Anda di halaman 1dari 8

Makalah

Ilmu Tafsir
Qashasul Qur’an
Nabi Luth a.s.
Kelas Xll Agama 1
Semester Ganjil

Kelompok 9
Nama Anggota :
1. Fatimah Nur Hidayah (5)
2. Muzawidatul Chusna (11)
3. Nisrina Zahroh Q. A. (18)

Guru Mapel Ibu Latifah, S. Pd. I.


Kementerian Agama Republik Indonesia
MAN 1 Kota Pekalongan
Tahun Pelajaran 2023/2024
1. Biografi Nabi Luth

Nabi Luth as hidup sekitar 1950-1870 M, ia adalah anak saudara laki-laki dari Nabi
Ibrahim a.s. Ayah Nabi Luth a.s. bernama Hasan bin Tareh, merupakan saudara sekandung
dari Nabi Ibrahim. Silsilah lengkapnya adalah Luth bin Haran bin Azara bin Nahur bin Suruj
bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.

Nabi Luth a.s. adalah salah satu nabi yang diutus Allah SWT untuk negeri Sadum dan
Gomorrah, yakni kaum yang diberi azab dengan dibalikkannya negeri itu.

2. Perjalanan Nabi Luth

Nabi Luth as pindah bersama Nabi Ibrahim as dari negeri babil ke negeri Syam.
Tetapi tidak lama kemudian penghidupan memaksa Nabi Luth as dan Nabi Ibrahim as
berpisah. Nabi Luth as menetap di sebuah dusun yang bernama Sadum, masih dalam wilayah
Palestina.

Nabi Luth diutus Allah SWT untuk berhijrah bersama pamannya, Nabi Ibrahim
‘alaihissalam menuju Mesir. Keduanya tinggal di sana beberapa lama, lalu kembali ke
Palestina. Di tengah perjalanan menuju Palestina, Nabi Luth meminta izin kepada pamannya,
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam untuk pergi menuju negeri Sadum (dekat laut mati di Yordan)
karena Allah telah memilihnya sebagai Nabi-Nya dan Rasul-Nya yang diutus kepada negeri
tersebut, maka Nabi Ibrahim mengizinkannya dan Nabi Luth pun pergi ke Sadum serta
menikah di sana.

Ketika itu, akhlak penduduk Sadum sangat buruk sekali, mereka berbuat maksiat dan
tidak malu berbuat kemungkaran, berkhianat kepada kawan, dan melakukan penyamunan. Di
samping itu, mereka mengerjakan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang
pun sebelumnya di alam semesta. Mereka mendatangi laki-laki untuk melepaskan nafsu
biologisnya dan meninggalkan wanita, dalam kata lain mereka melakukan hubungan sesama
jenis.
Melihat kaumnya yang begitu buruk, Nabi Luth ‘alaihissalam mengajak penduduk

Sadum untuk beriman dan meninggalkan perbuatan keji itu. Beliau berkata kepada mereka,

“Ketika saudara mereka Luth berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”
(161) Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, (162)
Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (163) Dan aku sekali-kali tidak minta
upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. (164)
Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia, (165) Dan kamu tinggalkan
istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang
melampaui batas. (166)” (QS. Asy Syu’ara: 160-161)

3. Tantangan yang Dihadapi

Tetapi kaum Luth tidak peduli dengan seruan itu, bahkan bersikap sombong
terhadapnya serta mencemoohnya. Meskipun begitu, Nabi Luth ‘alaihissalam tidak putus asa,
ia tetap bersabar mendakwahi kaumnya; mengajak mereka dengan bijaksana dan sopan, ia
melarang dan memperingatkan mereka dari melakukan perbuatan munkar dan keji. Akan
tetapi, kaumnya tidak ada yang beriman kepadanya, dan mereka lebih memilih kesesatan dan

kemaksiatan, bahkan mereka berkata kepadanya dengan hati mereka yang kasar,

“Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, ‘datangkanlah kepada kami azab
Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar’.” (QS. Al ‘Ankabbut: 29)

Mereka juga mengancam akan mengusir Nabi Luth ‘alaihissalam dari kampung
mereka karena memang ia adalah orang asing, maka Luth pun marah terhadap sikap
kaumnya; ia dan keluarganya yang beriman pun menjauhi mereka. Selain ditentang oleh
kaumnya, Istri Nabi Luth as pun lebih memilih kafir dan ikut bersama kaumnya serta
membantu kaumnya mengucilkannya dan mengolok-oloknya. Terhadap istrinya ini, Allah
Subhanahu wa Ta ’ala membuatkan perumpamaan,

“Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir.
Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-
hamba kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka
suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan
(kepada keduanya), “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk
(jahannam).” (QS. At Tahrim: 10)

Pengkhianatan istri Nabi Luth kepada suaminya adalah dengan kekafirannya dan tidak
beriman kepada Allah Subhnahu wa Ta’ala.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus tiga orang malaikat dalam bentuk
manusia yang rupawan, lalu mereka mampir dulu menemui Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Para
malaikat kemudian memberitahukan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, bahwa mereka akan
berangkat menuju negeri Sadum untuk mengazab penduduknya karena kekafiran dan
kemaksiatan mereka.

Lalu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam memberitahukan, bahwa di sana terdapat Luth, maka
para malaikat pun menenangkannya dengan memberitahukan, bahwa Allah akan
menyelamatkan dia dan keluarganya selain istrinya yang kafir.

“Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya di kota itu ada Luth.’ Mereka (para malaikat) berkata,
‘Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan
menyelamatkan dia, dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-
orang yang tertinggal (dibinasakan)’.” (QS. Al ‘ Ankabbut : 32)

Para malaikat pun keluar dari rumah Ibrahim dan pergi menuju negeri Sadum, hingga
mereka sampai di rumah Luth dan mereka datang sebagai para pemuda yang tampan. Saat
Nabi Luth ‘alaihissalam melihat mereka, maka Nabi Luth mengkhawatirkan keadaan mereka,
dan tidak ada yang mengetahui kedatangan mereka selain istri Nabi Luth, hingga akhirnya
istrinya keluar dari rumahnya dan memberitahukan kaumnya tentang kedatangan tamu-tamu
Nabi Luth yang rupawan.
Maka kaumnya pun datang dengan bergegas menuju rumah Nabi Luth dengan
maksud untuk melakukan perbuatan keji dengan para tamunya itu. Mereka berkumpul sambil
berdesakan di dekat pintu rumahnya sambil memanggil Nabi Luth dengan suara keras
meminta Nabi Luth mengeluarkan tamu-tamunya itu kepada mereka. Masing-masing dari
mereka berharap dapat bersenang-senang dan menyalurkan nafsu biologisnya kepada tamu-
tamunya itu, lalu Nabi Luth menghalangi mereka masuk ke rumahnya dan menghalangi
mereka dari mengganggu para tamunya, ia berkata kepada mereka,

“Dia (Luth) berkata ‘Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu
membuatku malu, (68) Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku
terhina.’ (69)” (QS. Al Hijr: 68-69)

Nabi Luth juga mengingatkan mereka, bahwa Allah Subhnahu wa Ta’ala telah
menciptakan wanita untuk mereka agar mereka dapat menyalurkan nafsu biologisnya, akan
tetapi kaum Luth tetap ingin masuk ke rumahnya. Ketika itu, Nabi Luth ‘alaihissalam tidak
mendapati seorang yang berakal dari kalangan mereka yang dapat menerangkan kesalahan

mereka dan akhirnya Nabi Luth merasakan kelemahan menghadapi mereka sambil berkata,

“Dia (Luth) berkata, ‘Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau
aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)’.” (QS. Huud: 80).

Saat itulah, para tamu Nabi Luth memberitahukan siapa mereka kepada Nabi Luth, dan
bahwa mereka bukan manusia tetapi malaikat yang datang untuk menimpakan azab kepada
kaumnya yang fasik itu.

Tidak berapa lama, kaum Luth mendobrak pintu rumahnya dan menemui para
malaikat itu, lalu salah seorang malaikat membuat buta mata mereka dan mereka kembali
dalam keadaan sempoyongan di antara dinding-dinding rumah. Kemudian para malaikat
meminta Nabi Luth untuk pergi bersama keluarganya pada malam hari, karena azab akan
menimpa mereka di pagi hari. Mereka juga menasihatinya agar ia dan keluarganya tidak
menoleh ke belakang saat azab itu turun, agar tidak menimpa mereka. azab itu datang di
malam hari, nabi Luth ‘alaihissalam dan keluarganya pergi meninggalkan negeri Sadum.
setelah mereka pergi meninggalkannya dan tiba waktu subuh, maka Allah mengirimkan
kepada mereka azab yang pedih yang menimpa negeri itu.

