PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan pedoman dan petunjuk bagi umat Islam, yang di dalamnya
terdapat pelajaran dan hikmah yang dapat dipetik kemudian diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT. melalui Nabi Muḥammad
Saw. dan menjadi bukti risalah kenabian Nabi Muḥammad Saw. al-Qur’an hadir di tengah-
tengah kehidupan umat manusia yaitu untuk pedoman dan petunjuk agar kehidupan umat
manusia menjadi lebih baik dan terarah. Untuk menjadi petunjuk al-Qur’an membutuhkan
pendamping yaitu kajian tafsir, dengan adanya kajian tafsir maka petunjuk yang terkandung
dalam al-Qur’an akan semakin terarah.
Kisah adalah salah satu komponen al-Qur’an yang dengannya Allah menjabarkan
pelajaran untuk diberikan kepada orang-orang yang beriman. Kisah yang digunakan Allah
dalam al-Qur’an untuk memberikan ‘ibrah (pelajaran) dari setiap kejadian masa lampau yang
dijabarkan Allah dalam al-Qur’an, sebagaimana firman Allah dalam surah Yūsuf ayat 111
dan surah Hūd ayat 120
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman”. (Q.S. Yūsuf: 111)
1
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran
serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. Hūd: 120)
Al-Qur’an menceritakan beberapa kisah nabi dan kaumnya, bahwa Allah SWT.
menghancurkan atau menurunkan ażab pada suatu negeri akibat peduduk negeri tersebut
durhaka kepada nabi yang telah diutus Allah SWT. mereka mendustakan dan meremehkan
ancaman Allah SWT. yang dikirimkan kepada mereka melalui nabi yang diutus-Nya.
Kejadiankejadian tersebut diceritakan Allah di dalam al-Qur’an sebagai acuan dan pelajaran
bagi umat muslim
B. Identifikasi Masalah
berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, kami dari kelompok IV
mengidentifikasi beberapa permasalahan, dianataranya :
1. Bagaimana tanggapan penduduk sodom terhadap Nabi Luth As ?
2. Apa saja Pesan Moral yang dapat di ambil dari kisah Nabi Luth As?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Lalu Lūth berhijrah bersama Ibrāhīm dari Irak, dalam perjalanannya, Allah
mengutus Lūth kepada kaum Sodom yang terletak di kaum Ardan. Nabi Lūth
tidak diutus kepada suatu kaum yang berkebangsaan, karena ia bukan dari
kabilah, berbeda dengan Nabi Ṣālīh a.s, Nabi Hūd a.s, dan Nabi Syu’aib a.s,
mereka berasal dari jiwa kesukuan atau suatu bangsa.8
Tanda-anda arkeologi menunjukan bahwa pada pertengahan Zaman Perunggu
(sekitar 2000-1500 PM), daerah ini pernah menjadi daerah yang subur makmur
dengan air yang melimpah ruah untuk menopang pertanian.9 Hal ini menjadi
suatu nikmat bagi Nabi Lūth karena dapat mengembala ternak-ternaknya dengan
baik di sini.
Perlu digaris bawahi bahwa Nabi Lūth bukan termasuk kaum Sodom dan
Gomorah. Oleh karena itu di dalam al-Qur’an Lūth tidak disebutkan
“akhāhum” seperti pada Nabi Hūd, Nabi Ṣālīh dan Nabi Syu’aib, denganmenyebutkan
“kaum ‘Ad”“akhāhum Hūdan,”kaum “Tsamuh”.”.
Lūth sudah beriman kepada Allah sejak mengikuti ajaran dan perjuangan
3
B. Kisah Nabi Luth A.S
Allah menyebutkan kisah Nabi Lūth dan kaumnya dalam beberapa ayat di dalam
al-Qur’an, di antaranya surah al-A’rāf ayat 80-84, al-Hūd ayat 69-83, al-Ḥijr ayat 51-
77, asy-Syu’arā’ ayat 160-175, an-Naml ayat 54-58, al-‘Ankabūt ayat 28-35, aș-Sāffāt
ayat 133-138, dan al-Qamar ayat 33-
Dalam ceritanya penulis membagi ke dalam tiga bagian:
4
melakukan kejahatan.
al-‘ Sehingga mereka berkata dengan kesombongannya, sebagaimana yang
tertera dalam al-Qur’an surah Ankabūt ayat 29 Yang Artinya : “Datangkanlah
kepada kami ażab Allah jika kamu (Nūh) termasuk orang-orang benar.”
5
Secara umum kaum Nabi Lūth a.s. merupakan kaum yang mengingkari syari’at
Allah, mengingkari fitrah manusia, lalu Allah buktikan ke Maha Esaan-Nya
kepada kaum Lūth a.s. dengan menurunkan ażab atas perbuaan buruk yang
mereka lakukan.
Terdapat beberapa pesan kehidupan yang dapat dipetik dari kisah Nabi Lūth
a.s. dan kaumnya ini di antaranya:
a. Teguh Dalam Kebenaran
Allah menjelaskan dalam Q.S. al-A’rāf ayat 82:
“Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Lūth dan
pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang berpura-pura mensucikan diri". (Q.S. Al- A’rāf: 82)
Ayat ini menjelaskan betapa hancurnya akhlak penduduk kaum itu. Jawaban yang
mereka lontarkan kepada Nabi Lūth adalah bentuk bahwa mereka tidak ada niatan
sedikit pun untuk meninggalkan kebiasaan buruk mereka itu.11 Mereka tidak pernah
menerima kedatangan Nabi Lūth. Mereka menolak bahwa perbuatan yang mereka
lakukan dianggap sebagai perbuatan kotor. Maka dari itu mereka berkata yang tertera
pada ayat di atas, dan alasan mereka berkata demikian karena mereka beranggapan
bahwa Nabi Lūth dan pengikutnya hanyalah orang yang berpura-pura suci. Mereka
terbiasa hidup dengan kemaksiatan dan kekotoran akhlak hingga tidak mau berubah.
