Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia karena masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Berbagai
upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku
dengan melakukan pendidikan kesehatan sudah dan terus dilakukan, namun
belum memberikan hasil yang menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini
masih

menduduki peringkat atas, khususnya di daerah-daerah miskin.

Uniknya, jumlah penderita diare yang datang ke pusat layanan kesehatan


masyarakat (Puskesmas) jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah penderita
sebenarnya.
Diare bisa dikatakan sebagai penyakit berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian dan bisa menyerang siapa saja tanpa kenal usia.
Penyakit ini bisa dikatakan penyakit endemis di Indonesia, artinya terjadi
secara terus-menerus di semua daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan,
khususnya di daerah-daerah miskin.
Di kawasan miskin umumnya penyakit diare dipahami bukan sebagai
penyakit klinis, sehinga cara penyembuhannya tidak melalui pengobatan
medik (Sunoto,1987). Kesenjangan pemahaman semacam ini merupakan salah
satu penyebab penting yang berakibat pada lambatnya penurunan angka
kematian akibat diare (Surya Candra et alb1990).
Kesenjangan pemahaman akan keadaan tubuh, dikarenakan oleh
masyarakat mengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit sesuai
dengan pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan generasi
sebelumnya (Wolinsky,1988). Artinya, masyarakat lapisan bawah seringkali
mendefenisikan dirinya sakit tergantung persepsi mereka bahwa diare
merupakan penyakit yang serius bila penyakit tersebut telah mengganggu
aktivitasnya dalam mengerjakan pekerjaan pokoknya.
Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat
untuk berperilaku sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang
rawan akan penyebaran penyakit. Berdasarkan Riskesdas, dari tahun ke tahun

diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di


Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang
tidak

tepat

baik

di

rumah

maupun

di

sarana

kesehatan.

Untuk

menurunkan kematian karena diare, diperlukan tata laksana yang cepat dan
tepat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1.2.1 Apa itu surveilans diare?
1.2.2 Apa tujuan dari surveilans diare?
1.2.3 Bagaimana alur pencatatan dan pelaporan dari surveilans diare?
1.2.4 Bagaimana format pencatatan pelaporan dari surveilans diare?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari surveilans diare.
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan surveilans diare.
1.3.3 Untuk mengetahui alur pencatatan dan pelaporan dari surveilans diare
1.3.4 Untuk mengetahui format pencatatan pelaporan dari surveilans diare.
1.3.5
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam menulis makalah ini yaitu browsing dan
metode pustaka

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Surveilans Diare
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
BAB yang lebih dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang
mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (WHO,1999).
Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan berupa air saja yang

frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. (Depkes,2003)
Surveilans adalah pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/
instansi terkait secara sistematis dan terus menerus yang diperlukan untuk
perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat,
dipadukan dengan dimensi data secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang
mengetahuinya.
Surveilans diare adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program
dan pihak/ instansi terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi
diare dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
tersebut agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien.
2.2 Tujuan Surveilans Diare
a. Memberikan
informasi

tepat

waktu

tentang

masalah

kesehatan populasi, sehingga penyakit diare dan faktor risiko dapat


dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan
dengan lebih efektif.
b. Melakukan pengamatan dini (SKD) diare di Puskesmas dan unit
pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka mencegah kejadian luar
biasa (KLB) diare.
c. Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang dapat
disebarluaskan dan dipergunakan sebagai dasar penanggulangan
malaria yang cepat dan tepat yang direncanakan sesuai dengan
permasalahan.
d. Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) secara dini
e. Mendapatkan gambaran distribusi penyakit diare menurut orang,
tempat dan waktu.
2.3 Alur Pencatatan dan Pelaporan Surveilans Diare
2.3.1 Alur Data
Periode: Mingguan (Minggu-Sabtu)

WAKTU
Sabtu
Sore

Senin
pagi
Selasa
pagi

Selasa
siang

UNIT & TINGKAT


yang
bertanggungjawab
Pustu, Bidan Desa
kirim via SMS. Format
Surveilans Mingguan
ke puskesmas

Kordinator

Data
agregat
Puskesmas dan kirim
data
ke
tingkat
kabupaten/kota
Petugas
Surveilans
Kabupaten melakukan
entri
data
dan
mengirim file export
ke provinsi

Petugas
surveilans
tingkat
puskesmas
Petugas
Surveilans
Kabupaten

Petugas Surveilans
Kabupaten melakukan
analisis data dan
menghasilkan laporan
mingguan.