Saat itu, negeri tersebut bergoncang dengan goncangan yang keras, malaikat
mencabut negeri itu dan mengangkatnya ke atas langit, lalu dibalikkan negeri itu; bagian atas

menjadi bawah dan bagian bawah menjadi atas, kemudian mereka dihujani dengan batu yang
panas secara bertubi-tubi. Allah Ta’ala berfirman,

“Maka ketika datang azab kami, kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah
(kami balikkan), dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi, (82) yang diberi tanda oleh tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-
orang yang zalim. (83)” (QS. Huud: 82-83)

Allah subhanahu wa ta’ala menyelamatkan nabi Luth dan keluarganya selain istrinya dengan
rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala, karena mereka menjaga pesan itu, bersyukur atas
nikmat Allah dan beribadah kepada-Nya.

4. Teladan yang Dapat Kita Ambil


a) Tidak Mudah Menyerah dan Gigih dalam Berdakwah

Teladan Nabi Luth adalah orang yang gigih dan tidak mudah menyerah. Dia harus
membangunkan orang-orang Sodom yang sangat menyimpang. Nabi Luth berjuang
menasehati mereka tanpa lelah. Meski Nabi Luth sering diancam, ia tetap menjalankan
dakwahnya. Namun, tidak mudah untuk memimpin orang-orang Sodom ke jalan Tuhan.
Mereka masih berbuat dosa dan berbuat jahat. Akhirnya, Nabi Luth berdoa kepada Tuhan
agar semua penduduk Sodom dihukum berat karena tidak mau menempuh jalan yang benar.

b) Menerima cobaan dengan sabar

Ketika nabi Luth dipermalukan oleh kaumnya sendiri, Nabi Lu tidak pernah marah
atau berniat membalas kejahatan orang Sodom. Sebaliknya, dia sabar dan selalu
menyerahkan apapun yang terjadi kepada Allah SWT. Selama masa-masa dakwahnya,
terungkap bahwa istrinya mengkhianatinya. dia terus bersabar dan memberikan nasihat yang
baik kepada istrinya, meskipun istrinya menipunya dan mencegahnya untuk berkhotbah lebih
lanjut. Nabi Luth tidak bosan-bosannya mengingatkan umatnya akan azab berat Allah SWT
dalam khutbahnya. Dia meminta umatnya untuk segera meninggalkan praktik maksiat yang
tidak bermoral yang dibenci Allah SWT.

c) Percaya bahwa azab Allah itu nyata

Selain kemerosotan moral, sulit untuk memperbaiki moral para sodomi. Mereka tidak
beragama, tidak manusiawi dan tidak memiliki belas kasihan. Mereka terbiasa mencuri,
merampok, dan membunuh. Pada dasarnya yang kuat berkuasa sedangkan yang lemah
ditindas. Dan, oleh sebab perilaku amoral tersebut lah Allah memberikan mereka (kaum
sodom) azab yang nyata dan sebagai sebuah pelajaran bagi manusia setelahnya untuk tidak
melakukan hal tersebut di kemudian hari.

d) Menaati Perintah Allah

Nabi Luth adalah salah satu nabi yang mematuhi semua perintah Allah. Sebagai umat
Islam, ini tentu menjadi kewajiban kita.Ini juga agar kelak, ketika hari kiamat, kita bisa
terhindar dari azab Allah. Selanjutnya, Nabi Luth juga tidak pernah melakukan hal-hal yang
dilarang dalam ajaran Allah.

Nabi Luth dan keluarganya menjadi teladan baik dalam hal kesucian dan kebersihan
diri, sedangkan kaumnya menjadi teladan buruk dan pelajaran bagi generasi yang datang
setelahnya. itulah azab yang sepantasnya ditimpakan kepada orang-orang yang sesat, yang
sudah diperingatkan oleh nabi utusan Allah yang maha mengetahui, namun mereka tetap
tidak mau mendengarkan. semoga kita terlindung dari kemaksiatan, sehingga tidak ditimpa

azab yang begitu pedih seperti kisah nabi Luth. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada
siksa yang pedih.” (Adz Dzaariyat: 37)
Kisah-kisah nabi Luth dapat dilihat di beberapa tempat dalam al Qur’an, di antaranya:
QS. al A’raaf: 80-84.

"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, 'Mengapa kamu
melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di
dunia ini). (80) Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan
kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas'." (81) Dan jawaban
kaumnya tidak lain hanya berkata, 'Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari negerimu
ini, mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci'." (82) Kemudian Kami selamatkan
dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal.
(83) Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka, perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang yang berbuat dosa itu. (84)" (QS. Al A’raaf: 80-84).

Anda mungkin juga menyukai