Maka dari itu mereka menolak ajakan untuk mensucikan diri tersebut. Perumpamaan
perbuatan mereka itu adalah seperti hewan yang hidup dengan memakan kotoran, bila
dipelihara dalam lingkungan yang bersih, dia malah akan mati.
b. Memuliakan Lawan Jenis Kelamin Sebagai Pasangan
Pesan selanjutnya adalah memuliakan lawan jenis kelamin sebagai
pasangan. Karena telah dipaparkan di pembahasan-pembahasan
sebelumnya bahwa kaum Nabi Lūth adalah kaum homoseksual. Mereka
melakukan kebiasaan buruk ialah menyukai lalu menikah dengan sesama
jenis yaitu laki-laki dengan laki-laki yang biasa kita sebut dengan
homoseksual. Mereka tidak mensyusukuri apa yang sudah Allah berikan
kepada setiap manusia yaitu lawan jenis sebagai pasangan hidup. Padahal
dalam al-Qur’an surah al-Rūm ayat 21 dan surah al-Żāriyāt ayat 49 Allah
SWT. telah menjelaskan:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir”. (Q.S. Al-Rūm: 21)
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah”. (Q.S. Al-Żāriyāt: 49)
6
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia berpasag-
pasangan agar kita selalu mengingat kebesaran Allah. Allah menciptakan laki-
laki dan perempuan dengan maksud dan tujuan tersendiri yaitu untuk melanjutkan
perkembangbiakan manusia tentunya melalui jalan pernikahan.
Namun, apa yang dilakukan kaum Lūth sangatlah tidak mencerminkan sikap
kesyukuran terhadap nikmat Allah. Mereka melanggar fitrah manusia. Mereka
menghentikan proses perkembangbiakan manusia. Mereka melalukan sesuatu
yang bahkan hewan pun tidak pernah melakukannya, itu artinya bisa dikatakan
bahwa kaum Lūth lebih buruk dari hewan.
c. Kesepakatan dalam Kemungkaran Sebab Murka
Pesan selanjutnya yaitu kesepakatan dalam kemungkaran penyebab murka
Allah.Allah SWT. telah memaparkan secara jelas di dalam al- Qur’an perihal
syari’at islam, mengenai yang hak dan yang bathil, mengenai yang haram dan
yang tidak, dan lain sebagainya. Sering kali manusia mengabaikan apa yang sudah
Allah perintahkan. Padahal selain menjelaskan kebolehan dan ketidak bolehan
dalam Islam, Allah juga menjelaskan akibat dari apa yang sudah manusia lakukan,
baik itu berupa akibat baik maupun akibat buruk.
Dalam hal ini Allah membuktikan akibat perbuatan buruk manusia dengan
menurunkan ażab kepada kaum Nabi Lūth. Karena sesungguhnya para nabi
sudah dianugerahi bukti kebenaran yang diberikan kepada orang yang
menentang dan tidak menerima kenabiannya.19 Seperti yang sudah kita ketahui
kaum Lūth memang kaum yang sangat bertentangan dengan syari’at Islam.
Mereka tidak mempercayai keesaan Allah. Mereka mengabaikan nabi yang di
utus Allah kepadanya.
فانظرlihatlah. Maksudnya ambillah pelajaran dari apapun yang kamu lihat.
Dalam kisah ini Allah menegaskan bahwa siapapun yang berbuat jahat atau
menentang syari’at Islam atau menentang apa yang disampaikan para Rasul-Nya
maka Allah akan turunkan hukuman berat kepadanya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kisah tersebut terdapat beberapa hikmah yang dapat dijadikan
pelajaran yang penulis bentuk ke dalam beberapa poin, di antaranya: teguh
dalam suatu tindakan yang bersifat kebenaran, memuliakan lawan jenis
kelamin sebagai pasangan, optimis terhadap pertolongan Allah, perbuatan
buruk yang pastinya akan mendatangkan akibat yang buruk pula sebagaimana
yang telah menimpa kaum terdahulu bagi penentang syari’at Islam yang
dibinasakan, dan yang terkhir adalah bahwa manusia bertanggung jawab atas
pilihannya sendiri.
Dari beberapa hikmah yang penulis simpulkan di atas adalah bahwa semua
yang dilakukan Nabi Lūth tidak pernah terlepas dari apa yang Allah
perintahkan kepadanya, berbagai tanggapan buruk yang kaumnya lakukan
terhadapnya tidak membuat Nabi Lūth berputus asa dalam mengobarkan
hukum Allah dan mengangungkan nama Allah SWT.
B. Saran
Penulis mengakui Makalah yang penulis lakukan kurang mendalam. Maka
penulis menyarankan kepada para Pembaca selanjutnya yang ingin membahas
mengenai tema yang hampir sama agar melanjutkannya ke pembahasan yang
lebih mendalam seperti bagaimana pengaplikasian pesan moral yang
terkandung dalam kisah Nabi Lūth a.s. di kehidupan sehari-hari, atau agarlebih
mendetail dan tersusun rapi dengan menggunakan kajian maudhui’. Semoga
skripsi ini bisa bermanfaat di masa yang akan datang.