Petugas
Surveilans
Kabupaten

Cara Pengiriman

Petugas
Melalui SMS, HT, dll
kesehatan
yg
bertanggung
jawab terhadap
pengumpulan
data
Melalui SMS, HT, dll
di
Melalui Email

Petugas
surveilans Petugas
provinsi
melakukan surveilans
analisis
data
dan provinsi
menghasilkan laporan
mingguan
Petugas
surveilans Petugas
provinsi mengirimkan surveilans
file export ke Subdit provinsi
Surveilans Depkes RI

Melalui Email ke
ewars.pusat@yahoo.com

Pengiriman Data
Dari puskesmas ke kabupaten/kota data dikirim melalui SMS, HT, dll.
Dari Kabupaten/Kota ke provinsi data dikirim melalui email
Dari Provinsi ke Pusat (Subdit Surveilans Epidemiologi) data dikirim
melalui email

Pustu Bidan
Desa

Pasien Rawat
Jalan Puskesmas

Klinik
swasta/private di
desa

Petugas Surveilans Puskesmas

Pengumpulan
specimen

Pengiriman
Spesimen

Petugas Surveilans Kabupaten/Kota

Petugas Surveilans Provinsi

Konfirmasi
Laboratorium
Provinsi

a. Format Mingguan (W2)


Kasus baru akan dilaporkan oleh bidan desa

Otoritas
Kesehatan
Nasional
(Depkes),
Laboratorium
Nasional
(Depkes), WHO

maupun puskesmas melalui Format Mingguan. Format pengumpulan


data itu berisi informasi dibawah ini:
1. Nomor Urut format: nomor ini harus diisi dan dilengkapi oleh
unit kesehatan yang mengirimkan laporan di setiap tingkat.
Nomor urut untuk setiap unit kesehatan yang mengirimkan
laporan dimulai dari angka 1 dan dilanjutkan secara berurutan.
2. Identitas Unit Kesehatan:
Puskesmas/Pustu/Bidan
Kecamatan
Kabupaten
3. Jumlah minggu epidemiologi, periode laporan adalah satu pekan
dimana kasus dilaporkan. Unit puskesmas pelapor harus
memberikan indikasi tanggal dimana awal pekan adalah pada
hari Minggu dan akhir pekan adalah pada hari Sabtu.

Pelaporan menggunakan SMS


Setiap unit puskesmas menggunakan SMS untuk melaporkan data
mingguan sesuai format baku pencatatan perlu mengikuti standar
yang sama dalam SMS seperti informasi dibawah ini:

Minggu Epidemiologi ke...

Nama unit pelapor

Jumlah kasus setiap penyakit yang melaporkan kasus pada


minggu tersebut:

Jumlah Total Kunjungan Pasien.

a. Entri Data dan Analisis


Aplikasi komputer akan diinstal di tingkat Kabupaten dan
Provinsi yang dapat digunakan untuk melakukan entri data secara
sederhana, analisis, alert atau peringatan, dan indikator baku serta
laporan secara otomatis. Setiap puskesmas menyimpan format
mingguan yang sudah diisi dan file menurut minggu dan bulan.
b. Indikator
Indikator akan dihitung secara otomatis oleh aplikasi. Aplikasi
membolehkan penghitung indikator laporan mingguan dan pada
tingkat geografis yang berbeda seperti puskesmas, kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi.
-

Jumlah kasus baru setiap penyakit menurut minggu


Total Kunjungan
Proporsi Kesakitan
Insidence Rate setiap penyakit menurut minggu dan tingkat

geografis
Ketepatan waktu dari Puskesmas ke Kabupaten/Kota
Ketepatan waktu dari Kabupaten ke Provinsi
Kelengkapan laporan unit pelapor menurut Kabupaten/Kota

dan Provinsi
Nama fasilitas kesehatan yang melapor dan yang TIDAK

melapor
Daftar alert (sinyal siaga) mingguan berdasarkan definisi nilai
ambang batas

c. Nilai Ambang Batas Setiap Penyakit dalam Sistem


Merujuk pada lampiran 3 untuk spesifikasi setiap nilai ambang
batas penyakit.
d. Monitoring Laporan
a) Tingkat Kabupaten/Kota
Setiap Senin pagi, cek jika semua format dari puskesmas telah
diterima.

