan bagian
melintang yang cocok untuk kontruksi veneer. Bagian horizontal
berpedoman pada bagian yang melintang antara mesial sampai distal
(ditandai dengan garis merah horizontal).
Pada saat muncul gambar icon mesin pada layar monitor diaktifkan,
konstruksi secara otomatis akan tersimpan dalam hard disk komputer dan
user akan diminta memasukkan keramik block.
Setelah keramik block dimasukkan, sistem akan memperhitungkan bentuk
veneer melalui data yang dihasilkan atau didapat dari optical impression
dan pemilihan batas konstruksi. Mesin bekerja dengan menggunakan 2
burs yang dilapisi diamond (diamond-coated burs), satu silinder dan cone
pembentuk (cone shaped) bekerja secara bersama. Setelah 10 menit

bentuk mulai di-grinding, kemudian veneer keramik siap dipotong dengan


mesin pemotongan (Bindl dkk, 2002).
Sesudah dilakukan pemotongan, veneer dicobakan pada plaster cast.
Untuk memberikan estetik pada veneer, area yang akan dikurangi seperti
mesioproximal dan 1/3 incisal dari permukaan buccal ditandai dengan
pensil merah. Mesin akan menipiskan bagian tersebut, labial area yang
ditandai kemudian ditipiskan kira kira sebanyak 50% menggunakan
diamond bur. Vitadur alpha veneering ceramic, digunakan untuk
membangun estetiknya. Untuk bagian incisal dibentuk dengan
transparent blue, opalescent, dan clearenamel keramik. Bagian leher
keramik, berwarna lebih gelap daripada body, warna ini diaplikasikan
pada 1/3 gingiva. Setelah itu dikeringkan selama 5 menit, lalu veneer di
bakar di dalam mesin vacuum furnace. Dengan suhu 9500 C. keramik
bersama dengan aplikasi
Veneer yang telah dibakar dapat dihaluskan dan dibentuk konturnya
menggunakan flame shaped diamond bur. Untuk mendapatkan estetik
yang sempurna dapat ditambahkan ceramic paint-on shade yang
diaplikasikan pada permukaan gigi (stainning), kemudian dibakar lagi
dengan suhu 8500C agar warna dari keramik cocok dengan gigi aslinya,
pelapisan tipis dari glaze keramik dapat digunakan untuk mendapatkan
kilauan alami gigi. Setelah di-glaze veneer dibakar lagi dengan suhu
9400C, kemudian cobakan pada model. Terakhir bagian internal surface
dari restorasi di sandblasting dengan aluminum oxide yang berukuran 50
m untuk menghilangkan kelebihan glazing keramik pada bagian tersebut
(Bindl dkk, 2002).
Setelah semua tahapan antara IPS Empress dan CEREC 3 CAD-CAM
selesai dilakukan dan hasil akhir veneer telah di-Finishing, maka tahap
selanjutnya adalah proses perlekatan, antara veneer all ceramic dengan
gigi yang telah dipreparasi sebelumnya.
Anusavice, KJ. 2003, Phillips Science of Dental Material, 11th ed,
Brau, BJ. 2002. Preventive and Cosmetic Dentistry, Retrieved: Desember
15, 2007
Bindl, A; Apholt, W; Mormann, WH. 2002. Computer Veneers with the
Cerec 3, Quintessence International, 44th ed, p. 153-162
Castelnuovo, J et al. 2000, Fracture Load and Mode of Failure of Ceramic
Veneers with Different Preparation, TheJournal of Prosthetic Dentistry,
83th edition, Mosby Inc, St. Louis MO, p. 171-180.
Dunitz, M. 1999, Esthetic Dentistry and Ceramic Restoration, London NWI
OAE, p. 161-213
Font ,AF et al. 2006, Choice of Ceramic for Use in Treathments with
Porcelain Laminate Veneers, Medico Oral Pathologic Oral Buccal, 11th ed,
p. 297-302.
Gupta. A. 2007, IPS Empress Crown, Retrieved: Desember 26, 2007.
Gurel G. 2003, The Science and Art of Porcelain Laminate Veneers,
Quintessence Publishing Co.Ltd, Germany; p. 30-479
Van Noort R. 2002, Introduction to Dental Materials, 2nd ed, Elsevire
Science Limited, London, p. 235-246

