Para malaikat berkata : Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota
itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia, dan pengikut-
pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan) (QS. 29 : 32)
Kepada istri dan kedua anaknya, Nabi Luth as berpesan dan berusaha
agar mereka merahasiakan kedatangan para tamunya, agar tidak
diketahui oleh kaumnya yang bengis dan haus maksiat. Namun karena
istri Nabi lutuh yang berpihak dengan masyarakat Sadum yang sesat,
sehingga istrinya membocorkan rahasia atas para tamu tampan yang
tinggal di rumahnya.
Selanjutnya, apa yang dicemaskan oleh Nabi Luth benar benar terjadi.
Ketika masyarakat Sadum mengetahui bahwa di rumahnya ada pemuda,
maka datanglah mereka ke rumahnya untuk melihat tamunya yang
tampan itu untuk memuaskan nafsunya. Tentu saja Nabi Luth as tidak
membukakan pintu untuk mereka, dan berseru meminta agar mereka
pulang lagi ke rumah masing-masing dan meminta tidan mengganggu
para tamu Nabi Luth, yang semestinya dihormati dan dimuliakan, bukan
diganggu. Mareka dinasehati agar meninggalkan kebiasaan yang keji yan
bertentangan dengan fitrai manusia serta kodrat alam, yaitu Tuhan telah
menciptakan manusia untuk berpasangan antara pria dan wanita untuk
menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makluk
ciptaannya yang termulia di atas bumi. Nabi Luth as berseru meminta
supaya mereka pulang pada istri-istri mereka dan meninggalkan
perbuatan mungkar dan maksiat yang tidak sepantasnya itu, sebelum
Allah memberikan mereka zab dan siksaan.
Namun Mereka yang telah sesat tidak dihiraukan dan dipedulikan juga
seruan dan nasihat dari Nabi Luth as. Bahkan mendesak akan
mendobrak pintu rumah Nabi Luth dengan paksa dan kekerasan jika
pintu rumahnya tidak segera dibuka. Karena Nabi Luth merasa dirinya
sudah tidak berdaya untuk menahan orang orang yang kaumnya yang
sesat itu, maka Nabi Luth as pun berkata secara terus terang kepada
para tamunya.