Hubungi

fasilitas

kesehatan

yang

belum

mengirimkan informasi/laporan.
b) Tingkat Provinsi
Setiap Selasa siang,

cek

jika

semua

format

dari

kabupaten/kota telah diterima. Hubungi petugas surveilans


kabupaten/kota untuk mendapatkan informasi yang belum
lengkap.
e. Umpan Balik
Seksi Surveilans Kabupaten/Kota dan Provinsi akan membuat
ringkasan laporan mingguan (Bulletin Mingguan) termasuk:
Alert (sinyal siaga)
Informasi epidemiologi yang relevan
Rekomendasi kegiatan yang dianjurkan untuk mengendalikan
tersangka KLB.
Hasil kegiatan minggu sebelumnya untuk mengendalikan
KLB.
f. Sistem Manajemen Rumor KLB
Petugas surveilans provinsi mengamati informasi tentang rumor
KLB yang berasal dari media massa atau sumber lain. Setiap pagi
petugas ini mencari berita di media massa (koran, internet, radio,
TV) yang berada di wilayah provinsinya. Apabila ada rumor maka
perlu dicatat dalam format dan mulai proses verifikasi rumor
dengan menghubungi Kabupaten/Kota.
Proses Pengumpulan Informasi
Staf akan:

1. Memindai setiap pagi website lokal dan salah satu provinsi


tetangga untuk memeriksa setiap rumor yang berhubungan
dengan ancaman kesehatan masyarakat di provinsi.
2. Menghubungi secara aktif departemen/dinas seperti
pertanian, pengendalian air dan sanitasi, keamanan
makanan, dll jika ada informasi mengenai ancaman bagi
kesehatan masyarakat.
3. Membuat jejaring informasi diantara media lokal, distribusi
nomor hotline, merekap seluruh informasi mengenai
seluruh ancaman bagi kesehatan masyarakat.
4. Menerima informasi melalui hotline, seluruh informasi dari
masyarakat atau sumber lain.

Penyaringan
Staf akan:
1. Melakukan kompilasi daftar rumor harian yang dikirim jam
10 pagi ke petugas surveilans provinsi.
2. Ringkasan daftar rumor harian (lampiran 9) berupa
informasi dibawah ini:
-

Kejadian

Populasi Resiko

Lokasi

Waktu Kejadian

Tanggal Kejadian diketahui

Tanggal Verifikasi

Kronologis Kejadian

Status (sedang atau sudah verifikasi)

Verifikasi
Setelah menerima daftar harian yang diduga merupakan
rumor/

kejadian

penyakit,

petugas

surveilans

provinsi

melakukan koordinasi dengan tim dan menghubungi petugas


surveilans

kabupaten/kota

untuk

melakukan

klarifikasi

terhadap rumor/ kejadian penyakit yang terdeteksi/ didapatkan.


Pada hari itu juga petugas surveilans provinsi berusaha
mendapatkan
rumor/kejadian

hasil

dari

verifikasi/investigasi

penyakit

dari

petugas

terhadap
surveilans

Kabupaten/Kota mengenai status kejadian (benar atau tidak


rumor tersebut). Bila benar maka informasi yang harus
dilengkapi sesuai dengan lampiran 10 (Tabel Ringkasan
Manajemen Kejadian Penyakit).

g. Kewaspadaan Dini dan Respon


1. Unit Surveilans Kabupaten/Kota:
Unit

Surveilans

Kabupaten/Kota

harus

melakukan

pemeriksaan setiap minggu terhadap seluruh laporan penyakit


yang telah dientri dalam sistem aplikasi. Apabila ditemukan
alart atau sinyal peringatan terhadap suatu penyakit maka
petugas kabupaten/kota menghubungi petugas puskesmas
untuk melakukan klarifikasi terhadap sinyal tersebut.
Apabila hasil klarifikasi benar menunjukan sebagai KLB
maka

selanjutnya

menghubungi
spesimen dan

petugas

petugas

surveilans

laboratorium

kabupaten/kota

untuk

mengambil

memeriksa spesimen tersebut. Apabila

Laboratorium Provinsi tidak memiliki kemampuan dalam


melakukan pemeriksaan spesimen tertentu maka dapat
meminta bantuan Laboratorium Rujukan Nasional.
2. Melaksanakan Investigasi Pendahuluan
Langkah pertama investigasi KLB

adalah

untuk

melakukan konfirmasi KLB dan melihat besarnya masalah


KLB tersebut. Tim provinsi dan kabupaten/kota akan
bergabung dengan petugas dari Puskesmas dan memulai
investigasi dan menemukan kasus secara aktif.
Setiap KLB diinvestigasi dengan menggunakan format PE
KLB khusus sesuai dengan penyakitnya. Bila tidak tersedia
format PE KLB khusus penyakit tertentu dapat menggunakan
format PE KLB Umum (lihat lampiran 8). Semua informasi
tentang kasus KLB tersebut dicatat dalam program spreed
sheet (program microsoft exel). Kemudian melakukan analisa
data diprogram seperti Epi Info atau Epi Data untuk
menghasilkan analisis deskriptif menurut waktu, tempat dan
orang.