Zwemer TJ. 1993, Bouchers Clinical Dental Terminology A Glossary Of


Accepted Terms in all Disceplines of Dentistry, Philadelphia.Mosby, p. 325

Indikasi veneer porselen 2,4,6


1. Untuk mengoreksi diastema
2. Memperbaiki diskolorisasi gigi yang mengalami perubahan warna
karena
fluorosis, tetrasiklin
3. Menutupi cacat pada email
4. Mengoreksi bentuk gigi seperti peg-shaped
5. Memperbaiki kerusakan struktur gigi, seperti gigi yang mengalami
fraktur.
Selain itu, veneer dibuat dengan tujuan untuk menambah cerah warna
gigi dan memperbaiki penampilan. Bila pasien menginginkan suatu
perawatan kosmetik yang konservatif dan menyetujui dilakukan
preparasi.7
Kontra indikasi 2,4,6,7
1.Penderita dengan kebiasaan bruxism atau aktivitas fungsional yang
menyebabkan chipping
2.Gigi dengan email yang tidak memadai untuk retensi yang cukup.
3.Fraktur gigi yang parah
4.Celah interdental yang besar ( diastema yang besar)
5.Gigi dengan mahkota yang pendek
6. Gigi dengan restorasi yang besar dan dalam
7.Bila gigi yang mengalami pewarnaan yang berat , dalam hal ini gigi
harus di bleaching dahulu, kemudian dilakukan venering
Pembuatan veneer dapat dilakukan secara direct dan indirect tergantung
kondisi gigi saat itu. Pembuatan veneer secara direct secara langsung
diaplikasikan pada pasien sedangkan indirect dilakukan pencetakan
dahulu kemudian diproses di laboratorium hasilnya baru diaplikasikan
pada pasien..
1.DIRECT VENEER 8
Direct veneer ada 2 direct partial veneer dan direct full veneer 1.1.Veneer
langsung sebagian ( direct partial veneer )
Pewarnaan atau kerusakan kecil atau yang terlokalisir yang dikelilingi
dengan gingiva yang sehat adalah kondisi ideal untuk tehnik ini.
Kerusakan ini bisa di restorasi dalam satu kali kunjungan dengan komposit
light cured. Pada gambar dibawah ini di ilustrasikan pembuatan veneer
sebagian pada empat gigi anterior rahang atas. Sebelumnya di lakukan
pre eliminir seperti pembersihan, pemilihan bentuk, isolasi dengan cotton
roll atau mengunakan rubber dam ( lihat gambar 1)

A. Pasien dengan direct full veneer yang overcontoured.


B. Setelah veneer yang lama dibuang, terlihat ada whitespot.
C. (x) ilustrasi model preparasi yang salah, (y) preparasi yang benar. D.
Preparasi diperbaiki.
E.Partial veneer selesai dan terlihat estetik yang memuaskan
1.2. Veneer langsung penuh ( direct full veneer )
Gigi anterior yang mengalami hipoplasia disertai diastema antara gigi
insisif sentral dapat direstoarsi dengan tehnik ini. Tehnik ini menggunakan
komposit light cured mikrofill dalam satu kali kunjungan, tetapi untuk
mengurangi trauma bagi pasien maupun operator lebih baik di koreksi
dalam dua kali kunjungan.
Kedua insisif sentral di preparasi dengan kedalaman 0.5 0.7 mm, akhiran
preparasi bentuk chamfer, preparasi direct veneer umumnya berakhir
pada bagian labial sampai kontak proksimal gigi sebelahnya kecuali
terdapat diastema. Untuk mengoreksi diastema preparasi diperluas
sampai permukaan mesial dan berakhir pada mesio-lingual line angles.
Insisal edge tidak dipreparasi.karena akan melindungi dari daya kunyah
yang besar .Veneer sebagian diindikasikan untuk permukaan fasial gigi
yang mengalami pewarnaan, kerusakan yang terlokalisir, sedangkan
veneer penuh untuk restorasi yang memerlukan pelapisan permukaan
fasial secara luas. Beberapa faktor yang penting terutama usia pasien,
oklusi, kesehatan jaringan sekitarnya, letak dan posisi gig,i dan
kebersihan rongga mulut harus dievaluasi sebelum pembuatan veneer
penuh. Jika veneer telah terpasang harus diperhatikan bentuk tepi
anatomis khususnya daerah gingival untuk menjaga kesehatan jaringan 8
Jika hanya melibatkan beberapa gigi saja atau jika permukan fasial tidak
seluruhnya mengalami kerusakan, dapa langsung diaplikasikan veneer
komposit dalam satu kali kunjungan
Pada tehnik direct veneer bahan pilihan adalah mikrofill komposit resin,
karena bahan ini dapat dipoles dengan baik sehingga menyerupai enamel
yang sesungguhnya dan hasil poles bertahan untuk jangka waktu cukup
lama. Indikasi direct composit resin yaitu instant cosmetic, pasien tidak

menghendaki pengasahan pada gigi, keterbahasan beaya laboratorium,


dan pada kasus-kasus ortodontic tertentu dimana merencanakan
perawatan orto, pada keadaan ini kita tidak boleh melakukan preparasi
pada gigi. Kontra indikasi komposit veneer bila menghendaki hasil akhir
yang sangat baik dan daya tahan cukup lama, dan bila pasien memiliki
kebiasaan merokok, minum anggur merah yang dapat merubah warna
gigi.3

