C sebesar 1,20 mm2/s; 1,22 mm2/s dan 1,24 mm2/s. Pada suhu 75 C sebesar 1,21
mm2/s; 1,19 mm2/s dan 1,23 mm2/s.
5. Pada percobaan dengan variasi suhu 45 C, 60 C dan 75 C untuk percobaan
yang menggunakan minyak kedelai diperoleh yield dengan persen katalis 0,75%
sebesar 81,18%; 89,65% dan 37,61%. Dengan persen katalis 1,25% pada suhu 45
C, 60 C dan 75 C sebesar 72,69%; 68,33% dan 90,80%. Dengan persen katalis
1,75% pada suhu 45 C, 60 C dan 75 C sebesar 52,68%; 50,68% dan 92,58%.
Dan untuk percobaan yang menggunakan minyak jelantah diperoleh yield dengan
persen katalis 0,75% sebesar 69,88%; 80,29% dan 73,62%. Dengan persen katalis
1,25% pada suhu 45 C, 60 C dan 75 C sebesar 69,88%; 81,60% dan 81,80%.
Dengan persen katalis 1,75% pada suhu 45 C, 60 C dan 75 C sebesar 84,86%;
82,08% dan 86,36%.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan untuk minyak kedelaini adalah :
1. Disarankan untuk memvariasikan jenis alkohol yang digunakan, seperti etanol dan
1-butanol sebagai perbandingan.
2. Disarankan untuk memvariasikan jenis katalis basa yang digunakan, seperti
NaOH dan NaOCH3.
3. Disarankan untuk memvariasikan perbandingan molar alkohol dengan bahan baku
agar diketahui pengaruh perbandingan molar terhadap biodiesel yang dihasilkan.
4. Disarankan untuk melakukan pengujian angka setana dan flash point untuk
mengetahui apakah titik nyala biodiesel yang dihasilkan sesuai dengan standar
mutu biodiesel.
5. Disarankan untuk melakukan proses transesterifikasi enzimatik dalam pembuatan
biodiesel agar dapat dijadikan perbandingan.