Pada saat yang sama respon tim sebaiknya melakukan:

10

a) Rencana pengambilan sample klinis dan lingkungan.


b) Formulasi hipotesis mengenai sumber pajanan dan cara
penularan.
c) Tes hipotesis
d) Menulis laporan dan rekomendasi.
Melakukan Tindakan Pengendalian Awal dengan segera
meliputi:
a) Tatalaksana kasus
b) Pengendalian infeksi
c) Pencarian kontak kasus
d) Pengendalian lingkungan
e) Mobilisasi sosial
f) Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat
h. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap

penyakit

yang

membutuhkan

pemeriksaan

laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh puskesmas atau


laboratorium tingkat kabupaten, maka Laboratorium provinsi
berfungsi sebagai rujukan bagi setiap kabupaten/kota.
Stok media transport yang adekuat perlu disediakan di setiap
kabupaten/kota.
Pedoman pengumpulan spesimen dan transportasi akan
didistribusikan ke seluruh unit pelapor seperti pada Lampiran 4,
5, 6 dan 7. Setiap petugas surveilans kabupaten/kota perlu
memiliki daftar nama dan nomor telpon dari staf laboratorium unit
khusus

seperti

bagian:

Bakteriologi,

Virologi,

Serologi,

Parasitologi, dan Toksikologi.


Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di lapangan
perlu:
a) Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen
termasuk investigasi, keperluan untuk ijin import jika ada
transport ke luar negeri.

11

b) Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa agar yakin


bahwa pengiriman akan

diterima

sesuai

dengan alat

transportasinya.
c) Perhatikan peraturan penerbangan domestik perihal Biosafety.
d) Bahwa pengiriman (transport langsung jika mungkin)
ditangani oleh perjalanan langsung, hindari kedatangan
diakhir pekan bila mungkin, hindari perubahan dalam
transport jika mungkin.
e) Siapkan dokumen yang perlu seperti syarat pengiriman,
termasuk ijin bila diperlukan, berita acara, dan dokumen
pengiriman.
f) Beritahukan kepada penerima spesimen di laboratorium
perkiraan waktu kedatangan spesimen.
Sebelum mengirim spesimen harus ada:
a) Perjanjian atau persetujuan

telah dibuat antara pengirim,

pembawa dan penerima.


b) Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa siap untuk
menerima spesimen.
c) Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas
laboratorium harus

diberitahukan

agar

siap

menerima

spesimen.
2.3.2 Prosedur Pelaporan Data di setiap Tingkat Pelaksana
1. Pustu, Bidan Desa:
a) Setiap Sabtu dokter atau perawat/asisten kesehatan yang
bertugas akan mengisi format

mingguan berdasarkan buku

register harian.
b) Sabtu mengirim format mingguan yang telah terisi kepada
petugas surveilans di puskesmas melalui SMS dengan kode
standar.
2. Puskesmas
a) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, pustu, polindes, dll)
dan buat transkrip setiap SMS ke dalam format mingguan.
Contoh: Bila ada 4 pustu atau bidan yang lapor melalui SMS
maka puskesmas harus mengisi 4 format mingguan (1 format
untuk masing-masing pustu/bidan)

12

b) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format


mingguan tepat waktu
c) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agregasi data
dari puskesmas tersebut dan semua unit pelapor dibawahnya
(seperti bidan/ pustu).
-

Tulis nomer urut format,

Tulis nama Puskesmas/Pustu/Bidan, Kecamatan, dan


Kabupaten/Kota

Tulis Periode pelaporan dari hari Minggu tgl ..... sampai


Sabtu tgl ......

Tulis Minggu Epidemiologi ke .....

Isi jumlah kasus baru setiap penyakit sesuai dengan kasus


yang ditemukan

Apabila tidak ada kasus pada penyakit tertentu maka isi


dengan angka nol.

Isi jumlah kunjungan pada minggu laporan. Contoh: Bila


ada 30 kasus baru penyakit dalam sistem ini dan ada 50
kunjungan penyakit lain maka isi jumlah kunjungan dengan
angka 80.

d) Cek kemungkinan adanya kesalahan/error


e) Puskesmas jangan menunda mengirim laporan mingguannya ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
f) Simpan format mingguan dari semua unit pelapor (bidan /pustu)
dan juga format mingguan agregat puskesmas menurut bulan
dan minggu.
g) Kirim kopi format mingguan (agregat puskesmas) melalui SMS
atau fax ke petugas surveilans kabupaten/kota.