Untuk gigi yang mengalami pewarnaan tetrasiklin, restorasi dengan direct


veneer lebih sulit, jika warna sudah mencapai 1/3 gingival
INDIRECT VENEER 8
Banyak dokter gigi merasa dalam melakukan preparasi, aplikasi dan
finishing pada prosedur direct veneer terlalu susah, melelahkan dan
menghabiskan waktu. Dan pasien juga tidak nyaman dan selama
perawatan tersebut, untuk alasan itu dapat dibuat indirect veneer . Tehnik
indirect veneer dibuat dari bahan kompost, feldspathic porcelain dan
keramik ( pressed or cast ceramic ). Dengan tehnik indirect warna dan
kontur veneer lebih mudah dikontrol dan tidak menghabiskan waktu
karena dibuat di laboraotrium. Dengan mempertimbangkan faktor
kekuatan, ketahanan untuk mempertahankan struktur gigi, feldspathic
porcelain yang ditempelkan ke preparasi intraenamel merupakan pilihan
dokter gigi untuk melakukan tehnindirect veneer. Pressed ceramic veneer
memberikan estetik yang baik, tetapi memerlukan preparasi yang lebih
dalam. Venner tehnik indirect ditempelkan pada email dengan
meggunakan etsa asam dan bonding dengan semen resin light- cured.

Tipe preparasi laminate veneer 8:


1. Intra enamel : daerah yang terlokalisir pada permukaan labial gigi,
preparasi yang diperlukan minimal
2. Feathered incisal : preparasi disini dilakukan dengan mengurangi
permukaan labial sekitar 0.5 -1 mm dan akhiran chamfer di proksimal,
insisal dan gingival margin, tidak terdapat overlap incisal
3. Overlapping incisal : sama dengan fealthered incisal tetapi dilakukan
pengurangan incisal sekitar 1 mm sampai melewati ujung incisal.
4. No preparation : biasanyanya pada anak-anak tidak dilakukan
preparasi, dan overbulk dari gigi tetap dibiarkan .
Apabila pewarnaan gigi akibat tetrasiklin terlalu parah dapat dilakukan
bleaching internal atau bleaching eksternal terlebih dahulu.
Veneer penuh dapat dilakukan dengan tehnik direct dan indirect. Aplikasi
indirect veneer membutuhkan waktu yang lama di laboratorium, jika
pasien dengan perubahan warna satu gigi atau alasan waktu dan beaya
yang terbatas sehingga tidak bisa menggunakan tehnik laboratorium
maka direct veneer dapa dijadikan alternatif.
Indirect veneer umumnya memiliki 2 syarat, teatpi ada keuntungan
dibandingkan tehnik direct:8
1. Tehnik indirect tidak terlalu sensitif dibandingkan tehnik direct, keahlian
dan ketepatan dalam membuat sebuah veneer lebih bisa dicapai.
2. Jika ada 2 gigi harus dibuat veneer secara bersamaan, dengan tehnik
indirect hasil ini akan lebih cepat terlihat.
3. Indirect veneer umumnya akan lebih bertahan lama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kilian : Imformation for Preparation Cerec Conect Bite X- Rite Quality.
USA., diakses pada tanggal 30-12-2010
2. Ching Chiat Lim : Case Selectoin for Porcelain Veneer, Quintessence
International l995; 26 : 311-315
3. Victor O.A : Porcelain Veneer for incicor lateral case erport,
Quintessence International 1995 ; 26

4. Rosenstiel,S.F et al : Contemporary Fixed Prosthodontics, 3 rd ed. St


Mosby 2001; 609-612
5. Eni I : Restorasi Keramik secara Indirect. Majalah I Kedokteran Gigi
.Bagian Prosttodontia Fakultas Kedokteran gigi Universitas
Airlangga.2008;Vol 23 no 1
6. Kontorowics .G et all : Inlay, Crown & Bridge Clinical hand book. 5 th ed
Butterworth- Heinemann Ltd 1993 h 73- 76
8. Roberson.,T.M., Heymann,E.J. Swift, Jr : Sturdevant S Art and Science
of Operative Dentistry. % th Ed. St.Louis;Mosby ,124-147

Anda mungkin juga menyukai