2.3.3

Validasi Data
Saat melengkapi format: cek bahwa kasus dilaporkan sesuai dengan
definsi kasus dan hanya kasus baru yang dilaporkan. Sebelum
mengirimkan format ke kabupaten/kota cek bahwa semua informasi

13

telah lengkap. Saat menerima format pengumpulan data dari unit


kesehatan lain (pustu, bidan desa, klinik swasta/privat, dll)
a. Cek bahwa periode laporan benar.
b. Tulis nomor urut format mingguan.
c. Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
d. Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya
banyak tetapi hanya dilaporkan dalam jumlah kecil).

ALGORITMA DIARE AKUT

Diare Akut

Diare
DiareBerdarah
adalah adalah
BAB
lebih
3 x dalam
BAB dengandari
frekuensi
24 jam disertai dengan
lebih dari 3 kali dalam 24
darah ATAU lendir

Suspek Kolera* adalah


Diare dengan konsistensi
seperti air cucian beras dan
berbau amis

jam (lihat konsistensinya)

Catat dan Kirim ke DINKES KABUPATEN/KOTA

Kemungkinan Etiologi:
- Viral Gastro
- E. Coli
- Giardiasis
- Cryptosporidium
- dll

Kemungkinan Etiologi:
- Shigella
- Salmonela
- Amuba
- dll

Jika ada tanda peringatan KLB, ambil


specimen dengan media Carry-Blair
Carry Blair
Jika hasil positif, Lakukan RESPONS KLB
sesuai dengan SOP dan algoritma penyakitnya

Kemungkinan Etiologi:
- Vibrio Kolera

14

Respons Tatalaksana
Kasus

Respons Pelaporan dgn


menggunakan standar
pelaporan KLB

Respons Kesehatan
Masyarakat

ALGORITMA RESPONS KLB DIARE, DIARE BERDARAH


TERSANGKA KOLERA, DAN TIFOID

15

Respons Tatalaksanan Kasus:


Lakukan pengobatan terhadap pasien berupa tatalaksana pen
Rujuk pasien ke RS apabila diperlukan penanganan lebih lanju
Spesimen: Pengambilan sample tinja (untuk kasus diare berda
Untuk suspek

16

2.4 Format Pencatatan Pelaporan Surveilans Diare

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Lampiran 3
Format Laporan Penyelidikan KLB Diare

26

1. Tim Penyelidikan : Nama, gelar dan tempat tugas


2. Lokasi dan Tinggal penyelidikan KLB
3. Penegakan diagnosis etiologi KLB Diare
a. Gambaran klinis penderita
b. Distribusi gejala dan tanda kasus
c. Gambaran epidemiologi
d. Hasil pemeriksaan laboratorium
4. Data Epidemiologi
a. Kurva epidemi harian atau mingguan
b. Tabel, grafik dan peta distribusi kasus menurut lokasi, umur, dan jenis
kelamin
c. Tabel dan peta data sanitasi
d. Analisis epidemiologi tentang kecenderungan peningkatan KLB,
penyebaran lokasi KLB, kelompok rentan KLB (menurut lokasi, umur,
jenis kelamin, sanitasi) dan risiko beratnya KLB (dehidrasi dan
kematian)
5. Upaya Penangulangan :
a. Rencana penyelanggaraan pelayanan dan pencegahan
b. Rencana surveilans
c. Rencana Penyelidikan lanjutan apabila diperlukan
6. Evaluasi terhadap upaya penanggulangan yang sudah dijalankan.

27

BAB III
PENUTUP
.1 Simpulan
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
BAB yang lebih dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang
mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.
Surveilans adalah pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/
instansi terkait secara sistematis dan terus menerus yang diperlukan untuk
perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat,
dipadukan dengan dimensi data secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang
mengetahuinya.
Surveilans diare adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program
dan pihak/ instansi terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi
diare dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
tersebut agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien.
Tujuan Surveilans Diare adalah memberikan informasi tepat waktu
tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit diare dan faktor risiko
dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan
lebih efektif, melakukan pengamatan dini (SKD) diare di Puskesmas dan unit

28

pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka mencegah kejadian luar biasa


(KLB) diare, mendapatkan gambaran distribusi penyakit diare menurut orang,
tempat dan waktu.
.2 Saran

29

Anda mungkin juga menyukai